BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Keluarga Berencana
2.1.1 Defenisi Keluarga Berencana Menurut World Health Organization (WHO) Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objek-objek
tertentu,
menghindarkan
kelahiran
yang
tidak
Diinginkan,
mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval di antara kelahiran, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri, menentukan jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2007). Keluarga Berancana adalah mengatur jumlah anak sesuai kehendak anda, dan menentukan sendiri kapan anda ingin hamil. Bila anda memutuskan untuk tidak segera hamil sesudah menikah, anda bisa ber-KB, layanan KB di seluruh Indonesia sudah cukup mudah diperoleh. Ada beberapa metode pencegahan kehamilan, atau menjarangkan kehamilan, atau kontrasepsi, bisa anda pilih sendiri (Irianto, 2014). 2.2
Kontrasepsi Kontrasepsi adalah alat yang digunakan untuk menunda, menjarangkan
kehamilan, serta menghentikan kesuburan. Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan. sedangkan Konsepsi artinya pembuahan jadi kontrasepsi berarti mencegah bertemunya sperma dengan ovum, sehingga tidak terjadi pembuahan yang mengakibatkan kematian ( Irianto,2014). 2.2.1 Jenis dan Metode Kontrasepsi Kontrasepsi yang baik harus memiliki syarat-syarat antara lain:
Universitas Sumatera Utara
1.
Aman
2.
Dapat diandalkan
3.
Sederhana
4.
Murah
5.
Dapat diterima orang lain
6.
Dapat dipakai dalam jangka panjang
Jenis-jenis kontrasepsi yang tersedia antara lain: A. Metode Sederhana 1). Tanpa Alat a). Pantang Berkala b). Metode Kalender c). Metode Suhu Badan Basal d). Metode Lendir Serviks e). Coitus Interputus 2). Dengan Alat a). Mekanis (barier) - Kondom Pria - Barier intra vaginal antara lain : diafragama, kap serviks, spons,dan kondom wanita b). Kimiawi - Spermisid antara lain: vaginal jelly, vaginal suppositoria, vaginal tablet, dan lain-lain. B. Metode Modren
Universitas Sumatera Utara
1. Kontrasespi Hormonal a). Pil KB b). AKDR c). Suntik Kb d). Susuk KB 2. Kontrasepsi Mantap a). Medis Operatif Pria (MOP) b). Medis Operatif Wanita (MOW) Berdasarkan lama efektifitasnya, kontrasepsi dapat dibagi menjadi : 1.
MKJP ( Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) yang termasuk dalam kategori ini adalah susuk/implant, IUD,MOP, dan MOW.
2.
Non MKJP (Non Metode Kontrasepsi jangka panjang) yang termasuk dalam kategori ini adalah kondom, pil,suntik, dan lain-lain.
2.2.2 Alat Kontrasepsi Implant Implan adalah metode kontrasepsi yang dipakai di lengan atas bagian sebelah dalam. Berbentuk silastik (lentur). Berukuran hampir sebesar korek api. Implan dipakai biasanya pada lengan kiri. Ditanamkan diantara kulit dan daging. Tepatnya dibawah kulit namun diatas lapisan daging (otot), sehingga jika dilihat dari luar akan terlihat menonjol dan dapat diraba ( Irianto,2014). Jenis- jenis Implan 1.
Norplant terdiri dari 6 batang silastis lembut berongga dengan panjang
2.
Implanon
3.
Jadena dan Indoplant
Universitas Sumatera Utara
Cara Kerjanya: 1. Lendir serviks menjadi kental 2. Mengganggu Proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi 3. Mencegah ovulasi 4. Mengurangi transportasi sperma Keuntungan IMPLANT: 1. Daya guna tinggi. 2. Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun) 3. Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan 4. tidak memerlukan pemeriksaan dalam. 5. Bebas dari pengguna estrogen 6. Tidak mengganggu aktivitas seksual 7. Tidak mengganggu produksi asi 8. Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan 9. Dapat dicabut setiap saatsesuai dengan kebutuhan. Efektivitas Implant: Sangat efektif (0,2-1 kehamilan per 100 perempuan). Keuntungan dari segi Nonkontrasepsi: 1. Mengurangi nyeri haid 2. Mengurangi jumlah dara haid 3. Mengurangi/memperbaiki anemia 4. Melindungi terjadinya kanker endometrium
Universitas Sumatera Utara
5. Menurunkan angka kejadian tumor jinak payudara 6. Menurunkan angka kejadian endometriosis Kerugian IMPLANT: 1. Nyeri kepala, pening/pusing kepala 2. Peningkatan/penurunan berat badan 3. Nyeri payudara 4. Perubahan mood atau kegelisahan 5. Tidak memberi perlindungan terhadap infeksi penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS 6. Memerlukan tindakan pembedahan minor intuk memasang/insersi dan pencabutannya sehingga klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaiannya sesuai dengan keinginan, tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan 7. Efektifitasnya menurun jika menggunakan implant bersamaan denagn penggunaan obat untuk epilepsi dan tuberkulosis. 8. Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per 100.000 perempuan pertahun) Indikasi pemakaian implant Yang boleh menggunakan KB implant : a. Wanita usia reproduksi b. Wanita-wanita yang ingin memakai kontrasepsi untuk jangka waktu yang lama tetapi tidak bersedia menjalani atau menggunakan AKDR
Universitas Sumatera Utara
c. Wanita-wanita yang tidak boleh menggunakan pil KB yang mengandung estrogen d. Menyusui dan membutuhkan kontasepsi e. Pasca persalinan tidak menyusui f. Pasca keguguran g. Tekanan darah < 180/100 mmHg, dengan masalah pembekuan darah, atau anemia bulan sabit 2. Kontraindikasi implant Yang tidak boleh menggunakan KB Implant : a. Hamil atau diduga hamil b. Perdarahan pervaginam yang belum jelas sebabnya c. Kanker payudara d. Riwayat kehamilan ektopik e. Gangguan toleransi gula. (Saifuddin, 2006). Sekalipun masih dijumpai penyulit Implant, kelangsungan pemakaian cukup tinggi, sehingga tetap menjadi andalan gerakan Keluarga Berencana Nasional. Waktu Pemasanagan IMPLANT: 1. Setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai hari ke-7. tidak diperlukan metode kontrasepsi tambahan 2. Insersi dapat dilakukan setiap saat, dengan syarat diyakini tidak terjadi kehamilan. Apabila insert setelah hari ke-7 siklus haid, dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan seksual, atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk tujuh hari saja.
Universitas Sumatera Utara
3. Apabila menyusui antara enam minggu sampai enam bulan pasca persalinan, insersi dapat dilakukan setiap saat. Apabila menyusui penuh, tidak perlu menggunakan metode kontrasepsi lain. 4. Apabila setelah enam minggu melahirkan dan telah terjadi haid kembali, insersi dapat dilakukan setiap saat, dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan seksual selama tujuh hari atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk tujuh hari dan ingin menggantinya dengan implant, insersi dapat dilakukan setiap saat, dengan syarat diyakini tersebut tidak hamil, atau menggunakan kontrasepsi terdahulu dengan benar. 5. Apabila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi suntik, implant dapat diberikan pada saat jadwal kontrasepsi suntik. Tidak diperlukan metode kontrasepsi lain. 6. Apabila kontrasespsi sebelumnya adalah kontrasepsi hormonal ( kecuali AKDR) dan ingin menggantinya dengan norplant, insersi dapat dilakukan setiap saat, dengan syarat diyakini tidak hamil. Tidak perlu menunggu sampai datangnya haid berikutnya. 7. Apabila kontrasepsi sebelumnya adalah AKDR dan ingin menggantinya dengan implant. Maka dapat di insersikan pada saat haid hari ke-7 dan dianjurkan tidak melakukan hubungan seksual selama tujuh hari atau gunakan metode kontrasepsi lain untuk tujuh hari saja. AKDR segera dicabut 8. Pasca keguguran, Implan dapat segera diinsersikan
Universitas Sumatera Utara
IMPLAN tidak dapat dipasang pada keadaan 1. Hamil atau di duga hamil. 2. Perempuan
dengan
perdarahan
pervaginam
yang
belum
jelas
penyebabnya 3. Memiliki benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker payudara. 4. Perempuan yang tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi. 5. Memiliki miom uterus dan kanker payudara 6. Mengalami gangguan toleransi glukosa Instruksi Pemasangan IMPLAN a. Daerah insersi harus tetap dibiarkan kering dan bersih selama 48 jam pertama. Hal ini bertujuan untuk mencegah infeksi pada luka insisi. b. Perlu
dijelaskan
bahwa
mungkin
akan
terasa
sedikit
perih,
pembengkakan, atau lebam pada daerah insisi, tetapi hal ini tidak perlu dikhawatirkan. c. Pekerjaan rutin harian tetap dapat dilakukan. Namun hindari benturan , gesekan atau penekanan pada daerah insersi. d. Balutan penekan tetap ditinggalkan selama 48 jam, sedangkan plester tetap dipertahankan hingga luka sembuh ( biasanya lima hari). e. Setelah luka sembuh, daerah tersebut dapat disentuh dan dicuci dengan tekanan yang wajar. f. Apabila
ditemukan
adanya
tanda-tanda
infeksi
seperti
demam,
peradangan, atau bila rasa sakit menetap selama beberapa hari, segera kembali ke klinik ( Sulistyawati,2011).
Universitas Sumatera Utara
Teknik insersi implant Pemasangan dilakukan pada bagian dalam lengan atas atau bawah, kira-kira 6-8 cm, diatas atau dibawah siku, melalui insisi tunggal, dalam bentuk kipas, dan dimasukkan tepat dibawah kulit. Untuk memasang Norplant a.
Letakkan lengan akseptor yang akan dipasang norplant diatas penyangga.
b.
Pakailah sarung tangan. Bukalah tempat alat-alat yang telah steril dan aturlah alat-alat sedemikian rupa agar mudah dicapai
c.
Cucilah daerah lengan tempat pemasangan tersebut dengan sabun antiseptik dan berila betadin (atau antiseptik lainnya)
d.
Pasanglah kain steril yang berlubang besar yang biasa dipakai untuk operasi pada lengan bawah dan lengan atas
e.
Letakkan ke 6 kapsl berjejer seperti bentuk kipas
f.
Isilah semprit dengan zat anastesi local sebanyak 2,5 cc.Suntikan jarum semprit yang berisi zat anastesi local tadi hingga dibawah kulit ditempat dimana norplant akan dimasukkan dan lepaskan 0,5cc. Kemudian tanpa memindahkan jarum, masukkan kebawah kulit sekitar 4 cm, hal ini akan membuat kulit terangkat dari jaringan lunak dibawahnya. Kemudian tarik jarum pelan-pelan seingga membentuk jalur sambil menyuntikkan obat anastesi sebanyak 1 ml diantara tempat untuk memasang, kapsul 1 dan 2, selanjutnya diantara kapsul 3 dan 4 serta 5 dan 6.
Universitas Sumatera Utara
g.
Dengan pisau scalpel dibuat insisi 2 mm sejajar dengan lengkung siku.
h.
Masukkan ujung trokar melalui insisi Terdapat 2 garis yang batas pada trokar, satu dekat ujung, lainnya dekat pangkal trokar. Dengan perlahan-lahan trokar dimasukkan sampai mencapai garis batas dekat pangkal trokar, kurang lebih 4-4,5 cm, trokar dimasukkan sambil melakukan tekanan keatas dan tanpa merubah sudut pemasukan.
i.
Masukkan implant kedalam trokarnya Dengan batang pendorong, implant didorong perlahan-lahan keujung trokar sampai terasa adanya tahanan. Dengan batang tetap stationer, trokar perlahan-lahan ditarik kembali sampai garis batas di dekat ujung trokar terlihat pada insisi an terasa implan nya “melonjat keluar” dari trokarnya. Jangan keluarkan trokarnya, raba lengan dengan jari untuk memastikan implan sudah berada pada tempatnya dengan baik.
j.
Ubah arah trokar sehingga implan berikutnya berada 15 dari implan sebelumnya. Letakkan jari tangan pada implan sebelumnya. Masukkan kembali trokar sepanjang pinggir jari tangan sampai garis batas dekat pangkal trokar. Masukkan implan kedalam trokar. Selanjutnya seperti pada butir Ulangi lagi prosedur tersebut sampai semua implan telah terpasang.
k.
Setelah semua implan terpasang, lakukan penekanan pada tempat luka insisi dengan kasa steril untuk mengurangi perdarahan. Lalu ke pinggir insisi ditekan sampai berdekatan dan ditutup dengan plester. Tidak
Universitas Sumatera Utara
diperlukan penjahitan luka insisi. Luka insisi ditutup dengan kompres kering, lalu lengan dibalut dengan kasa. l.
Luka insisi ditutup dengan kompres kering, lalu lengan dibalut dengan kasa intuk mencegah perdarahan.
m. Nasihatkan pada akseptor agar luka jangan basah selama lebih kurang 3 hari
dan
datang
kembali
jika
terjadi
keluhan-keluhan
yang
mengganggu. Pemeriksaan ulang IMPLAN 1. Tidak perlu kembali ke klinik, kecuali jika ada masalah kesehatan ayau ingin mencabut implan. dianjurkan kembali ke klinik tempat implan dipasang bila ditemukan hal-hal sebagai berikut. a. Amenore yang disertai nyeri perut bagian bawah b. Perdarahan dengan jumlah yang banyak c. Rasa nyeri pada lengan d. Luka bekas insisi menegeluarkan darah atau nanah e. Ekspulsi dari batang implan f. Sakit kepala hebat ataiu penglihatan menjadi kabur g. Nyeri dada hebat h. Dugaan adanya kehamilan Efek Samping IMPLAN: 1.
Amenore
2.
Perdarahan bercak (spotting) ringan
3.
Ekspulsi
Universitas Sumatera Utara
2.3
4.
Infeksi pada daerah insersi
5.
Berat Badan naik atau turun
Akseptor KB Aktif Akseptor KB aktif adalah Akseptor yang ada pada saat ini menggunakan
salah satu cara/alat kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan/mengakhiri kesuburan (Ade, 2015). 2.4 Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implan Pada Akseptor KB Aktif 2.4.1 Umur Sebagian besar masa reproduksi secara aktif digunakan untuk kebutuhan seksual, dengan demikian wanita memiliki periode yang panjang dimasa mereka memerlukan metode yang efektif yang digunakan untuk mengatur kehamilan dan menjarangkannya (Finer & Philbin, 2012). Usia reproduksi yaitu usia diantara 20 tahun sampai 35 tahun dimana merupakan usia dewasa yang cukup matang untuk dibuahi, dan sebaliknya usia <20 tahun yang merupakan usia terlalu muda untuk hml sehingga penggunaan kontrasepsi diperlukan sebagai alat untuk menunda kehamilan. Usia yang terlalu tua untuk hamil >35 tahun, sehingga pada kedua periode usia tersebut diperlukan metode yang lebih efektif dan berlaku dalam jangka waktu yang lebih panjang (Depkes RI, 2006). Pemakaian kontrasepsi Implant lebih banyak dipakai oleh wanita usia muda <21 tahun karena mempunyai resiko abortus yang lebih tinggi. Penelitian yang dilakukan pada ibu muda di USA, untuk menjarangkan kehamilan mereka mengatakan diperlukan suatu metode kontrasepsi yang efektif untuk jangka panjang, karena umur yang muda maka masa reproduktifnya lebih panjang, dari
Universitas Sumatera Utara
penelitian tersebut didapati pada wanita usia <21 tahun cenderung mengalami kehamilan yang tidak diinginkan dan abortus lebih besar dua kali (Winner dkk, 2012). Penggunaan kontrasepsi dengan metode yang lebih efektif lebih banyak diamati wanita dengan umur <20 tahun dan >35 tahun dengan angapan pemilihan yang rasional sesuai fase usia ( Ode dkk,2013). Hasil penelitian Alemayehu dkk (2012) tentang hasil analisis bivariat didapatkan OR 0,82 dengan CI 0,37-1,75. Hasil menunjukkan bahwa peluang umur <20 tahun atau> 35 tahun untuk memakai implant 0,8 kali dibandingkan dengan umur 20-35 tahun, jadi wanita yang banyak menggunkan implant adalah umur 20-35 tahunakan tetapi secara statistik tidak bermakna karena nilai CI yang mengandung angka satu. Hal ini berlawanan dengan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, akan tetapi hampir sama dengan penelitian yang dilakukan di Ethopia didapatkan akseptor implant lebih banyak pada usia 25 tahun sampai 35 tahun. Hasil penelitian Firdawsyi (2015) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemakaian implant, pada kelompok memakai implant 35,71% pada usia <20 tahun atau >35 tahun, sedangkan pada kelompok tidak memakai Implant 40,38%. Ada sedikit perbedaan pada kedua kelompok namun secara statistik tidak bermakna karena niali p>0,05 berdasarkan karakteristik responden pada variabel umur didapatkan OR=0,82, yang artinya peluang umur <20 tahun atau 35 tahun untuk memakai implant , 8 kali dibandingkan dengan yang umur 20-35 tahun. Hasil penelitian Rahma (2014) tentang faktor yan berhubungan dengan pemakaian metode kontrasepsi Implant diketahui bahwa WUS dengan usia 20-35
Universitas Sumatera Utara
tahun yang menggunakan Implant sejumlah 36 orang (47,4%), sedangkan WUS dengan usia >35 tahun yang menggunakan implant sejumlah 4 orang (33,3%). Berdasarkan Chi Square (Continuity Correction) sebesar 0,355 dengan p-value 0,552. Oleh karena p-value=0,552 > α (0,05), disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dengan pemakaian kontrasepsi implant pada WUS. 2.4.2 Pendidikan Peran pendidikan dalam mempengaruhi pola pemikiran perempuan untuk menentukan kontrasepsi mana yang lebih sesuai untuk dirinya, kecenderungan ini menghubungkan antara tingkat pendidikan akan mempengaruhi pemahaman dan pengetahuan seseorang, penelitian di Cambodia tersebut menegaskan hubungan pendidikan dengan penelitian kontrasepsi modern sangat berkaitan ( Samandari, 2010). Bedasarkan hasil penelitian di Kenya tingkat pendidikan ibu dengan pemakaian kontrasepsi modern mempunyai hubungan signifikan. Ibu dengan pendidikan lebih tinggi cenderung lebih memilih menggunakan metode kontrasepsi modern dengan efektifitas yang lebih tinggi. Perbedaan yang terjadi berdasarkan hasil penelitian di Kecamatan Tegal sari bahwa , semakin rendah pendidikan seseorang maka semakin mudah untuk
dipengaruhi
dalam
memutuskan memakai kontrasepsi. Hal ini menunjukkan bahwa orang dengan pendidikan yang rendah mempunyai kecenderungan
untuk lebih mudah
dipengaruhi oleh orang lain (Copollo, 2011).
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian Alemayehu dkk (2012) terkait pendidikan sebesar 73,81% dengan pendidikan menengah pada kelompok yang memakai Implant, 71,52% tidak memakai dan sebesar 2,38% pendidikan tinggi yang memakai Implant dan 7,05% yang tidak memakai. Berdasarkan hasil analisis didapatkan nilai OR 0,95 pada pendidikan menengah dan 0,31 pada pendidikan tinggi
(Akadami atau
Universitas) lebih rendah 0,3dari pada yang berpendidikan rendah ( SD dan tidak sekolah) dan terdapat tren terbukti semakin tinggi pendidikan didapatkan nilai OR yang semakin rendah. 2.4.3 Paritas Paritas adalah jumlah anak yang dialahirkan untuk seorang wanita dalam masa reproduksi, dikatakan seorang wanita berparitas rendah apalagi jumlah anaknya 1 orang dan dikatakan berparitas tinggi apabila jumlah anaknya 3 orang. Paritas 2-3 orang merupakan paling aman di tinjau dari sudut kematian maternal. Resiko kematian pada paritas tinggi dapat dicegah atau dikurangi dengan menjadi akseptor KB. (Wiknjosastro, 2006). Jumlah anak mempengaruhi pasangan usia subur dalam menentukan metode kontrasepsi yang akan digunakan.pada pasangan dengan jumlah anak hidup masih sedikit terdapat kecenderungan untuk menggunakan metode kontrasepsi dengan efektifitas rendah, sedangkan pada pasangan dengan jumlah anak hidup banyak terdapat kecenderungan menggunakan metode kontrasepsi dengan efektivitas yang lebih tinggi (Rahma, 2014). Hasil penelitian Erman & Elviani, (2012) tentang Hubungan Paritas dan sikap Akseptor KB dengan penggunaan Kontrasepsi Jangka Panjang tekait paritas
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan bahwa 70,20% pada paritas ≤2 dan 29,80% pada paritas >2. Secara statistik paritas tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan didapatkan nilai OR yang didapatkan 1,07 dengan CI mengandung angka satu dan nilai (p>0,05). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Erman bahwa paritas tidak mempengaruhi dalam pemilihan kontrasepsi dengan penggunaan metode baik jangka panjang maupun jangka pendek. Pengalaman berulang ibu melahirkan mempengaruhi mereka dalam memutuskan dan memilih jenis kontrasepsi yang lebih efektif dalam waktu yang lama. Penelitian yang dilakukan oleh Newland sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Alemayehu, wanita yang mempunyai anak >2 mempunyai peluang lebih besar 3 kali dibandingan dengan wanita yang mempunyai anak <2 terbukti dengan nilai OR 2,7 dan CI 1,4-5,1 (Alemeyehu dkk, 2012). Hasil Penelitian Firdawsyi (2015) tentang fakto-faktor yang berhubungan dengan pemakaian Implant pada wanita pasangan usia subur bahwa variabel paritas dengan kelompok yang memakai implant 30,95% memiliki anak >2 dan 29,49% pada kelompok yang tidak memakai Implant. Ada sedikit perbedaan namun secara statistik tidak bermakna (p>0,05) dengan mendapatkan nilai OR=1,1 yang artinya paritas lebih dari dua mempunyai peluang untuk memakai implant sebesar 1,1 kali dibandingkan dengan paritas <2. 2.4.4 Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan ini terjadi melalui panca indra manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
Universitas Sumatera Utara
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga, pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2010). Perilaku seringkali dipengaruhi oleh seberapa besar pemahaman kita atas sesuatu hal, karena hal itu maka pengetahuan seseorang sangat berkaitan erat dengan perilaku mereka dalam memutuskan tentang upaya untuk meningkatkan kesehatan mereka, pengetahuan memiliki pengaruh dalam memberikan putusan untuk mengunakan alat kontrasepsi, dengan nilai p=0,000 dan OR 2,224 (Mosha & Ruben, 2013). Pengetahuan pada wanita usia subur 44,95% berpengetahuan baik, 32,83% berpengetahuan kurang dan 22,22% berpengetahuan cukup. Hasil yang didapatkan dari analisis bivariat pada pengetahuan cukup dengan kurang yang didapatkan adalah 4,04 sedangkan pengetahuan baik dengan kurang didapatkan OR=20,42. Setelah dianalisis secara multivariat variabel dengan pengetahuan cukup mendapat nilai p=0,063 dan pengetahuan baik p=0,001. Pengetahuan baik mempunyai hubungan yang bermakna terhadap pemakaian implant. Penelitian yang dilakukan di Makasar tentang rendahnya minat penggunaan Implant didapatka hasil bahwa pengetahuan mempunyai hubungan yang signifikan dengan nilai p=0,000 (Salvina& hasifah, 2013). Terkait penelitian serupa yang dilakukan di Aceh tentang faktor yang berhubungan dengan minat ibu
menggunakan
Implant mendapatkan hasil yang serupa bahwa pengetahuan mempunyai hubungan yang signifikan dengan nilai p=0,000 (Adyani, 2013).
Universitas Sumatera Utara
Berbeda dengan penelitian serupa yang dilakukan di Mataram didapatkan hasil bahwa pengetahuan baik tidak mempunyai hubungan yang signifikan terhadap pemakaian kontrasepsi pada wanita usia subur dengan OR=2,1 akan tetap nilai p>0,05 yaitu p=0,676 yang berarti secara statistik tidak bermakna (Aryanti, 2014). Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dipaparkan oleh Notoatmojo (2010) bahwa pengetahuan merupakan hasil proses belajar dari seseorang yang dari tidak tahu menjadi tahu, dan seseorang yang tahu akan mempunyai kecenderungan untuk memilih dan melakukan. Upaya unutk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memakai Implan dengan cara memberikan pengetahuan kepada wanita usia subur dan pasangannya. Pengetahuan yang baik dan benar akan sesuatu hal mempunyai pengaruhyang benar dalam menentukan keputusan yang diambil. Seseorang yang tahu akan mamfaat, keputusan yang diambil. Seseorang yang tahu akan manfaat, kegunaan, keefektifan serta efek samping dari Implant secara benar membuat wanita PUS yang memilih Implant menjadi lebih yakindan nyaman untuk memakainya. Hasil penelitian Hasil penelitian Rahma (2014) tentang faktor yan berhubungan dengan pemakaian metode kontrasepsi Implant
saat diketahui
bahwa WUS dengan pengetahuan kurang yang menggunakan Implant sejumlah 15 orang (38,5%), sedangkan WUSdengan pengetahuan cukup yang menggunakan implant sejumlah 14 orang (37,8%), dan WUS dengan pengetahuan baik yang menggunakan Implant sejumlah 11 orang (91,7%). Berdasarkan nilai Chi Square sebesar 11,971 dengan p-value 0,003. Oleh karena p-value = 0,003<α (0,05),
Universitas Sumatera Utara
disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pemakaian kontrasepsi implant pada WUS di Desa Jimbaran. 2.4.5 Dukungan Suami Menurut kamus Bahasa Indonesia 1995 pengertian dukungan adalah hal yang ikut serta dalam suatu kegiatan. Pembicaraan antara suami dan istri mengenai keluarga berencana tidak selalu menjadi persyarat dalam peneimaan KB, namun tidak adanya diskusi tersebut dapat menjadi halangan terhadap pemakaian KB. Komunikasi tatap muka antara suami istri merupakan jembatan dalam proses penerimaan, dan khususnya dalam kelangsungan pemakaian kontrasepsi. Tidak adanya diskusi antara suami istri mungkin merupakan cerminan kurangnya minat pribadi, penolakan terhadap suatu persoalan, atau sikap tabu dalam membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan aspek seksual. Apabila pasangan suami istri mempunyai siakp positif hadap KB, maka mereka cenderung akan memakai kontrasepsi (SDKI,2012) Saling memberikan dukungan dalam memilih dan memutuskan untuk menggunakan jenis kontrasepsi sangat berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan dalam program keluarga berencana (Ernest dkk, 2007). Perempuan akseptor KB merasa lebih nyaman ketika keputusan KB diputuskan secara mufakat antara pasangan, alasannya banyaknya wanita pasangan usia subur yang idak menggunakan alat kontrasepsi dikarenakan tidak mendapat dukungan dan tidak disetujui oleh suami (Kohan dkk, 2012). Berdasarkan Hasil penelitian Aryanti (2014) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan Penggunaan kontrasepsi pada wanita kawin usia dini hasil
Universitas Sumatera Utara
penelitian yang dilakukan didapatkan 93,94% mendapatkan dukungan dari suami da hanya 6,06% yang tidak mendapatkan dukungan. Hasil analisis bivariat didapatkan OR=3,11 akan tetapi secara statistik tidak bermakna (p>0,05) dan nilai CI dengan tingkat kepercayaan 95 % didapatkan hasil 0,42-137,07 dimana mengandung angka satu dengan range yang terlalu lebar. Penelitian tersebut berlawanan dengan penelitian yang dilakungan di kecamatan Aikmal Mataram , bahwa dukungan suami mempunyai hubungan yang bermakna dengan pemakaian kontrasepsi dengan nilai p=0,000 pada analisis bivariat dengan menggunakan Uji chi square. Hasil penelitian Firdawsyi (2015) tentang fakto-faktor yang berhubungan dengan pemakaian Implant pada wanita pasangan usia subur bahwa dukungan suami yang mendapat dukungan pada kelompok Implant 95,24% dan kelompok yang tidak memakai 92,95%.
Terdapat sedikit perbedaan dan didapatkan
OR=1,67, yang artinya peluang untuk memakai Implant pada kelompok yang medapat dukungan suami 2 kali dibandingkan yang tidak mendapat dukungan namun secara statistik tidak bermakna karena nilai p>0,05. Hasil penelitian Ode dkk ( 2013)
tentang Kontrasepsi hormonal pada
akseptor KB bahwa dukungan suami mempunyai hubungan yang bermakna dengan pemakaian kontrasepsi hormonal (Implant) pada pasangan suami istri, dengan nilai p=0,034. Metode kontrasepsi tidak akan dipakai oleh istri apabila tidak ada kerja sama dengan suami baik dukungan secara materi, potensi dan spiritual dan istri akan cenderung berhenti menggunakan kontrasepsi jika tidak mendapat izin dan dukungan dari pasangannya.
Universitas Sumatera Utara
Hasil Penelitian Musdalifah dkk (2013).
Tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan pemilihan kontrasepsi implant bahwa dukungan suami mempunyai hubungan bermakna terhadap pemakaian kontrasepsi hormonal (Implant) dengan nilai p=0,000 dan merupakan variabel yang paling berpengaruh Dukungan suami sangat berpengaruh besar dalam memutuskan untuk menggunakan atau todak kontrasepsi serta metode apa yang sesuai. Kesadaran suami dalam keikutsertaan berpartisipasi dalam menentukan alat kontrasepsi yang sesuai menunjukkan kepeduluan bahwa masalah kesehatan reproduksi bukan hanya masalah pada wanita. Partisipasi pria dalam upaya mendukung program KB bukan hanya dengan mengantar istrinya kepelayanan kesehatan atau sekedar memberikan materi finansial akan tetapi dengan ikut mendampingipasangannya baik saat pemasangan maupun pada saat penyuluhan. Pentingnya peran suami dalam mempengaruhi keputusan wanita untuk memakai Implant mempunyai pengaruh sangat besar sehingga sebaiknya penyuluhan tentang kontrasepsi Implant bukan hanya diberikan kepada ibu - ibu akan tetapi juga kepada pasangannya. 2.5
Kerangka Konsep
Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut ini: Variabel Independen Variabel Dependen 1. Umur 2. Pendidikan 3. Paritas 4. Pengetahuan
Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant pada akseptor KB aktif 1. Implant 2. Non Implant
5. Dukungan Suami Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
Universitas Sumatera Utara
2.6
Hipotesis Penelitian Dari gambar kerangka konsep diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1. Ada hubungan umur dengan penggunaan alat kontrasepsi Implant pada akseptor KB aktif di wilayah Kerja Puskesmas Binanga Tahun 2015. 2. Ada hubungan Pendidikan dengan penggunaan alat kontrasepsi Implant pada akseptor KB aktif di wilayah Kerja Puskesmas Binanga Tahun 2015. 3. Ada hubungan Paritas dengan penggunaan alat kontrasepsi Implant pada akseptor KB aktif di wilayah Kerja Puskesmas Binanga Tahun 2015. 4. Ada hubungan Pengetahuan dengan penggunaan alat kontrasepsi Implant pada akseptor KB aktif di wilayah Kerja Puskesmas Binanga Tahun 2015. 5. Ada hubungan Dukungan Suami dengan penggunaan alat kontrasepsi Implant pada akseptor KB aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Binanga Tahun 2015
Universitas Sumatera Utara