BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sikap Sebagai suatu bagian dari perilaku manusia, istilah sikap banyak diberikan
definisi. Dua definisi yang penting dikutip untuk memberikan apa yang
dimaksud dengan sikap. An attitude is a lasting, general evaluation of people (including oneself), objects, or issues (Solomon, 2004). Sedangkan Ferrel (2006) mendefinisikan sikap sebagai knowledge and positive or negative feelings about something. Kedua definisi tersebut menunjukkan kesamaan, bahwa sikap merupakan bentuk evaluasi seseorang yang konsisten terhadap sesuatu, dirinya sendiri, maupun lingkungannya. Karena sikap merupakan suatu bentuk evaluasi maka ia melibatkan faktor motivasi, emosi, persepsi, serta pemahaman tentang sesuatu hal (Suhartanto, 2008). Sifat yang penting dari sikap adalah kepercayaan dalam memegang sikap tersebut. Beberapa sikap mungkin dipegang dengan keyakinan kuat, sementara yang lain mungkin ada dengan tingkat kepercayaan yang minimum. Mengerti tingkat kepercayaan yang dihubungkan dengan sikap adalah penting karena dua alasan. Pertama, hal ini dapat mempengaruhi kekuatan hubungan di antara sikap dan perilaku. Sikap yang dipegang dengan penuh kepercayaan biasanya akan jauh lebih diandalkan untuk membimbing perilaku. Bila kepercayaan rendah, konsumen mungkin tidak merasa nyaman dengan bertindak berdasarkan sikap mereka yang sudah ada. Sebagai gantinya, mereka mungkin mencari informasi tambahan sebelum meningkatkan diri mereka (Suhartanto, 2008). Kedua, kepercayaan dapat mempengaruhi kerentanan sikap terhadap perubahan. Sikap menjadi lebih resistan terhadap perubahan bila dipegang dengan kepercayaan yang lebih besar. Satu lagi sifat penting dari sikap adalah bahwa sikap bersifat dinamis ketimbang statis. Maksudnya, banyak sikap akan
berubah bersama waktu. Sifat dinamis dari sikap sebagian besar bertanggung jawab atas perubahan di dalam gaya hidup konsumen (Suhartanto, 2008). 2.1.1 Pembentukan Sikap
Sikap yang dianut konsumen sekarang ini tentu saja merupakan hasil
dari pengalaman mereka sebelumnya. Konsumen yang hidup melewati era Depresi pada awal tahun 1930-an, misalnya, secara khas memiliki sikap
yang kurang mendukung terhadap pembelian berdasarkan kredit. Asal mula dari banyak sikap dapat dirunut hingga pengalaman masa kanak-kanak,
seperti perjalanan belanja dengan ibu dan ayah. Jadi, keluarga memiliki pengaruh besar pada perkembangan sikap selama tahun-tahun awal kehidupan konsumen. Secara lebih umum, faktor lingkungan akan memiliki pengaruh yang kuat pada pembentukan sikap dengan membentuk jenis, jumlah, dan kualitas informasi dan pengalaman yang tersedia bagi konsumen (Suhartanto, 2008). • Peranan Pengalaman Langsung
Sikap kerap terbentuk sebagai hasil dari kontak langsung dengan objek sikap.
Konsumen
yang
menikmati
perjalanan
belanja
yang
menyenangkan ke pengecer mungkin mengembangkan sikap yang mendukung pengecer. Sebagai kontras, produk yang gagal bekerja sebagaimana diharapkan dapat dengan mudah menimbulkan sikap negatif. Namun, kenali bahwa sikap dapat dibentuk bahkan tanpa adanya pengalaman aktual dengan suatu objek (Suhartanto, 2008).
2.1.2 Komponen Sikap Setiap saat dan setiap objek mengundang sikap seseorang. Sebaliknya setiap orang dapat membentuk sikap atas objek apapun yang ada dalam lingkungannya (Suhartanto, 2008). Sikap terdiri dari tiga komponen atau dimensi (Suhartanto, 2008), yaitu: 1. Koginitif (Pengetahuan atau Knowing),
2. Afektif (Perasaan atau Feeling), dan
3. Perilaku (Konatif atau Behavioral)
Kognitif Komponen
Kognitif
menggambarkan
(Pengetahuan
pengetahuan
dan
atau
Knowing)
dari
sikap
persepsi
terhadap
suatu
objek.
Pengetahuan dan persepsi ini biasanya diperoleh seseorang dari pengalaman langsung atas suatu objek serta informasi yang diperoleh seseorang dari
berbagai sumber berkaitan dengan objek tersebut. Pengetahuan dan persepsi biasanya berbentuk kepercayaan (belief), yaitu mempercayai bahwa suatu
objek sikap memiliki atribut spesifik yang mengarahkan kepada hasil tertentu. Persepsi konsumen tentang harga dan kualitas suatu produk merupakan contoh komponen kognitif suatu sikap.
Afektif Afektif (Perasaan atau Feeling) merupakan perasaan suka atau tidak suka seseorang terhadap suatu objek. Evaluasi yang menghasilkan perasaan suka atau tidak suka tersebut dilakukan konsumen atas suatu produk merupakan aspek dari sikapnya. Afektif mengungkapkan penilaian konsumen terhadap suatu produk apakah produk tersebut baik atau buruk, disukai atau tidak disukai. Perasaan dan emosi keseluruhan tersebut ditunjukan terutama kepada suatu produk sebagai suatu keseluruhan, bukan kepada atributatributnya. Perasaan dan emosi biasanya digambarkan melalui ungkapan dua kata sifat yang berbeda untuk mengevaluasi suatu produk.
Perilaku Komponen ketiga dari sikap yaitu Perilaku (Behavioral atau Konatif). Komponen ini menggambarkan kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu tindakan yang berkaitan dengan suatu objek sikap. Aspek ini meliputi perilaku yang sesungguhnya terjadi atau sesuatu yang masih dalam tahap keinginan.
2.1.3 Pengukuran Sikap
Sikap adalah kecenderungan untuk berperilaku dengan cara yang konsisten menguntungkan atau tidak menguntungkan untuk produk, layanan
atau metode melakukan perdagangan (Schiffman & Kanuk, 2000). Menurut
Fishbein dan Ajzen menyatakan bahwa individu secara rasional berpikir
mengenai konsekuensi perilaku terlebih dahulu sebelum bertindak. Dengan mengetahui intensi individu pada suatu situasi maka akan dapat dipredikisi
perilakunya. Davis (1989) mengusulkan bahwa model penerimaan teknologi (TAM)
menjelaskan potensi pengguna mengadopsi atau menggunakan sistem informasi baru (IS) atau teknologi informasi baru (IT). TAM didasarkan pada Teori Beralasan Tindakan (TRA) (Fishbein et al., 1975. 1980). Ini diasumsikan bahwa penerimaan pengguna teknologi dapat dijelaskan dua keyakinan utama termasuk manfaat yang dirasakan sebagai penentu sikap terhadap
penggunaan
dan
niat
untuk
menggunakan.
TAM
telah
menunjukkan bahwa sikap konsumen terhadap menggunakan teknologi informasi berdampak pada penggunaan aktual dari sistem. Sikap dirujuk ke tingkat mana seseorang memiliki evaluasi menguntungkan atau tidak menguntungkan atau penilaian perilaku dia (Ajzen, 1991).
External Variables
Perceived Usefullness (U)
Attitude towards Using (A)
Behavioral Intention to Use (BI)
Actual System Use
Perceived Easy of Use (E) Gambar 2.1 Technology Acceptance Model (TAM) Sumber: T.C. Edwin Cheng, David Y.C. Lam and Andy C.L. Yeung (2006)
Sesuai Technology Acceptance Model (TAM), faktor persepsi pengguna terhadap manfaat yang diperoleh (Perceived Usefulness) dan persepsi pengguna terhadap kemudahan dalam penggunaan (Perceived Ease of Use)
diyakini menjadi dasar dalam menentukan penerimaan dan penggunaan
bermacam-macam teknologi informasi. Bagaimanapun keyakinan ini
mungkin tidak sepenuhnya menjelaskan minat pengguna terhadap
munculnya teknologi informasi yang baru seperti Internet Banking (Cheng,
2006). Pada kerangka TAM, variabel yang digunakan sampai pada
pemakaian aktual (actual system usage) sedangkan pada penelitian ini
terbatas hanya sampai pada minat menggunakan Internet Banking
(behavioral intention to use) saja padahal permasalahan yang terjadi di
lapangan adalah pada kurangnya penggunaan aktual dari Internet Banking
(Cheng, 2006). Hal ini karena penelitian ini lebih berfokus pada minat nasabah yang belum pernah menggunakan layanan Internet Banking BRI dan juga minat yang sudah menggunakan layanan tersebut. Dengan mengetahui minat nasabah tersebut maka dapat mendorong nasabah tersebut untuk menggunakan Internet Banking BRI. Sebagai tambahan, perasaan aman dalam melakukan transaksi-transaksi pada Web sering disebutkan oleh pengguna sebagai faktor utama yang menghilangkan perhatian mereka tentang keefektifan penggunaan Internet untuk pembelian online (Salisbury et al., 2001). Oleh karena itu, peneliti memasukkan konsep Perceived Web Security sebagai pengukur sikap dan minat menggunakan Internet Banking BRI, sebagaimana dalam penelitian lebih awal oleh T.C. Edwin Cheng, David Y.C. Lam and Andy C.L. Yeung (2006) yang memasukkan faktor Perceived Web Security dari teori Salisbury et
al. (2001). Didefiniskan oleh Salisbury et al., (2001) “the extent to which one believes that the World Wide Web is secure for transmitting sensitive information” yang maksudnya adalah perluasan dimana suatu kepercayaan
bahwa World Wide Web itu aman untuk mengirimkan informasi sensitif. Selain itu juga disebutkan bahwa “pengadopsian pembelian produk pada World Wide Web mungkin melibatkan tingkatan resiko yang lebih besar dibandingkan dengan pengadopsian inovasi IT (Informasi Teknologi) lainnya.”
Dalam penelitian mereka, Salisbury et al., (2001) mengembangkan
rancangan empat item untuk mengukur Perceived Web Security dengan
menggunakan tujuh poin skala Likert. Hasil studi mereka menunjukkan bahwa tiga konsep, yaitu Perceived Web Security, Perceived Easy of Use dan Perceived Usefulness memiliki hubungan positif dengan minat
pembelian online. Namun, Salisbury et al., (2001) tidak memasukkan
konsep Attitude (Sikap) yang pada penelitian ini termasuk ke dalam model
teoritis.
2.2 Minat Beli atau Menggunakan Marimba (1980:79) mengemukakan bahwa minat adalah kecenderungan jiwa terhadap sesuatu, karena kita merasa ada kepentingan dengan sesuatu itu, pada umumnya disertai dengan perasaan senang akan sesuatu itu. Definisi tersebut didukung oleh Shalahuddin (1990:95) “Minat adalah perhatian yang mengandung unsur-unsur perasaan. Minat sangat menentukan sikap yang menyebabkan seseorang aktif dalam suatu pekerjaan, atau dengan kata lain, minat menjadi sebab dari suatu kegiatan.” Sabri (1995:84) mengatakan bahwa “minat adalah kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus.” Minat ini erat kaitannya dengan perasaan senang, karena itu dapat dikatakan minat terjadi karena sikap senang kepada sesuatu. Menurut Syah (2001:136) “Minat adalah kecenderungan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.” Minat beli merupakan bagian dari komponen perilaku dalam sikap mengkonsumsi. Menurut Kinnear dan Taylor (1995:306), minat beli adalah tahap kecenderungan responden untuk bertindak sebelum keputusan membeli benar-benar dilaksanakan. Minat beli (willingness to buy) dapat didefinisikan sebagai kemungkinan bila pembeli bermaksud untuk membeli produk (Doods, Monroe dan Grewal, 1991). Segala sesuatu menjadi sama, minat beli secara positif berhubungan terhadap persepsi keseluruhan pada akuisisi dan transaksi nilai (Della Bitta, Monroe dan McGinnis: 1981; Monroe dan Chapman: 1987;
Urbany dan Dickson: 1990; Zeithaml: 1988 dalam Grewal, Monroe dan Krishnan, 1998). Dalam penelitian ini, penulis meneliti minat menggunakan
layanan Internet Banking BRI atau merupakan persamaan dari minat beli itu sendiri karena Internet Banking adalah suatu layanan perbankan yang bukan
untuk dibeli melainkan untuk digunakan. Keputusan untuk membeli dipengaruhi oleh nilai produk yang dievaluasi.
Bila manfaat yang dirasakan lebih besar dibanding pengorbanan untuk
mendapatkannya, maka dorongan untuk membelinya semakin tinggi. Sebaliknya manfaatnya lebih kecil dibanding pengorbanannya maka biasanya pembeli bila
akan menolak untuk membeli dan umumnya beralih mengevaluasi produk lain yang sejenis (Dwityanti, 2008). Pada kebanyakan orang, perilaku pembelian konsumen seringkali diawali dan dipengaruhi oleh banyaknya rangsangan (stimuli) dari luar dirinya, baik berupa rangsangan pemasaran maupun rangsangan dari lingkungannya. Rangsangan tersebut kemudian diproses dalam diri sesuai dengan karakteristik pribadinya, sebelum akhirnya diambil keputusan pembelian. Karakteristik pribadi konsumen yang dipergunakan untuk memproses rangsangan tersebut sangat kompleks, dan salah satunya adalah motivasi konsumen untuk membeli (Dwityanti, 2008). Seperti yang dipaparkan Bearmen (1995) dalam Semuel & Wijaya (2008) tentang tahapan tumbuhnya minat beli, diantaranya: 1. Rangsangan Rangsangan yang diterima oleh konsumen akan diseleksi, dimana rangsangan tersebut adalah yang menarik dan diterima oleh konsumen tersebut. Rangsangan merupakan suatu syarat yang ditunjukan untuk mendorong atau menimbulkan seseorang untuk bertindak. 2. Kesadaran Tahap kedua yaitu kesadaran, dimana setelah stimuli yang diberikan berhasil mempengaruhi konsumennya, maka konsumen tersebut akan menyimpan informasi yang didapatkannya didalam mental files. 3. Pencarian Informasi
Setelah konsumen melewati tahap kesadaran, maka konsumen akan
melakukan pencarian informasi. Jika informasi yang konsumen dapatkan di
interpretasikan secara positif maka dapat dipastikan bahwa minat belinya
akan timbul kemudian dihadapkan pada proses keputusan pembelian.
4. Pemilihan alternatif Proses ini terjadi ketika konsumen mengalami pilihan yang sulit yang
membuat dilematis untuk memilih suatu produk.
5. Pembelian Dalam hal ini konsumen bertindak sebagai eksekutor untuk melakukan
pembelian terhadap produk/jasa. Menurut Ferdinand (2002, p. 129), minat beli dapat diidentifikasi melalui indikator-indikator sebagai berikut: a. Minat transaksional, yaitu kecenderungan seseorang untuk membeli produk. b. Minat refrensial, yaitu kecenderungan seseorang untuk mereferensikan produk kepada orang lain. c. Minat preferensial, yaitu minat yang menggambarkan perilaku seseorang yang memiliki prefrensi utama pada produk tersebut. Preferensi ini hanya dapat digangti jika terjadi sesuatu dengan produk prefrensinya. d. Minta eksploratif, minan ini menggambarkan perilaku seseorang yang selalu mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari informasi untuk mendukung sifat-sifat positif dari produk tersebut.
1.3 Faktor Kemudahan Definisi
kemudahan
menurut
http://www.artikata.com/arti-371963-
kemudahan.html adalah sesuatu yg dapat mempermudah dan memperlancar usaha. Transaksi perbankan dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Nasabah bisa saja melakukan transaksi keuangan pada saat sedang berbicara di telepon dan nasabah tentunya harus dapat mengimbangi, yaitu bisa memeriksa mutasi rekening saat itu juga untuk memberi konfirmasi bahwa dana yang dikirim telah
diterima. Bank yang layak digunakan adalah bank yang memiliki produk yang dapat memberikan kemudahan tersebut.
Internet Banking memberikan fasilitas pembayaran tagihan maupun
transaksi finansial dan non finansial hanya dengan melalui jaringan Internet.
Membayar tagihan secara online menjadi lebih mudah. Banyak bank menawarkan kalender online, yang membantu dalam pembayaran tagihan tepat waktu dan mencegah default. Namun, semua transaksi tidak dapat dilakukan
secara online. Ada beberapa yang akan membutuhkan interaksi pribadi dengan bankir jika fasilitas yang tersedia dan biaya yang terkait dengan pelayanan para
(http://id.prmob.net/bank-secara-online/bank/situs-497418.html).
1.4 Faktor Kegunaan/Manfaat Definisi dari kegunaan menurut http://kbbi.web.id/manfaat adalah faedah; manfaat. Tujuan dari Electronic Banking adalah sebagai sarana penyediaan multi channel dan juga dapat menghemat biaya transaksi bank, nasabah lebih bebas, mudah, dan memberikan keamanan bertransaksi 24 jam sehari dimanapun nasabah berada. Dengan hadirnya Internet Banking, nasabah tidak perlu mengantri di bank ketika hendak melakukan transaksi. Hal ini akan menghemat waktu dan tenaga. Nasabah dapat melakukan transaksi perbankan melalui Internet Banking di mana saja dan kapan saja asal memiliki sarana pendukung berupa
sambungan
Internet
(Sumber:
http://www.anneahira.com/internet-
banking.htm). Selain itu manfaat bagi para nasabah, diantaranya memberikan kemudahan dan kecepatan, transaksi dimana saja dan kapan saja dapat dilakukan serta hemat biaya dan waktu. (Sumber: http://www.perbanas.org/cetak.php?id=3). Ada banyak manfaat dari Internet Banking dan investasi. Namun, dalam perkembangan hi-tech, disarankan untuk hati-hati saat melakukan transaksi online. Nasabah dapat mengambil tindakan pencegahan ekstra dengan menggunakan password setidaknya enam atau delapan karakter alfanumerik yang
panjang
dan
struktural
online/bank/situs-497418.html).
(Sumber:
http://id.prmob.net/bank-secara-
1.5 Faktor Keamanan Web
Keamanan adalah keadaan bebas dari bahaya. Istilah ini bisa digunakan
dengan hubungan kepada kejahatan, segala bentuk kecelakaan, dan lain-lain.
Keamanan merupakan topik yang luas termasuk keamanan nasional terhadap
serangan teroris, keamanan komputer terhadap hacker, keamanan rumah
terhadap pencuri dan penyelusup lainnya, keamanan finansial terhadap kehancuran
ekonomi
dan
banyak
situasi
berhubungan
lainnya
(http://id.wikipedia.org/wiki/Keamanan).
Menurut Sarno dan Iffano, keamanan informasi adalah suatu upaya untuk
mengamankan aset informasi terhadap ancaman yang mungkin
timbul
(http://keamananinformasi.wordpress.com/2012/09/04/definisi-keamananinformasi/). Sedangkan, keamanan web (Perceived Web Security) itu sendiri menurut Salisbury et al. (2001) as “the extent to which one believes that the World Wide Web is secure for transmitting sensitive information” adalah perluasan dimana suatu kepercayaan bahwa World Wide Web itu aman untuk mengirimkan informasi yang sensitif. Keamanan memang merupakan isu utama dalam E-Banking karena sebagaimana kegiatan lainnya di Internet, transaksi perbankan di Internet juga rawan terhadap pengintaian dan penyalahgunaan oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab. Faktor keamanan pada sistem sangat diperlukan untuk mencegah segala ancaman dari pihak yang tidak bertanggung jawab (sumber: http://www.perbanas.org/cetak.php?id=3). Sebuah situs E-Banking diwajibkan untuk menggunakan standar keamanan yang sangat ketat untuk menjamin bahwa setiap layanan yang mereka sediakan hanya dimanfaatkan oleh mereka yang memang betul-betul berhak. Salah satu teknik pengamanan yang sering digunakan dalam E-Banking adalah melalui SSL (Secure Socket Layer) maupun protokol
HTTPS
(Secure
HTTP)
(Sumber:
http://denisuryana.wordpress.com/2011/12/02/manfaat-internet-banking-ebanking/).
2.6 Model Penelitian PERCEIVED EASY OF USE (KEMUDAHAN)
PERCEIVED USEFULNESS (KEGUNAAN/MANFAAT)
H1 H2
ATTITUDE (SIKAP)
H3 PERCEIVED WEB SECURITY (KEAMANAN WEB)
H5
INTENTION TO USE OF INTERNET H5 BANKING BRI (MINAT MENGGUNAKAN)
H4
Gambar 2.2 Model Penelitian Sumber: Model TAM (Davis,1989) dalam Jurnal T.C. Edwin Cheng (2006) yang Dimodifikasi
2.7 Hipotesis Hipotesis adalah suatu pernyataan sementara yang diajukan untuk kemudian diuji secara empirik atau hipotesis adalah suatu proposisi yang akan diuji secara empirik. Hipotesis juga dapat dikatakan sebagai jawaban sementara atas permasalahan atau pertanyaan penelitian (Sugiama; 2008). Berikut ini adalah hipotesis dari penelitian yang akan diuji oleh peneliti: H1 : Ada hubungan dan pengaruh secara positif dan signifkan antara Faktor Perceived Easy of Use (Kemudahan) Internet Banking BRI terhadap sikap nasabah (Attitude). H2 : Ada hubungan dan pengaruh secara positif dan signifikan antara Faktor Perceived Usefulness (Kegunaan atau Manfaat) Internet Banking BRI terhadap sikap nasabah (Attitude). H3 : Ada hubungan dan pengaruh secara positif dan signifikan antara Faktor Perceived Web Security (Keamanan Web) Internet Banking BRI terhadap sikap nasabah (Attitude). H4 : Ada hubungan dan pengaruh secara positif dan signifikan antara Faktor Perceived Web Security (Keamanan Web) terhadap minat menggunakan Internet Banking BRI (Intention to Use). H5 : Ada hubungan dan pengaruh secara positif dan signifikan antara sikap nasabah (Attitude) terhadap minat menggunakan Internet Banking BRI (Intention to Use).