BAB II KONSEP DASAR
A.
Landasan Teori 1. Konsep Keluarga a. Definisi keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Effendi, 2004). Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota (Sudhiarto, 2007). Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan, atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, saling berinteraksi satu sama lainnya dalam perannya dan menciptakan dan mempertahankan suatu budaya (Bailon dan Maglaya, 1989 dalam Mubarak 2002). b. Struktur keluarga
Menurut Murwani (2007), struktur keluarga terdiri atas: 1) Pola dan proses komunikasi
Pola interaksi keluarga yang berfungsi: (1) bersifat terbuka dan jujur, (2) selalu menyelesaikan konflik keluarga, (3) berpikiran positif, dan (4) tidak mengulang - ulang isu dan pendapat sendiri. Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi untuk :
a) Karakteristik pengirim : yakin dalam mengemukakan sesuatu atau pendapat,
apa yang disampaikan jelas dan berkualitas, selalu meminta dan menerima umpan balik. b) Karakteristik penerima : siap mendengarkan, memberi umpan balik,
melakukan validasi. 2) Struktur peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu dalam masyarakat misalnya sebagai suami, istri, anak dan sebagainya. Tetapi kadang peran ini tidak dapat dijalankan oleh masing-masing individu dengan baik. Ada beberapa anak yang terpaksa mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang lain sedangkan orang tua mereka entah kemana atau malah berdiam diri dirumah. 3) Struktur kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain kearah positif.
4) Nilai-nilai keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga
merupakan
suatu
pedoman
bagi
perkembangan
norma
dan
peraturan.Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga. Budaya adalah kupulan dari pola
perilaku yang dapat dipelajari, dibagi, dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah (Murwani, 2007). c. Tipe atau Bentuk Keluarga
Beberapa tipe atau bentuk keluarga menurut Sudiharto (2007), antara adalah sebagai berikut: 1) Keluarga inti (Nuclear Family)
Keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari suam, istri, dan anak-anak, baik karena kelahiran (natural) maupun adopsi. 2) Keluarga besar (Extended Family)
Keluarga inti ditambah keluarga yang lain (karena hubungan darah), misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu termasuk keluarga modern, seperti orang tua tunggal, keluarga tanpa anak, serta keluarga pasangan sejanis (guy/lesbian families).
3) Keluarga Campuran (Blended Family)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak-anak kandung dan anak-anak tiri. 4) Keluarga menurut hukum umum (Common Law Family): Anak-anak yang
tinggal bersama. 5) Keluarga orang tua tinggal
Keluarga yang terdiri dari pria atau wanita, mungkin karena telah bercerai, berpisah, ditinggal mati atau mungkin tidak pernah menikah, serta anak-anak mereka yang tinggal bersama. 6) Keluarga Hidup Bersama (Commune Family)
Keluarga yang terdiri dari pria, wanita dan anak-anak yang tinggal bersama berbagi hak dan tanggung jawab, serta memiliki kepercayaan bersama. 7) Keluarga Serial (Serial Family)
Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang telah menikah dan mungkin telah punya anak, tetapi kemudian bercerai dan masing-masing menikah lagi serta memiliki anak-anak dengan pasangannya masing-masing, tetapi semuanya mengganggap sebagai satu keluarga. 8) Keluarga Gabungan (Composite Family)
Keluarga yang terdiri dari suam dengan beberapa istri dan anak-anaknya (poligami) atau istri dengan beberapa suami dan anak-anaknya (poliandri). 9) Hidup bersama dan tinggal bersama (Cohabitation Family)
Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang hidup bersama tanpa ada ikatan perkawinan yang sah. d. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) dalam Sudiharto, (2007), antara adalah sebagai berikut: 1) Fungsi Afektif (The affective function) : Fungsi keluarga yang utama untuk
mengajarkan
segala
sesuatu
untuk
mempersiapkan
anggota
keluarga
berhubungan dengan orang lain, fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial keluarga. 2) Fungsi Sosialisasi dan penempatan sosial (sosialisation and social placement
fungtion) : Fungsi pengembangan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
3) Fungsi Reproduksi (reproductive function): Fungsi untuk mempertahankan
generasi menjadi kelangsungan keluarga. 4) Fungsi Ekonomi (the economic function) : Keluarga berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. 5) Fungsi Perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the healty care function):
Fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan. e. Tugas Perkembangan Keluarga
Siklus kehidupan setiap keluarga mempunyai tahapan-tahapan. Seperti individuindividu yang mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan yang berturutturut, keluarga juga mengalami tahap perkembangan yang berturut-turut. Adapun tahap-tahap perkembangan keluarga berdasarkan konsep Duvall dan Miller (Friedman, 1998) adalah : 1) Tahap I: keluarga pemula erkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya
sebuah keluarga baru dan perpindahan dari keluarga asal atau status lajang ke hubungan baru yang intim. 2) Tahap II : keluarga sedang mengasuh anak dimulai dengan kelahiran anak
pertama hingga bayi berusia 30 bulan. Tugas perkembangan: a) Perubahan peran menjadi orang tua, Perubahan hidup yang sulit, masa
transisi, tugas kritis.
Masalah: Suami merasa diabaikan, peningkatan perselisihan dan argumentasi suami dan isteri, interupsi dalam jadwal yang continue, kehidupan seksual dan sosial terganggu. b) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga : Peran, interaksi, kebutuhan –
kebutuhan, keselamatan, keterbatasan, toilet training, komunikasi bayi c) Mempertahankan
hubungan
yang
memuaskan
dengan
pasangannya:
pembentukan kembali pola komunikasi, Pembentukan perasaan, perkawinan, hubungan seksual menurun, konseling KB, hubungan perkawinan yang kokoh dan bergairah sangat penting bagi stabilitas dan moral keluarga. Masalah kesehatan : Pendidikan maternitas, Perawatan bayi yang baik, Pengenalan dan penanganan masalah kesehatan fisik secara dini, Imunisasi, Tumbuh kembang. 3) Tahap III: keluarga dengan anak usia pra sekolah dimulai ketika anak pertama
berusia dua setengah tahun, dan berakhir ketika anak berusia 5 tahun. 4) Tahap IV: keluarga dengan anak usia sekolah dimulai ketika anak pertama
berusia 6 tahun dan mulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja. 5) Tahap V: keluarga dengan anak remaja yang dimualai ketika anak pertama
melewati umur 13 tahun, berlangsung selama 6 sampai 7 tahun. Tahap ini dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak masih tinggal di rumah hingga berumur 19 atau 20 tahun. 6) Tahap VI: keluarga yang melepas anak usia dewasa muda yang ditandai oleh
anak pertama meninggalkan rumah orang tua dan berakhir dengan “rumah kosong”, ketika anak terakhir meninggalkan rumah. Tahap ini dapat singkat atau agak panjang, tergantung pada berapa banyak anak yang belum menikah yang
masih tinggal di rumah. Fase ini ditandai oleh tahun-tahun puncak persiapan dari dan oleh anak-anak untuk kehidupan dewasa yang mandiri. 7) Tahap VII: orang tua usia pertengahan, dimulai ketika anak terakhir
meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun atau kematian salah satu pasangan. 8) Tahap VIII: keluarga dalam masa pensiun dan lansia dimali dengan salah satu
atau kedua pasangan memasuki masa pensiun, hingga salah satu pasangan meninggal dan berakhir dengan pasangan lainnya meninggal.
2. Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan Anak a. Pengertian
Perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh kematangan dan belajar (Wong, 2000). Perkembangan (development) adalah pertambahan kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks. Perkembangan menyangkut adanya proses diferensiasi sel-sel, jaringan, organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya (Soetjiningsih, 2004). Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan adalah suatu proses menuju terciptanya kedewasaan yang ditandai bertambahnya kemampuan atau ketrampilan yang menyangkut struktur tubuh yang berkaitan dengan aspek non fisik. Pertumbuhan dan perkembangan termasuk suatu proses yang saling berkaitan dan sulit dipisahkan. b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang
Pola tumbuh kembang secara normal antara anak yang satu dengan yang lainnya pada akhirnya tidak selalu sama, karena dipengaruhi oleh interaksi banyak faktor (Nursalam, 2005). Menurut Soetjiningsih (2002), faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. 1) Faktor Dalam (Internal) a) Genetika
Faktor genetik akan mempengaruhi kecepatan pertumbuhan dan kematangan tulang, alat seksual, serta saraf, sehingga merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang, yaitu: (1) Perbedaan ras, etnis, atau bangsa, (2) Keluarga, (3) Umur, (4) Jenis Kelamin, (5) Kelainan Kromosom. b) Pengaruh hormon
Pengaruh hormon sudah terjadi sejak masa prenatal, yaitu saat janin berumur 4 bulan. Pada saat itu, terjadi pertumbuhan yang cepat. Hormon yang berpengaruh terutama adalah hormone pertumbuhan somatotropin yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitary. Selain itu, kelenjar tiroid juga menghasilkan kelenjar tiroksin yang berguna untuk metabolisme serta maturasi tulang, gigi, dan otak. 2) Faktor eksternal (lingkungan)
Faktor lingkungan yang dapat berpengaruh dikelompokkan menjadi tiga yaitu pranatal, kelahiran, dan pascanatal. a) Faktor pranatal (selama kehamilan), meliputi : (1) Gizi, nutrisi ibu hamil
akan mempengaruhi pertumbuhan janin, terutama selama trimester akhir kehamilan, (2) Mekanis, posisi janin yang abnormal dalam kandungan dapat
menyebabkan kelainan congenital misalnya club foot, (3) Toksin/zat kimia, radiasi, (4) Kelainan endokrin, (5) Infeksi TORCH atau penyakit menular seksual, (6) Kelainan imunologi, (7) Psikologis ibu. b) Faktor kelahiran
Riwayat kelahiran dengan vakum ekstraksi atau forcep dapat menyebabkan trauma kepala pada bayi sehingga beresiko terjadinya kerusakan jaringan otak. c) Faktor pascanatal
Seperti halnya pada masa pranatal, faktor yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak adalah gizi, penyakit kronis/kelainan kongenital, lingkungan fisik dan kimia, psikologis, endokrin, sosioekonomi, lingkungan pengasuhan, stimulasi, dan obat-obatan.
c. Ciri-Ciri Tumbuh Kembang Anak yang Normal
Tumbuh kembang anak yang sudah dimulai sejak konsepsi sampai dewasa itu mempunyai ciri-ciri tersendiri, yaitu : 1) Tumbuh kembang adalah proses yang kontinu sejak dari konsepsi sampai
maturitas/dewasa, yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan. 2) Dalam
periode tertentu terdapat adanya masa percepatan atau masa
perlambatan, serta laju tumbuh kembnag yang berlainan diantara organ-organ. 3) Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak, tetapi kecepatannya
berbeda antara anak satu dengan lainnya. 4) Perkembangan erat hubungannya dengan maturasi sistem susunan saraf. 5) Aktifitas seluruh tubuh diganti respons individu yang khas. 6) Arah perkembangan anak adalah sefalokaudal.
7) Refleks primitif seperti refleks memegang dan berjalan akan menghilang
sebelum gerakan volunter tercapai. 8) Perubahan proporsi tubuh yang daat diamati pada masa bayi dan dewasa. 9) Hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru yang ditandai dengan
lepasnya gigi susu dan timbulnya gigi permanen, hilangnya refleks primitif pada masa bayi, timbulnya tanda seks sekunder dan perubahan lainnya. 10) Kecepatan pertumbuhan tidak teratur yang ditandai dengan adanya masa-masa
tertentu, yaitu masa pranatal, bayi, dan adolesensi, dimana terjadi pertumbuhan cepat dan masa prasekolah dan masa sekolah, dimana pertumbuhan berlangsung lambat (Soetjiningsih, 2002, dikutip oleh Nursalam 2005).
d. Tahap-Tahap Tumbuh Kembang Anak
Pada dasarnya manusia dalam kehidupannya mengalami berbagai tahapan tumbuh kembang dan setiap tahap mempunyai ciri tertentu. Tahapan tumbuh kembang yang paling memerlukan perhatian adalah pada masa anak-anak (Nursalam, 2005). Menurut Nursalam (2005), ada beberapa tahapan tumbuh kembang pada masa anak-anak. Tahapan tersebut adalah sebagai berikut : 1)
Masa Pranatal Kehidupan bayi pada masa prenatal dikelompokkan menjadi dua periode yaitu:
2)
Masa Neonatal
3)
Masa bayi 1-12 bulan Pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara cepat. Pada umur 5 bulan berat badan anak sudah 2 kali lipat berat badan lahir, sementara pada umur 1 tahun berat badannya sudah menjadi 3 kali
lipat. Sedangkan untuk panjang badan, pada umur 1 tahun sudah menjadi satu setengah kali panjang badan saat lahir. Pertambahan lingkar kepala juga pesat. Pada 6 bulan pertama, pertumbuhan lingkar kepala sudah mencapai 50%. Oleh karena itu, diperlukan pemberian gizi yang baik, yaitu dengan memperhatikan prinsip menu gizi seimbang. Pada tiga bulan pertama, anak berusaha mengelola koordinasi bola mata untuk mengikuti suatu obyek, membedakan seseorang dengan benda, senyum naluri dan bersuara. Terpenuhinya rasa aman dan kasih sayang yang cukup mendukung perkembangan yang optimal pada masa ini. Pada posisi telungkup, anak berusaha mengangkat kepala. Jika tidur telentang, anak lebih menyukai sikap memiringkan kepala ke samping. Pada tiga bulan kedua, anak mampu mengangkat kepala dan menoleh ke kiri-kanan saat telungkup. Setelah usia lima bulan anak mampu membalikkan badan dari posisi telentang ke telungkup dan sebaliknya, berusaha meraih benda-benda di sekitarnya untuk dimasukkan ke mulut. Anak mampu tertawa lepas pada suasana yang menyenangkan, misalnya diajak bercanda, sebaliknya akan menangis pada suasana yang tidak menyenangkan. Pada enam bulan kedua, anak mulai bergerak memutar pada posisi telungkup untuk menjangkau benda-benda di sekitarnya. Sekitar usia sembilan bulan, anak bergerak merayap atau merangkak dan mampu duduk sendiri tanpa bantuan. Apabila dibantu berdiri, anak berusaha untuk melangkah sambil berpegangan. Koordinasi jari telunjuk dan ibu jari lebih sempurna sehingga anak dapat mengambil benda dengan menjepitnya. Kehadiran orang asing akan membuatnya cemas (stranger anxiety), demikian juga perpisahan dengan
ibunya. Anak suka sekali bermain “ci-luk-ba”. Pada usia 9 bulan-1 tahun, anak mampu melambaikan tangan, bermain bola, memukulmukul mainan dan memberikan benda yang dipegang bila diminta. Berdasarkan teory psikososial (Erikson), anak berada pada tahap percaya dan tidak percaya , sehingga lingkungan dalam hal ini orang tua yang memberikan perhatian dan kasih sayang yang cukup, akan menumbuhkan rasa percaya diri anak. Sedangkan menurut teori psikoseksual (Sigmund Freud), anak berada pada fase oral, sehingga segala sesuatu yang dipegangnya cenderung dimasukkan ke dalam mulut. Oleh karena itu, orang tua harus memperhatikan keamanan dan kebersihan makanan maupun permainan anaknya. Masa ini merupakan perkembangan interaksi yang menjadi dasar persiapaan untuk menjadi anak yang lebih mandiri. Kegagalan untuk memperoleh perkembangan interaksi yang positif dapat menyebabkan terjadinya kelainan emosional dan sosialisasi pada masa mendatang. Oleh karena itu diperlukan hubungan yang mesra antara ibu (orang tua) dan anak. 4)
Masa Balita (1-3 tahun)
5)
Masa Pra sekolah akhir (3-5 tahun)
Perkembangan pada anak menurut Soetjiningsih (2002), mencakup 4 kemampuan dasar: 1)
Perkembangan Motorik Halus
2)
Perkembangan Motorik Kasar Perkembangan motorik kasar pada usia 8 bulan ini dapat dilihat pada perubahan dalam aktivitas, seperti dapat duduk tanpa dibantu, dapat tengkurap
dan berbalik sendiri, dapat merangkak meraih benda atau mendekati seseorang, memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lain, memegang benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk, bergembira dengan melempar benda-benda, mengeluarkan kata-kata yang tanpa arti, mengenal muka anggota-anggota keluarga dan takut kepada orang asing atau orang lain. Deteksi perkembangan menurut Frankerburg (1981) yang dikutip oleh Soetjiningsih (2002),salah satu aspek perkembangan anak balita yang berhubungan dengan motorik kasar(gross motor), yaitu aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan sebagian besar tubuh karena dilakukan oleh otot-otot yang lebih besar sehingga memerlukan cukup tenaga, misalnya berjalan dan berlari. Aspek-aspek perkembangan tersebut merupakan modifikasi dari tes/skrining perkembangan yang ditemukan oleh Frankerburg, yang dikenal dengan Denver Development Screening Test (DDST), yaitu salah satu test atau metode skrining yang sering digunakan untuk menilai perkembangan anak mulai usia 0-8 bulan. 3)
Perkembangan bahasa
4)
Perkembangan Perilaku/Adaptasi Sosial
Pada buku petunjuk program BKB (Bina Keluarga dan Balita) perkembangan balita dibagi menjadi 7 aspek perkembangan, yaitu perkembangan: 1)
Tingkah laku sosial
2)
Menolong diri sendiri
3)
Intelektual
4)
Gerakan motorik halus
5)
Komunikasi pasif
6)
Komunikasi aktif
7)
Gerakan motorik kasar
e. Masalah-Masalah Tumbuh Kembang Anak
Dalam buku Pedoman Pembinaan Perkembangan Anak Di Keluarga yang disusun oleh Direktorat Bina Kesehatan Keluarga, masalah-masalah/gangguan pada masa kecil atau kelainan yang dibawa sejak lahir sering mengakibatkan hambatan pada perkembangan anak (Direktorat Bina Kesehatan Keluarga, 2002). Masalah tumbuh kembang yang sering timbul gangguan perkembangan motorik. Perkembangan motorik yang lambat dapat disebabkan oleh: Faktor keturunan, faktor lingkungan, faktor kepribadian, retardasi mental, kelainan tonus otot, obesitas, penyakit neuromuscular, buta. 3. Keperawatan kesehatan keluarga a. Definisi
Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atas kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai saran/ penyalur ( Murwani,2007). b. Alasan keluarga sebagai unit pelayanan 1) Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang
menyangkut kehidupan masyarakat. 2) Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan
atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya.
3) Masalah - masalah dalam keluarga saling berkaitan, dan apabila salah satu
anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota keluarga yang lainnya. 4) Dalam memelihra anggota keluarga sebagai individu (pasien), keluarga tetap
berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan anggota keluarganya. 5) Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai upaya
kesehatan masyarakat.
4. Konsep dasar asuhan keperawatan keluarga dengan masalah perkembangan motorik
kasar anak Menurut teori / model family center nursing friedman, meliputi 7 komponen pengkajian yaitu : a. Pengkajian 1) Data Fokus
Identitas kepala keluarga, komposisi keluarga, genogram, tipe keluarga, suku bangsa, agama, status sosial ekonomi keluarga, dan aktivitas rekreasi keluarga 2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga a) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembengan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari keluarga ini yaitu keluarga memasuki perkembangan tahap II yaitu keluarga sedang mengasuh anak dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 8 bulan.
Tugas perkembangan: Perubahan peran menjadi orang tua, Perubahan hidupyang sulit, masa transisi, tugas kritis. Masalah: (1) Suami merasa diabaikan, peningkatan perselisihan dan argumentasi suami dan isteri, interupsi dalam jadual yang continue, kehidupan seksual dan sosial terganggu, (2) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga : Peran, interaksi, kebutuhan – kebutuhan, keselamatan, keterbatasan, toilet training, komunikasi bayi, (3) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangannya: pembentukan kembali pola komunikasi,
Pembentukan
perasaan,
perkawinan,
hubungan
seksual
menurun, konseling KB, hubungan perkawinan yang kokoh dan bergairah sangat penting bagi stabilitas dan moral keluarga Masalah kesehatan : Pendidikan maternitas, Perawatan bayi yang baik, Pengenalan dan penanganan masalah kesehatan fisik secara dini, Imunisasi, Tumbuh kembang. b) Riwayat keluarga inti
Adanya perkembangan
riwayat pada
anggota
motorik
keluarga
kasar
anak
yang
terkena
gangguan
yang
mempunyai
resiko
terhambatnya tumbuh kembang.
c) Riwayat keluarga sebelumnya 3) Pengkajian lingkungan a) Karakteristik rumah yang cukup nyaman, ventilasi cukup, status rumah yang
dihuni keluaraga adalah rumah sendiri.
b) Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal, yang meliputi tetangga
yang ada di sekitar rumah keluarga cukup ramah. Keluarga tinggal di pedesaan,sehingga jarak antara rumah dengan tetangga tidak berhimpitan karena masih banyak lahan yang kosong. Warga memiliki kebiasaan mengadakan kerja bakti. Penduduk setempat juga mempunyai kebiasaan apabila ada tetangga yang sakit mereka saling membantu. Keluarga merasa nyaman tinggal di pedesaan tersebut karena keluarga merasa tetanggatetangga sekitar saling membantu dan tidak merugikan dalam berbagai hal. c) Fasilitas transportasi
Transportasi merupakan sarana yang penting dan sangat diperlukan agar mendapatkan pelayanan kesehatan dengan segera. Ketiadaan sarana transportasi menjadikan masyarakat enggan berkunjung ke pelayanan kesehatan sehingga kondisi akan semakn memburuk. d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga sering mengajarkan kepada keluarga tentang kebersamaan , sehingga keluarga saling menghormati dengan masyarakat sekitar. Keluarga mengatakan perkumpulan di masyarakat sangat berguna yaitu untuk memecahkan masalah-masalah yang ada di lingkungan dan tempat berinteraksi antar tetangga(silahturahmi)., dan mengikuti acara pengajian tahlilan bapak-bapak. e) System pendukung keluarga
Dalam keluarga terdapat sistem pendukung yang sifatnya positif yaitu jika ada masalah dalam keluarga biasanya di selesaikan secara bersama-sama dan
terbuka, rasa saling memaafkan, ada rasa saling menyayangi dan mengasihi dalam anggota keluarga, hubungan antar anggota keluarga cukup baik, keluarga menanamkan pola hidup sederhana. 4) Struktur keluarga a) Pola komunikasi keluarga
Berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga merupakan tugas keluarga, dan dapat menurunkan beban masalah. b) Struktur kekuatan keluarga
Dalam urusan pengambilan keputusan yang diambil adalah dengan musyawarah bersama terlebih dahulu, namun untuk pengambilan keputusan terakhir adalah pemegang keputusan yang mempunyai hak dalam menentukan masalahdan kebutuhan dalam mengatasi masalah perkembangan motorik kasar pada anak.
c) Struktur peran
Peran
antar
kelurga
menggambarkan
perilaku
interpersonal
yang
berhubungan dengan masalah kesehatan dalam posisi dan situasi tertentu. d) Nilai dan norma keluarga.
Beban kasus keluarga sangat bergantung pada nilai kekuasaan dan kebutuhan akan asuhan keperawatan keluarga. 5) Fungsi keluarga a) Fungsi afektif
Perhatian yang diberikan sudah cukup, karena keluarga menyadari adanya kebutuhan-kebutuhan seperti kebutuhan terhadap makanan dan kasih sayang, namun untuk memberikan kesempatan anaknya untuk bermain terlalu dibatasi,
sehingga
klien
tidak
mendapatkan
kesempatan
untuk
mengembangkan ketrampilannya. b) Fungsi sosialisasi
Tingkat pengetahuan masyarakat rendah, sehingga dalam proses sosialisasi masyarakat, keluarga tidak mendapatkan informasi yang tepat tentang masalah perkembangan anaknya dan penanganannya. c) Fungsi perawatan kesehatan
Keluaraga harus mampu melakukan 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu: keluarga mengenal masalah, mengambil keputusan, merawat anggota keluarga, memodifikasi lingkungan, dan keluarga
menggunakan fasilitas
atau pelayanan kesehatan masyarakat. d) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah: Berapa jumlah anak yang direncakan oleh keluarga , bagaimana keluarga merencakan jumlah anggota keluarga, adakah penggunaan alat kontrasepsi 6) Stress dan koping keluarga a) Stressor jangka pendek dan stressor jangka panjang
Stesor jangka pendek yaitu stesor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang lebih 6 bulan. Stesor jangka panjang yaitu
stesor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan. b) Respon keluarga terhadap stress
Hal yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga berespon terhadap situasi / stesor c) Strategi koping yang digunakan
Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan. d) Strategi adaptasi disfungsional
Menjelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan. Adakah cara keluarga mengatasi masalah secara maladaptive. 7) Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.