BAB II KONSEP DASAR
A. Konsep Keluarga 1. Pengertian Keluarga. Keluarga merupakan sekumpulan orang yang di hubungkan oleh perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan social dari individu-individu yang ada di dalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan untuk mencapai tujuan bersama(Friedman M. M., 1998) Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan dan kelahiran
dan
adopsi
yang
bertujuan
untuk
menciptakan,
mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental emosional serta sosial dari tiap anggota keluarga (Duvall & Logan,1986 dalam Friedman, 1998) Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Dep Kes R.I, 1998). Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan darah, perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
1
mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental emosional serta sosial dari tiap anggota keluarga. 2. Struktur Keluarga. Menurut Friedman (1998) struktur keluarga terdiri atas : a. Pola dan proses komunikasi Pola interaksi keluarga yang berfungsi : 1) Bersifat terbuka dan jujur 2) Selalu menyelesaikan konflik keluarga 3) Berpikiran positif 4) Tidak mengulang-ulang isu dan pendapat sendiri. Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi untuk : 1) Karakteristik pengirim : yakin dalam mengemukakan sesuatu atau pendapat, apa yang disampaikan jelas dan berkualitas, selalu meminta dan menerima umpan balik. 2) Karakteristik penerima : siap mendengarkan, memberi umpan balik, melakukan validasi. b. Struktur peran Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu dalam masyarakat misalnya sebagai suami, istri, anak dan sebagainya. Tetapi kadang peran ini tidak dapat dijalankan oleh masing-masing individu dengan baik.
2
Ada beberapa anak yang terpaksa mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang lain sedangkan orang tua mereka entah kemana atau malah berdiam diri di rumah. c. Struktur kekuatan. Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain ke arah positif. d. Nilai-nilai keluarga. Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga.
3. Tipe Keluarga. Tipe keluarga menurut Friedman(1998): a. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunan atau adopsi atau keduanya.
3
b. Keluarga orientasi (keluarga asal) adalah unit keluarga yang di dalamnya seseorang dilahirkan. c. Keluarga besar (estended family) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga yang lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek, nenek, paman, bibi). 4. Tugas Kesehatan Keluarga Tugas kesehatan keluarga menurut (Friedman, 1998) adalah sebagai berikut : a. Mengenal masalah kesehatan. b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat. c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit. d. Memodifikasi lingkungan e. Mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas kesehatan masyarakat. 5. Fungsi keluarga. Friedman (1998) membedakan fungsi keluarga menjadi lima yaitu : a. Fungsi Afektif (The affective function) : Fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain, fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial keluarga. b. Fungsi Sosialisasi dan penempatan sosial (sosialisation and social placement fungtion) : Fungsi pengembangan dan tempat melatih
4
anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah. c. Fungsi Reproduksi (reproductive function) : Fungsi untuk mempertahankan generasi menjadi kelangsungan keluarga. d. Fungsi Ekonomi (the economic function) : Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. e. Fungsi Perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the healty care function) : Fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan. B. Tahap Perkembangan Keluarga Mengasuh Anak (Child bering) 1. Pengertian Tahap perkembangan keluarga tahap 2 (Child bering) adalah tahap perkembangan keluarga yang dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan. Pada tahap ini antara suami dan istri memiliki perubahan peran yang bisa menimbulkan masalah dalam keluarga. Masalah tersebut muncul karena keluarga dalam hal ini suami dan istri kurang memiliki persiapan untuk menjadi orang tua. 2. Tugas perkembangan keluarga mengasuh anak Menurut Duval (1998) tugas perkembangan keluarga mengasuh anak adalah :
5
a. Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap (mengintegrasikan bayi baru kedalam keluarga) b. Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan anggota keluarga. c. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan d. Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran peran orang tua dan kakek nenek. 3. Masalah-masalah utama pada tahap mengasuh anak. Masalah kesehatan utama pada tahap 2 menurut Friedman (1998) adalah a. Masalah transisi peran orang tua Pola-pola komunikasi perkawinan yang baru berkembang dengan lahirnya anak, dimana pasangan berhubungan satu sama lain baik sebagai suami ataupun sebagai orang tua. Kedatangan bayi dalam rumah tangga menciptakan perubahan bagi setiap anggota keluarga dan setiap kumpulan hubungan. Keseimbangan keluarga berubah, setiap anggota keluarga memangku peran yang baru dan memulai hubungan yang baru, seorang istri tidak hanya berperan sebagai istri saja tetapi juga berperan sebagai seorang ibu, begitu juga dengan seorang suami memiliki peran baru sebagai seorang ayah, dengan kata lain keduanya berperan sebagai orang tua. Perubahan yang tiba-tiba bagi sebagian orang merupakan pengalaman yang penuh arti, walaupun begitu masalah perubahan
6
peran sering terjadi karena kebanyakan orang sekarang tidak disiapkan menjadi orang tua(Friedman M. M., 1998). b. Masalah perawatan dan pengasuhan bayi Kelahiran seorang anak membuat perubahan-perubahan fungsi dalam organisasi keluarga, fungsi suami istri harus dibedakan untuk memenuhi tuntutan baru perawatan dan pengasuhan bayi. Peran yang paling penting bagi perawat keluarga pada keluarga mengasuh anak adalah mengkaji peran sebagai orang tua yaitu bagaimana orang tua berinteraksi dengan bayi dan bagaimana merawatnya. Perawatan dan pengasuhan yang baik pada bayi sangat mempengaruhi muncul atau tidaknya masalah kesehatan, bagi orang tua baru yang belum siap menjadi orang tua sering kali mendapatkan konflik dengan munculnya masalah kesehatan pada bayi.
Masalah-
masalah
kesehatan
yang
sering
muncul
diantaranya masalah tumbang bayi, masalah pemberian ASI eksklusif dan masalah kesehatan seperti ISPA. 1) Tumbuh kembang bayi usia 1-4 bulan a) Periode pertumbuhan Perubahan dalam pertumbuhan diawali dengan perubahan barat badanpada usia ini, bila gizi anak baik maka perkiraan berat badan akan mencapai 700-1000 gram/bulan sedangkan pertumbuhan tinggi badan akan
7
stabil tidak mengalami kecepatan, perkembangan dapat diliha dari motorik kasar, halus, bahasa dan adaptasi sosial b) Periode perkembangan Perkembangan motorik kasar pada bayi 1-4 bulan yaitu memiliki kemampuan mengangkat kepala saat tengkurap, mencoba duduk sebentar dengan ditopang, dapat duduk dengan kepala tegak, jatuh terduduk dipangkuan ketika disokong pada posisi berdiri, kontrol kepala sempurna, mengangkat kepala sambil berbaring terlentang, berguling dari terlentang ke miring, posisi lengan dan tungkai kurang fleksi, dan berusaha untuk merangkak. Perkembangan motorik halus pada bayi 1-4 bulan yaitu dapat melakukan usaha yang bertujuan untuk memegang suatu objek, mengikuti objek dari sisi ke sisi, mencoba memegang benda ke dalam mulut, memegang benda tapi terlepas, memperhatikan tangan dan kaki, memegang benda dengan kedua tangan, menahan benda di tangan walaupun hanya sebentar. Pada perkembangan bahasa ditandai dengan adanya kemampuan bersuara dan tersenyum, dapat berbunyi huruf hidup, berceloteh, mulai mampu mengucapkan kata
8
ooh/aah, tertawa dan berteriak, mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh. Perkembangan adaptasi sosial yaitu bayi usia 1-4 bulan mulai untuk mengamati tangannya, tersenyum spontan dan membalas senyuman bila diajak tersenyum, mengenali
ibunya
dengan
penglihatan,
penciuman,
pendengaran dan kontak, tersenyum pada wajah manusia, waktu tidur dalam sehari lebih sedikit daripada waktu terjaga, membentuk siklus tidur bangun, menangis menjadi sesuatu yang beda, membedakan wajah- wajah yang dikenal dan tidak dikenal, senang menatap wajahwajah
yang
dikenal,
diam
saja
jika
ada
orang
asing.(Hidayat, 2008). 2) Pemberian ASI eksklusif Masalah ini sering muncul karena ibu yang sedang menyusui anaknya bekerja diluar rumah, pemberian ASI eksklusif pada bayi sangatlah penting karena selain mengandung zat gizi untuk pertumbuhan dan perkembangan kebutuhan bayi juga bisa menambah kedekatan antara ibu dan bayi sehingga dapat memepererat hubungan keluarga. a) Pengertian ASI eksklusif.
9
ASI Eksklusif adalah ASI (Air Susu Ibu) yang diberikan kepada bayi selama 6 bulan tanpa tambahan makanan atau cairan lain. (Kristiasari, 2009) b) Komposisi ASI ASI bersifat khas untuk bayi karena susunan kimianya, mempunyai nilai biologis tertentu, dan mempunyai substansi
yang
spesifik.
Ketiga
sifat
itulah
yang
membedakan ASI dengan susu formula. Pengeluaran ASI tergantung dari umur kehamilan sehingga ASI yang keluar dari ibu dengan kelahiran prematur akan berbeda dengan ibu yang bayinya cukup bulan. Dengan demikian pengeluaran ASI sudah diatur sehingga sesuai dengan tuanya kehamilan. Komposisi ASI tidak sama dari waktu ke waktu, hal ini berdasarkan stadium laktasi. Komposisi ASI dibedakan menjadi 3 macam : (a) Kolostrum. adalah ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga setelah bayi lahir. Kolostrum merupakan cairan yang agak kental berwana kekuning kuningan, lebih kuning dibanding dengan ASI mature, bentuknya agak kasar karena mengandung butiran lemak dan selsel epitel. (b) ASI masa transisi (foremilk).
10
ASI yang menghasilkan mulai hari keempat sampai hari kesepuluh. ASI transisi berwarna putih bening dengan susunan yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi, dan kemampuan mencerna usus bayi. (c) ASI mature. ASI yang dihasilkan mulai hari kesepuluh sampai seterusnya. Pengeluaran ASI penuh sesuai dengan perkembangan usus bayi, sehingga dapat menerima susunan ASI sempurna. Tabel 2.1 Komposisi kandungan ASI Kandungan
Kolostrum
Transisi
Asi mature
Energi (Kg kla)
57,0
63,0
65,0
Laktosa
6,5
6,7
7,0
ml)
2,9
3,6
3,8
Lemak (gr/100ml)
1,195
0,965
1,324
Protein (gr/100ml)
0,3
0,3
0,2
(gr/100ml)
335,9
-
119,6
Imunoglobulin :
5,9
-
2,9
Ig A (mg/100ml)
17,1
-
2,9
Ig G (mg/100ml)
14,2-16,4
-
24,3-27,5
Ig M (mg/100ml)
420-520
-
250-270
(gr/100
Mineral
Lisosim(mg/100) Laktoferin
11
Tabel 2.2 Pebedaan komposisi ASI, susu sapi dan susu formula Komposisi/100ml
ASI matur
Susu sapi
Susu formula
Kalori
75
69
67
Protein
1,2
3,5
1,5
Lactalbumin(%)
80
18
60
Kasein (%)
20
82
40
Air(ml)
87,1
87,3
90
Lemak(gr)
4,5
3,5
3,8
Karbohidrat
7,1
4,9
6,9
Ash (gr)
0,21
0,72
0,34
Na
16
50
21
K
53
144
69
Ca
33
128
46
P
14
93
32
Mg
4
13
5,3
Fe
0,05
Trance
1,3
Zn
0,15
0,04
0,42
A (iu)
182
140
210
C (mg)
5
1
5,3
D (iu)
2,2
42
42
E (iu)
0,08
0,04
0,04
Thiamin (mg)
0,01
0,04
0,04
Ribovlavin (mg)
0,04
0,03
0,06
Niachin (mg)
0,2
0,17
0,7
Mineral :
Vitamin:
12
Ph
Alkaline
Acid
Acid
Bacteria iontent
Sterile
Nonsterile
Sterile
(Kristiasari, 2009) c) Manfaat Pemberian ASI eksklusif.
13
Menyusui mendatangkan keuntungan bagi bayi, ibu, keluarga, masyarakat dan negara. Sebagai makanan bayi yang paling sempurna ASI mudah dicerna dan diserap karena mengandung enzim pencernaan. ASI juga dapat mencegah
terjadinya
penyakit
infeksi
lantaran
mengandung zat penangkal penyakit yaitu immuno globulin. ASI bersifat praktis, mudah diberikan kepada bayi, murah, serta bersih Bagi ibu menyusui dapat mendatangkan keuntungan yaitu
mencegah
perdarahan
setelah
persalinan,
mempercepat mengecilnya rahim, mencegah kanker payudara, metode keluarga berencana sementara. Dari tinjauan psikologis kegiatan menyusui akan membantu ibu dan bayi untuk membentuk tali kasih Dengan
pemberian
ASI
eksklusif,
ibu
bisa
menghemat pengeluaran untuk membeli susu formula, yang
sebenarnya
tidak
lebih
baik
dari
ASI
eksklusif.(Prasetyono, 2009) d) Laktasi Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI(Kristiasari, 2009).
14
Laktasi merupakan bagian dari siklus reproduksi mamalia termasuk manusia. Masa laktasi mempunyai tujuan meningkatkan pemberian ASI eksklusif dan meneruskan pemberian ASI sampai anak umur 2 tahun secara baik dan benar serta anak mendapat kekebalan tubuh secara alami. ASI diproduksi oleh organ reproduksi wanita yaitu payudara.
e) Masalah Dalam Laktasi (1) Kesehatan umum ibu Kesulitan dapat timbul ketika ibu berada dalam kondisi tidak sehat. Pemberian ASI akan menimbulkan tuntutan pada tubuh ibu dan hanya mereka yang terganggu kesehatannya
yang
tidak
mampu
melaksanakan
kewajiban ini. Pemberian ASI pada bayi tidak diperbolehkan pada ibu yang mengalami tuberkolusia aktif, diabetes tidak stabil yang tergantung insulin, HIV aids, kelainan psikiatrik, ketergantungan obat. (2) Puting yang retak-retak Puting retak-retak terasa nyeri. Keretakan tersebut dapat terjadi karena mulut bayi yang tidak memegang puting dengan benar, penghisapan puting terlalu kuat, penggunaan pompa yang salah saat memeras ASI.
15
Puting
harus
diinspeksi
setiap
hari
dengan
penerangan yang baik untuk memastikan bahwa puting benar-benar sehat. Bila terjadi kelainan seperti puting retak, maka harus dilakukan perbaikan posisi menyusui dan pengistirahatan puting selama 24 jam. Puting di panasi dengan cahaya matahari atau cahaya lampu. (3) Puting masuk ke dalam Jika puting yang datar masuk ke dalam tidak ditemukan selama kehamilan, laktasi akan sulit dilaksanakan, khususnya selama hari ke 3 dan ke 4 ketika payudara yang mengalami distensi menarik puting ke dalam dan membuatnya lebih mendatar. Pompa patudara dapat membantu
menarik
puting
ke
depan
sebelum
menyebabkan
adalah
pemberiian ASI
(4) Mastitis infeksi Mikrorganisme
yang
Staphylococcus aureus yang memasuki payudara lewat fisura pada puting. Ibu yang menderita mastitis infeksi akan jatuh sakit dan mengalami demam dengan nyeri tekan serta payudara akan terlihat kemerahan.
16
Mastitis adalah peradangan pada payudara.Cara yang dilakukan untuk menangani hal tersebut adalah kompres
hangat,
pemberian
antibiok,
rangsang
oksitosin dengan stimulasi puting susu. Sampel ASI dari daerah yang sakit diperah dan dikirim untuk pemeriksaan kultur serta tes sensitivitas. Terapi antibiotik yang biasanya metasilin. Payudara yabg sakit disangga dengan BH yang kencang (5) Kurang informasi Banyak ibu yang merasa bahwa susu formula lebih baik dari pada ASI eksklusif, hal itu dikarenakan kurang nya pengetahuan dan informasi. Apalagi saat ini banyak sekali iklan susu formula yang bermunculan, sehingga para ibu muda yang kurang informasi terpengaruh iklan tersebut. (6) Sindrome ASI Kurang. Tanda-tanda ASI kurang adalah bayi tidak puas setelah selesai menyusu, sering sekali menyusu,menyusu dalam waktu yang lama, bayi sering menangis atau bayi menolak menyusui, tinja bayi keras, payudara tidak membesar
selama
kehamilan,
berat
badan
bayi
meningkat kurang dari rata-rata 500 gr per bulan, BB lahir dalam waktu 2 minggu belum kembali, bayi
17
ngompol rata-rata kurang dari 6 kali dalam 24 jam, cairan urine pekat, bau dan warna kuning (7) Bayi bingung puting. Bingung puting adalah suatu keadaan yang terjadi karena bayi mendapat susu formula dalam botol berganti-ganti dengan menyusu pada ibu.peristiwa ini terjadi karena mekanisme menyusu pada puting berbeda dengan mekanisme menyusu pada botol. (8) Ibu yang bekerja. Seringkali alasan pekerjaan membuat seeorang (ibu) berhenti menyusui. Ibu yang bekerja lebih memilih susu formula sebagai pengganti ASI karena kurangnya pengetahuan mengenai pentingnya ASI eksklusif. (a) Cara Memberikan ASI Eksklusif pada Ibu yang Bekerja Cara memberikan ASI pada ibu bekerja yaitu susui bayi sesering mungkin selama ibu cuti bekerja, minimal 2 jam sekali, susuilah bayi sebelum berangkat bekerja dan segera setelah ibu tiba dirumah, terutama pada malam hari dan selam libur dirumah,
selama
ditempat
kerja,
ASI
harus
dikeluarkan, lalu dimasukkan kedalam tempat tempat ( wadah ) yang bersih dan tertutup kemudian
18
disimpan dilemari es atau termos es. ASI ini di bawa pulang, simpan lagi dalam lemari es dan di berikan oleh pengasuh kepada bayi saat ibu bekerja esoknya. Suapkan ASI tersebut dengan sendok kecil.Suhu penyimpanan lemari pendingin bermacam-macam kolostrum disimpan pada suhu 27 - 32° C dapat bertahan selama 12 jam, sedangkan ASI bisa disimpan berveriasi pada suhu 19 - 25° C dapat bertahan 4 – 8 jam, bila ASI disimpan dalam lemari es pada suhu 0 – 4° C akan tahan selama 1 – 2 hari, penyimpanan ASI didalam lemari pembeku ( freezer ) satu pintu ASI bertahan selama 2 bulan,ASI disimpan dalam freezer 2 pintu bertahan selama 4 bulan, Ibu harus cukup istirahat dan banyak minum dan makan – makanan yang bergizi agar ASI lancar. (b) Cara Mengeluarkan ASI dengan Tangan Cara mengeluarkan ASI dengan tngan yaitu mencuci tangan sampai bersih, pegang cangkir bersih untuk menampung ASI, condongkan badan kedepan dan sangga payudara dengan tangan, letak ibu jari pada batas atas areola mamae dan letakkan jari telunjuk pada batas areola mamae bagian bawahnsehingga berhadapan, letakkan kedua jari ini kedalam ke arah
19
dinding dada tanpa menggeser letak kedua jari tadi, pijat daerah diantara kedua jari tadi ke arah depan sehingga akan memeras dan mengeluarkan ASI yang berada di dalam sinus lactiferous, ulangi gerakan tekan , pijat dan lepas beberapa kali, setelah pancaran ASI kurang , pindahkan posisi ibu jari dan telunjuk tadi dengan cara diputar pada sisi lain dari batas areola dengan kedua jari selalu berhadapan, lakukan berulang ulang sehingga ASI akan terperah dari semua bagian payudara, jangan memijat atau menarik puting susu, karena ini tidak akan mengeluarkan ASI dan akan menyebabkan rasa sakit (9) Puting susu lecet Puting susu yang lecet pasti terasa nyeri, hal tersebut bisa disebabkan karena posisi menyusu yang salah, namun bisa disebabkan karena dermatitis.(Farrer, 2001)
f) Tanda Bayi Cukup ASI Tanda bayi cukup ASI adalah jumlah buang air kecilnya dalam satu hari paling sedikit 6 kali, warna seni biasanya tidak berwarna kuning pucat, bayi sering BAB berwarna kekuningan berbiji, bayi kelihatanya puas ,
20
sewaktu waktu merasa lapar bangun dan tidur dengan cukup, bayi paling sedikit menyusu 10 kali dalam 24 jam, payudara ibu terasa lembut setiap kali selesai menyusui, ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI setiap kali bayi mulai menyusu, ibu dapat mendengar suara menelan yang pelan ketika bayi menelan ASI, bayi bertambah berat badannya.(Prasetyono, 2009)
21
g) Pathways
Tahap perkembangan keluarga
Tahap keluarg a baru menika h
Tahap Tahap keluarga keluarga mengasuh prasekolah anak
Masalah transisi peran orang tua
Tumbuh kembang bayi
Masalah perawatan dan pengasuhan bayi
ASI eksklusif
Tahap keluarga anak sekolah
Masalah imunisasi
Tahap Tahap keluarga keluarga remaja dewasa awal
Tahap Tahap keluarga keluarga dewasa lansia akhir
Masalah keluarga berencana
Masalah kesehatan pada bayi (ISPA)
Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan
22
(Friedman M. M., 1998) 3) ISPA (Infeksi Saluran pernafasan Akut) a) Pengertian. ISPA adalah penyakit yang disebabkan oleh virus pada saluran pernafasan ditandai dengan demam dan disertai satu atau lebih reaksi sistemik, seperti menggigil/ kedinginan sakit kepala, malaise, dan anoreksia; kadang pada anak- anak ada gangguan gastrointestinal (Depkes RI, 2005). ISPA adalah infeksi yang menyerang sistem pernafasan, baik sistem pernafasan atas ataupun bawah (parenkim paru) yang berlangsung hingga 14 hari (IDAI, 2008)
23
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan Infeksi Saluran Pernafasan Akut atau ISPA adalah penyakit akut yang menyerang saluran pernafasan baik saluran pernafasan atas ataupun bawah yang ditandai dengan demam disertai satu atau lebih reaksi seperti. b) Etiologi Menurut (Ikatan Dokter Anak Indonesia,2008 )terdapat banyak faktor yang mendasari perjalanan penyakit ISPA pada anak. hal ini berhubungan dengan pejamu, agen penyakit dan lingkungan. Faktor tersebut sebagai berikut : (1) Status gizi Status gizi anak merupakan faktor penting timbulnya pneumonia. Gizi buruk merupaka faktor predisposisi terjadinya ISPA pada anak, hal ini dikarenakan adanya gangguan respon imun. Vitamin A sangat berhubungan dengan beratnya infeksi. (2) Pemberian ASI Terdapat penelitian menunjukkan hubungan antara pemberian
ASI
dengan
terjadinya
ISPA.
ASI
mempunyai nilai proteksi terhadap pnemonia, terutama selama 1 bulan pertama. Bayi yang tidak pernah diberi ASI lebih rentan mengalami ISPA dibanding dengan bayi yang diberi ASI eksklusif.
24
(3) Berat Badan Bayi Rendah Berat badan lahir memiliki peran penting terhadap kematian akibat ISPA. Di negara berkembang, kematian terhadap pneumonia berhubungan
dengan BBLR
diperkirakan sebanyak 22%. (4) Imunisasi Campak, pertusis dan dipteri meningkatkan resiko terkena ISPA dan memperberat ISPA, tetapi sebenarnya hal ini dapat dicegah dengan imunisasi. Vaksin campak cukup efektif dan dapat mencegah kematian hingga 25%. (5) Pendidikan orang tua Tingkat
pendidikan
keadaan sosial ekonomi pengetahuan
orang
tua.
berhubungan
erat
dengan
dan juga berkaitan dengan Kurangnya
pengetahuan
menyebabkan sebagian kasus ISPA tidak diketahui oleh orang tua dan tidak diobati. (6) Status sosial ekonomi Status sosial ekonomi berpengaruh terhadap pendidikan dan faktoe-faktor lain seperti nutrisi, lingkungan, dan penerimaan layanan kesehatan. Anak yang berasal dari keluarga
dengan
status
sosial
ekonomi
rendah
25
mempunyai resiko lebih besar mengalami episode ISPA.
(7) Penggunaan fasilitas kesehatan Angka kematian anak penderita ISPA yang tidak diobati diperkirakan 10-20%. Penggunaan fasilitas kesehatan sangat berpengaruh pada tingkat keparahan ISPA. Di sebagian negara berkembang, pemanfaatan fasilitas kesehatan rendah. (8) Lingkungan (a) Polusi udara Studi epidemologi di negara berkembang menunjukkan bahwa polusi udara, baik dari dalam maupun dari luar rumah, berhubungan dengan beberapa penyakit termasuk ISPA. Hal ini berkaitan dengan konsentrasi polutan lingkungan yang dapat mengiritasi saluran respiratori. Orang tua yang merokok menyebabkan anaknya rentan terhadap pneumonia. Risiko mengalami ISPA bawah pada anak dengan durasi pemberian ASI yang singkat oleh ibu perokok dibanding dengan anak dengan durasi pemberian ASI yang lama oleh ibu nonperokok 2,2%.
26
(b) Bencana Alam Bencana alam seperti
tsunami dapat
menyebabkan peningkatan kasus dan kematian akibat ISPA, khususnya pneumoni. Pneumoni yang ditimbulkan adalah pneumoni akibat masuknya cairan dan benda asing kedalam saluran pernafasan. Selain itu juga menyebabkan pneumoni pada anakanak selama berada ditempat pengungsian , karena kepadatan tempatt tinggal dan keadaan lingkungan kurang baik.
c) Tanda dan Gejala ISPA Menurut Depkes RI (2002), tanda dan gejala klasifikasi penyakit ISPA dibagi berdasarkan jenis dan derajat keparahanya yang digolongkan dalam 2 kelompok umur yaitu : bayi umur kurang dari 2 bulan dan umur 2 bulan sampai dengan umur 5 tahun. (1) Bayi umur kurang 2 bulan. Untuk bayi umur kurang dari 2 bulan, tanda dan gejala penyakit ISPA digolongkan menjadi dua Klasifikasi penyakit: Pneumonia berat : batuk atau juga disertai kesulitan bernafas, nafas sesak/penarikan dinding dada
27
sebelah bawah kedalam (severe care indrowing), dahak berwarna kehijauan atau seperti karet. Klasifikasi yang kedua yaitu bukan Pneumonia (batuk pilek) : tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam, tidak ada nafas cepat umur 2 bulan sampai umur <12 bulan, kurang 50 kali permenit > umur 1 tahun sampai 5 tahun kurang 40 kali permenit, kadang disertai demam. (2) Anak umur 2 bulan sampai umur 5 tahun. Tanda dan gejala ISPA untuk anak yang berumur 2 bulan sampai 5 tahun digolongkan menjadi 3 klasifikasi penyakit yaitu : (a) Pneumonia berat : batuk atau juga disertai kesulitan bernafas, nafas sesak/penarikan dinding dada sebelah bawah kedalam (severe care indrowing), dahak berwarna kehijauan atau seperti karet. (b) Pneumonia : berupa retraksi (penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam saat bernafas, bersama dengan peningkatan frekwensi nafas) perkusi pekak, fremitur melemah, suara nafas melemah dan ronki. (c) Bukan Pneumonia (batuk pilek) : tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam,
tidak ada
nafas cepat umur 2 bulan sampai <12 bulan kurang
28
50 kali permenit, > umur 1 tahun sampai 5 tahun kurang 40 kali, kadang disertai demam. d) Klasifikasi ISPA Menurut Depkes RI (2000) dibagi menjadi 3 yaitu: (1) ISPA Ringan Tanda dan gejala : Batuk pilek, demam, tidak ada nafas cepat 40 kali permenit, tidak ada tarikan dinding dada ke dalam. (2) ISPA Sedang Tanda dan gejala : Sesak nafas, suhu lebih dari 39°C, bila bernafas mengeluarkan suara seperti mengorok. (3) ISPA Berat Tanda dan gejala : Kesadaran menurun, nadi cepat/tidak teraba, nafsu makan menurun, bibir dan ujung jari membiru (sianosis). e) Penatalaksanaan ISPA Pencegahan dan penatalaksanaan ISPA menurut Depkes RI, 2007 meliputi langkah dan tindakan sebagai berikut : (1) Upaya pencegahan Pencegahan dapat di lakukan dengan : (a) Menjaga keadaan gizi agar tetap baik (b) Imunisasi (c) Menjaga kebersihan perorangan dan lingkunga.
29
(d) Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA (e) Pengobatan segera (2) Pengobatan dan perawatan (a) Meningkatkan istirahat minimal 8 jam per hari (b) Meningkatkan makanan bergizi. (c) Bila demam beri kompres (d) Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan yang bersih (e) Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat (f) Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih menyusui. (3) Pengobatan pada ISPA antara lain : (a) Pneumonia berat: dirawat dirumah sakit, diberikan antibiotik melalui jalur infus, diberikan oksigen dan sebagainya. (b) Pneumonia: diberi obat antibiotik melalui mulut. Pilihan obatnya Kontrimoksasol, jika terjadi alergi/ tidak cocok dapat diberikan Amoksilin, Penisilin, Ampisilin. (c) Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antobiotik. Diberikan perawatan dirumah, untuk batuk dapat
30
digunakan obat tadisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan. (d) Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah disertai pembesaran kelenjar getah bening
di
leher,
dianggab
sebagai
radang
tenggorokan oleh kuman streptococcus dan harus diberi antibiotik selama 10 hari. (4) Perawatan ISPA di rumah. (a) Untuk perawatan ISPA di rumah ada beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya yang menderita ISPA yang antara lainnya : (b) Mengatasi panas ( demam ) Untuk anak usia 2 bulan samapi 5 bulan demam diatasi dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi di bawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. (c) Mengatasi batuk Dianjurkan memberi obat yang aman yaitu dengan ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok the dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok the, diberikan tiga kali sehari.
31
(d) Pemberian makanan. Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusui tetap diteruskan. (e) Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersikan hidung yang berguna untuk mempercepat kesenambungan dan meng-hindari komplikasi yang lebih parah. (f) Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi cukup, tidak berasap. Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak mem-buruk maka dianjurkan untuk membawa kedokter atau petugas kesehatan. Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas usahakan agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama 5 hari penuh dan untuk penderita yang mendapat antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa kembali kepetugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang (Depkes RI, 2007).
32
(5) Kegiatan yang dilakukan kader kesehatan pada ISPA Kegiatan yang dapat dilakukan kader kesehatan pada ISPA adalah: (a) Memberikan penjelasan dan komunikasi perihal penyakit batuk pilek biasa (bukan pneumonia) serta penyakit pneumonia kepada ibu-ibu serta perihal tindakan yang perlu dilakukan oleh ibu yang anaknya menderita penyakit. (b) Memberikan pengobatan sederhana untuk kasus-kasus batuk pilek (bukan
pneumonia) dengan tablet
parasetamol dan obat batuk tradisional obat batuk putih. (c) Merujuk kasus pneumonia berat ke puskesmas/rumah sakit terdekat. (d) Atas pertimbangan dokter Puskesmas maka bagi kader-kader di daerah-daerah yang terpencil (atau bila cakupan layanan puskesmas tidak menjangkau daerah tersebut) dapat diberi wewenang mengobati kasuskasus pneumonia (tidak berat) dengan antibiotik kontrimoksasol. (e) Mencatat kasus yang ditolang dan dirujuk. Diadaptasi dari
33
f) Anatomi Fisiologi
www./ISPA/(Infeksi/Saluran/Pernafasan/Akut).
Susunan pernafasan dapat dibagi dalam traktus bagian dalam traktus bagian atas dan bawah. Traktus respiratori bagian atas dan traktus respiratori bagian bawah terdiri dari trakea, bronchi, bronchioles dan alveoli. (1)
Traktus respiratorius bagian atas (a) Hidung
34
Bagian interior dari hidung dibagi dalam paruhan kiri dan kanan oleh septumnasi. Setiap paruhan di bagi secara tidak lengkap menjadi 4 daerah yang mengandung saluran nasal yang berjalan kebelakang, mengarah pada nasofaring. Area tepat pada dalam lubang hidung dilapisi oleh kulit yang mengandung rambut yang kasar. Sisa dari interior dilapisi oleh membran mukosa. Fungsi dari hidung adalah membawa udara dari dan keparu dan menghangatkan udara saat di inspirasi. Bulu di dalam lubang hidung dan silia yang melapisi
membran
mukosa
bertindak
untuk
menganggkat debu dan benda asing dari udara. Jika terjadi infeksi, efek lokal utama adalah iritasi dari sel mukus yang menyebabkan produksi mukus yang berlebih, pembengkakan dari membran mukosa akibat edema lokal dari pembuluh darah. Pada awalnya jika terjadi infeksi virus, sekret jernih, tetapi jika terdapat invasi sekunder bakteri sekret menjadi kekuning-kuningan atau kehijauan akibat adanya pus. (b) Laring
35
Terletak didepan dari faring dan diatas permukaan dari trakhea. Terutama terdiri dari tulang rawan tiroid dan cocoid, dan tujuh tulang rawan lain yang menghubungkan secara bersama oleh membrana. Pada bagian atas tempat masuk ke laring terdapat struktur tulang rawan tergantung disebut epiglotis, yang mengawal glotis selama menelan, mencegah makanan masuk laring dan trakea. Bagian interior laring mengandung dua lipatan membrana mukosa yang berentang melintasi rongga dari laring dari bagian tengah tulang rawan tiroid ke tulang rawan arytenoid yang disebut pita suara. Selama pernafasan biasanya pita suara terletak dalam jarak tertentu dari garis tengah dan udara respirasi melintas secara bebas diantaranya tanpa menimbulkan vibrasi. Selama inspirasi dalam yang dipaksakan pita suara berada dalam keadaan lebih abduksi, sementara selama brbicara atau menyanyi pita suara dalam keadaan adduksi. Perubahan ini dipengaruhi oleh otot-otot kecil. Pada bayi berusia 4 bulan, pita suara lebih pendek dibanding orang dewasa. Laring berfungsi sebagai alat respirasi, saat ada makanan masuk laring secara otomatis akan
36
menutup agar makanan tidak masuk dalam saluran pernafasan. Reflek penutupan ini tergantung pada koordinasi neuromuskular yang kemungkinan tidak nekerja secara penuh pada bayi 4 bulan, sehingga mengarah pada spasme. (2)
Traktus respiratori bagian bawah Struktur yang mebentuk traktus respiratori bagian bawah adalah trakea bronki, dan bronkioles serta paru-paru (a) Trakea, bronki, bronkioles. Trakea, bronki, bronkioles merupakan tuba yang mengalirkan udara ke dalam dan keluar paru-paru. Trakea dimulai pada bagiian bawah dari laring dan melintas dibelakang sternum kedalam toraks. Trakea merupaka tuba membranosa fleksibel, kaku karena adanya cincin tidak lengkap yang bespasi secara teratur. Tuba dilapisi oleh membrana mukosa, epitelium besilia. Trakea dibagi mejadi cabang yang memasuki paru-paru yaitu bronki atau bronkus, bronki sendiri terbagi atas cabang yang tidak terhitung dengan ukuran yang secara progresif berkurang hingga
hingga cabang mempunyai
penampang yang sempit disebut bronkioles. (b) Paru-paru
37
Secara anatomi, unit dasar dari struktur paru-paru dipertimbangkan oleh lobulus sekunder. Lobulus ini membentuk masing-masing paru-paru. Setiap lobulus mertupakan miniatur dari paru-paru dengan
percabangan
bronkial
tersendiri.setiap bronkiolus
dan
sirkulasi
berterminasi kedalam
suatu alveolus. Alveolus terdiri atas sel epitel tipis datar dan disinilah terjadi pertugaran gas. Apeks dari paru-paru mencapai daerah tepat diatas clavicula dan dasarnya brtumpu pada diafragma. Kedua paru-paru dibagi kedalam lobus, lobus paru-paru kana berjumlah 3 dan paru kiri dibagi 2. Nutrisi dibawa pada jaringa paru-paru oleh darah melalui arteri bronkial, darah kembali dari jaringan paru-paru melalui vena bronkial. Paru-paru
disulpai
dengan
darah
deoksigenasi oleh arteri pulmonalis yang datang dari ventrikel kanan. Arteri membagi diri menjadi kapiler yang terletak dan mengelilingi pada dinding alveoli. Dinding alveoli maupun kapiler sangat tipis dan disinilah terjadi pertukan gas pernapasan. Paru- paru dilapisi oleh selaput yang dinamakan pleura, pleura yang menutupi permukaan
38
paru-paru disebut pleura viseralis dan yang melapisi permukaan dalam dari dinding toraks dan bagian dari diafragma disebut pleura parietalis. Kedua permukaan licin dan dibasahi dengan cairan serosa, cairan ini berfungsi untuk mengurangi gesekan saat bernafas. Fungsi paru-paru adalah ventilasi, yaitu memasukkan udara yang mengandung oksigen dan mengalirkannya ke dalam darah serta mengeluarkan udara yang mengandung karbondioksida dari dalm darah. Pada seorang dewasa saat pernafasan yang tenang bernafas 6-7 liter udara per menit dengan pernapasan 12-14 kali permenit. Jumlah udara yang diinspirasi atau diekspirasi saat pernapasan 500 ml (udara tidal). Pada saat istirahat seorang dewasa menggunakan sekitar 250 ml oksigen per menit dan mengekspirasi 200 ml karbondioksida per menit. Pada latihan berat, volume ventilasi paru-paru dapat melebihi 80 liter per menit dan penggunaan oksigen dapat meningkat diatas 3,5 liter per menit. Nilai pada bayi berbeda. Saluran pernafasan memiliki penampang yang relatif lebih besar, dan
39
ruang anatomis secara proporsional lebih besar. Igaiga hampir horizontal pada saat istirahat dan inspirasi
tidak
dapat
lebih
meningkatkannya.
Inspirasi terutama diagfragmatik dan setiap hal yang menghambat kesukaran
gerakan
bernafas.
ini Faktor
akan
menyebabkan
ini
menyebabkan
pernafasan bayi kurang efisien dibandingkan pada dewasa dan peningkatan ventilasi alveolar dicapai dengan meningkatkan kecepatan pernapasan (18- 40 kali per menit) yang memerlukan masukan oksigen yang
tinggi.
Kebutuhan
oksigen
basal
yang
dibutuhkan saat lahir adalah 23 ml per menit. Dengan umur yang meningkat kecepatan per menit menurun dan kebutuhan oksigen basal meningkat. volime tidal pada bayi 1-4 bulan 18 ml, kapasitas paru-paru 1.200 – 1.399 ml. Pada bayi 4 bulan respon fisiologis susunan pernafasan sudah matang, namun jumlah bronkiolus dan alveolus sepanjang
masa
belum lengkap dan meningkat kanak-kanak
dan
pubertas.
Perbedaan anatomis dari saluran pernafasan dan vaskularisasi paru-paru pada berbagai kelompok
40
umur
menimbulkan
dalam
respon
terhadap
rangsang. Pada umur 4-5 bulan ditemukan cukup otot polos untuk menimbulkan penyempitan saluran pernapasan sebagai respon terhadap rangsang iritasi.(Sacharin, 1994). g) Patofisiologi Infeksi Saluran Pernafasan Akut disebabkan oleh mikroorganisme
terdiri dari bakteri, virus dan riketsia
bakteri penyebab ISPA antara lain dari genus streptokokus, stafilikokus,
pnemokokus,
hemorilus,
bordetelle,
adenovirus, korinobakterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan miksovirus, adenovirus, koronavirus, pikornavirus, mikoplasma, herpes virus dan lain – lain. Virus merupakan penyebab tersering infeksi saluran pernafasan, mereka menginfeksi mukosa hidung, trachea dan bronkus. Semua jenis infeksi mengakibatkan respon imun dan peradangan sehingga terjadi pembengkakan dan edema jaringan yang terinfeksi. Reaksi peradangan menyebabkan meningkatnya
pembentukan
mukus
yang
berperan
menimbulkan gejala ISPA yaitu hidung tersumbat, sputum berlebih dan pilek. (Corwin, 2001).
41
Batuk merupakan reflek protektif yang timbul akibat iritasi ataupun infeksi saluran nafas. Rangsang yang biasanya menimbulkan batuk adalah rangsang mekanik, kimia dan peradangan. Inhalasi debu, asap dan benda-benda asing merupakan penyebab utama batuk. (Price, 2006). Asap mekanisme merangsang
rokok
mengganggu
pertahanan
respirasi.
pembentukan
mukus
efektifitas
sebagian
Kandungan dan
rokok
menurunkan
pergerakan silia. Dengan demikian terjadi penimbunan mukus dan peningkatan resiko pertumbuhan bakteri. Pada perokok pasif terutama bayi dan anak-anak lebih rentan terkena ISPA, bahkan menimbulkan gejala yang dramatis karena saluran nafas bayi jauh lebih sempit sehingga resistensi
terhadap
arus
udara
tinggi,
walaupun
pembengkakan dan sumbatan jalan nafas tidak mencolok. (Corwin, 2001). Bakteri dapat berkembang dengan mudah dalam mukosa yang sudah terserang virus, infeksi bakteri sekunder ini menyebabkan terbentuknya nanah dan memperburuk penyakit. Kadang – kadang infeksi ini menyebar ke bawah laring dan menyebabkan radang paru-paru (pneumonia). Bila menyerang laring dan saluran nafas bagian bawah sangat berbahaya karena pipa-pipa ini menjadi lebih sempit
42
dan lebih mudah tersumbat. Pada bayi dan anak lebih rentan terkena penyakit ini karena respon imunitas masih belum berkembang dengan baik.(Price, 2006). Tetapi jika laring, bronkus dan bronkiolus tersumbat udara tidak dapat masuk ke dalam alveoli dan keadaan ini akan membuat sakit lebih parah terjadinya akumulasi secret di bronkus dan alveolus dapat menimbulkan sesak nafas dengan tanda-tanda wheezing, terdapat dada
tarikan
dinding
ke dalam, pernafasan cepat dan cuping hidung
kembang kempis. Hal tersebut merupakan mekanisme untuk memperoleh oksigen yang cukup untuk tubuh. Kadangkadang
infeksi
menyebar
ke
telinga
tengah
dan
menyebabkan peradangan telingga bagian tenggah (otitis media) (Price, 2006).
43
h) Pathways
Infeksi mikroorganisme(bakteri, virus) Faring bronkus Iritasi jalan Peningkatan sekret
Batuk
Bersihan jalan nafas tidak efektif Percikan dahak Nyeri telan Resiko terjadi penularan
Sulit makan
Proses inflamasi
Resiko terjadi komplikasi
hipertermi Obstruksi bronkiolus
Udara terperangkap PAO2 rendah PCO2 tinggi
Perubahan Nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh
44
Gangguan pertukaran gas
(Price S. A., 2006) c. Masalah imunisasi.
45
Masalah pemberian imunisasi bisanya muncul karena orang tua baru tidak memiliki kesiapan yang matang menjadi orang tua, salah satu faktor prndukung adalah kurangnya pengetahuan orang tua mengenai pentingnya imunisasi.(Friedman M. M., 1998) d. Masalah keluarga berencana. Konseling
keluarga berencana
biasanya
berlangsung
saat
pemeriksaan setelah postpartum 6 minggu. Orang tua kemuadian harus didorong secara terbuka untuk mendiskusikan jarak kelahiran dan perencanaan. Mengingat meningkatnya tuntutantuntutan keluarga dan pribadi yang dibawakan oleh bayi, orang tua perlu menyadari bahwa kehamilan dengan jarak yang rapat sering dapat berbahaya bagi ibu, ayah, saudara bayi dan unit keluarga.(Friedman M. M., 1998) C. Asuhan Keperawatan Keluarga Tahap Mengasuh Anak menurut Friedman: 1. Pengkajian Kegiatan yang dilakukan dalam pengkajian meliputi pengumpulan informasi dengan cara sistematis dengan menggunakan suatu alat pengkajian keluarga , diklasifikasikan dan dianalisa (Friendman, 1998). a. Identifikasi Data Mengidentifikasi data secara khusus fokusnya pada upaya mengenal keluarga dan seluruh anggota keluarga, serta upaya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan kesehatan yang penting.
Data
yang diperlukan meliputi :
46
1) Nama-nama anggota keluarga 2) Alamat dan nomor telpon 3) Komposisi keluarga Komposisi keluarga menyatakan anggoata keluarga yang diidentifikasi sebagai bagian dari keluarga mereka. Friedman dalam bukunya mengatakan bahwa komposisi tidak hanya terdiri dari penghuni rumah, tetapi juga keluarga besar lainnya atau keluarga fiktif yang menjadi bagian dari keluarga tersebut tetapi tidak tinggal dalam ruamah tnagga yang sama. Pada komposisi keluarga, pencataatan dimulai dari anggota keluarga yang sudah dewasa kemidian diikuti anak sesuai dengan urutan usia dari yang tertua, bila terdapat orang lain yang menjadi bagian dari keluarga tersebut dimasukkan dalam bagian akhir dari komposisi keluarga. Strategi lain untuk mengetahui keluarga adalah genogram keluarga atau pohon keluarga. Genogram merupakan sebuah diagram yang menggambarkan pohon keluarga dan merupakan pengkajian informatif untuk mengetahui keluarga dan serta sumber-sumber keluarga. Genogram keluarga memuat informasi tentang tiga generasi (keluarga inti dan keluarga masing-masing/ orang tua keluarga inti). Genogram juga dapat menentukan tipe dari keluarga. 4) Tipe bentuk keluarga
47
Tipe keluarga didasari oleh anggota keluarga yang berada dalam satu rumah. Tipe keluarga dapat dilihat dari komposisi dan genogram dalam keluarga. 5) Latar belakang budaya keluarga Pengkajian terhadap kultur/ kebudayaan keluarga meliputi : a) Identitas suku bangsa b) Jaringan sosial keluarga c) Tempat tinggal keluarga d) Kegiatan-kegiatan keagamaan, sosial,budaya, rekreasi dan pendidikan. e) Bahasa yang digunakan sehari-hari f) Kebiasaan diit dan berpakaian g) Dekorasi rumah tangga (tanda-tanda pengaruh budaya) h) Porsi komunitas yang lazim bagi keluarga i) Penggunaan jasa-jasa perawatan kesehatan keluarga dan praktisi j) Negara asal dan berapa lama keluarga tinggal di suatu wilayah 6) Identifikasi keluarga Pengkajian meliputi perbedaan keyakinan dalam keluarga, seberapa aktif keluarga dalam melakukan ibadah keagamaan, kepercayaan dan nilai-nilai agama yang menjadi fokus dalam kehidupan keluarga.
48
7) Status kelas sosial Kelas sosial keluarga merupakan pembentuk utama dari gaya hidup keluarga. Perbedaan kelas sosial dipengaruhi oleh gaya hidup keluarga, karakteristik struktural dan fungsional, asosiasi dengan lingkungan eksternal rumah. Dengan mengidentifikasi kelas sosial keluarga, perawat dapat mengantisipasi sumbersumber dalam keluarga dan sejumlah stresornya secara baik. Status sosial keluarga dapat ditentukan berdasarkan tingkat pendapatan keluarga, pekerjaan dan pendidikan keluarga. 8) Aktivitas rekreasi keluarga Kegiatan rekreasi keluaraga yang dilakukan pada waktu luang. Menggali perasaan anggota keluarga tentang aktivitas rekreasi pada waktu luang. Bentuk rekreasi tidak harus mengunjungi tempat wisata, tetapi bagaimana keluarga memanfaatkan waktu luang untuk melakukan kegiatan bersama. b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga Menurut Friedman (1998), Riwayat keluarga mulai lahir hingga saat ini termasuk riwayat perkembangan dan kejadian serta pengalaman kesehatan yang unik atau berkaitan dengan kesehatan yang terjadi dalam kehidupan keluarga yang belum terpenuhi berpengaruh
terhadap
psikologis
seseorang
yang
dapat
mengakibatkan kecemasan. Yang perlu dikaji pada tahap perkembangan adalah :
49
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini 2) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi Menjelaskan tentang tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa tugas tersebut belum terpenuhi. 3) Riwayat keluarga inti Riwayat keluarga mulai lahir hingga saat ini yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, pencegahan terhadap penyakit , sumber pelayanan kesehatan yang bisa digunakan serta riwayat perkembangan dan kejadian atau pengalaman-pengalaman penting yang berhubungan dengan kesehatan (perceraian, kematian, kehilangan) 4) Riwayat keluarga sebelumnya Menjelaskan mengenai riwayat asal kedua orang tua (riwayat kesehatan seperti apa keluarga asalnya, hubungan masa silam dengan kedua orang tua). c. Lingkungan Keluarga Menurut (Friedman,1998) derajad kesehatan dipengaruhi oleh lingkungan. Ketenangan lingkungan sangat mempengaruhi derajat kesehatan. 1. Karakteristik rumah Diidentifikasi dengan :
50
a) Tipe tempat tinggal (rumah sendiri, apartemen, sewa kamar) b) Gambaran kondisi rumah Interior rumah : jumlah ruangan, tipe kamar, jumlah jendela,
keadaan
ventilasi,
dan
penerangan
(sinar
matahari), macam perabot rumah tangga dan penataannya, jenis lantai, konstruksi bangunan, keamanan lingkungan, kebersihan dan sanitasi rumah,jenis septic tank, jarak sumber air minum dengan septic tank, keadaan dapur, sumber air minum yang digunakan. Perlu dikaji pula perasaan subjektif keluarga mengenai keadaan rumah, identifikasi teritorial dan pengaturan privacy dalam keluarga. c) Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal yang lebih luas. 1) Karakteristik fisik dari lingkungan, yang meliputi tipe lingkungan komunitas, tipe tempat tinggal, budaya yang mempengaruhi kesehatan, lingkungan umum 2) Karakteristik demografi Meliputi kelas sosial rata-rata komunitas, perubahan demografis yang sedang berlangsung. 3) Pelayanan kesehatan yang ada di sekitar lingkungan serta fasilitas umum lainya seperti pasar, apotek dll
51
4) Bagaimana fasilitas mudah diakses (a) Tersedianya transportasi umum untuk digunakan keluarga dalam mengakses fasilitas yang ada (b) Insiden kejahatan yang ada disekitar lingkungan d) Mobilitas geografis keluarga Mobilitas keluarga ditentukan oleh kebiasaan keluarga berpindah tempat tinggal, berapa lama berada di tempat tinggal tersebut, transportasi yng digunakan jika keluarga ingin bepergian. e) Perkumpulan
keluarga
dan
dan
interaksi
dengan
masyarakat Menjelaskan tentang waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana keluarga interaksi dengan masyarakat f) Sistem pendukung keluarga Siapa yang menolong keluarga pada saat keluarga membutuhkan bantuan, dukungan konseling aktifitasaktifitas keluarga. Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah Informal ( jumlah anggota keluarga yang sehat, hubungan keluarga dan komunitas, bagaimana keluarga memecahkan masalah, fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan ) dan formal yaitu hubungan keluarga dengan pihak yang membantu yang
52
berasal dari lembaga perawatan kesehatan atau lembaga lain yang terkait (ada tidaknya fasilitas pendukung pada masyarakat
terutama
yang
berhubungan
dengan
kesehatan). d. Struktur Keluarga Struktur keluarga yang dapat dikaji menurut Friedman adalah : 1. Pola dan komunikasi keluarga Menurut (Friedman, 1998) Semua interaksi perawat dengan pasien adalah berdasarkan komunikasi. Istilah komunikasi teurapetik merupakan suatu tekhnik diman usaha mengajak pasien dan keluarga untuk bertukar pikiran dan perasaan. Tekhnik tersebut mencakup ketrampilan secara verbal maupun non verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi. Menjelaskan cara berkomunikasi antar anggota keluarga, sistem komunikasi yang digunakan, efektif tidaknya ( keberhasilan ) komunikasi dalam keluarga. 2. Struktur kekuatan keluarga Kemampuan keluarga mmengendalikan dan mempengaruhi orang lain/anggota keluarga untuk merubah perilaku. Sistem kekuatan yang digunakan dalam mengambil keputusan, yang berperan
mengambil
keputusan,
bagaimana
pentingnya
keluarga terhadap putusan tersebut. 3. Struktur Peran
53
Menurut Friedman(1998), anggota keluarga menerima dan konsisten terhadap peran yang dilakukan, maka ini akan membuat anggota keluarga puas atau tidak ada konflik dalam peran, dan sebaliknya bila peran tidak dapat diterima dan tidak sesuai dengan harapan maka akan mengakibatkan ketegangan dalam keluarga. Mengkaji struktur peran dalam keluarga meliputi : a) Struktur peran formal 1) Posisi dan peran formal yang telah terpenuhi dan gambaran keluarga dalam melaksanakan peran tersebut. 2) Bagaimana peran tersebut dapat diterima dan konsisten dengan harapan keluarga, apakah terjadi konflik peran dalam keluarga. 3) Bagaimana keluarga melakukan setiap peran secara kompeten 4) Bagaimana fleksibilitas peran saat dibutuhkan b) Struktur peran informal 1) Peran-peran informal dan peran-peran yang tidak jelas yang ada dalam keluarga, serta siapa yang memainkan peran tersebut dan berapa kali peran tersebut sering dilakukan secara konsisten
54
2) Identifikasi tujuan dari melakukan peran indormal, ada tidaknya
peran
disfungsional
serta
bagaimana
dampaknya terhap anggota keluarga c) Analisa Model Peran 1) Siapa yang menjadi model yang dapat mempengaruhi anggota
keluarga
memberikan
dalam
perasaan
dan
kehidupan nilai-nilai
awalnya, tentang
perkembangan, peran-peran dan teknik komunikasi. 2) Siapa yang secara spesifik bertindak sebagai model peran bagi pasangan dan sebagai orang tua. d) Variabel-variabel yang mempengaruhi struktur peran 1) Pengaruh-pengaruh kelas sosial : bagaimana latar belakang kelas sosial mempengaruhi struktur peran formal dan informal dalam keluarga. 2) Pengaruh budaya terhadap struktur peran. 3) Pengaruh tahap perkembangan keluarga terhadap struktur peran. 4) Bagaimana masalah kesehatan mempengaruhi struktur peran. 4. Nilai-Nilai Keluarga. Hal-hal yang perlu dikaji pada struktur nilai keluarga menurut Friedman adalah : a. Pemakaian nilai-nilai yang dominan dalam keluarga.
55
b. Kesesuaian nilai keluarga dengan masyarakat sekitarnya c. Kesesuaian antara nilai keluarga dan nilai subsistem keluarga d. Identifikasi sejauhman keluarga menganggap penting nilai-nilai keluarga serta kesadaran dalam menganut sistem nilai. e. Identifikasi konflik nilai yang menonjol dalam keluarga f. Pengaruh kelas sosial, latar belakang budaya dan tahap perkembangan keluarga terhadap nilai keluarga. g. Bagaimana nilai keluarga mempengaruhi status kesehatan keluarga. e. Fungsi Keluarga Fungsi keluarga yang perlu dikaji menurut Friedman meliputi : 1) Fungsi Afektif Pengkajian fungsi afektif menurut Friedman meliputi: a) Pola kebutuhan keluarga (1) Sejauh mana keluarga mengetahui kebutuhan anggota keluarganya,
serta
bagaimana
orang
tua
mampu
menggambarkan kebutuhan dari anggota keluarganya. (2) Sejauhmana keluarga mengahargai kebutuhan atau keinginan masing-masing anggota keluarga. b) Saling memperhatikan dan keakraban dalam keluarga
56
(1) Sejauhmana keluarga memberi perhatian pada anggota keluarga satu sama lain serta bagaimana mereka saling mendukung (2) Sejauhmana keluarga mempunyai perasaan akrab dan intim satu sama lain, serta bentuk kasih sayang yang ditunjukkan keluarga. c) Keterpisahan dan Keterikatan dalam keluarga Sejauhmana
keluarga
menanggapi
isu-isu
tentang
perpisahan dan keterikatakan serta sejauhmana keluarga memelihara keutuhan rumah tangga sehingga terbina keterikatan dalam keluarga 2) Fungsi sosialisasi Pengkajian fungsi sosialisasi meliputi : a) Praktik dalam membesarkan anak meliputi : kontrol perilaku sesuai dengan usia, memberi dan menerima cinta serta otonomi dan ketergantungan dalam keluarga b) Penerima tanggung jawab dalam membesarkan anak c) Bagaimana anak dihargai dalam keluarga d) Keyakinan budaya yang mempengaruhi pola membesarkan anak e) Faktor-faktor yang mempengaruhi pola pengasuhan anak f) Identifikasi apakah keluarga beresiko tinggimendapat masalah dalam membesarkan anak
57
g) Sejauhmana lingkungan rumah cocok dengan perkembangan anak. 3) Fungsi Perawatan Kesehatan Pengkajian fungsi perawatan kesehatan meliputi: a) Sejauh mana keluarga mengenal masalah kesehatan pada keluarganya. (1) Keyakinan, nilai-nilai dan perilaku terhadap pelayanan kesehatan (2) Tingkat pengetahuan keluarga tentang sehat sakit. (3) Tingkat pengetahuan keluarga tentang gejala atau perubahan penting
yang berhubungan ddengan
masalah kesehatan yang dihadapi. (4) Sumber-sumber informasi kesehatan yang didapat (5) Kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan. (6) Kemampuan keluarga melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit. (7) Kemampuan keluarga memodifikasi dan memelihara lingkungan (8) Kemampuan
keluarga
menggunakan
fasilitas
kesehatan. 4) Fungsi reproduksi Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah:
58
a) Berapa jumlah anak. b) Bagaimana
keluarga
merencanakan
jumlah
anggota
keluarga. c) Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga. 5) Fungsi Ekonomi. Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah: a) Sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan. b) sejauhmana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga. f. Koping Keluarga Pengkajian koping keluarga meliputi : a) Stressor-stressor jangka panjang dan jangka pendek yang dialami oleh keluarga, serta lamanya dan kekuatan strssor yang dialami oleh keluarga. b) Tindakan obyektif dan realistis keluarga terhadap stressor yang dihadapi. c) Sejauhmana keluarga bereaksi terhadap stressor, strategi koping apa yang digunakan untuk menghadapi tipe-tipe
59
masalah, serta
strategi koping internal dan eksternal yang
digunakan oleh keluarga. d) Strategi adaptasi disfungsional yang digunakan oleh keluarga. Identifikasi bentuk yang digunakan secara ekstensif : kekerasan,
perlakukan
kejam
terhadap
anak,
mengkambinghitamkan, ancaman, mengabaikan anak, mitos keluarga yang merusak, pseudomutualitas, triangling dan otoritarisme. g. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik dilakukan seluruh anggota keluarga. h. Harapan keluarga Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada. 2. Diagnosa keperawatan Diagnosis keperawatan keluarga merupakan respons keluarga terhadap masalah kesehatan yang dialami, baik actual, risiko maupun potensial, yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan secara mandiri maupun kolektif yang terdiri dari masalah, etiologi, serta tanda dan gejala (PES). Diagnosis keperawatan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu diagnosis keperwatan actual, risiko atau risiko tinggi, dan potensial atau wellness.
60
a. Diagnosis actual, menunjukan keadaan yang nyata dan sudah terjadi pada saat pengkajian di keluarga. b. Risiko atau risiko tinggi. Merupakan maslah yang belum terjadi pada pengkajian. Namun dapat menjadi masalah actual bila tidak diulakukan pencegahan dengan cepat. c. Potensial atau Wellness. Merupakan proses pencapaian tingkat fungsi yang lebih tinggi. Potensial juga merupakan suatu keadaan sejahtera dari keluarga yang sudah mampu memenuhi kebutuhan kesehatan dan mempunyai sumber penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat ditingkatkan. Diagnosis Potensial dapat dirumuskan tanpa disertai etiologi. Etiologi dari diagnosis keperawatan keluarga berdasarkan hasil pengkajian dari tugas perawatan kesehatan keluarga, yaitu mengenal masalah, mengambil keputusan, melakukan perawatan, memodifikasi lingkungan, memanfaatkan fasilitas kesehatan. Khusus untuk diagnosis keperawatan
potensial
(sejahtera/”wellness”)
boleh
menggunakan
etiologi atau tidakmenggunakan etiologi. 3. Penetapan Prioritas Masalah Dalam suatu keluarga, perawat dapat menemukan masalah lebih dari satu diagnosis keperawatan keluarga. Oleh karena itu perawat perlu menentukan prioritas terhadap diagnosis keperawatan keluarga yang ada dengan menggunakan skala prioritas asuhan keperawatan keluarga. Proritas masalah adalah penentuan prioritas urutan masalah dalam
61
merencanakan penyelesaian maslah keperawatan melalui perhitungan skor. Skala ini memiliki empat kriteria, masing – masing kriteria memiliki skor dan bobot yang berbeda disertai dengan pembenaran atau alasan penentuan skala tersebut. a. Kritera pertama : sifat masalah dengan skala actual (skor 3), risiko (skor 2), dan wellness (skore 1) dengan bobot 1, pembenaran sesuai dengan masalah yang sudah terjadi, akan terjadi atau kearah pencapaian tingkat fungsi yang lebih tinggi. b. Kriteria kedua : Kemungkinan masalah dapat di ubah dengan skala mudah (skor 2), sebagian (skor 1), dan tidak dapat (skor 0) dengan bobot 2. Pembenaran di tunjang dengan data pengetahuan (pengetahuan klien atau keluarga, teknologi, dan tindakan untuk (menangani masalah yang ada), sumberdaya keluarga (dalam bentuk fisik, keuangan, dan tenaga) sumber daya perawat (pengetahuan, ketrampilan, dan waktu), dan sumber daya masyarakat (dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam masyrakat dan sokongan masyarakat). c. Kriteria ketiga : Potensial masalah untuk dijegah dengan skala skor tinggi (skor 3) cukup (skor 2), dan rendah (skor 1) dengan bobot 1. Pembenaran di tunjang dengan data kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah. Lamanya masalah (waktu masalah itu ada), tindakan yang sedang dijalankan(tindakan
62
yang tepat dalam memperbaiki masalah), dan adanya kelompok yang sangat peka menambah potensiuntuk mencegah masalah. d. Kriteria keempat : Menonjolnya masalah dengan skala segera (skor 2), tidak perlu segera (skor 1), dan tidak dirasakan (skor 0) dengan bobot 1. Pembenaran ditunjang dengan data persepsi kelurga dalam melihat masalah yang ada. 4. Diagnosa Keperawatan yang mungkin Muncul a. Ketidakefektifan Menyusui b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh c. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan d. Bersihan jalan nafas tidak efektif. e. Hipertermi. f. Resiko terjadinya penularan terhadap anggota keluarga yang lain.(Carpenito, 2006) 5. Fokus Intervensi a. Ketidakefektifan menyusui 1. Aspek kognitif a) Berikan penjelasan dan penyuluhan mengenai pengertian ASI eksklusif,
manfaat
ASI eksklusif,nutrisi
ibu
menyusui,teknik menyusui yang benar b) Berikan penjelasan pada keluarga mengenai pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja 2. Aspek afektif
63
a) Berikan motivasi kepada keluarga untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayi 3. Aspek psikomotor a) Mengajarkan kepada keluarga cara memeras ASI dengan tangan yang benar,cara menyimpan ASI di dalam lemari pendingin, dan cara memberikan pada bayi setelah disimpan di lemari pendingin b) Mengajarkan pada keluarga teknik menyusui yang benar b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 1. Aspek kognitif Berikan penjelasan dan penyuluhan kesehatan pada keluarga pengertian nutrisi pada ibu menyusui, pentingnya nutrisi pada ibu menyusui karena dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan bayi 2. Aspek psikomotor Mengajarkan kepada keluarga tentang cara pencegahan dan perawatan
pada
anggota
keluarga
dengan
masalah
pemberian nutrisi ibu menyusui 3. Aspek afektif a) Berikan penjelasan pada keluarga mengenai akibat kekurangan nutisi pada ibu menyusui b) Anjurkan pada keluarga untuk memberikan gizi yang cukup pada ibu menyusui.
64
c. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan 1. Aspek kognitif Beri penjelasan pada orang tua mengeanai tumbuh kembang pada bayi dan tugas perkembangan sesuai kelompok usia 2. Aspek Psikomotor Mengajarkan kepada keluarga merawat anak dengan keterlambatan pertumbuhan dengan memberikan nutrisi yang cukup, meningkatkan rangsangan dengan mainan pada anak, beri waktu istirahat cukup, libatkan anak sakit dalam permainan. d. Bersihan jalan nafas tidak efektif 1. Aspek kognitif Berikan penjelasan dan penyuluhan kesehatan kepada keluarga tentang mengenai pengertian, tanda gejala serta faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya ISPA, berikan penjelasan kepada keluarga komplikasi, jenis dan manfaat fasilitas kesehatan. 2. Aspek afektif Motivasi keluarga untuk melakuka perawatan pada anggota keluarga dengan masalah ISPA, motivasi keluarga mengunjungi fasilitas kesehatan yang ada 3. Aspek psikomotor
65
Mengajarkan kepada keluarga untuk melakukan perawatan pada keluarga Seperti banyak istirahat dalam kamar yang memiliki sirkulasi udara yang bersih dan bebas dari debu ataupun asap, Jika terjadi iritasi pada hidung dan ingus sampai mengering tetesi hidung dengan air garam, untuk membasahi lendir, berikan inhalasi dengan memberikan uap panas untuk melancarkan jalan nafas, berikan minum air hangat, ajarkan batuk efektif dan beri tahu keluarga untuk memberikan obat tradisional yaitu sari air jeruk nipis yang diperas kemudian dicampur dengan kecap dan diminumkam 2 kali dalam sehari, ajarkan keluarga untuk memelihara dan memodifikasi lingkungan sehat pada keluarga seperti : rumah setiap hari harus dibersihkan, jendela rumah setiap hari harus dibuka agar sinar matahari dapat masuk dan sirkulasi udara dapat berlangsung dengan baik, lantai harus kering dan tidak berdebu, asap rokok tidak boleh terkumpul di dalam rumah. e. Hipertermi. 1. Aspek kognitif Beri penjelasan keluarga tentang hipertermia merupakan salah satu tanda dan gejala penyakit ISPA. Hipertermi merupakan suatu kenaikan suhu tubuh lebih dari normal (3637 C) dan disebabkan adanya kuman yang masuk ke dalam
66
tubuh. Hipertermi menyebabkan penderita akan kekurangan cairan dan menurunya nafsu makan. 2. Aspek psikomotor Mengajarkan kepada keluarga untuk melakukan perawatan pada anggota keluarga yang mengalami hipertermi yaitu mengompres dengan menggunakan air dingin atau air panas di daerah dahi dan ketiak, dan menganjurkan kepada keluarga untuk pemberian minum yang banyak jika suhu masih panas keluarga harus membawa ke tempat pelayanan kesehatan terdekat. 3. Aspek afektif Anjurkan
kepada
keluarga
untuk
memperbaiki
dan
meningkatkan gizi klien dengan cara pemberian makanan yang mengandung TKTP. Memberikan ASI secara eksklusif untuk bayi yang belum mendapatkan makanan tambahan. f. Resiko terjadi penularan 1. Aspek kognitif Berikan penjelasan dan penyuluhan kesehatan kepada keluarga tentang bagaimana caranya penularan penyakit ISPA dan berikan penjelasan kepada keluarga tentang pentingnya pemberian imunisasi lengkap pada waktunya. 2. Aspek psikomotor
67
Mengajarkan kepada keluarga untuk memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit agar tidak terjadi penularan pada anggota keluarga yang lain yaitu penderita tidur terpisah dengan anggota keluarga yang lain, keluarga melarang pasien untuk tidak meludah di sembarang tempat dan bila penderita batuk usahakan untuk menutup mulutnya. 3. Aspek afektif Anjurkan kepada keluarga untuk menjauhkan anak dari penderita ISPA dan motivasi keluarga untuk tidur terpisah dengan anggota keluarga yang sakit agar tidak tertulis
68