BAB II KONSEP DASAR
A. Konsep Keluarga 1. Definisi Keluarga Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, dalam bentuk bio-psiko-sosiokultural-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat, baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan dalam praktik keperawatan yang diberikan kepada klien pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan dengan menggunakan proses keperawatan, pedoman standar keperawatan, serta landasan etika dan etiket keperawatan dalam lingkup wewenang dan tanggung jawab keperawatan. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. (Sudiharto, 2007 : 22) Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui praktek keperawatan kepada keluarga, untuk membantu
8
menyelesaikan masalah kesehatan keluarga tersebut dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. (Sri Setyowati, 2008 : 75)
2. Bentuk-Bentuk Keluarga Beberapa bentuk keluarga adalah sebagai berikut. a.
Keluarga inti (Nuclear Family) Keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari suam, istri, dan anak-anak, baik karena kelahiran (natural) maupun adopsi.
b.
Keluarga besar (Extended Family) Keluarga inti ditambah keluarga yang lain (karena hubungan darah), misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu termasuk keluarga modern, seperti orangtua tunggal, keluarga tanpa anak, serta keluarga pasangan sejanis (guy/lesbian families).
c.
Keluarga Campuran (Blended Family) Keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak-anak kandung dan anakanak tiri.
d.
Keluarga menurut hukum umum (Common Law Family) Anak-anak yang tinggal bersama.
e.
Keluarga orang tua tinggal Keluarga yang terdiri dari pria atau wanita, mungkin karena telah bercerai, berpisah, ditinggal mati atau mungkin tidak pernah menikah, serta anak-anak mereka yang tinggal bersama.
9
f.
Keluarga Hidup Bersama (Commune Family) Keluarga yang terdiri dari pria, wanita dan anak-anak yang tinggal bersama berbagi hak dan tanggungjawab, serta memiliki kepercayaan bersama.
g.
Keluarga Serial (Serial Family) Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang telah menikah dan mungkin telah punya anak, tetapi kemudian bercerai dan masing-masing menikah lagi serta memiliki anak-anak dengan pasangannya masingmasing, tetapi semuanya mengganggap sebagai satu keluarga.
h.
Keluarga Gabungan (Composite Family) Keluarga yang terdiri dari suam dengan beberapa istri dan anak-anaknya (poligami) atau istri dengan beberapa suami dan anak-anaknya (poliandri).
i.
Hidup bersama dan tinggal bersama (Cohabitation Family) Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang hidup bersama tanpa ada ikatan perkawinan yang sah.
Sedangkan menurut Sussman (1970) membedakan 2 bentuk keluarga, yaitu : 1. Keluarga Tradisional (Traditional Family) a. Keluarga yang terbentuk karena/tidak melanggar norma-norma kehidupan masyarakat yang secara tradisional dihormati bersamasama, yang terpenting adalah keabsahan ikatan keluarga. b. Keluarga Inti (Nuclear Family) Keluarga yang terdiri dari suami, istri serta anak-anak yang hidup bersama-sama dalam satu rumah tangga.
10
c. Keluarga Inti diad (Nuclear Dyad Family) Keluarga yang terdiri dari suami dan istri tanpa anak, atau anak-anak mereka telah tidak tinggal bersama. d. Keluarga orang tua tunggal (Single Parent Family) Keluarga inti yang suami atau istrinya telah meninggal dunia. e. Keluarga orang dewasa bujangan (Single Adult Living Alone) Keluarga yang terdiri dari satu orang dewasa laki-laki atau wanita yang hidup secara membujang. f. Keluarga tiga generasi (Three Generation Family) Keluarga inti ditambah dengan anak yang dilahirkan oleh anak-anak mereka. g. Keluarga pasangan umur jompo atau pertengahan (Middle Age or Aldert Couple) Keluarga inti diad yang suami atau istrinya telah memasuki usia pertengahan atau lanjut. h. Keluarga jaringan keluarga (Kin Network) Keluarga inti ditambah dengan saudara-saudara menurut garis vertikal atau horizontal, baik dari pihak suami maupun istri. i. Keluarga karier kedua (Second Carrier Family) Keluarga inti diad yang anak-anaknya telah meninggalkan keluarga, suami atau istri aktif lagi kerja.
11
2. Keluarga Non Tradisional Keluarga yang pembentukannya tidak sesuai atau dianggap melanggar norma-norma kehidupan tradisional yang dihormati bersama. Yang terpenting adalah keabsahan ikatan perkawinan antara suami-istri. Dibedakan 5 macam sebagai berikut : a.
Keluarga yang hidup bersama (Commune Family) Keluarga yang terdiri dari pria, wanita dan anak-anak yang tinggal bersama, berbagi hak dan tanggungjawab bersama serta memiliki kekayaan bersama.
b.
Keluarga dengan orang tua tidak kawin dengan anak (Unmarried Parents and Children Family): pria atau wanita yang tidak pernah kawin tetapi tinggal bersama dengan anak yang dilahirkannya.
c.
Keluarga pasangan tidak kawin dengan anak (Unmarried couple with children Family): keluarga inti yang hubungan suami-istri tidak terikat perkawinan sah.
d.
Keluarga pasangan tinggal bersama (Combifity Family): keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang hidup bersama tanpa ikatan perkawinan yang sah.
e.
Keluarga homoseksual (Homoseksual Union) adalah keluarga yang terdiri dari dua orang dengan jenis kelamin yang sama dan hidup bersama sebagai suami istri. (Sudiharto, 2007 :23)
12
3. Tugas Kesehatan Keluarga Dalam upaya penanggulangan masalah kesehatan, tugas keluarga merupakan faktor utama untuk pengembangan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Tugas kesehatan keluarga menurut Friedmann 1998 adalah sebagai berikut: a. Mengenal
gangguan
perkembangan
masalah
kesehatan
setiap
anggotanya. b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan kesehatan yang tepat. c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri. d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga. e. Mempertahankan hubungan timabal-balik antara keluarga lembagalembaga kesehatan yang menunjukkan manfaat fasilitas kesehatan dengan baik. (Sri Setyowati, 2007 : 32) 4. Struktur dan Fungsi Keluarga Setiap anggota keluarga mempunyai struktur peran formal dan informal. Misalnya, ayah mempunyai peran formal sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah. Peran informal ayah adalah sebagai panutan dan pelindung keluarga. Struktur kekuatan keluarga meliputi kemampuan berkomunikasi, kemampuan
keluarga
untuk
saling
berbagi,
kemampuan
sistem
13
pendukung diantara anggota keluarga, kemampuan perawatan diri, dan kemampuan menyelesaikan masalah. Menurut Friedman (1999) ada lima fungsi dasar keluarga adalah sebagai berikut. a.
Fungsi afektif, adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan psikososial, saling mengasuh dan memberikan cinta kasih, serta saling menerima dan mendukung.
b.
Fungsi sosialisasi, adalah proses perkembangan dan perubahan individu keluarga, tempat anggota keluarga berinteraksi sosial dan belajar berperan di lingkungan sosial.
c.
Fungsi reproduksi, adalah fungsi keluarg meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia.
d.
Fungsi ekonomi, adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti sandang, pangan, dan papan.
e.
Fungsi perawatan kesehatan, adalah kemampuan keluarg untuk merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan. (Sudiharto, 2007 : 24)
5. Peran Perawat Keluarga Dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga, perawat perlu memerhatikan prinsip-prinsip berikut. a.
Melakukan kerja bersama keluarga secara kolektif.
b.
Memulai pekerjaan dari hal yang sesuai dengan kemampuan keluarga.
14
c.
Menyesuaikan
rencana
asuhan
keperawatan
dengan
tahap
perkembangan keluarga. d.
Menerima dan mengakui struktur keluarga.
e.
Menekankan pada kemampuan keluarga.
Peran perawat keluarga adalah sebagai berikut. a.
Sebagai
pendidik,
perawat
bertanggung
jawab
memberikan
pendidikan kesehatan kepada keluarga,terutama untuk memandirikan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang memiliki masalah kesehatan. b.
Sebagai koordinator pelaksana pelayanan keperawatan, perawat bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan
yang
komprehensif. c.
Sebagai pelaksana pelayanan perawatan, pelayanan keperawatan dapat diberikan kepada keluarga melalui kontak pertama dengan anggota keluarga yang sakit yang memiliki masalah kesehatan.
d.
Sebagai supervisor pelayanan keperawatan, perawat melakukan supervise ataupun pembinaan terhadap keluarga melalui kunjungan rumah secara teratur, baik terhadap keluarga berisiko tinggi maupun yang tidak.
e.
Sebagai pembela (advokat), perawat berperan sebagai advokat keluarga untuk melindungi hak-hak keluarga sebagai klien.
f.
Sebagai fasilisator, perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga, dan masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan dan
15
keperawatan yang mereka hadapi sehari-hari serta dapat membantu memberikan jalan keluar dalam mengatasi masalah. g.
Sebagai peneliti, perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahami masalah-masalah kesehatan yang dialami oleh anggota keluarga.
h.
Sebagai modifikasi lingkungan, perawat komunitas juga harus dapat memodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekitarnya agar dapat tercipta lingkungan yang sehat. (Sudiharto dan Sri Setyowati, 2007 : 29 dan 43)
B. Konsep Penyakit Beberapa pengertian DHF (Dengue Haemoragic Fever) menurut beberapa ahli : DHF (Dengue Haemoragic Fever) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang disertai
leucopenia,
dengan/tanpa
ruam
(rash)
dan
limfadenopati.
Trombositopenia ringan dan bintik-bintik perdarahan (petekie) spontan. (Noer Sjaefullah, 2000 : 20) Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut dengan ciri-ciri demam manifestasi perdarahan dan bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian. (Arief Mansjoer, 2000 : 428)
16
Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh empat serotype virus dengue dan ditandai dengan empat gejala
klinis
utama
yaitu
demam
tinggi,
manifestasi
perdarahan,
hepatomegali, dan tanda–tanda kegagalan sirkulasi sampai timbulnya renjatan (sindrom renjatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma yang dapat menyebabkan kematian. (Soegeng Soegijanto, 2002 : 45) Dari beberapa pengertian DHF (Dengue Haemoragic Fever) diatas penulis dapat menyimpulkan dengue haemoragic fever adalah satu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam disertai gejala perdarahan dan bila timbul renjatan dapat menyebabkan kematian.
C. Anatomi dan Fisiologi Sistem sirkulasi adalah sarana untuk menyalurkan makanan dan oksigen dari traktus digestivus dan dari paru-paru ke sel-sel tubuh. Selain itu, sistem sirkulasi merupakan sarana untuk membuang sisa-sisa metabolism dari sel-sel ke ginjal, paru-paru, dan kulit yang merupakan tempat ekskresi sisa-sisa metabolisme. Organ-organ sistem sirkulasi mencakup jantung, pembuluh darah dan darah.
17
1. Jantung Merupakan organ yang berupa otot, berbentuk kerucut, berongga dan dengan basisnya di atas dan puncaknya di bawah. Terletak di dalam thorak, diantara paru-paru, agak lebih ke arah kiri. Gambar 1 anatomi sistem sirkulasi
(Sumber: Guyton, 2000)
18
Gambar 2 anatomi pembuluh darah
(Gambar: Syaifuddin, 2000)
19
Struktur jantung : a. Atrium kanan Atrium kanan berada disepanjang sebelah kanan jantung dan terbuka pada bagian kirinya kedalam segitiga ventrikel kanan. b. Atrium kiri Atrium kiri berbentuk persegi tidak beraturan dengan vena pulmonalis masuk kedalam setiap sudutnya. c. Ventrikel kanan Atrium ini berada pada bagian depan jantung, dan memompakan darah keatas masuk ke arteri pulmonalis. d. Ventrikel kiri Dinding ventrikel kiri jauh lebih tebal dibandingkan dinding ventrikel kanan namun strukturnya sama. Dinding yang tebal diperlukan untuk memompa darah teroksigenasi dengan tekanan tinggi melalui sirkulasi sistemik. e. Katup bikuspidalis Katup yang menjaga aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri. f. Katup trikuspidalis Katup yang terdapat antara atrium kanan dengan ventrikel kanan yang terdiri dari 3 katup.
20
g. Endokardium Merupakan lapisan jantung yang terdapat disebelah dalam sekali, yang terdiri dari jaringan indotel atau selaput lender yang melapisi permukaan rongga jantung. h. Myocardium Merupakan lapisan inti dari jantung terdiri dari otot-otot jantung, otot jantung ini membentuk bundalan-bundalan otot. i. Pericardium Lapisan jantung sebelah luar yang merupakan selaput pembungkus, terdiri dari 2 lapisan yaitu lapisan parietal dan viseral yang bertemu dipangkal jantung membentuk kantung jantung.
2. Pembuluh darah Pembuluh darah ada tiga, yaitu : a. Arteri (pembuluh nadi) Arteri meninggalkan jantung pada ventrikel kiri dan kanan. Beberapa pembuluh darah arteri yang penting : 1) Arteri koronaria Arteri yang mendarahi dinding jantung 2) Arteri subklavikula Arteri bawah selangka yang bercabang kanan kiri leher melewati aksila.
21
3) Arteri brachialis Arteri pada lengan atas. 4) Arteri radialis Arteri yang teraba pada pangkal ibu jari. 5) Arteri karotis Arteri yang mendarahi kepala dan otak. 6) Arteri temporalis Arteri yang teraba denyutnya pada depan telinga. 7) Arteri facialis Teraba berdenyut di sudut rahang bawah. 8) Arteri femoralis Arteri yang berjalan ke bawah menyusuri paha menuju ke belakang lutut. 9) Arteri tibia Arteri pada kaki. 10) Arteri pulmonalis Arteri yang menuju ke paru-paru.
22
Gambar 3 Struktur arteri
(Akhtyo, 2009 http://akhtyo.blogspot.com/2009/04/struktur arteri.html Sabtu, 23 Mei 2009)
b. Kapiler (pembuluh rambut) Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil yang berasal dari cabang terhalus dari arteri sehingga tidak tampak kecuali di bawah mikroskop. Kapiler membentuk anyaman di seluruh jaringan tubuh, kapiler selanjutnya bertemu satu dengan yang lain menjadi pembuluh darah yang lebih besar yang disebut vena. Fungsi kapiler adalah :
23
1) Alat penghubung antara pembuluh darah arteri dan vena. 2) Tempat terjadinya pertukaran zat-zat antara darah dan cairan jaringan. 3) Mengambil hasil-hasil dari kelenjar. 4) Menyerap hasl makanan yang terdapat di usus. 5) Menyaring darah yang terdapat di ginjal. c. Vena (pembuluh darah balik) Vena membawa darah kotor kembali ke jantung. Beberapa vena yang penting : 1) Vena Cava Superior Vena balik yang memasuki atrium kanan, membawa darah kotor dari daerah kepala, thorak, dan ekstremitas atas. 2) Vena Cava Inferior Vena yang mengembalikan darah kotor ke jantung dari semua organ tubuh bagian bawah. 3) Vena Jugularis Vena yang mengembalikan darah kotor dari otak ke jantung. 4) Vena Pulmonalis Vena yang mengembalikan darah kotor ke jantung dari paru-paru.
24
Gambar 4 Struktur vena
(Akhtyo, 2009 http://akhtyo.blogspot.com/2009/04/struktur vena.html Sabtu, 23 Mei 2009)
3. Darah Beberapa pengertian menurut beberapa ahli : Darah adalah jaringan cair dan terdiri atas dua bagian, bagian cair yang disebut plasma dan bagian padat yang disebut sel-sel darah. (Pearce Evelyn, 2008 : 133) Darah adalah cairan yang terdapat pada semua hewan tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat – zat dan oksigen yang 25
dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan – bahan kimia hasil metabolisme dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Istilah medis yang berkaitan dengn darah diawali dengan kata hemo- atau hemato- yang berasal dari bahasa Yunani haima yang berarti darah. Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel – sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat–zat sisa metabolisme dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon–hormon dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah. Proses pembentukan sel darah (hemopoesis) terdapat tiga tempat, yaitu: sumsum tulang, hepar dan limpa. (Syaifuddin, 2006 : 23) a. Sumsum tulang Sumsum tulang yang aktif dalam proses hemopoesis adalah : 1) Tulang vertebrae Vertebrae merupakan serangkaian tulang-tulang kecil yang tidak teratur bentuknya dan saling berhubungan, sehingga tulang belakang mampu melaksanakan fungsinya sebagai pendukung dan penopang tubuh. Tubuh manusia mempunyai 33 vertebrae, tiap vertebrae mempunyai korpus (badan ruas tulang belakang) berbentuk kotak dan terletak di depan dan menyangga berat
26
badan. Bagian yang menjorok dari korpus ke belakang disebut Arkus neoralis (lengkung neural) yang dilewati medulla spinalis yang membawa serabut-serabut dari otak ke semua bagian tubuh. Pada Arkus terdapat bagian yang menonjol pada vertebrae dan dilekati oto-otot yang menggerakkan tulang belakang, yang dinamakan Processus Spinalis. 2) Sternum (tulang dada) Sternum adalah tulang dada. Tulang ini sebagai pelekatan tulang costa dan klavikula. Sternum terdiri dari manubrium sterni, Corpus Sterni, dan Processus Spinosis.
3) Costa (tulang iga) Costa terdapat 12 pasang, 7 pasang costa vertebra sternalis, 3 pasang costa vertebra condrals dan 2 pasang costa fluktuantes. Costa di bagian posterior tubuh melekat pada tulang vertebrae dan bagian anterior melekat pada tulang sternum, baik secara langsung maupun tidak langsung, bahkan ada yang sama sekali tidak melekat.
b. Hepar Hepar merupakan kelenjar terbesar dari beberapa kelenjar pada tubuh manusia. Organ ini terletak di bagian kanan atas abdomen di bawah diafragma. Kelenjar ini terdiri dari 2 lobus yaitu lobus
27
dextra dan lobus sinistra. Dari kedua lobus tampak adanya ductus hepaticus dextra dan ductus hepaticus sinistra, kedua bertemu membentuk ductus hepaticus komunis. Ductus hepaticus comunis menyatu dengan ductus sistikus membentuk ductus coledaktus.
c. Limpa Limpa terletak di bagian kiri atas abdomen limpa berbentuk setengah bulan berwarna kemerahan. Limpa adalah organ berkapsula dengan berat normal 100-150 gr. Limpa mempunyai 2 fungi sebagai organ limfoid dan mefagosit material tertentu dalam sirkulasi darah. Limpa juga berfungsi menghancurkan sel darah merah yang rusak. Volume darah pada tubuh yang sehat atau orang dewasa terdapat darah kira-kira 1/13 dari berat badan atau kira-kira 4-5 liter. Keadaan jumlah tersebut pada tiap-tiap orang tidak sama tergantung pada umur, pekerjaan, keadaan jantung atau pembuluh darah. Tekanan viskositas atau kekentalan dari pada darah lebih kental dari pada air yaitu mempunyai berat jenis 1,041 – 1,067 dengan temperature 38ºC dan Ph 7,37 – 7,45.
28
Gambar 5 Komponen darah sel-sel darah
Fungsi darah secara umum terdiri atas : a. Sebagai alat pengangkut 1) Mengambil O2 atau zat makanan dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh. 2) Mengangkut CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paruparu. 3) Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan dibagikan ke seluruh jaringan atau alat tubuh.
29
4) Mengangkat atau mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk dikeluarkan melalui kulit dan ginjal. b. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan racun yang akan membinasakan tubuh dengan perantara leukosit, antibodi atau zat-zat anti racun. c. Menyebarkan panas ke seluruh tubuh Fungsi khususnya diterangkan lebih banyak di struktur atau bagian-bagian dari masing-masing sel-sel darah dan plasma darah.
Gambar 6 Bagian-Bagian Darah
Sel-sel darah, ada tiga macam yaitu : a) Eritrosit (sel darah merah)
30
Eritrosit merupakan cakram bikonkaf yang tidak berhenti, ukurannya kira-kira 8 m, tidak dapat bergerak, banyaknya kira-kira 5 juta dalam mm3. Eritrosit berwarna kuning kemerahan karena didalamnya mengandung suatu zat yang disebut hemoglobin. Warna ini akan bertambah merah jika didalamnya banyak mengandung O2. Fungsi dari eritrosit adalah mengikat CO2 dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paru-paru. Pengikat O2 dan CO2 ini dilakukan oleh hemoglobin yang telah bersenyawa dengan O2 disebut oksihemoglobin yang telah bersenyawa dengan O2 disebut oksi hemoglobin (Hb+ O2 HbO2) jadi O2 dingkut dari seluruh tubuh sebagai oksi hemoglobin dan kemudian dilepaskan dalam jaringan HbO2 Hb+O2 dan seterusnya Hb akan mengikat dan bersenyawa dengan Hb+ O2 HbO2CO2 yang disebut karbondioksida hemoglobin (Hb+ CO2 HbCO2) yang mana CO2 akan dilepaskan dari paru-paru. Eristrosit di buat dalam sumsum tulang, limpa dan hati, yang kemudian akan beredar keseluruh tubuh selama 1415 hari, setelah itu akan mati. Hemoglobin yang keluar dari eritrosit yang mati akan terurai menjadi dua zat yaitu hematin yang menjadi Fe yang berguna untuk pembuatan eritrosit baru 31
dan hemoglobin yaitu suatu zat yang terdapat dalam eritrosit yang berguna untuk mengikat O2 dan CO2. Jumlah Hb dalam orang dewasa kira-kira 11, 5-15 mg %. Normal Hb wanita 11, 5- 15, 5 mg % dan Hb laki-laki 13, 0- 17, 0 mg %. Dari dalam tubuh banyaknya sel darah merah ini bisa berkurang, demikian juga banyaknya hemoglobin dalam sel darah merah. Apabila keduanya berkurang maka keadaan ini disebut anemia. Biasanya hal ini disebabkan karena pendarahan yang hebat dan gangguan dalam pembuatan eritrosit.
Gambar 7 Struktur eritrosit yang berbentuk bikonkaf
b) Leukosit (sel darah putih) Sel darah yang bentuknya dapat berubah-ubah dan dapat bergerak dengan perantara kaki palsu (pseudopodia) 32
mempunyai
bermacam-macam
inti
sel
sehingga
dapat
dibedakan berdasar inti sel. Leukosit berwarna bening (tidak berwarna), banyaknya kira-kira 4.000-11.000/mm3. Leukosit berfungsi sebagai serdadu tubuh, yaitu membunuh dan memakan bibit penyakit atau bakteri yang masuk ke dalam tubuh jaringan RES (Retikulo Endotel Sistem). Fungsi yang lain yaitu sebagai pengangkut, dimana leukosit mengangkut dan membawa zat lemak dari dinding usus melalui limpa ke pembuluh darah. Sel leukosit selain didalam pembuluh darah juga terdapat di seluruh jaringan tubuh manusia. Pada kebanyakan penyakit disebabkan karena kemasukan kuman atau infeksi maka jumlah leukosit yang ada dalam darah akan meningkat. Hal ini disebabkan sel leukosit yang biasanya tinggal di dalam kelenjar limfe sekaran beredar dalam darah untuk mempertahankan tubuh terhadap serangan bibit penyakit tersebut. Macam-macam leukosit meliputi : (1) Agranulosit Sel yang tidak mempunyai granula, terdiri dari : (a) Limfosit Leukosit yang dihasilkan dari jaringan RES dan kelenjar limfe di dalam sitoplasmanya tidak terdapat granula dan intinya besar, banyaknya 20-25%.
33
Fungsinya membunuh dan memakan bakteri yang masuk ke dalam jaringan tubuh. (b) Monosit Fungsinya sebagai fagosit dan banyaknya 34%. (2) Granulosit (a) Neutrofil Mempunyai inti, protoplasma banyaknya bintik-bintik, banyaknya 60-70%. (b) Eosinofil Granula lebih besar, banyaknya kira-kira 24%. (c) Basofil Inti teratur dalam protoplasma terdapat granula besar, banyaknya 1/2 %. Gambar 8 Jenis-jenis leukosit: (a) granulosit dan (b) agranulosit
34
(3) Trombosit (sel plasma) Merupakan benda-benda kecil yang bentuknya dan ukurannya bermacam-macam, ada yang bulat dan ada yang lonjong. Warnanya putih dengn jumlah normal 150.000-450.000/mm3.
Trombosit
memegang
peran
penting dalam pembekuan darah, jika kurang dari normal. Apabila timbul luka, darah tidak lekas membeku sehingga timbul perdarahan terus menerus. Proses pembekuan darah dibantu oleh zat Ca2+ dan fibrinogen. Fibrinogen mulai bekerja apabila tubuh mendapat luka. Jika tubuh terluka, darah akan keluar, trombosit pecah dan akan mengeluarkan zat yang disebut trombokinase.
Trombokinase
akan
bertemu
dengan
protombin dengan bantuan Ca2+ akan menjadi thrombin. Trombin akan bertemu dengan fibrin yang merupakan benang-benang halus, bentuk jaringan yang tidak teratur letaknya, yang akan menahan sel darah, dengan demikian pembekuan.
2) Plasma darah Bagian darah encer tanpa sel-sel darah warna bening kekuningan hampir 90% plasma darah terdiri dari : (a) Fibrinogen yang berguna dalam proses pembekuan darah.
35
(b) Garam-garam mineral (garam kalsium, kalium, natrium, dan lain-lain
yang
berguna
dalam
metabolisme
dan
juga
mengadakan osmotik). (c) Protein darah (albumin dan globulin) meningkatkan viskositas darah
dan
juga
menimbulkn
tekanan
osmotik
untuk
memelihara keseimbangan cairan dalam tubuh. (d) Zat makanan (zat amino, glukosa lemak, mineral, dan vitamin). (e) Hormon yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh. (Pearce Evelyn, 2008 : 121-167)
D. Etiologi 1. Virus dengue Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk dalam genus flavivirus ini berdiameter 40 meter dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel – sel mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney) maupun sel–sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus. (Soedarto, 2001: 36)
36
2. Vektor Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan berperan infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer &Suprohaita, 2000: 420) Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan vektor penularan virus dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui gigitannya nyamuk Aedes Aegyeti merupakan vektor penting di daerah perkotaan (Viban) sedangkan di daerah pedesaan (rural) kedua nyamuk tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes berkembang biak pada genangan Air bersih yang terdapat bejana – bejana yang terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di luar rumah di lubang – lubang pohon di dalam potongan bambu, dilipatan daun dan genangan air bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi hari dan senja hari. (Soedarto, 2001 : 37) 3. Host Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna,
37
sehingga ia masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dengan pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus dengue huntuk pertama kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta. (Soedarto, 2001 : 38)
E. Patofisiologi Virus Dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk terjadi viremia, yang ditandai dengan demam mendadak tanpa penyebab yang jelas disertai gejala lain seperti sakit kepala, mual, muntah, nyeri otot, pegal di seluruh tubuh, nafsu makan berkurang dan sakit perut, bintik-bintik merah pada kulit. Selain itu kelainan dapat terjadi pada sistem retikulo endotel atau seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Pelepasan zat anafilaktoksin, histamin dan serotonin serta aktivitas dari sistem kalikrein menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding kapiler/vaskuler sehingga cairan
dari
intravaskuler
keluar
ke
ekstravaskuler
atau
terjadinya
perembesaran plasma akibatnya terjadi pengurangan volume plasma yang terjadi
hipovolemia,
penurunan
tekanan
darah,
hemokonsentrasi,
hipoproteinemia, efusi dan renjatan. Selain itu sistem retikulo endotel bisa terganggu sehingga menyebabkan reaksi antigen anti body yang akhirnya bisa menyebabkan anaphylaxia.
38
Akibat lain dari virus dengue dalam peredaran darah akan menyebabkan depresi sumsum tulang sehingga akan terjadi trombositopenia yang berlanjut akan menyebabkan perdarahan karena gangguan trombosit dan kelainan koagulasi dan akhirnya sampai pada perdarahan kelenjar adrenalin. Plasma merembas sejak permulaan demam dan mencapai puncaknya saat renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volume plasma dapat berkurang sampai 30% atau lebih. Bila renjatan hipovolemik yang terjadi akibat kehilangan plasma yang tidak dengan segera diatasi maka akan terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian. Terjadinya renjatan ini biasanya pada hari ke-3 dan ke-7. Reaksi lainnya yaitu terjadi perdarahan yang diakibatkan adanya gangguan
pada
hemostasis
yang
mencakup
perubahan
vaskuler,
trombositopenia (trombosit < 100.000/mm3), menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi (protrombin, faktor V, IX, X dan fibrinogen). Pembekuan yang meluas pada intravaskuler (DIC) juga bisa terjadi saat renjatan. Perdarahan yang terjadi seperti petekie, ekimosis, purpura, epistaksis, perdarahan gusi, sampai perdarahan hebat pada traktus gastrointestinal. (Salmiyatun, 2004 : 18 dan Soegeng Soegijanto, 2002 : 48)
39
F. Manifestasi Klinik 1. Masa Inkubasi Sesudah nyamuk menggigit penderita dan memasukkan virus dengue ke dalam kulit , terdapat masa laten yang berlangsung 4 – 5 hari diikuti oleh demam , sakit kepala dan malaise. 2. Demam Demam terjadi secara mendadak berlagsung selama 2 – 7 hari kemudian turun menuju suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsungnya demam , gejala- gejala klinik yang tidak spesifik misalnya , anoreksia , nyeri punggung , nyeri tulang dan persendian , nyeri kepala dan rasa lemah dapat menyertainya. 3. Perdarahan Perdarahan biasanya terjadi pada hari kedua dari demam dan umumnya terjadi pada kulit , dan dapat berupa uji turniket yang positif , mudah terjadi perdarahan pada tempat fungsi vena , petekia dan purpura. Selain itu juga dapat dijumpai epstaksis dan perdarahan gusi , hematomesis dan melena. 4. Hepatomegali Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba , meskipun pada anak yang kurang gizi hati juga sudah teraba. Bila terjadi peningkatan dari hepatomegali dan hati teraba kenyal , harus diperhatikan kemungkinan akan terjadinya renjatan pada penderita.
40
5. Renjatan ( syok ) Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ketiga sejak sakitnya penderita , dimulai dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab , dingin pada ujung hidung , jari tangan dan jari kaki serta cyanosis di sekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya menunjukkan prognosis yang buruk. Nadi menjadi lembut dan cepat , kecil bahkan sering tidak teraba. Tekanan darah sistolik akan menurun sampai di bawah angka 80 mmHg. 6. Gejala klinik lain Nyeri epigastrum , muntah-muntah , diare maupun obstipasi dan kejang-kejang. Keluhan nyeri perut yang hebat seringkali menunjukkan akan terjadinya perdarahan gastrointestinal dan syok. ( Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2002 )
G. Penatalaksanaan Pemberantasan Dengue Haemoragic Fever (DHF) seperti juga penyakit menular laibn didasarkan atas meutusan rantai penularan, terdiri dari virus, aedes dan manusia. Karena sampai saat ini belum terdapat vaksin yang efektif terdapat virus itu maka pemberantasan ditujukan pada manusia terutama pada vektornya. (Soemarmo, 2000 : 56) Prinsip tepat dalam pencegahan DHF (Soemarmo, 2000 : 57) 1. Manfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan
41
melaksanakan pemberantasan pada saat hsedikit terdapatnya DHF / DSS 2. Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada tingkat sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita veremia. 3. Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah pengambaran yaitu sekolah dan RS, termasuk pula daerah penyangga sekitarnya. 4. Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi penularan tinggi.
Menurut Rezeki S, 2002 : 22 , Pemberantasan penyakit Dengue Haemoragic Fever (DHF) ini yang paling penting adalah upaya membasmi jentik nyamuk penularan ditempat perindukannya dengan melakukan “3M” yaitu : a. Menguras tempat–tempat penampungan air secara teratur sekurang– kurangnya sxeminggu sekali atau menaburkan bubuk abate ke dalamnya. b. Menutup rapat – rapat tempat penampung air. c. Menguburkan / menyingkirkan barang kaleng bekas yang dapat menampung air hujan seperti dilanjutkan di baliknya. Pada dasarnya pengobatan pasien Dengue Haemoragic Fever (DHF) bersifat simtomatis dan suportif (Ngastiyah, 2001 : 344) Dengue Haemoragic Fever (DHF) ringan tidak perlu dirawat, Dengue Haemoragic Fever (DHF) sedang kadang – kadang tidak memerlukan perawatan, apabila orang tua dapat diikutsertakan dalam
42
pengawasan penderita di rumah dengan kewaspadaan terjadinya syok yaitu perburukan gejala klinik pada hari 3-7 sakit ( Purnawan dkk, 2001 : 571) Indikasi rawat tinggal pada dugaan infeksi virus dengue (UPF IKA, 2004 : 203) yaitu: Panas 1-2 hari disertai dehidrasi (karena panas, muntah, masukan kurang) atau kejang–kejang. Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati uji torniquet positif/negatif, kesakitan, Hb dan Ht/PCV meningkat, Panas disertai perdarahan, Panas disertai renjatan. Sedangkan penatalaksanaan Dengue Haemoragic Fever (DHF) menurut UPF IKA, 2004 : 203 – 206 adalah. Belum atau tanpa renjatan: 1. Grade I dan II Hiperpireksia (suhu 400C atau lebih) diatasi dengan antipiretika dan “surface cooling”. Antipiretik yang dapat diberikan ialah golongan asetaminofen,asetosal tidak boleh diberikan Umur 6 – 12 bulan
:
60 mg / kaji, 4 kali sehari
Umur 1 – 5 tahun
:
50 – 100 mg, 4 sehari
Umur 5 – 10 tahun
:
100 – 200 mg, 4 kali sehari
Umur 10 tahun keatas
:
250 mg, 4 kali sehari
Terapi cairan 1) infus cairan ringer laktat dengan dosis 75 ml / kg BB / hari untuk anak dengan BB < 10 kg atau 50 ml / kg BB / hari untuk anak dengan BB <
43
10 10 kg bersama – sama di berikan minuman oralit, air
susu
secukupnya 2) Untuk kasus yang menunjukan gejala dehidrasi disarankan minum sebanyak – banyaknya dan sesering mungkin. 3) Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah cairan infus yang harus diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan penderita dalam kurun waktu 24 jam yang diestimasikan sebagai berikut : 100 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 Kg 75 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26-30 kg 60 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31-40 kg 50 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41-50 kg Obat-obatan lain : antibiotika apabila ada infeksi lain, antipiretik untuk anti panas, darah 15 cc/kgBB/hari perdarahan hebat. Dengan Renjatan ; 2. Grade III a. Berikan infus Ringer Laktat 20 mL/KgBB/1 jam Apabila menunjukkan perbaikan (tensi terukur lebih dari 80 mmHg dan nadi teraba dengan frekuensi kurang dari 120/mnt dan akral hangat) lanjutkan dengan Ringer Laktat 10 mL/KgBB/1jam. Jika nadi dan tensi stabil lanjutkan infus tersebut dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan kebutuhan cairan dalam kurun waktu 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi dengan sisa waktu ( 24 jam dikurangi
44
waktu yang dipakai untuk mengatasi renjatan ). Perhitungan kebutuhan cairan dalam 24 jam diperhitungkan sebagai berikut :
100 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 Kg
75 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan berat badan 26-30 Kg.
60 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 Kg.
50 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 Kg.
1. Apabila satu jam setelah pemakaian cairan RL 20 mL/Kg BB/1 jam keadaan tensi masih terukur kurang dari 80 mmHg dan andi cepat lemah, akral dingin maka penderita tersebut memperoleh plasma atau plasma ekspander (dextran L atau yang lainnya) sebanyak 10 mL/ Kg BB/ 1 jam dan dapat diulang maksimal 30 mL/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam. Jika keadaan umum membai dilanjutkan cairan RL sebanyk kebutuhan cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi sisa waktu setelah dapat mengatasi renjatan. 2. Apabila satu jam setelah pemberian cairan Ringer Laktat 10 mL/Kg BB/ 1 jam keadaan tensi menurun lagi, tetapi masih terukur kurang 80 mmHg dan nadi cepat lemah, akral dingin maka penderita tersebut harus memperoleh plasma atau plasma ekspander (dextran L atau lainnya) sebanyak 10 Ml/Kg BB/ 1 jam. Dan dapat diulang maksimal 30 mg/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam.
45
H. Tumbuh Kembang Anak Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Sedangkan pengertian mengenai apa yang dimaksud dengan pertumbuhan dan perkembangan per definisi adalah sebagai berikut: 1.
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolic (retensi kalsium dan nitrogen tubuh).
2.
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan mempunyai dampak terhadap
aspek
fisik,
sedangkan
perkembangan
berkaitan
dengan
pematangan fungsi organ/individu. Walaupun demikian, kedua peristiwa itu terjadi secara sinkron pada setiap individu.
46
a. Tumbuh kembang Infant / bayi , umur 0 – 12 bulan 1) Umur 1 bulan : Fisik
:
berat
badan
akan
meningkat
150
–
200
gram/minggu, tinggi badan meningkat 2,5 cm / bulan, lingkar kepala meningkat 1,5 cm/bulan. Besarnya kenaikan
seperti ini akan berlangsung
sampai bayi umur 6 bulan. Motorik
:
Bayi akan mulai berusaha untuk mengangkat kepala dengan dibantu oleh orang tua, tubuh ditengkurapkan, kepala menoleh ke kiri ataupun ke kanan, reflek menghisap, menelan, menggenggem mulai positif.
Sensoris
:
Mata mengikuti sinar ke tengah
Sosialisasi
:
Bayi sudah mulai tersenyum pada orang yang ada di sekitarnya
2) Umur 2 – 3 bulan : Fisik
:
fontanel posterior sudah menutup
Motorik
:
mengangkat kepala, dada dan berusaha untuk menahannnya sendiri dengan tangan, memasukkan tangan ke mulut, mulai berusaha untuk meraih benda-benda yang menarik yang ada di sekitarnya, bisa
di
dudukkan
dengan
posisi
punggung
disokong, mulai asyik bermain-main sendiri,dengan tangan dan jari-jarinya. Sensoris
:
sudah bisa mengikuti arah sinar ke tepi, koordinasi ke atas dan ke bawah, mulai mendengarkan suara yang didengarnya
Sosialisasi
:
Mulai tertawa pada seseorang, senang jika tertawa keras, menangis sudah mulai berkurang.
47
3) Umur 4 – 5 bulan : Fisik
:
berat badan menjadi dua kali berat badan lahir, ngeces karena tidak adanya
koordinasi menelan
saliva Motorik
:
jika di dudukkan kepala sudah bisa seimbang dan punggung sudah mulai kuat, bila ditengkurapkan sudah bisa mulai miring dan kepala sudah bisa tegak lurus, berusaha meraih benda di sekitar tangannya.
Sensoris
:
sudah bisa mengenal orang-orang yang sering berada di dekatnya, akomodasi mata positif
Sosialisasi
:
senang
jika
berinteraksi
dengan
orang
lain
walaupun belum pernah dilihat atau dikenalnya, sudah bisa mengeluarkan suara petanda tidak senang bila mainan atau benda miliknya diambil oleh orang lain. 4) Usia 6 – 7 bulan : Fisik
:
berat badan meningkat 90-150 gram/minggu, tinggi badan meningkat 1,25 cm/bulan, lingkar kepala meningkat 0,5 cm/bulan, besarnya kenaikan seperti ini akan berlangsung sampai bayi berusia 12 bulan, gigi sudah mulai tumbuh.
Motorik
:
bayi sudah bisa membalikkan badan sendiri, memindahkan anggota badan dari tangan yang satu ke tangan yang lainnya, mengmbil mainan dengan tangannya, senang memasukkan kaki ke mulut, sudah bisa memasukkan makanan ke mulut sendiri.
Sensoris
:
sudah dapat membedakan orang yang dikenalnya dengan yang tidak dikenalnya, jika bersama dengan orang yang tidak dikenalnya bayi akan merasa cemas, sudah dapat menyebut atau mengeluarkan
48
suara em...em...em..., bayi biasanya cepat menangis jika terdapat hal-hal yang tidak disenanginyaakan tetapi akan cepat tertawa lagi. 5) Umur 8 – 9 bulan : Fisik
:
sudah bisa duduk dengan sendirinya, koordinasi tangan ke mulut sangat sering, bayi mulai tengkurap
sendiri
dan
mulai
belajar
untuk
merangkak, sudah bisa mengambil benda dengan menggunakan jari-jarinya. Sensoris
:
bayi tertarik dengan bend-benda kecil yang ada disekitarnya
Sosialisasi
:
bayi merasa cemas terhadap hal-hal yang belum dikenalnya ( orang asing ) sehingga dia akan menangis dan mendorong serta meronta-ronta, merangkul/memeluk orang yang dicintainya, jika dimarahi dia sudah bisa memberikan reaksi menangis dan tidak senang, mulai mengulang katakata “ dada...dada” tetapi belum punya arti.
6) Umur 10 – 12 bulan : Fisik
:
berat badan 3 kali berat badan waktu lahir, gigi bagian atas dan bawah mulai tumbuh.
Motorik
:
sudah mulai belajar berdiri tetapi tidak bertahan lama, belajar berjalan dengan bantuan, sudah bisa berdiri dan duduk sendiri, mulai belajar makan dengan menggunakan sendok, akan tetapi lebih senang menggunakan tangan, sudah bi8sa bermain ci...luk...ba.., mulai senang mencorat-coret kertas.
Sensoris
:
sudah dapat membedakan bentuk
Sosialisasi
:
emosi positif, cemburu, marah, lebih senang pada lingkungan yang sudah diketahuinya, merasa takut pada situasi yang asing, mulai mengerti akan
49
perintah yang sederhana, sudah mngerti namanya sendiri, sudah bisa menyebut abi,umi. b. Tumbuh kembang Toddler, umur 1 – 3 tahun 1)
Umur 15 bulan : Motorik kasar
: sudah bisa berjalan sendiri tanpa bantuan orang lain.
Motorik halus
: sudah
bisa
memegangi
cangkir,
memasukkan jari ke lubang, membuka kotak , melempar benda. 2)
Umur 18 bulan : Motorik kasar
: mulai berlari tetapi masih sering jatuh, menarik-narik mainan, mulai senang naik tangga tetapi masih dengan bantuan.
Motorik halus
: sudah bisa makan dengan menggunakan sendok, bisa membuka halaman buku, belajar menyusun balok-balok.
3)
Umur 24 bulan : Motorik kasar
: berlari sudah baik, dapat naik tangga sendiri dengan kedua kaki tiap tahap.
Motorik halus
: sudah bisa membuka pintu, membuka kunci, menggunting sederhana, minum dengan menggunakan cangkir, sudah dapat menggunakan sendok dengan baik.
4)
Umur 36 bulan : Motorik kasar
: sudah bisa naik turun tangga tanpa bantuan, memakai baju dengan bantuan, mulai bisa naik sepeda roda tiga.
Motorik halus
: bisa
menggambar
lingkaran,
mencuci
tangannya sendiri, menggosok gigi.
50
c. Tumbuh kembang Pra Sekolah 1)
Usia 4 tahun Motorik kasar
: berjalan berjinjit, melompat, melompat dengan satu kaki, menangkap bola dan melemparkannya dari atas kepala.
Motorik halus
: sudah bisa menggunakan gunting dengan lancar, sudah bisa menggambar kotak, menggambar horizontal,
garis
vertikal
belajar
maupun
membuka
dan
memasang kancing baju. 2)
Usia 5 tahun Motorik kasar
: berjaln mundur sambil berjinjit, sudah bisa menangkap dan melempar bola dengan baik, sudah dapat melompat dengan kaki secara bergantian.
Motorik halus
: menulis dengan angka-angka, menulis dengan huruf, menulis dengan kata-kata, belajar menulis nama, belajar mengikat tali sepatu.
Sosial emosional
: bermain sendiri mulai berkurang,sering berkumpul dengan teman sebaya, interaksi sosial selama bermain meningkat, sudah siap untuk menggunakan alat-alat bermain.
Pertumbuhan fisik
: berat badan meningkat 2,5 kg/tahun, tinggi badan meningkat 6,75 – 7,5 cm/tahun.
d. Tumbuh kembang Usia Sekolah Motorik
:
lebih mampu menggunakan otot-oto kasar daripada otot-otot halus . Misalnya lompat tali, batminton, bola volley,pada akhir masa sekolah
51
motorik halus lebih berkurang, anak laki-laki lebih aktif daripada anak perempuan. Sosial emosional
:
mencari lingkungan yang lebih luas sehingga cenderung sering pergi dari rumah hanya untuk bermain dengan teman, saat ini sekolah sangat berperan untuk membentuk pribadi anak, di sekolah anak harus berinteraksi dengan orang lain selain keluarganya, sehingga peranan guru sangatlah besar.
Pertumbuhan fisik
:
berat badan meningkat 2 – 3 kg/tahun, tinggi badan meningkat 6 – 7 cm/tahun.
e. Tumbuh Kembang Remaja ( Adolescent ) Pertumbuhan fisik
:
merupakan tahap pertumbuhan yang sangat pesat, tinggi badan 25 %, semua sistem tubuh berubah dan yang paling banyak perubahan adalah sistem endokrin, bagian –bagian tubuh tertentu memanjang, misalnya tangan, kaki, proporsi tubuh memanjang.
Sosial emosional
:
kemampuan kan sosialisasi meningkat, relasi dengan teman wanita/pria akan tetapi lebih penting
dengan
teman
yang
sejenis,
penampilan fisik remaja sangat penting karena supaya mereka diterima oleh kawan dan disamping itu pula persepsi terhadap badannya akan mempengaruhi kosep dirinya, peranan orang tua/keluarga sudah tidak begitu penting tetapi sudah mulai beralih pada teman sebaya. (Soetjiningsih, 2002 : 1)
52
I. Komplikasi Adapun komplikasi dari Dengue Haemoragic Fever adalah 1. Perdarahan Perdarahan pada Dengue Haemoragic Fever disebabkan adanya perubahan vaskuler, penurunan jumlah trombosit dan koagulopati, dan trombositopeni dihubungkan meningkatnya megakoriosit muda dalam sumsum tulang dan pendeknya masa hidup trombosit. Tendesi perdarahan saluran cerna, hematemesis, melena. 2. Kegagalan Sirkulasi DSS (Dengue Syock Syndrome) biasanya terjadi sesudah hari 2-7 disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi kebocoran plasma, efusi cairan serosa ke rongga pleura dan peritoneum, hipoproteinemia, hemokonsentrasi dan hipovolemi yang mengakibatkan berkurangnya aliran balik vena, preload, miokardium, penurunan volume sekuncup dan curah jantung sehingga terjadi disfungsi atau kegagalan sirkulasi dan penurunan perfusi organ. Dengue Syock Syndrome juga disertai dengan kegagalan homeostatis mengakibatkan aktifitas dan integritas sistem kardiovaskuler, perfusi miokard dan curah jantung menurun, sirkulasi darah terganggu dan iskemi jaringan dan kerusakan fungsi sel secara progresif dan irreversible, terjadi kerusakan sel dan organ sehingga pasien akan meninggal dalam waktu 12-24 jam.
53
3. Hepatomegali Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang berhubungan dengan nekrosis karena perdarahan yang terjadi pada lobules hati dan sel-sel kapiler. Terkadang tampak sel metrofil dan limfosit yang lebih besar dan lebih banyak dikarenakan adanya reaksi atau komplek virus antibodi. 4. Efusi Pleura Efusi pleura karena adanya kebocoran plasma yang mengakibatkan ekstravasi cairan intravaskuler sel, hal tersebut dapat dibuktikan adanya cairan dalam rongga pleura bila terjadi efusi pleura akan terjadi dispnea.
J. Pengkajian Fokus Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Masalah Utama DHF (Dengue Haemorragic Fever) Pengkajian Asuhan Keperawatan Keluarga dengan DHF menurut Friedman. 1. Identitas Data a.
Nama Kepala Keluarga
:
b.
Usia
:
c.
Pendidikan
:
d.
Pekerjaan
:
e.
Alamat
:
f.
Komposisi keluarga Jumlah keluarga yang banyak (extended family), status sosial ekonomi menurun dan tingkat pendidikan dan pengetahuan rendah
54
menyebabkan keluarga tidak mampu menjalankan 5 fungsi keluarga di bidang kesehatan (5 tahap) terhadap penderita DHF di keluarga. g.
Tipe keluarga Biasanya tipe keluarga besar yang ekonominya rendah, lebih berpengaruh terhadap status kesehatan terutama DHF.
h.
Suku bangsa Asal suku, identifikasi budaya suku yang terkait dengan masalah kesehatan.
i.
Agama Agama yang dianut serta kepercayaan yang dapat berpengaruh pada persepsi keluarga dalam pengobatan atau perawatan pada penderita DHF.
j.
Status sosial ekonomi keluarga Pendidikan yang rendah, didukung pendapatan yang rendah pula kan berpengaruh pada keluarga dalam mengenal masalah DHF dalam pengambilan keputusan, dan keluarga tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan gizi pada penderita DHF serta biaya pengobatannya.
k.
Latar Belakang Budaya 1) Kebiasaan fasilitas Kesehatan Keluarga mempunyai kebiasaan jika ada anggota keluarga yang sakit, sumber pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat
55
merupakan
tempat
pertama
yang
dituju
dalam
rangka
pengobatan. Contohnya Puskesmas. 2) Pengobatan Tradisional Keluarga biasanya hanya memberikan pengobatn tradisional, misalnya untuk mengurangi demam, keluarga menganjurkan penderita untuk istirahat dan jika masih demam hanya dibelikan obat di warung. l. Aktivitas di waktu senggang Kebiasaan aktivitas yang mempengaruhi penderita DHF yaitu aktivitas yang banyak apalagi di tempat yang kotor. Penderita DHF harus mengurangi aktivitas, istirahat dan harus bayak minum air putih secara teratur.
2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga a. Tahap perkembangan keluarga saat ini Anggota keluarga yang tertua akan berpengaruh pada keluarga, dalam pengambilan keputusan untuk mengatasi masalah. b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi Dalam tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi misalnya dalam masalah kesehatan, keluarga belum bisa meningkatkan kesehatan anggota keluarga.
56
c. Riwayat keluarga inti Jika dalam silsilah keluarga didapatkan anggota keluarga ada yang menderita DHF maka tidak dapat beresiko pada kerabat atau keturunan berikutnya untuk menderita DHF, sebab DHF merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue.
3. Data Lingkungan a. Karakteristik Rumah Karakteristik luas tipe, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, peletakan perabot, jarak sumber air dengan septic tank, sumber air yang digunakan, status kepemilikan dan denah rumah. Keadaan rumah yang kecil, sempit, kotor, ventilasi yang kurang, perabotan rumah berserakan, penataan ruangan atau kamar yang banyak
baju
bergantungan.
Hal
tersebut
merupakan
faktor
predisposisi timbulnya penyakit DHF. Di samping itu, tempat-tempat di luar rumah penderita DHF, misal : lingkungan dengan kondisi atau keadaan kotor, pembuangan sampah terbuka, pembuangan air limbah tidak lancar. (Nelson, 2001) b. Karakteristik tetangga dan komunitas Karakteristik fisik tetangga dan masyarakat yang berpengaruh pada penyakit DHF, misal : sanitasi jalan terlihat kumuh, rumah,
57
pekerjaan, kelas sosial dan karakteristik sosial budaya masyarakat, serta sulitnya masyarakat menggunakan transportasi. c.
Mobilitas geografis keluarga Penderita DHF biasanya sering bertempat tinggal di daerah yang kumuh, kotor sehingga akan mempengaruhi pada penderita DHF.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat Keluarga menyadari pentingnya intoleransi dengan masyarakat dan menggunakan fasilitas pelayanan masyarakat misalnya pelayanan kesehatan. e.
Sistem pendukung keluarga Biasanya yang membantu keluarga saat membutuhkan bantuan adalah tetangga dekat atau sanak keluarga dan petugas kesehatan dalam membantu kesehatan keluarga.
4. Struktur Keluarga a. Pola komunikasi keluarga Kurang komunikasi diantara keluarga yang menderita DHF akan mempengaruhi pengambilan keputusaN dalam memutuskan suatu masalah. b. Struktur kekuatan keluarga Dalam keluarga yang membuat keputusan dalam menyelesaikan masalah biasanya dilakukan oleh kepala keluarga dengan cara
58
demokrasi. Jika kepala keluarga tidak mampu mengambil keputusan tepat dalam mengatasinya maka dapat memperberat penyakit DHF. c. Struktur Peran Peran
kepala
keluarga
adalah
memenuhi
kebutuhan
anggota
keluarganya dn setiap anggota keluarga mempunyai peran masingmasing dalam menaggulangi, mencegah serta merawat anggota keluarga yang sakit. d. Nilai dan norma keluarga Keluarga mempunyai persepsi bahwa suatu penyakit tidak dapat sembuh tanpa diobati seperti DHF tidak dapat sembuh tanpa pengobatan.
5. Fungsi Keluarga a. Fungsi Afektif Perhatian yang kurang sehingga penderita DHF tidak mendapatkan perawatan kesehatan yang dibutuhkan. b. Fungsi Sosialisasi Tingkat kependidikan dan pengetahuan masyarakat rendah, sehingga dalam proses sosialisasi masyarakat, keluarga tidak mendapatkan informasi yang tepat tentang DHF dan penanganannya. c. Fungsi Kesehatan Keluarga mampu melakukan lima tugas kesehatan keluarga yaitu :
59
1) Mengenal masalah kesehatan tentang penyakit DHF (pengertian, faktor penyebab, tanda dan gejala, akibat serta penatalaksanaan). 2) Mengambil keputusan jika ada anggota keluarga yang sakit. 3) Merawat anggota keluarga yang sakit dengan menjauhkan faktorfaktor pencetus terjadinya DHF (Dengue Haemorragic Fever) dan pemenuhan nutrisi yang cukup. 4) Memodifikasi lingkungan misal menjaga kebersihan agar terhindar dari penyakit. 5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan misalnya : membawa anggota keluarga yang sakit ke pelayanan kesehatan terdekat seperti Puskesmas. d. Fungsi Reproduksi Berapa jumlah anak, bagaimana keluarga merencanakan jumlah anak, metode yang digunakan. e. Fungsi Ekonomi Keluarga mempunyai fungsi dalam memenuhi kebutuhan ekonominya dan termasuk pemanfaatan sumber yang ada di masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga. 6. Stress dan Koping Keluarga a. Stressor jangka pendek Apabila keluarga mempunyai masalah dalam kesehatan, anggota keluarga ada yang menderita DHF maka bagaimana cara keluarga merawat anggota keluarga yang menderita tersebut.
60
b. Stressor jangka panjang Keluarga mampu bertindak tenang dan sabar dalam perawatan DHF dan pengobatannya. c. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor Keluarga begitu peka terhadap situasi yang terjadi dalam anggota keluarga, sehingga akan lebih cepat dalam mengambil keputusan sehingga tidak berakibat buruk, misal akibat atau komplikasi dari DHF (Dengue Haemorragic Fever). d. Strategi koping yang digunakan Keluarga yang menggunakan mekanisme koping yang tidak adaptif terkait dengan masalah kesehatan yang muncul, misal tidak segera membawa anggota keluarga yang sakit ke pelayanan kesehatan cenderung akan mempengaruhi tingkat kesehatan keluarga. 7. Keluhan utama Penderita mengeluh badannya panas (peningkatan suhu tubuh) sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan menurun. 8. Riwayat penyakit sekarang Didapatkan adanya keluhan panas mendadak dengan disertai menggigil dan saat demam kesadaran kompos mentis. Turunya panas terjadi antara hari ke-3 dan ke-7, dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan
61
pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau hematemasis. 9. Riwayat penyakit yang pernah diderita Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF, anak biasanya mengalami serangan ulangan DHF dengan type virus yang lain. 10. Riwayat imunisasi Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemumgkinan akan timbulnya komplikasi dapat dihindarkan. 11. Riwayat gizi Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat berisiko, apabila ada faktor predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah,dan nafsu akan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang. 12. Kondisi lingkungan Sering terjadi pada daerah yang padat penduduknya dan lingkumgan yang kurang bersih (seperti yang mengenang dan gantungan baju yang di kamar).
62
13. Pola kebiasaan a. Nutrisi dan metabolisme Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang, dan nafsu makan menurun. b. Eliminasi BAB Eliminasi BAB: kadang-kadang anak mengalami diare atau konstipasi. Sementara DHF grade III-IV bisa terjadi melena. c. Eliminasi BAK Eliminasi BAK: perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit atau banyak, sakit atau tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria. d. Tidur dan istirahat Tidur dan istirahat: anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit atau nyeri otot dan persendian sehingga kualitas dan kuantitas tidur maupun istirahatnya kurang. e. Kebersihan Kebersihan: upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk aedes aegypti. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga kesehatan. 14. Pemeriksaan fisik Meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi dari ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan grade DHF, keadaan fisik anak adalah :
63
a.
Kesadaran
: Apatis
b.
Vital sign
: TD : 110/70 mmHg
c.
Kepala
: Bentuk mesochepal
d.
Mata
: simetris, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, mata anemis
e.
Telinga
: simetris, bersih tidak ada serumen, tidak ada gangguan pendengaran
f.
Hidung
: ada perdarahan hidung / epsitaksis
g.
Mulut
: mukosa mulut kering, bibir kering, dehidrasi, ada perdarahan pada rongga mulut, terjadi perdarahan gusi.
h.
Leher
: tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kekakuan leher tidak ada, nyeri telan
i.
j.
Dada Inspeksi
: simetris, ada penggunaan otot bantu pernafasan
Auskultasi
: tidak ada bunyi tambahan
Perkusi
: Sonor
Palpasi
: taktil fremitus normal
Abdomen Inspeksi
: bentuk cembung, pembesaran hati (hepatomegali)
Auskultasi
: bising usus 8x/menit
Perkusi
: tympani
Palpasi
: turgor kulit elastis, nyeri tekan bagian atas
64
k.
Ekstrimitas : sianosis, ptekie, echimosis, akral dingin, nyeri otot, sendi tulang
l.
Genetalia
: bersih tidak ada kelainan di buktikan tidak terpasang kateter
15. Sistem integumen Adanya peteki pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin dan lembab. Kuku sianosis atau tidak. a.
Kepala dan leher Kepala terasa nyeri, muka tamp0ak kemerahan karena demam (flusy), mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade II,III, IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokan mengalami hyperemia pharing dan terjadi perdarahan telingga (grade II, III, IV ).
b.
Dada Bentuk simetris dan kadang-kadang sesak. Pada fhoto thorax terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan, (efusi pleura), rales, ronchi, yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.
65
c.
Abdomen Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali) dan asites. Ekstremitas : akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.
66
K. Pathways Keperawatan
67
L. Diagnosa Keperawatan Keluarga 1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An. L dikeluarga Tn. A dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat An. L yang mengalami DHF (Dengue Haemorragic Fever). 2. Kurangnya volume cairan tubuh pada An. L dikeluarga Tn. A dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah An. L yang mengalami DHF (Dengue Haemorragic Fever). 3. Kurangnya pengetahuan pada An. L dikeluarga Tn. A dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah An. L yang mengalami DHF (Dengue Haemorragic Fever).
M. Fokus Intervensi 1. Diagnosa Keperawatan 1 a) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi. b) Rencana tindakan 1)
Pencegahan primer - Memberikan informasi tentang kebutuhan nutrisi. - Meyakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah kontipasi. - Mengkaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan. - Menurunkan
kebutuhan
metabolisme
untuk
mencegah
penurunan kalori dan simpanan energi dengan melakukan tirah baring atau pembatasan aktivitas selama fase sakit. - Anjurkan pasien untuk meningkatkan masukan Fe, protein dan Vitamin C.
68
2) Pencegahan sekunder - Anjurkan untuk sediakan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan
menyenangkan
karena
lingkungan
yang
menyenangkan akan menurunkan stress dan lebih kondusif untuk makan. - Berikan kebersihan oral karena mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa makanan. 3) Pencegahan tersier - Monitor mual dan muntah. - Monitor adanya penurunan BB. - Monitor interaksi anak atau orang tua selama makan. - Kolaborasi nutrisi perenteral total, terapi IV sesuai indikasi.
2. Diagnosa Keperawatan 2 a) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak adanya tanda-tanda dehidrasi, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan. b) Rencana tindakan 1) Pencegahan primer - Pantau status hidrasi (kelembaban membran, nadi akurat). - Monitor masukan makanan/cairan. 2) Pencegahan sekunder - Anjurkan banyak minum 1500-2000 ml/hari. - Batasi aktivitas yang menguras tenaga. 3) Pencegahan tersier - Kolaborasi dokter juga pemberian cairan IV sesuai dengan suhu ruangan. - Memberikan deuritik sesuai intruksi.
69
3. Diagnosa Keperawatan 3 a) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan keluarga mengetahui sumber-sumber informasi. b) Rencana tindakan 1) Pencegahan primer - Menentukan tingkat pengetahuan keluarga sebelumnya. - Mempunyai perencanaan pada kondisi kegawatan. - Dorong untuk mengikuti informasi yang diberikan oleh tenaga kesehatan lain. 2) Pencegahan sekunder - Diskusikan tentang proses penyakit (pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan komplikasi. - Jelaskan secara rasional tentang pengelolaan terapi atau perawatan yang dianjurkan. - Ajarkan tentang makanan yang boleh dan tidak boleh dimakan. 3) Pencegahan tersier - Kaji ulang pengetahuan keluarga tentang proses penyakit. - Rujuk kepelayanan kesehatan bila kondisi pasien semakin memburuk.
70