BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada di luar bahasa yang digunakan untuk memahami hal-hal yang lain. Jadi, konsep dari penelitian ini adalah pemahaman tentang makna tulisan yang terdapat pada kaca angkutan umum. Menurut Grince dan Bolinger (dalam Sringenana, 1993:3) menyatakan bahwa “makna adalah hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat saling dimengerti, dengan demikian dapat dikatakan bahwa makna adalah arti atau maksud”. Sedangkan pemahaman yang lain mengenai tulisan, dimana pemahaman tulisan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:918) “hasil menulis; barang apa yang ditulis; yang berupa karangan (dalam majalah, surat kabar dan sebagainya atau yang berupa cerita, dongeng dan sebagainya); atau gambaran; lukisan”. Tulisan juga sebagai salah satu komponen bahasa yang mempunyai makna yang termasuk ke dalam objek studi semantik yang tidak dapat dilepaskan dalam pembicaraan linguistik. Selanjutnya pemahaman yang lain dari penelitian ini tentang angkutan umum. Dalam http://rizkibeo.wordpress.com dijelaskan bahwa, “angkutan umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran, pengertian angkutan umum tidak terlepas dari defenisi global public transport atau kegiatan pengangkutan yang melayani publik atau masyarakat umum, atau pemindahan orang dari satu tempat ketempat lain, dari rumah ke kantor, dari kantor ketempat pertemuan, dari desa ke kota, dengan menggunakan kendaraan roda dua ataupun empat”.
Universitas Sumatera Utara
Dari pemaparan pemahaman di atas tentang makna, tulisan dan angkutan umum tersebut di atas. Jadi, secara keseluruhan pemahaman mengenai makna tulisan yang terdapat pada kaca angkutan umum adalah suatu bentuk komunikasi dari para sopir untuk disampaikan kepada publik atau pengguna jalan, serta mempunyai makna tersembunyi yang belum kita ketahui maknanya dari tulisan pada kaca angkutan umum tersebut.
2.1.2 Landasan Teori 2.1.2.1Kaidah Ejaan Tasai dan Arifin (2004:170) menyatakan bahwa “ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana hubungan antar lambang-lambang itu (pemisahan dan penggabungan dalam suatu bahasa, penulisan huruf, penulisan kata, dan penulisan tanda baca”. Secara praktis ejaan berfungsi untuk membantu pemahaman pembaca di dalam mencerna informasi yang disampaikan secara tertulis. Dalam hal ini fungsi praktis itu dapat dicapai bila semua ketentuan yang terdapat di dalam kaidah telah diterapkan dengan baik. Kaidah ejaan tidak sama dengan kaidah bahasa, karena dasar penyusunan kaidah ejaan haruslah memperoleh kesepakatan ahli bahasa dan persetujuan dari masyarakat bahasanya atau suatu negara yang didasarkan pada sifat-sifat khas bahasa tertentu sebelum kesepakatan itu diberlakukan terlebih dahulu oleh pemerintah yang meresmikan pemakaian ejaan tersebut. Setelah resmi berlaku para pengguna bahasa diharapkan menaati kaidah yang telah disepakati tersebut. Selanjutnya ejaan juga bersifat normatif karena melibatkan pertimbangan salah dan benar berdasarkan norma tertentu. Misalnya, kata asing passive dan active.
Universitas Sumatera Utara
Menurut kaidah diserap menjadi pasif dan aktif. Jika pemakaian itu mengikuti kaidah, penulisan itu dipandang benar. Tetapi jika ditulis dengan passive dan active, penulisan itu tentu dipandang salah karena tidak menaati kaidah yang telah disepakati.
2.1.2.2 Semantik Semantik berasal dari bahasa Yunani semainein ‘yang bermakna’. Slametmuljana (1964:1) menyatakan bahwa “semantik adalah penelitian makna kata dalam bahasa tertentu menurut sistem penggolongan”. Semantik termasuk juga ilmu makna, membicarakan makna, bagaimana asal mula adanya makna sesuatu misalnya, sejarah kata, dalam arti bagaimana kata itu muncul dan bagaimana perkembangannya, serta mengapa terjadi peubahan makna dalam sejarah bahasa. Teori semantik merupakan teori yang digunakan dalam penelitian ini, semantik adalah telaah makna. Semantik menelaah lambang-lambang atau tandatanda yang menyatakan makna, hubungan makna yang satu dengan yang lainnya, dan pengaruh terhadap mansusia dan masyarakat. Oleh karena itu semantik mencakup makna-makna kata perkembangan dan perubahannya. Semantik merupakan salah satu cabang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandai. Dengan kata lain, semantik adalah bidang studi dalam linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Oleh karena itu, semantik diartikan sebagai ilmu tentang tanda atau tentang arti, seperti yang dikemukakan oleh Chaer (1995:3) “semantik yaitu mempelajari makna atau arti dari suatu tanda atau lambang pada umumnya, seperti
Universitas Sumatera Utara
dalam setiap bahasa sering kali ditemui adanya hubungan kemaknaan antara sebuah kata atau satuan bahasa lainnya dengan kata atau satuan bahasa lainnya lagi”. Setiap kata yang kita ucapkan memiliki arti atau makna, dan makna kata yang sama bisa berbeda-beda artinya, tergantung pada konteks ruang dan waktu. Terdapat komponen dalam makna yang dibangkitkan suatu kata atau kalimat. Makna muncul dari hubungan khusus antara kata (sebagai simbol verbal) dalam manusia. Makna tidak melekat pada kata-kata, namun kata-kata membangkitkan makna dalam pikiran orang. Seperti halnya tulisan yang terdapat pada kaca angkutan umum memiliki makna tersendiri, makna-makna tersebut hanya memiliki satu makna dan adakalanya memiliki makna yang lebih dari satu, dan ada pula yang mengalami perubahan makna pada tulisan-tulisan tersebut, Chaer (2004:131) menyebutkan bahwa perubahan makna antara lain: (1) Perubahan Makna Akibat Perubahan Lingkungan Lingkungan masyarakat dapat menyebabkan perubahan makna. Bahasa yang digunakan masyarakat tertentu belum tentu sama maknanya dengan makna kata yang digunakan di lingkungan masyarakat yang lain. Misalnya kata cetak, bagi mereka yang bergerak dalam bidang persuratkabaran, kata cetak
selalu
dihubungkan dengan kata tinta, huruf, kertas. Tetapi bagi tukang bata, kata cetak biasanya dihubungkan dengan kegiatan membuat batu bata pada cetakannnya. Sedangkan bagi petani, kata cetak biasanya dikaitkan dengan usaha membuka lahan baru untuk pertanian sehingga muncul urutan kata pencetakan sawah baru.
Universitas Sumatera Utara
(2) Perubahan Makna Akibat Pertukaran Indera Pertukaran makna akibat pertukaran indera, disebut dengan sinestesi (kata Yunani: Sun = sama dan aesthetikos = tampak). Pertukaran indera yang dimaksud, misalnya indera pendengaran dengan indera penglihatan. Misalnya, kata terang seperti telah dikatakan di atas, berhubungan dengan indera penglihatan. Tetapi jika orang berkata “suaranya terang” , maka hal itu berhubungan dengan pendengaran. Maka kata terang adalah matahari cukup cahaya yang berubah menjadi lelas. (3) Perubahan Makna Akibat Pertukaran Tanggapan Pemakai Bahasa Dalam bahasa Indonesia terdapat kata gerombolan yang dahulu bermakna orang yang berkelompok, orang yang berkerumun, misalnya berkerumun didekat penjual obat. Maknanya bersifat baik, menjadi amelioratif. Dengan munculnya pemberontak di Indonesia dan akhir-akhir ini berkembang istilah GPK (gerakan pengacau keamanaan), makna kata gerombolan menjurus kepada hal yang tidak menyenangkan, bahkan menakutkan karena dihubungkan dengan gerombolan pengacau, gerombolan perampok, pencuri, dan penodong. Tanggapan pemakai bahasa terhadap kata gerombolan berubah dari perasaan senang atau amelioratif menjadi tidak senang atau peyoratif. (4) Perubahan Makna Akibat Asosiasi Selametnuljana (1964:2) mengatakan bahwa “yang dimaksud dengan asosiasi adalah hubungan antara makna asli, makna di dalam lingkungan tempat tumbuh semula kata yang bersangkutan dengan makna yang baru, yakni makna di dalam lingkungan tempat kata itu dipindahkan ke dalam pemakai bahasa”. Misalnya, dalam bahasa Indonesia terdapat kata amplop, kalau kita mengurus sesuatu di kantor dan kemudian kawan berkata, “beri ia amplop”. Maka asosiasi
Universitas Sumatera Utara
kita bukan lagi amplop yang berfungsi sebagai sampul surat, tetapi amplop yang berisi uang, uang pelancar, uang pelicin, uang sogok. Secara kasar kawan kita berkata “berilah ia uang agar urusanmu segera selesai”. (5) Perubahan Makna Akibat Perubahan Bentuk Akibat perubahan bentuk terjadi perubahan makna, misalnya kata berlompatan bermakna banyak orang atau binatang yang melompat dari suatu tempat ke tempat yang lain. Orang berkata, “udang berlompatan dari perahu” , yang maknanya udang-udang yang berada di dalam perahu melompat ke dalam. Makna kata berlompatan berbeda dengan makna kata berlompat-lompat. Kata berlompat-lompat bermakna melaksanakan pekerjaan melompat secara berulangulang, atau seseorang yang menyatakan bahwa kegiatan itu dilakukan karena seseorang sedang bergembira.
2.1.2.3 Informasi Chaer (1995:34) mengemukakan bahwa “informasi merupakan sesuatu gejala di luar ujaran yang dilihat dari segi objeknya atau yang dibicarakan (utterance- external phenomenon )”. Misalnya pada kata ayah dan bapak memang memberi infomasi yang sama yaitu orang tua laki-laki, tetapi maknanya tetap tidak persis sama karena bentuknya berbeda. Dari kata tersebut kita dapat melihat dalam bentuk kalimat ayah saya sakit, kata ayah dapat diganti dengan kata bapak sehingga menjadi bapak saya sakit. Tetapi dalam kalimat bapak presiden yang terhormat, tidak dapat diganti menjadi ayah presiden yang terhormat.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2.4 Maksud Chaer (1995:35) “maksud adalah dilihat dari segi si pengujar, atau orang yang berbicara mengujarkan sesuatu ujaran yang berupa kalimat ataupun frase, tetapi yang dimaksudkannya tidak sama dengan makna lahiriah ujaran itu sendiri”. Kita dapat melihat contoh maksud berikut di terminal- terminal bis, banyak pedagang asongan menawarkan barang dagangannya kepada para pengemudi atau penumpang kendaraan dengan kalimat “ koran, koran?” atau “jeruk, pak?”. Dari ujaran pedagang itu seperti bertanya, tetapi sebenarnya ujaran mereka itu menawarkan.
2.1.2.5 Semiotika Semiotika berasal dari kata Yunani, semeion yang berarti tanda. Menurut Saussure (dalam Sobur 2004:64) “semiologi didasarkan pada anggapan bahwa selama berfungsi sebagai tanda, harus ada di belakangnya sistem perbedaan dan konvensi yang memungkinkan makna itu”. Dimana ada tanda di sana ada sistem, artinya sebuah tanda (berwujud kata atau gambar) mempunyai dua aspek yang ditangkap oleh indra kita yang disebut dengan signifier (bidang penanda atau bentuk) dan aspek lainnya yang disebut signified (bidang petanda konsep atau makna). Aspek kedua terkandung di dalam aspek pertama, penanda terletak pada tingkatan ungkapan dan mempunyai wujud atau merupakan bagian fisik seperti bunyi, huruf, kata, gambar, warna, obyek, dan sebagainya. Petanda terletak pada tingkatan isi atau gagasan dari apa yang diungkapkan melalui tingkatan ungkapan, hubungan antara kedua unsur tersebut melahirkan makna. Menurut Ferdinand de Saussure (dalam Aminuddin, 1985:77) menyatakan bahwa,
Universitas Sumatera Utara
bahasa sebagai tanda yang diindikasi oleh adanya hubungan yang erat yaitu Qualisign, Sinsign, dan Legisign. Qualisign adalah penanda yang bertalian dengan kualitas dan berdasarkan sifatnya, misalnya tulisan pada kaca angkutan umum yaitu bergambar donal bebek, karena gambar tersebut untuk menunjukkan bahwa sopir kendaraan tersebut sudah tua, sehingga angkutan umumnya tidak bisa melaju dengan cepat sesuai dengan donal bebek yang kita ketahui dalam gaya berjalannya tidak bisa cepat, sinsign adalah tanda yang berdasarkan bentuk atau rupanya di dalam kenyataan. Misalnya suatu jeritan yang dapat berarti heran, senang, atau kesakitan, artinya seseorang dapat dikenali dari caranya berjalan, caranya tertawa, nada suara dan caranya berdehem, legisign adalah tanda yang menjadi tanda berdasarkan suatu peraturan yang berlaku umum, suatu konvensi, suatu kode, misalnya warna merah yang mempunyai tanda bahaya dan larangan, seperti pada rambu lalu lintas, warna merah mengacu pada jalan berhenti, selain itu sifat merah yang panas dapat dipakai untuk menunjukkan gairah, semangat dan cinta, seperti pada bendera Indonesia yang memakai warna merah pada bagian atas bendera, yang berarti berani, sedangkan warna-warna lainnya yang memiliki arti yaitu warna putih yang menegaskan sesuatu yang terang, ringan dan netral, seperti pada bendera Indonesia yang memakai warna putih pada bagian bawah bendera yang berarti suci.
2.1.2.6 Pragmatik Untuk mewujudkan gagasan, ide, pemikiran suatu tulisan diperlukan bahasa. Bahasa yang digunakan sangat berperan penting untuk menyampaikan pesan yang terdapat di dalam tulisan tersebut. Pesan yang terdapat dalam tulisan harus dapat tersampaikan meskipun harus menggunakan bahasa yang sulit dimengerti Pragmatik digunakan untuk melihat pesan atau makna yang ingin disampaikan para sopir yang sebagai komunikator pada tulisannya tersebut. Leech (1983:322) menyatakan bahwa “pragmatik merupakan studi yang membahas bahasa dan hubungannya dengan konteks pemakainya dimana pragmatik menelaah makna dan pesan sebuah kalimat menurut tafsiran pendengar sebagaimana yang dimaksudkan oleh si pembicara”. Dengan tulisan yang terdapat pada kaca angkutan umum tersebut merupakan pesan yang ingin disampaikan para sopir sebagai komunikator kepada publik (pengguna jalan).
Universitas Sumatera Utara
2.2 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka adalah hal- hal atau pengetahuan yang berhubungan dengan penelitian itu sebagai bahan refrensi yang mendukung penelitian tersebut, atau menjelaskan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang berkitan dengan topik yang akan diteliti agar semakin jelas permasalahan penelitian yang akan dipecahkan. Berdasarkan tinjauan pustaka yang ada, maka ada sejumlah sumber yang relevan untuk menjadi bahan refrensi dalam penelitian ini, adapun sumber-sumber tersebut adalah sebagai berikut: Dahlia Sringenana (1999) dalam penelitian yang berjudul “Kajian Makna Denotasi dan Konotasi Lagu-lagu Karya Katon Bagaskara” dalam penelitian ini makna denotasi dan konotasi dibutuhkan untuk menjelaskan arti yang dimaksud dalam sebuah kata tersebut sehingga dapat diketahui apa sebenarnya yang ingin disampaikan oleh pencipta lagu kepada pembaca atau pendengar. Kartinawati (2003) dalam penelitian yang berjudul “ Misteri Gambar-gambar di Bak-bak Truk (analisis semiotika)” semiotika dibutuhkan karena dijadikan metoda untuk memecahkan masalah yang ada, artinya apakah rumusan masalah tentang problematik tersebut baik yang terjadi pada ranah pesan, saluran, partisipan komunikasi, maupun efek, semiotika juga mampu mengungkapkan citra kehidupan dan bentuk identitas para sopir, dari penelitian terdahulu juga menafsirkan persoalan pesan-pesan yang digunakan untuk menganalisis subjek kajian yang berbasis pragmatik (praktek komunikasi), maksudnya menganalisa tanda-tanda yang disertai maksud (signal) yang secara sadar digunakan oleh komunikator kepada mereka yang menerimanaya.
Universitas Sumatera Utara
Ade Azwida (2007) dalam penelitian yang berjudul “Pemakaian Bahasa Gaul pada Iklan Produk Komersial Televisi” pada intinya penelitian ini menganalisis struktur pembentukan kata-kata dalam bahasa gaul yang terdapat pada iklan komersial, dan menganalisis perubahan makna yang terjadi dalam bahasa gaul menjadi bahasa Indonesia. Pemakaian bahasa gaul dalam iklan produk komersial di televisi merupakan fenomena masyarakat yang menyukai sesuatu yang baru, baik itu dalam produk-produk yang ditawarkan maupun bahasa yang digunakan. Dampak yang terjadi dari keadaan itu membuat pengiklan khususnya penulis naskah iklan (copy writer) akan terus menggunakan bahasa yang unik dan menarik, meskipun kata-kata tersebut tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Nona Yohana (2008) dalam penelitian yang berjudul “Variasi Bahasa Dalam SMS pada Majalah Hai” dalam penelitan ini dibicarakan mengenai bentuk tampilan dalam sms yang berupa bahasa slang terdiri dari bentuk tampilan fonem dibaca kata, selanjutnya dibicarakan juga mengenai makna variasi dalam sms yang berupa bahasa slang dilihat dari makna fonem, kemudian dibicarakan juga perubahan makna dalam sms yaitu perubahan makna kata dari bahasa Indonesia menjadi bahasa slang. Sebagaimana penelitian yang dilakukan para peneliti terdahulu, seperti Dahlia Sringenana mengungkapkan makna denotasi dan konotasi, kemudian Kartinawati membicarakan semiotika dalam gambar-gambar di bak-bak truk, selanjutnya Ade Azwida membicarakan pemakain bahasa gaul, demikian pula Nona Yohana membicarakan variasi bahasa sms.
Universitas Sumatera Utara
Namun penelitian dengan kajian makna tulisan yang terdapat pada kaca angkutan umum belum pernah dilakukan. Beberapa tinjauan pustaka di atas yang dapat menjadi suatu acuan untuk memperkuat penelitian ini sendiri, sehingga penelitian ini menjadi semakin objektif.
Universitas Sumatera Utara