BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa yang digunakan untuk memahami hal-hal lain(KBBI, 2003:58). 2.1.1Implikatur Implikatur adalah satu hal yang sangat diperhatikan agar percakapan dapat berlangsung dengan lancar. Percakapan dapat berlangsung berkat adanya kesepakatan bersama. Menurut Gunpers (dalam Lubis, 1991:68), inferensi (implikatur) adalah proses interpretasi yang ditentukan oleh situasi dan konteks. Selalu benar apa yang dimaksud oleh si pembicara tidak sama dengan apa yang ditanggap oleh si pendengar, sehingga terkadang jawaban si pendengar tidak dapat atau sering juga terjadi si pembicara mengulangi kembali ucapannya mungkin dengan cara atau kalimat yang lain agar dapat ditanggapi oleh si pendengar. Hal yang memungkinkan berlangsungnya situasi percakapan seperti di atas dikuasai oleh satu hukum atau kaidah pragmatik umum yang menurut H.Paul Grice (dalam Soemarno, 1988:170) disebut kaidah penggunaan bahasa. Kaidah ini mencakup peraturan tentang bagaimana percakapan dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Kaidah ini terdiri dari dua pokok kaidah yaitu (1) prinsip kooperatif yang menyatakan di dalam percakapan, sumbangkanlah apa yang diperlukan pada saat terejadi percakapan itu, dengan memegang tujuan dari percakapan itu, (2) empat maksim percakapan yang meliputi maksim kualitas, maksim kuantitas, maksim relevansi, dan maksim pelaksanaan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Tindak Tutur Tindak tutur merupakan analisis pragmatik, yaitu cabang ilmu bahasa yang mengkaji bahasa dari aspek pemakaian aktualnya.Leech (1983:5) menyatakan bahwa pragmatik mempelajari maksud ujaran. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik lain dibidang ini seperti praanggapan, implikatur, percakapan, prinsip kerjasama dan prinsip kesantunan. J.L.Austin mengatakan bahwa tindak tutur ada 3 jenis, yaitu (1) tindak lokusi, (2) tindak ilokusi, dan (3) tindak perlokusi. Tindak lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu. Tindak ilokusi adalah tindak tutur untuk menginformasikan sesuatu dan juga melakukan sesuatu sejauh situasi tuturnya dipertimbangkan secara seksama. Tindak perlokusi adalah tindak tutur yang dimaksud untuk mempengaruhi lawan tutur. Searle mengklasifikasikan tindak ilokusi berdasarkan maksud ke dalam lima kategori, yakni: 1. Representatif
atau Assertif yaitu ilokusi yang bertujuan menyatakan,
mengusulkan membual,mengeluh,mengemukakan pendapat,melaporkan. 2. Direktif yaitu ilokusi yang bertujuan menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan oleh penutur, misalnya memesan, memerintahkan, memohon, menuntut, memberi nasehat. 3. Komisif yaitu ilokusi yang terikat pada suatu tindakan di masa depan, misalnya menjanjikan, penawaran. 4. Ekspresif yaitu ilokusi yang bertujuan mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi ,misalnya mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, mengucapakan bela sungkawa, memuji, menuduh,memberi maaf dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
5. Deklarasi yaitu menggambarkan perubahan dalam suatu keadaan hubungan, misalnya mengundurkan diri, membabtis, memecat, memberi nama, menjatuhkan hukuman, mengucilkan atau membuang,mengangkat dan sebagainya. Tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat psikologis, dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu dan yang dikaji adalah makna atau arti tindakan dalam tuturnya.
2.1.3 Humor Humor adalah cara melahirkan suatu pikiran baik dengan kata-kata atau dengan jalan lain yang dapat menimbulkan simpati dan hiburan. Humor merupakan aktivitas kehidupan yang sangat digemari, humor menjadi bagian hidup sehari-hari. Humor tidak mengenal kelas sosial dan dapat bersumber dari berbagai aspek kehidupan. Humor bukan hanya berwujud hiburan,humor juga suatu ajakan berfikir untuk mangartikan maksud humor itu.
2.1.4 Abang Jampang Abang Jampang adalah salah satu humor yang terdapat pada hasian SIB. Yang terbit sejak 9 Mei 1970, pendirinya adalah Dr.GM.Panggabean.
2.2 Landasan Teori 2.2.1 Konsep Pragmatik Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari tentang makna yang dikehendaki oleh penutur (Cahayono, 1995:213).Dalam pragmatik juga dilakukan kajian tentang praanggapan,tindak tutur, implikatur, dan spek-aspek struktur wacana (Soemarno 1998:169).Dalam penelitian ini pembicaraan mengenai kajian pragmatik lebih dibatasi pada kajian tindak tutur saja
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Implikatur Menurut Gunpers (dalam Lubis, 1991:68), inferensi (implikatur) adalah proses interpretasi yang ditentukan oleh situasi dan konteks. Selalu benar apa yang dimaksud oleh si pembicara tidak sama dengan apa yang ditanggap oleh si pendengar, sehingga terkadang jawaban si pendengar tidak dapat atau sering juga terjadi si pembicara mengulangi kembali ucapannya mungkin dengan cara atau kalimat yang lain agar dapat ditanggapi oleh si pendengar. Hal yang memungkinkan berlangsungnya situasi percakapan seperti di atas dikuasai oleh satu hukum atau kaidah pragmatik umum yang menurut H.Paul Grice (dalam Soemarno, 1988:170) disebut kaidah penggunaan bahasa. Kaidah ini mencakup peraturan tentang bagaimana percakapan dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Kaidah ini terdiri dari dua pokok kaidah yaitu (1) prinsip kooperatif yang menyatakan di dalam percakapan, sumbangkanlah apa yang diperlukan pada saat terejadi percakapan itu, dengan memegang tujuan dari percakapan itu, (2) empat maksim percakapan yang meliputi maksim kualitas, maksim kuantitas, maksim relevansi, dan maksim pelaksanaan. Maksim kualitas mewajibkan setiap peserta percakapan mengatakan yang sebenarnya. Kontribusi peserta percakapan harus disertai bukti atau fakta yang memadai. Maksim kuantitas menetapkan bahwa setiap peserta percakapan memberikan kontribusi yang secukupnya atau sesuai dengan yang diperlukan. Maksim relevansi mengharuskan bahwa setiap peserta pembicaraan harus memberikan kontribusi yang relevan dengan masalah pembicaraan. Maksim pelaksanaan mengharuskan setiap peserta percakapan berbicara secara langsung, tidak kabur, tidak berlebih-lebihan serta runtut.
Universitas Sumatera Utara
Salah satu pegangan atau kaidah percakapan ialah bahwa pembicaranya mengikuti dasar-dasar atau maksim di atas. Apabila terdapat tanda-tanda bahwa salah satu dasar atau maksim tersebut tidak diikuti, maka ucapan itu mempunyai impliktur (Siregar, 1997:30). 2.2.3 Tindak Tutur Dalam komunikasi bahasa terdapat tindak tutur. Tindak tutur adalah produk atau hasil dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan terkecil dari komunikasi bahasa.Sebagaimana komunikasi bahasa yang dapat berwujud pernyataan, petanyaan, dan perintah. Tindak tutur dapat pula berwujud pertanyaan, pernyataan, dan perintah (dalam Rani, 2004 :158). Tindak tutur dalam ujaran suatu kalimat merupakan penentu makna kalimat itu, maka suatu kalimat tidak ditentukan oleh satu-satunya tindak tutur seperti yang berlaku pada kalimat yang diujarkan itu, tetapi selalu dalam prinsip adanya kemungkinan
untuk
manyatakan
secara
tepat
apa
yang
dimaksud
oleh
penuturnya.Dengan demikian, teori tindak tutur adalah teori yang lebih cenderung meneliti tentang makna kalimat dan bukan teori yang lebih cenderung berusaha menganalisis struktur kalimat. Teori tindak tutur seperti yang disebutkan di atas berkembang dan dimajukan oleh J.L.Austin (Lubis, 1991 9-10). Ia mengatakan bahwa secara analitis dapat kita pisahkan 3 macam tindak bahasa yang terjadi secara serentak. 1. Tindak ”lokusi” yang mengaitkan suatu topik dengan suatu keterangan dalam suatu ungkapan . 2. Tindak ”ilokusi”, yaitu pengucapan suatu penyataan, tawaran, janji pertanyaan dan sebagainya. Ini erat hubungannya dengan bentuk-bentuk kalimat yang mewujudkan suatu ungkapan.
Universitas Sumatera Utara
3. Tindak ”perlokusi”, yaitu hasil atau efek yang ditimbulkan oleh ungkapan itu pada pendengar sesuai dengan situasi dan kondisi pengucapan kalimat itu. Dalam ilmu bahasa dapat kita samakan tindak lokusi itu dengan ”prediksi”, tindak ilokusi dengan ”maksud kalimat”, dan tindak perlokusi dengan ”akibat suatu ungkapan”. Atau dengan kata lain dapat kita katakan bahwa lokusi adalah makna dasar atau referensi kalimat itu. Ilokusi adalah sebagai daya yang ditimbulkan oleh pemakainya sebagai perintah, ejekan, keluhan,pujian,dan lain-lain. Perlokusi adalah hasil dari ucapan tersebut terhadap pendengarnya. Searle mengklasifikasikan tindak ilokusi berdasarkan maksud ke dalam lima kategori, yakni: 1. Representatif
atau Assertif yaitu ilokusi yang bertujuan menyatakan,
mengusulkan membual,mengeluh,mengemukakan pendapat,melaporkan. 2. Direktif yaitu ilokusi yang bertujuan menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan oleh penutur, misalnya memesan, memerintahkan, memohon, menuntut, memberi nasehat. 3. Komisif yaitu ilokusi yang terikat pada suatu tindakan di masa depan, misalnya menjanjikan, penawaran. 4. Ekspresif yaitu ilokusi yang bertujuan mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi ,misalnya mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, mengucapakan bela sungkawa, memuji, menuduh,memberi maaf dan sebagainya. 5. Deklarasi yaitu menggambarkan perubahan dalam suatu keadaan hubungan, misalnya mengundurkan diri, membabtis, memecat, memberi nama, menjatuhkan hukuman, mengucilkan atau membuang,mengangkat dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Tinjauan Pustaka Hasibuan (2005) pernah mengkaji perangkat tindak tutur dan siasat kesantunan berbahasa dalam bahasa mandailing. Ia mengemukakan jenis-jenis tindak tutur versi Searly, seperti representative, direktif, komisif, ekspresif, dan deklaratif, namun tindak tutur langsung dan tidak langsung juga termasuk dalam pembahasan tindak tutur. Maharani (2007), dalam skripsinya Tindak Tutur Percakapan pada Komik Arterix menganalisis tentang percakapan yang terdapat dalam komik Asterix dari segi tindak tutur percakapannya yang terbagi atas tiga jenis tindak tutur yaitu tindak lokasi, ilokusi dan perlokusi. Maharani menyimpulkan bahwa setiap tuturan merupakan tindak lokusi karena tidak ini mengacu pada makna denotasinya, sedangkan tindak ilokusi dan perlokusi tidak semua tuturan memiliki kedua tindak tersebut. Juniar (2009), dalam skripsinya Implikatur Iklan Rokok Sampoerna A Mild pada Papan Iklan menganalisis tentang jenis- jenis tindak tutur yang terdapat pada papan iklan rokok Sampoerna A Mild.
Universitas Sumatera Utara