BAB II KERANGKA TEORI
A. Kajian Pustaka 1. Bimbingan Konseling Islam a. Pengertian Bimbingan Konseling Islam Bimbingan konseling secara etimologi dari kata guidance”guide” yang
diartikan sebagai berikut: menunjukkan jalan (showing the way), memimpin (leading), memberian petunjuk (giving intruction), mengatur (regulating), mengarahkan (governing), dan memberi nasehat (gining advice).9 Sedangkan dalam konsep konseling dalam dunia pendidikan adalah sebagai proses bantuan terhadap individu/siswa untuk dapat memahami dirinya serta untuk dapat menyesuaikan diri secara maksimum kepada sekolah. Pada dasarnya maksud dari bimbingan konseling adalah proses membantu seseorang maupun siswa untuk dapat memahami dirinya serta dunianya. Menurut Bimo Walgito dalam buku bimbingan dan konseling perkawinan
Bimbingan
”Bantuan
adalah
kepada
individu
untuk
mengembangkan kemampuannya dengan baik, serta individu dapat memecahkan masalahnya sendiri dan dapat mengadakan penyesuaian diri. Konseling adalah masalah yang akan dipecahkan bersama konselor dan klien
9
Tohirin, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasa, Berbasis Integral,(Jakarta: Raja Persada), h.16
18
19
secara face to face”.10 Maksud dari bimbingan konseling adalah pengembangan (development) terhadap kemampuan yang dimiliki individuindividu dengan adanya komunikasi antara konselor dan klien dalam menyelesaikan masalah. Menurut Sunaryo Katadinata dalam buku landasan bimbingan dan konseling mendefinisikan bimbingan konseling adalah: ”Suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan ketentuan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, dan kehidupan pada umumnya”.11 Dari penjelasan itu bimbingan konseling diartikan sebagai proses yang terus menerus antara dua orang atau lebih bukan kegiatan seketika atau kebetulan, tetapi suatu rangkaian tahapan yang sistematis yang terarah dan mempunyai tujuan, dan berperan aktif adalah individu yang mana dalam pengembangan diri tesebut konselor hanya sebagai fasilitator. Rochman Natawidjaja mendefinisikan adalah ”sebagai hubungan timbal balik antara dua orang individu, dimana yang seorang disebut (konselor) yang berusaha membantu orang lain disebut (klien) untuk
10
Bimo Walgito, Bimbingan Dan Konseling Perkawinan, (Yogyakarta: Andi, 2000), h.
5 11
Samsu yusuf Dan Juntika Nurihsan, Landasan Bimbinagn Dan Konseling, Cet. 1 (bandung: PT. Remaja rosdakarya, 2005), h. 6
20
mencapai pemahaman tentang diri sendiri dalam hubungan dengan masalahmasalah yang dihadapinya pada pada waktu yang akan datang.12 Dari beberapa definisi diatas bimbingan konseling adalah suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih secara face to face dan berkesinambungan untuk memecahkan masalah yang dihadapi individu-individu, agar individu mampu memahami dirinya, menerimah dirinya, mngarahkan
dirinya, dan merealisasikan kemampuan
yang
dimilikinya untuk memperoleh kebahagiaan pribadi dan bermanfaat bagi masyarakat. Menurut Hamdan Bakhran Adz Dzakif dalam bukunya bimbingan konseling dan psikoterapi Islam sebelum mendefinisikan konseling Islam perlu diketahui berapa hal-hal yang berkenaan dengan eksistensi Islam dalam membantu orang lain menuju kebaikan yang haqiqi, dari beberapa hal itu sebagai berikut: 1) Allah meridhai Islam sebagai filsafat hidup
Artinya: ”Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam”.(Q.S. Ali Imran, 3:19)13 2) Al-qur’an adalah sumber ajaran Islam yang utama
Artinya: “Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”. (Q.S. Al-Baqarah, 2: 2)14
12
Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan Konseling Dan Penyuluhan Disekolah Untuk Memperoleh Anggka Kredit, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995), h. 5 13 Departemen Agama, Al-Qur’an Dan Terjamah, (Jakarta: CV.Toha Putra Semarang, 1989), h. 78 14 Departemen Agama, Al-Qur’an Dan Terjamah, h. 8
21
3) Al-quran
adalah
sumber
bimbingan,
nasehat
dan
obat
untuk
menanggulangi permasalahan-permasalahan
Artinya: ”Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”.(Yunus, 10:57)15 4) Para Rasul, Nabi, Auliya-nya atau para ahli waris mereka adalah konselor dan terapis Allah SWT
Artinya: “Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata”.(AlJumu’ah, 62:2) 16 5) Allah SWT juga yang maha konselor dan maha terapis
Artinya:
15 16
“Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan allah), maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan,
Departemen Agama, Al-Qur’an Dan Terjamah, h. 315 Departemen Agama, Al-Qur’an Dan Terjamah, h. 932
22
niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya.”(Al-Baqorah 2:272)17 6) Adanya kewajiban mencari jalan menuju kepada
perbaikan dan
perbaruan
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.”(Al-maidah, 5:35)18
7) Akibat meninggalkan ketentuan dan hukum-hukum Al-qur’an
Artinya: “Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir”.(Al-Maidah,5:44)19 Serta mendefinisikan bimbingan konseling Islam adalah ”suatu aktifitas pemberian nasehat yang berupa anjuran-anjuran dan saran-saran dalam bentuk pembicaraan yang komunikatif antara konselor dengan klien, yang mana klien tersebut datang minta bimbingan dalam hal ini bagaimana seorang klien dapat
mengembangkan potensi akal, pikiran, kejiwaan,
keimanan dan keyakinan serta dapat menanggulangi problematika hidup dalam kehidupannya dengan baik dan benar secara mandiri serta berlandaskan pada Al-qur’an dan As-sunnah Rasulullah SAW.”20
17
Departemen Agama, Al-Qur’an Dan Terjamah, h. 68 Departemen Agama, Al-Qur’an Dan Terjamah, h. 165 19 Departemen Agama, Al-Qur’an Dan Terjamah, h. 167 20 Hamdani bakran Az-Dzaki, Konseling Dan Psikoterapi Islam, (Yogyakarta: Fajar, Pustaka Baru, 2004), h. 180-189 18
23
Menurut Achmad Mubarok konseling Islam adalah ”bantuan yang bersifat mental spiritual yang diharapkan dengan melalui kekuatan iman dan takwanya kepada Tuhan seseorang mampu mengatasi sendiri problem yang sedang dihadapi.21 Menurut Aunur Rahim Faqih Konseling Islam adalah ”Proses pemberian bantuan terhadap individu agar dalam kehidupan keagamaanya senantiasa selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.22 Dari beberapa definisi diatas, bimbingan konseling Islam adalah: ”Proses pemberian bantuan terhadap individu yaitu antara konselor dan klien secara terus menerus dan sistematis agar individu tersebut bisa hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah. Serta bisa memahami dirinya dan mengembangkan potensi-potensi akal pikiran, kejiwaan, keimanan, serta mampu menanggulangi dan menyelesaikan masalah yang dihadapinya sehingga tercapainya kebahagiaan di dunia dan di akhirat”. b. Tujuan Bimbingan Konseling Islam Dalam segala aktifitas yang dilakukan manusia pada umumnya terdapat maksud dan tujuan tuntuk tercapainya keinginan yang diinginkan, demikian pula Bimbingan Konseling Islam yang mempunyai tujuan sebagai berikut: Tujuannya Untuk membantu individu dalam memahami dirinya dan dunianya.
21
Ahmad Mubarok, Konseling Agama Teori Dan Kasus, (Jakarta: PT. Bina Rana Pariwara, 2002), h.5 22 Ainur Rahim Faqih, Bimbingan Dan Konseling Islam, (Yogyakarta: UII Press), 2001 h.62
24
Adapun
tujuan
umumnya
mengembangkan diri secara optimal
yaitu:
untuk
membantu
individu
dengan tahap perkembangan sesuai
dengan kemampuannya dengan berbagai latar belakang yang ada serta sesuai dengan tuntutan positif lingkungan.23 Tujuan secara khusus menurut Aunur Rahim Faqih yaitu: Agar individu dapat memahami dirinya, lingkungannya sehingga bisa hidup lebih efektif dan terhindar dari masalah. 1) Agar individu bisa mengatasi masalah yang sedang dihadapinya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. 2) Agar individu bisa memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang baik tetap menjadi baik, sehingga tidak terjadi adanya sumber masalah bagi dirinya dan masyarakat.24 Ada juga tujuan Bimbingan Konseling Islam lainnya antara lain: a) Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan, dan kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, jinak dan damai (muthmainnah), bersikap lapang dada (radhiyah), dan mendapatkan pencerahan taufik dan hidayah Tuhannya (mardhiyah). b) Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan dan kesopanan tingkah laku yang dapat memberikan manfaat, baik pada diri sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan kerja, maupun lingkungan sosial dan alam sekitarnya.
23
Prayitno, Erman Ami, Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling, (Jakarta: PT.Asdi Mahasatnya, 1985), h. 114 24 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan Dan Konseling Islam, (Yogyakarta: UII Press),Hal. 36-37
25
c) Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada diri individu sehingga muncul dan berkembang rasa toleransi, kesetiakawanan, tolong menolong, dan rasa kasih sayang. d) Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu sehingga muncul dan berkembang rasa keinginan untuk berbuat taat kepada Tuhannya, ketulusan mematuhi segala perintah-Nya, serta ketabahan menerima ujian-Nya. Individu dapat melakukan tugasnya dengan potensi itu, sebagai khalifah dengan baik dan benar, ia juga dapat dengan baik menanggulangi berbagai persoalan hidup, dan dapat memberikan kemanfaatan dan keselamatan bagi lingkungannya pada berbagai aspek kehidupan.25 c. Fungsi Bimbingan Konseling Adapun fungsi bimbingan konseling adalah sebagai berikut: a) Fungsi Preventif: Yakni konselor atau orang yang mendidik membantu klien untuk menjaga atau mencegah timbulnya masalah bagi dirinya baik dari lingkungan. b) Fungsi Korektif (kuratif): Yakni membantu klien memecahkan masalah yang sedang dihadapi atau dialaminya. c)
Fungsi Preserfatif: Yakni membantu klien menjaga agar situasi dan kondisi yang semula tidak baik (mengandung masalah) menjadi baik (terpecahkan) dan kebaikan itu bertahan lama.
25
Ahmad Mubarok, Konseling Agama Teori dan Kasus, Cet. 1 (Jakarta : Bina Rencana Pariwara, 2002), h. 43
26
d) Fungsi Developmental (pengembangan) Yakni: membantu klien memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak memungkinkannya menjadi sebab munculnya masalah baginya.26 Dalam penelitian ini peran konselor (pendidik) sangat penting bagi klien yaitu untuk memberikan pemahaman tentang perilaku yang baik dan buruk atau salah dan benar yang sesuai dengan norma-norma yang ada. d. Asas-Asas Bimbingan Konseling Islam Dalam Bimbingan Konseling Islam tersebut berlandaskan pada Al-qur’an dan hadist serta landasan filosofi dan landasan keimanan. Adapun asas Bimbingan Konseling Islam adalah sebagai berikut: 1) Asas Kebahagiaan di Dunia dan Akhirat Bimbingan konseling tujuan akhirnya adalah membantu klien untuk mencapai kebahagiaan hidup yang didambahkan oleh setiap manusia. Yaitu kebahagiaan di dunia dan akhirat. 2) Asas Fitrah Bimbingan dan konseling Islam merupakan bantuan klien untuk mengenal, memahami dan menghayati fitrahnya, atau untuk mengenal kembali fitranya bila mana ”tersesat” serta menghayatinya, sehingga dengan demikian akan mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat karena bertingkah laku sesuai fitrahnya.
26
Aunur Rahim Fagih, Bimbingan Dan Konseling Dalam Agama, (Yogyakarta: UII Press) Hal.37
27
3) Asas Lillahi Ta’ala Pembimbing melakukan tugasnya dengan penuh keikhlasan, tanpa pamrih, sementara yang dibimbing pun menerima atau meminta bimbingan pun dengan ikhlas dan rela, karena semua pihak merasa bahwa semua yang dilakukan adalah karena dan untuk pengabdian kepada Allah semata. 4) Asas Bimbingan Seumur Hidup Manusia hidup tidak ada yang sempurna dan selalu bahagia. Dalam kehidupannya mungkin saja manusia akan menjumpai berbagai kesulitan dan kesusahan. Maka Bimbingan Konseling Islam diperlukan selama hayat masih dikandung badan. 5) Asas Kesatuan Jasmaniah dan Rohaniah Manusia di dunia merupakan satu kesatauan jasmaniah-rohaniah dalam
hidupnya.
Sehingga
Bimbingan
Konseling
Islam
memperlakukan konselingnya sebagai makhluk jasmaniah-rohaniah, tidak memandangnya sebagai makhluk biologis semata atau makhluk rohaniah semata. Bimbingan Konseling Islam membantu individu untuk hidup dalam keseimbangan jasmaniah-rohaniah. 6) Asas Keseimbangan Rohaniah Pada asas ini orang yang dibimbing diajak untuk mengetahui apa-apa yang perlu diketahuinya, kemudian memikirkan apa-apa yang perlu dipikirkannya, sehingga memperoleh keyakinan, tidak menerima begitu saja. Klien juga diajak untuk menginternalisasikan norma
28
dengan mempergunakan semua kemampuan rohaniah potensialnya tersebut, bukan cuma mengikuti hawa nafsu semata. 7) Asas Kemaujudan Individu Bimbingan Konseling Islam memandang seseorang individu merupakan suatu maujud (eksitensi) tersendiri. Individu merupakan hak perbedaan individu dari yang lainnya, dan mempunyai kemerdekaan
pribadi
sebagai
konsekuensi
dari
haknya
dan
kemampuan fundamental potensial rohaniah. 8) Asas Sosialisa Manusia Dalam
asas
ini,
sosialitas
manusia
diakui
dengan
memperhatikan hak individu, hak individu juga diakui dalam batas tanggung jawab sosial. Jadi bukan pula liberalisme, dan masih pula ada hak ”alam” yang harus dipenuhi manusia, begitu pula Tuhan. 9) Asas Kekhalifahan Manusia Manusia dipandang sebagai mahluk berbudaya yang mengelola alam sekitar sebaik-baiknya. Sebagai khalifah, harus memelihara keseimbangan ekosistem, problem kehidupan kerap kali muncul dari ketidak seimbangan ekosistem tersebut yang mana telah dibuat oleh manusia sendiri. Dan fungsi dari bimbingan adalah untuk mencapai kebahagiaan dirinya dan umatnya. 10) Asas Keselarasan Keadilan Islam menghendaki keharmonisan, keselarasan, keseimbangan dalam segala segi. Sehingga dengan bimbingan konseling, individu
29
diajarkan mempunyai pikiran untuk berlaku adil terhadap hak dirinya sendiri, hak orang lain, hak alam semesta dan juga hak Tuhan. 11) Asas Pembinaan Akhlakul-Karimah Bimbingan
Konseling
memelihara,
mengembangkan,
menyempurnakan sifat-sifat yang baik, seperti berlaku adil kepada semua orang. 12) Asas Kasih Sayang Setiap manusia memerlukan cinta kasih dan rasa sayang dari orang lain. Rasa kasih sayang ini dapat mengalahkan dan menundukkan banyak hal. Bimbingan Konseling Islam dilakukan dengan berlandaskan kasih dan sayang, sebab dengan kasih sayanglah bimbingan konseling akan berhasil. 13) Asas Saling Menghargai dan Menghormati Pada Bimbingan Konseling Islam, kedudukan konselor dan klien adalah sama, perbedaannya terletak pada fungsi, yakni ada sebagai sumber bantuan dan yang menerima bantuan. Sehingga hubungan
yang terjalin diantara
kedua pihak adalah saling
menghormati sesuai dengan kedudukan masing-masing sebagai makhluk Allah. 14) Asas Musyawarah Bimbingan
Konseling
Islam
dilakukan
dengan
asas
musyawarah, artinya konselor dan klien terjadi dialog yang baik, satu sama lain tidak saling mengidentikkan, tidak ada perasaan tertekan dan keinginan tertekan.
30
15) Asas Keahlian Bimbingan Konseling Islam dilakukan oleh orang-orang yang memang memiliki kemampuan, keahlian dibidang tertentu, baik keahlian dalam metodologi, tehnik-tehnik bimbingan dan konseling maupun dalam bidang yang menjadi permasalahan bimbingan dan klien.27 2. Storytelling a. Pengertian storytelling Bercerita adalah menyampaikan peristiwa dalam kata-kata, objek dan bunyi, sering dengan perbaikan atau perhiasan. Kisah-kisah yang telah ada dalam setiap budaya sebagai satu cara hiburan, pendidikan, pemeliharaan budaya dan memupuk nilai-nilai moral. Elemen penting cerita dan bercerita termasuk plot, watak-watak, dan titik naratif pandangan.28 Storytelling juga memberi pengalaman belajar, dengan menggunakan
teknik
storytelling
memungkinkan
siswa
mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotorik masing-masing siswa. Bila anak terlatih untuk mendengarkan dengan baik, maka ia akan terlatih untuk menjadi pendengar yang kreatif dan kritis. Pendengar yang kreatif mampu melakukan pemikiranpemikiran baru berdasarkan apa yang didengarkannya. Pendengar kritis mampu menemukan ketidak sesuaian antara apa yang didengar, 27
Thohari Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan Konseling Islam, h. 21-23 Stan koki, Storytelling: The Heart and Soul Education, (Hawai’I : Press Pacific Resource for Education and Learning, 1998) hal. 2 28
31
apa yang dipahami. Bila menurut anggapannya yang didengar salah, maka dia berani menyatakan adanya kesalahan dan sebagainya.29
b. Langkah-langkah Persiapan dan Teknik-teknik Storytelling Berbagai upaya yang diperlukan untuk menyiapkan diri dalam storytelling berkaitan dengan penguasaan cerita, latihan, penguasaan teknik, dan kondisi storyteller, yang dapat diuraikan dalam beberapa langkah persiapan. Shepard menjelaskan tentang beberapa persiapan yang diperlukan dalam storytelling. 1) Mempelajari cerita yang akan disampaikan. Berbagai upaya dapat dilakukan untuk mempelajari sebuah cerita misalnya dengan membaca atau mendengarkan cerita berulangulang, menulis atau langsung bercerita. Setiap orang dapat memilih caranya sendiri sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Yang penting adalah mengerti dan menguasai isi cerita yang akan disampaikan. 2) Menggambarkan adegan cerita dalam ingatan. Hal ini akan membantu dalam mengingatkan dan membangun cerita. Beberapa bagian cerita mungkin dapat diingat kata per kata, misalnya bagian awal atau akhir, percakapan penting, atau ungkapan yang diulang-ulang. Akan tetapi, sangat berbahaya untuk mengingatkan kata per kata dari keseluruhan cerita. Besar kemungkinan kata-kata tersebut sulit diingat. Oleh karenanya, 29
Moeslochatoen, Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak, opcit, hal. :168
32
menggambarkan adegan cerita dalam ingatan merupakan cara untuk mengingat dan membangun cerita agar tidak terjebak dalam kata-kata. 3) Berlatih di depan kaca. Sangat disarankan untuk melakukan latihan di depan cermin atau direkam dengan alat rekaman audio atau video. Dengan demikian, kita bisa melihat dan menilai diri sendiri. 4) Hal pertama yang penting dalam latihan adalah memahami alur cerita. Setelah itu baru fokuskan pada cara penyampaian. 5) Gunakan pengulangan/repetisi. Pengulangan/repetisi menunjukkan bahwa sesuatu perlu mendapat perhatian. Teknik ini sangat bermanfaat dalam storytelling. Dalam mempelajari cerita perhatikan ungkapan atau kata-kata yang diulang. Begitu pula dalam bercerita gunakan pengulangan agar perhatian audien tertuju pada cerita kita. 6) Gunakan variasi. Dalam menyampaikan cerita sangat membutuhkan variasi agar cerita tidak dirasakan monoton. Berbagai variasi yang bisa dilakukan adalah nada, tekanan, volume suara, kecepatan suara, ritme, dan artikulasi (halus dan tajam). Diam/hening juga diperlukan. Ingat bahwa variasi berbagai hal tersebut dapat menarik dan menjaga perhatian audien agar tidak berpindah ke hal lain.
33
7) Gunakan gerakan tubuh (gusture). Gerakan tubuh dapat dilakukan hanya jika diperlukan dalam cerita. Gunakan gerakan tubuh untuk mengekspresikan tindakan, atau untuk memberi penekanan. Gerakan tubuh juga merupakan salah satu cara untuk mengundang perhatian audien. 8) Berikan perhatian khusus pada bagian awal dan akhir cerita. Ketika menyampaikan bagian awal cerita bisa saja dikaitkan dengan cerita itu sendiri atau dengan hal di sekitar kita, namun harus tetap mengacu pada plot atau alur cerita. Menyampaikan bagian akhir cerita harus jelas, sehingga audien mengerti bahwa cerita telah selesai tanpa harus mengatakannya. Hal ini dapat dilakukan dengan memperlambat atau memberikan penekanan. 9) Memotret karakter/tokoh. Beri
perhatian
khusus
pada
bagaimana
karakter/tokoh
digambarkan. Karakter harus ditampilkan dengan hidup, misalnya dengan wajah, suara, atau gerakan tubuh. Diupayakan agar tetap karakter ditampilkan secara berbeda sehingga mudah untuk diceritakan 10) Menyiapkan diri. Menyampaikan cerita dapat berhasil dengan baik jika persiapan dilakukan tidak hanya berkaitan dengan cerita itu sendiri tapi juga dengan diri kita sebagai orang yang akan bercerita. Suara dan tubuh
34
kita adalah alat yang dapat digunakan dengan sebaik-baiknya dalam menyampaikan cerita.30 Adapun teknik bercerita ini meliputi : a) Yakinkan hati Anda harus yakin bahwa Anda bisa bercerita. Karena bercerita adalah suatu kegiatan yang sangat mudah untuk dilakukan. Siapapun bisa melakukannya, baik orang tua, guru maupun anak-anak. Kalau orang lain bisa, maka Anda pun pasti juga bisa melakukannya. Kalau sekarang Anda belum bisa bukan karena Anda tidak bisa, tetapi Anda hanya belum berlatih saja. Jika Anda sudah mulai berlatih, maka Anda akan menguasai tekniknya. Jadi sebelum masuk ke metode, Anda harus suka dan yakinkan diri bahwa Anda bisa. b) Dapatkan sumbernya Tentu saja Anda butuh sumber cerita atau bercerita. Anda tidak mungkin bisa cerita kalau tidak ada sumbernya. Sumber cerita bisa kita lihat, kita dengar, dan yang kita lakukan. Berbeda dengan cerita, harus berdasarkan sumber yang dapat dipercaya kebenarannya, seperti cerita/kisah yang bersumber Al-Quran atau dari buku-buku hadits yang sahih. Cara cepat dan paling efektif agar ide-ide itu mudah didapat seorang pencerita harus sering latihan, memerhatikan 30
Shepad, Aaron., Preparing Your Story, (Copyright@, 1996)
35
alam sekitar, dan membaca buku literature sebanyak mungkin. Tujuannya bukan hanya kita mampu bercerita dengan baik, tapi juga isi cerita yang disampaikan sarat dengan manfaat. c) Beri kesan yang kuat Untuk menjadikan cerita berkesan bagi anak atau audien, maka dalam bercerita perlu diperhatikan hal-hal yang mendukung sehingga cerita lebih menarik. Cerita yang baik tentu saja akan memberikan kesan yang baik kepada audien, juga untuk yang menyampaikannya. Ada beberapa hal yang harus kita perhatikan dalam bercerita agar cerita itu baik dan pencerita dapat menguasai materi dan membawakan cerita dengan baik, khususnya ketika kita bercerita di radio, televisi, indoor (di dalam ruangan) dan outdoor (di luar ruangan).31 Peneliti menggunakan storytelling sebagai teknik untuk melakukan proses konseling secara tidak langsung terhadap remaja awal (siswa aliyah). c. Manfaat Storytelling Dari bercerita ada banyak manfaat yang bisa diambil, antara lain: 1) Meningkatkan keterampilan bicara
31
32
Tim Pena Cendekia, Panduan Mendongeng, (Surakarta : Gazzamedia, 2013) Hal. 31-
36
2) Mengembangkan
kemampuan
berbahasa,
dengan
menggunakan struktur kalimat 3) Meningkatkan minat baca 4) Mengembangkan keterampilan berpikir 5) Meningkatkan keterampilan problem solving 6) Merangsang imajinasi dan kreativitas 7) Mengembangkan emosi 8) Memperkenalkan nilai-nilai moral 9) Memperkenalkan ide-ide baru 10) Mengalami budaya lain 11) Relaksasi 12) Mempererat ikatan emosi dengan orang tua32 d. Bercerita dengan Menarik Ketika menyampaikan cerita, baik di dalam maupun di luar ruangan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Suara, gerak tubuh, dan mimik serta sorot mata sangat menentukan kesuksesan cerita yang kita bawakan. Karena itu, kita harus senantiasa berlatih sehingga suara menjadi bervariasi (banyak suara), gerak tubuh disesuaikan dengan tokoh yang ada dalam cerita tersebut. Ada 11 tips yang harus diperhatikan saat bercerita di depan umum agar cerita menarik dan sukses, antara lain: 1. Diawali dengan doa
32
18
Tim Pena Cendekia, Panduan Mendongeng, , (Surakarta : Gazzamedia, 2013) hal. 17-
37
Kita selalu menginginkan agar setiap aktivitas yang dilakukan akan senantiasa sukses. Salah satu kunci sukses adalah memohon kepada Allah SWT melalui doa. Berdoalah, insya Allah kesuksesan akan diraih. Usahakan sebelum memulai cerita agar kita mensucikan diri terlebih dahulu dengan berwudhu. Apabila acara dimulai jam sembilan pagi, sebaiknya kita melakukan Shalat Duha dan Hajat agar hati kita menjadi tenang dan jiwa kita juga akan terlihat segar. Senantiasa awali setiap aktivitas dengan doa. 2. Posisi atau tempat ketika bercerita Bercerita harus di tempat yang tepat sehingga semua audien dapat melihat dengan jelas. Tempat yang tepat disesuaikan dengan kondisi acara, termasuk penempatan audiennya. 3. Suara Suara harus lantang dan jelas (tidak perlu berteriak) agar dapat didengar oleh semua audien lainnya dengan jelas. 4. Penguasaan materi cerita Untuk menyajikan cerita dengan baik, maka harus betul-betul menguasai materi cerita sehingga tahu kapan harus
menekankan
kata-kata
tertentu
atau
memperlihatkan mimik muka tertentu. Jika sedang
38
bercerita tentang seseorang yang sedang marah, maka harus benar-benar menirukan orang yang sedang marah, dengan muka yang agak sedikit seram. Begitu juga ketika memerankan orang baik, maka mimik muka kita harus seperti orang baik, tersenyum dan sikapnya berwibawa. 5. Penjiwaan Kapan saatnya memperbesar atau memperkecil suara harus dapat menjiwai isi ceritanya sehingga jika itu tercapai, maka mudah sekali menirukan suara-suara tertentu, misalnya suara anak kecil atau orang tua, suara orang memerintah atau suara lembut seorang ibu, suara orang ketakutan atau orang marah. 6. Gerakan Dalam bercerita, tubuh dan anggota tubuh juga bergerak agar cerita menjadi menarik. Tunjukkan gerakan yang sesuai dengan cerita, misalnya jika bercerita
tentang
seorang
yang
sedang
berbisik,
tirukanlah gaya orang yang sedang berbisik. Hal yang tidak kalah penting dalam bercerita adalah gerakan mata. Jangan sekali-kali membiarkan mata menerawang ke angkasa. Tataplah mata audien secara bergantian. Dengan tatapan mata, kita dapat menguasai seluruh audien.
39
7. Tangan tidak memegang apa-apa (kecuali alat peraga) Mungkin kita pernah melihat orang yang sedang pidato atau ceramah, tetapi tangannya dimasukkan ke saku celana, kemudian memegang kunci yang ada di saku celana
itu sehingga kelihatan gerakan-gerakan.
Gerakan-gerakan
seperti
itu
dikhawatirkan
akan
mengakibatkan konsentrasi audien menjadi tidak fokus. 8. Tidak memutus cerita dengan teguran Ketika kita sedang mendongeng atau bercerita, tibatiba ada salah satu dari audien yang sedang bermain, kemudian kita menegurnya, maka cerita akan terputus. Lebih baik memasukkan teguran itu dalam cerita, misalkan melalui suara-suara yang menarik atau suara yang belum pernah mereka dengar, yang penting jangan memutus alur cerita dan juga tidak memutus jalan pikiran anak yang sedang asik mendengarkan. 9. Tidak tergesa-gesa Jika cerita dilakukan dengan tergesa-gesa, maka pesan-pesan yang akan disampaikan tidak akan tercapai. Bahkan, kesan cerita sebagai sebuah hiburan juga akan hilang dan alur cerita pun tidak akan sempurna. Sehingga, tujuan cerita untuk mendidik, memberikan teladan, dan hiburan tidak akan tercapai dan tidak dapat dinikmati secara sempurna.
40
10. Menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti Tidak semua audien
yang mendengar cerita
mengerti dengan kata-kata asing di telinga mereka, seperti inovasi, globalisasi, mekanisme, doktrin, nalar, atau kata lainnya. Untuk memudahkan audien mengerti dan diharapkan mendapatkan manfaat dari cerita yang kita sampaikan, maka gunakanlah kata-kata yang dapat dimengerti oleh audien. Intinya adalah gunakan kata-kata dan istilah yang sesuai dengan kondisi audien kita agar tujuan mudah tercapai. 11. Ikhlas dan bersyukur Seseorang yang ikhlas, ketika tampil akan terlihat ceria karena ia tidak terbebani dengan hal lain selain mengharapkan ridha dari Allah SWT. Bugi (2008) mengatakan, ”seseorang yang ikhlas ibarat orang yang sedang membersihkan beras dari kerikil-kerikil dan batu-batu kecil di sekitar beras. Maka, beras yang dimasak menjadi nikmat dimakan. Tetapi jika beras itu masih kotor , ketika nasi dikunyah akan tergigit kerikil dan batu kecil.”
41
Keikhlasan menyebabkan beramal menjadi nikmat, tidak membuat lelah, dan segala pengorbanan tidak terasa berat. 33 3. Kreativitas a. Pengertian Kreativitas Kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan masalah, menilai dan menguji dugaan atau hipotesis, kemudian mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyampaikan hasilnya. Sedangkan, Sawyer melihat kreativitas sebagai proses melalui waktu dari pada ciri statik dari individu atau produk kreatif tertentu.34 b. Pribadi Kreatif Csikszentmihalyi mengemukakan sepuluh ciri pribadi yang kreatif plus terdapat ciri lain yang ikut mempengaruhi terbentuknya pribadi yang kreatif. Untuk memberikan deskripsi singkat dan sederhana tentang kesepuluh ciri tersebut, maka akan dijabarkan dalam tabel berikut ini. Adapun ciri pribadi kreatif serta ciri pribadi kreatif lain yang melekat antara lain: 1. Energi fisik kuat tenang & rileks 2. Cerdas & bijaksana Naif & Childish
33
Tim Pena Cendekia, Panduan Mendongeng, , (Surakarta : Gazzamedia, 2013) hal. 47-
51 34
Ngalimun, Haris Fadhillah, Alpha Ariani, Perkembangan Dan Pengembangan Kreativitas, (Yogyakarta : Aswaja Pressindo, 2013) hal. 95-96
42
3. Disiplin & bertanggungjawab Main-main, humor 4. Imajinasi (realitas) fantasi (realitas) 5. Introversi ekstroversi 6. Rendah hati Bangga atas hasil karya 7. Lepas dari gender wanita mungkin dominan & laki mungkin lebih sensitif 8. Mandiri & suka menentang tradisional & konservatif 9. Bersemangat (passionate) obyektif 10. Gembira menderita Kesepuluh ciri yang telah dikemukakan dalam buku ini nampaknya hanya dapat berlaku di USA khususnya di Chiago sebagai tempat penelitian Csikzentmihalyi dan mungkin di beberapa negara barat lainnya. Di Indonesia, seperti yang ditemukan munandar merumuskan 10 ciri pribadi yang kreatif yang hakekatnya hampir sama tetapi secara hierarki berbeda. Kesepuluh ciri yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Imajinatif 2. Inisiatif 3. Mempunyai minat luas 4. Mandiri dalam berpikir 5. Ingin tahu 6. Senang berpetualang 7. Penuh energi 8. Percaya diri
43
9. Bersedia mengambil risiko 10. Berani dalam pendirian dan keyakinan Ciri
tersebut
dirumuskan
setelah
melakukan
studi
mendalam terhadap tradisi, kebiasaan, pandangan, dan respon yang telah diberikan oleh responden di dalam penelitian. Sedangkan, ciriciri siswa yang paling diinginkan oleh guru sekolah dasar dan menengah di Indonesia adalah sebagai berikut: 1. Penuh energi 2. Mempunyai prakarsa 3. Percaya diri 4. Sopan 5. Rajin 6. Melaksanankan pekerjaan pada waktunya 7. Sehat 8. Berani dalam berpendapat dan berkeyakinan 9. Mempunyai ingatan yang baik 10. Ulet Semiawan menambahkan bahwa dari kesepuluh ciri-ciri kreativitas yang diinginkan oleh guru di Indonesia, hanya dua di antaranya yang dibenarkan oleh para ahli. Selain itu, sonawat and Begani mengemukakan ciri-ciri kreativitas bagi pribadi anak-anak pra sekolah, antara lain berpikir konvergen dan divergen, sensitif,
44
peka terhadap persoalan, lancar dalam menggunakan kata-kata, dan berhubungan dengan orang lain.35 Adapun faktor pendukung pada kreativitas seseorang yang telah dikemukakan Arieti ialah : a. Tersedianya sarana kebudayaan. Seorang musikus seperti Beethoven misalnya akan sulit mengembangkan bakatnya dalam abad ke – 18 andaikata ia hidup dalam lingkungan di mana tidak ada kemungkinan untuk mempelajari music secara wajar walaupun ia berbakat. b. Keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan. Rangsangan dan lingkungan kebudayaan tidak hanya harus tersedia, tetapi juga harus diingini dan mudah didapatkan. c. Penekanan pada “becoming” (menjadi tumbuh), tidak hanya pada “being” (sekadar berada). Manusia yang kreatif menyadari bahwa kreativitas adalah sesuatu yang dihayati bersama-sama. Manusia yang kreatif menyadari bahwa kreativitas adalah sesuatu yang tumbuh, dan membutuhkan masa depan maupun masa kini. Masyarakat yang hanya mementingkan “being”, tidak akan mengalami pertumbuhan melainkan akan mengalami dekadensi. d. Memberikan kesempatan bebas terhadap media kebudayaan bagi semua warga Negara, tanpa diskriminasi.
35
Ngalimun, Haris Fadhillah, Alpha Ariani, Perkembangan Dan Pengembangan Kreativitas, (Yogyakarta : Aswaja Pressindo, 2013) hal. 99-101
45
Dalam suatu penelitian di Jakarta pada tingkat SD dan SMP (Utami Munandar, 1977), murid perempuan tidak berbeda dari murid laki-laki dalam skor pada tes prestasi belajar, tes intelegensi, maupun pada tes kreativitas. Jadi agaknya ketinggalan – jika kita boleh berbicara tentang ketinggalan perempuan terhadap laki-laki baru datang sesudah itu, pada masa kedewasaan. e. Timbulnya kebebasan atau paling tidak hanya ada diskriminasi yang ringan setelah pengalaman tekanan dan tindasan yang keras, merupakan
insentif
atau
tantangan
terhadap
pertumbuhan
kreativitas. Dibandingkan dengan kedudukannya dalam zaman Kartini atau sebelumnya, wanita Indonesia sekarang, walaupun diskriminasi masih tetap ada dalam bentuk yang ringan, lebih dimungkinkan untuk dapat merealisasikan potensinya. f. Keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan yang berbeda, bahkan yang kontras. Hal ini penting, agar kebudayaan tersebut tidak statis. Ini tidak berarti bahwa kita harus melepaskan kebudayaan yang tradisional.
Kebudayaan
tradisional
tetap
bertahan,
tetapi
disamping itu dicari bentuk-bentuk baru yang menunjukkan pertumbuhan dari kebudayaan. g. Toleransi dan minat terhadap pandangan yang divergen.
46
Guilford
seorang
psikolog
yang
berjasa
atas
meningkatnya perhatian terhadap masalah kreativitas dalam psikologi, menekankan pentingnya “pandangan divergen” sebagai indikator dari kreativitas. Pemikiran divergen ialah yang menjajagi macam – macam alternative jawaban terhadap suatu persoalan, sedangkan pemikiran konvergen menuju pada satu jawaban yang paling mungkin terhadap suatu persoalan. h. Adanya interaksi antara pribadi-pribadi yang berarti. Orang – orang yang berarti saling mempengaruhi melalui produk yang mereka hasilkan maupun melalui kontak pribadi langsung. Interaksi antara kelompok orang yang tenar dalam bidang tertentu (misalnya para seniman di Taman Ismail Marzuki), dengan adanya kesempatan bekerja sama, dapat mempunyai dampak yang bermakna. i. Adanya insentif, penghargaan atau hadiah. Ditinjau dari segi pendidikan, apabila insentif atau motivasi eksternal (yaitu berupa hadiah, uang, dan sebagainya) terlalu sering diberikan, justru dapat mempunyai dampak bahwa motivasi internal berkurang atau hilang. Artinya orang tidak lagi mencipta demi ciptaan itu sendiri, akan tetapi terutama karena dibayangi oleh keinginan mendapat hadiah. Dalam hal ini motivasi internal (menciptakan karena senang demi ciptaan itu sendiri) telah berubah
47
menjadi motivasi eksternal (mencipta demi hadiah yang akan diperoleh).36 4. Hasil Penelitian Terdahulu Yang Relevan a. Judul : Studi Eksperimen Penerapan Cerita Keagamaan Dalam Meningkatkan Al-Akhlaq Al-Karimah Pada Anakanak Di Desa Beran Kec. Ngawi Kab. Ngawi. 58 Nama : Samsul Hadi Tahun : 1996 Universitas : Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Persamaan : Skripsi ini menggunakan metode cerita sebagai suatu proses konseling untuk meningkatkan al-akhlaq alkarimah pada anak-anak dengan cerita-cerita berbentuk islami yang memberi hikmah yang baik. Peneliti juga menggunakan cerita-cerita islami seperti cerita nabi-nabi di dalam melakukan storytelling terhadap anak-anak. Di mana dengan cerita itu kemudian anak-anak bisa mengambil hikmah dan akhirnya bersikap dengan baik, dan itu juga bisa meningkatkan keterampilan sosial anak. Perbedaan : Skripsi ini menggunakan studi eksperimen penerapan cerita, sedangkan peneliti menghasilkan sebuah produk berbentuk skrip cerita dan akhirnya skrip cerita itu
36
Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakart : Rineka Cipta, 1999) Hal. 119-123
48
bisa mengukur keterampilan sosial anak dari apa yang anak-anak dengarkan. Apakah anak-anak bisa berimajinasi, tiru gaya, dialog dan bernyanyi. b. Judul : Bimbingan dan Konseling Islam melalui Teknik Storytelling Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak Usia Dini Nama : Muti’ah Binti Mos Sahid Tahun : 2013 Universitas : Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Persamaan : Skripsi ini menggunakan teknik cerita sebagai bentuk proses konseling untuk meningkatkan keterampilan sosial pada anak-anak usia dini dengan cerita yang islami yang memiliki tujuan dan hikmah bagi klien. Peneliti menggunakan cerita tidak hanya cerita yang islami melainkan cerita umum juga, bahkan menggunakan nyanyian yang liriknya sebuah cerita. Dengan cerita tersebut anak-anak bisa mengambil hikmah atau pelajaran supaya keterampilan sosial pada anak lebih meningkat. Perbedaan : Skripsi ini menggunakan metode R & D, sehingga teknik cerita ini hanya sebagai alat bantu untuk meningkatkan keterampilan sosial pada anak usia dini. Dengan metode tersebut peneliti lebih memfokuskan pada keterampilan sosial dari pada teknik cerita. Apakah anak
49
usia dini ini dapat meningkat keterampilan sosialnya melalui cerita.