9
BAB II KERANGKA TEORI
2.1. Pedagang Kaki Lima (PKL) 2.1.1. Pengertian Pedagang Kaki Lima Pengertian pedagang sektor informal sangat terkait dengan ekonomi informal. Kebanyakan usaha informal terdiri dari aktivitas ekonomi yang sah dengan kelembagaan dan organisasi yang lemah, sektor informal terdiri darikegiatan komersil yang sah seperti warung sembako, penjual pakaian di jalanan dan lainnya dengan tanpa persyaratan legal, seperti harus mempunyai ijin dan membayar pajak. Menurut Lili N. Schock dalam bukunya menyebutkan istilah “kaki lima” sudah lama dikenal di tepi jalan.Istilah tersebut berasal dari zaman antara tahun 1811-1816, saat Napoleon menguasai benua Eropa dan daerah-daerah koloni Belanda di Asia berada di bawah kekuasaaan administrasi Inggris.Sedangkan istilah pedagang kaki lima pertama kali dikenal pada zaman Hindia Belanda, tepatnya pada saat Gubernur Jenderal Stanford Raffles berkuasa. Ia mengeluarkan peraturan yang mengharuskan pedagang informal membuat jarak sejauh 5 kaki atau sekitar 1,2 meter dari bangunan formal di pusat kota (Danisworo, 2000). Peraturan ini diberlakukan untuk melancarkan jalur pejalan kaki sambil tetap memberikan kesempatan kepada pedagang informal untuk berdagang. Sampai sekarang sistem lalu lintas di sebelah kiri masih berlaku, sedangkan trotoar untuk pejalan kaki tidak banyak bertambah.Pada tempat yang sempit inilah para pedagang tepi jalan melakukan usahanya. Jadi, kaki lima adalah
10
trotoar, yaitu tepi jalan yang ditinggikan yang biasanya mengitari rumah, bangunan-bangunan. Maksud sebenarnya kaki lima adalah untuk tempat bagi mereka yang berbelanja standar pasar, tetapi biasanya tempat ini menjadi terlalu sempit dan penuh sesak dengan manusia yang saling mendorong karena dari kaki lima biasanya tempatnya tidak terlalu lebar. Pemahaman pedagang kaki lima saat ini telah berkembang dan dilihat dari berbagai sudut pandang. Dalam pandangan pemerintah disebutkan bahwa pedagang kaki lima adalah pelaku usaha yang melakukan usaha perdagangan dengan
menggunakan
sarana
usaha
bergerak
maupun
tidak
bergerak,
menggunakan prasarana kota, fasilitas sosial, fasilitas umum, lahan dan bangunan milik pemerintah dan/atau swasta yang bersifat sementara/tidak menetap (Permendagri nomor 41/2012 pasal 1). Pengertian pedagang kaki lima menurut ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia adalah istilah untuk menyebut penjaja dagangan yang menggunakan gerobak. Kelima kaki tersebut adalah dua kaki pedagang ditambah tiga (kaki) gerobak (yang sebenarnya adalah tiga roda atau dua roda dan satu kaki). Dari beberapa pandangan tersebut dapat diambil satu benang merahnya bahwa yang dimaksud dengan pedagang kaki lima adalah mereka yang berjualan di tempattempat umum yang sifatnya tidak permanen, bermodal kecil dan dilakukan secara pribadi atau berkelompok. Untuk lebih jelasnya, kegiatan pedagang kaki lima dalam sektor ekonomi yang dapat dikemukakan sebagai berikut :
11
a. kegiatan usaha tidak terorganisasi secara baik karena timbulnya unit usaha tidak mempergunakan fasilitas atau kelembagaan yang tersedia di sektor formal; b. pada umumnya unit usaha tidak memiliki ijin usaha; c. pola kegiatannya tidak teratur, baik dalam arti lokasi maupun jam kerjanya; d. pada umumnya kebijaksanaan pemerintah untuk membantu golongan ekonomi lemah tidak menyentuh ke sektor tersebut; e. unit usaha mudah masuk dari sub sektor ke sub sektor lain; f. teknologi yang dipergunakan bersifat tradisional; g. modal dan perputaran usaha relatif kecil, sehingga skala operasinya juga relatif kecil; h. pendidikan yang diperlukan untuk menjalankan usaha tidak membutuhkan pendidikan khusus; i.
pada umumnya unit usaha termasuk “one man enterprises”, dan kalau mengerjakan buruh berasal dari keluarga;
j.
sumber dana modal usaha pada umumnya berasal dari tabungan sendiri atau lembaga tidak resmi;
k. hasil produksi atau jasa terutama dikonsumsi untuk masyarakat golongan berpenghasilan rendah dan kadang-kadang juga menengah. Oleh sebab itu, pedagang kaki limadapat dianggap sebagai kegiatan ekonomi masyarakat bawah.Memang secara defactopedagang kaki lima adalah sebagai pelaku ekonomi di pinggiran jalan. Pedagang kaki lima dalam melakukan
12
aktivitasnya di mana barang dagangannya diangkut dengan gerobak dorong, bersifat sementara, dengan alas tikar dan atau tanpa meja serta memakai atau tanpa tempat gantungan untuk memajang barang-barang jualannya, dan atau tanpa tenda, dan kebanyakan jarak tempat usaha antara mereka tidak dibatasi oleh batasbatas yang jelas. Para pedagang kaki limaini tidak mempunyai kepastian hak atas tempat usahanya. Perlu kita akui bahwa kegiatan sektor informal telah memainkan peranan yang penting dalam perekonomian di negara berkembang.Sektor informal bukanlah suatu fenomena yang esklusif dalam ekonomi transisi atau ekonomi berkembang (developing economies) seperti yang terjadi di wilayah Asia Tenggara. Pedagang kaki lima sebagai suatu jenis kegiatan ekonomi pada sektor infomal telah menunjukkan eksistensinya dalam wilayah perkotaan. Menurut Tri Kurniadi dan Hassel (2003 : 5) bahwa secara kasat mata perkembangan pedagang kaki lima tidak pernah terhentinya timbul seiring dengan pertumbuhan penduduk. Hal ini membawa akibat positif dan negatif.Positifnya perdagangan terlihat dari fungsinya sebagai alternatif dalam mengurangi jumlah pengangguran serta dapat melayani kebutuhan masyarakat ekonomi masyarakat menengah
kebawah.
Negatifnya
dapat
menimbulkan
masalah
dalam
pengembangan tata ruang kota seperti mengganggu ketertiban umum dan timbulnya kesan penyimpangan terhadap peraturan akibat sulitnya mengendalikan perkembangan sektor informal ini. Penyebab menjamurnya pedagang kaki lima terutama lima tahun belakangan ini seiring dengan adanya krisis moneter yang sudah begitu akut, adalah ciri-ciri yang khas dari sektor informal, yaitu:
13
a. Mudah dimasuki, b. Fleksibel (waktu dan tempat beroperasinya), c. Bergantung pada sumber daya lokal, d. Skala operasinya yang kecil. Sehingga ada kemungkinan para pedagang makanan atau pedagang komoditi lainnya pada saat diperlukan misalnya pada bulan Puasa banting stir dan berdagang bahan-bahan untuk keperluan Lebaran. Keberadaan pedagang sektor informal ini kadang-kadang terlupakan, sehingga pada setiap kebijaksanaan pemerintah yang berkaitan dengan ekonomi praktis, sektor informal sering terlupakan. Sebetulnya pedagang sektor informal terutama pedagang kaki lima ini bisa dipakai sebagai penarik wisatawan dari manca negara, seperti misalnya Yogya dengan jalan Malioboronya, Tokyo-Jepang dengan Naka Okachi - Machi dan Harajukunya, Bangkok dengan jalan Petchburi dan jalan Pratunamnya, Singapura dengan Bugis street, Arab street dan Change alley-nya. Pedagang kakilimamerupakan suatu kelengkapan kota-kota diseluruh dunia dari masa dahulu. Sebagai suatu kelengkapan, pedagang kaki limatidak mungkin dihindari atau ditiadakan. Karena itu kalau ada suatu pemerintahan kota ingin meniadakan pedagang kaki lima akan menjadi kebijaksanaan atau tindakan yang sia-sia. Pedagang kaki limabagi sebuah kota tidak hanya mempunyai fungsi ekonomi, tetapi juga fungsi sosial budaya. Sebagai suatu fungsi ekonomi, pedagang kaki lima tidak pula semestinya hanya dilihat sebagai tempat pertemuan penjual dan pembeli secara mudah.Tidak pula hanya dilihat sebagai lapangan
14
kerja tanpa membutuhkan syarat tertentu.Tidak pula dilihat sebagai alternatif lapangan kerja informal yang mudah terjangkau akibat suatu keadaan ekonomi yang sedang merosot. Pedagang kaki limaharuslah dilihat sebagai pusat-pusat konsentrasi kapital, sebagai pusaran kuat yang menentukan proses produksi dan distribusi yang sangat menentukan tingkat kegiatan ekonomi masyarakat dan negara. Sebagai sebuah fungsi sosial, pedagang kaki lima tidak semestinya hanya dilihat sebagai pedagang yang serba lemah, tidak teratur, berada ditempat yang tidak dapat ditentukan, mengganggu kenyamanan dan keindahan, sehingga harus selalu ditertipkan oleh petugas.Sebagai suatu gejala sosial, pedagang kaki lima menjalankan fungsi sosial yang sangat besar. Mereka lah yang menghidupkan dan membuat kota selalu semarak tidak sepi dan dinamis. Sebagai pola-pola dan sistem tertentu pedagang kaki limamerupakan daya tarik tersendiri bagi sebuah kota. Demikian pula dari sudut budaya, pedagang kaki limamenjadi pengemban perkembangan budaya bahkan menjadi modal budaya tertentu. Melalui pedagang kaki limakarya-karya budaya diperkenalkan kepada masyarakat. Selain itu, pedagang kaki limasendiri merupakan gejala budaya bagi sebuah kota dan menciptakan berbagai corak budaya tersendiri pula. Pemerintah Kota Medan pun sebetulnya bisa meniru hal ini dengan menata suatu daerah untuk dijadikan daerah khusus untuk pedagang kaki lima dengan beberapa syarat yaitu setiap pedagang diharuskan mempunyai bentuk kios yang seragam, kebersihan yang harus selalu terjaga yang dikelola oleh mereka sendiri dan pelaksanaannya diperiksa oleh aparat pemda yang jika dilanggar lahannya akan disita dan tidak diperbolehkan lagi berjualan. Dihindarinya praktek jual
15
belilapak yang biasanya terjadi baik itu yang dilakukan Pemkot maupun oleh organisasi kepemudaan, dihilangkannya pungutan liar atau uang jago yang biasanya ada. Karena kedua hal yang terakhir disebutkan masih ada maka biasanya pedagang akan bertindak seenaknya karena merasa mereka telah membeli lapak, dan mempunyai penjamin yang menghalalkan mereka untuk bertindak semaunya. Keberadaan pedagang kaki lima tidak jarang menimbulkan konflik dengan Pemerintah Kota, yang cenderung menganggap mereka sebagai pengganggu kelancaran aktivitas dan ”ketertiban” kota, sehingga perlu disingkirkan. Kemudian tempat-tempat penampungan pedagang kaki lima ini jika ingin menarik perhatian masyarakat atau turis asing, maka harus dibuat spesifik dengan menjual barangbarang khusus yang laku tidak hanya oleh masyarakat kota juga laku sebagai buah tangan untuk wisatawan asing atau mancanegara. Dan dari segi lokasi harus mudah dijangkau dari segala arah, mempunyai sarana parkir cukup, dan tidak menimbulkan kemacetan yang bisa membebani kota di kemudian hari. 2.2. Analisis SWOT 2.2.1. Pengertian Analisis SWOT Analisis adalah tahap sistem dilakukan setelah tahap pengumpulan data. Tahapanalisis sistem merupakan tahan yang kritis dan sangat penting karena kesalahan di dalamtahap ini akan menyebabkan kesalahan pada tahap selanjutnya. Proses analisis sistemdalam pengembangan sistem informasi merupakan suatu prosedur yang dilakukan untukpemeriksaan masalah dan penyusunan alternatif pemecahan masalah yang timbul sertamembuat spesifikasi sistem yan baru (Sutabri, 2003:84).
16
Analisis adalah penguraian suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagianbagian,komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasikan dan mengepaluasipermasalahan-permasalahan yang terjadi serta kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan (Jogiyanto, 2005:129).Berdasarkan dua pengertian di atas penulis
menyimpulkan
bahwa
analisismerupakan
proses
sistem
dalam
pengembangan informasi merupakan suatu proseduryang dilakukan utuk pemeriksaan masalah dan penyusunan alternatif pemecahan masalahyang timbul serta membuat spesifikasi sistem yang baru. Pengertian analisis SWOT menurut Rangkuti (2006:18) adalah “ identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan, dimana setiap perusahaan harus bisa memaksimalkan setiap kekuatan (Strength) dan peluang (Oppourtunities) dan bisa meminimalkan kelemahan (Weakness) serta ancaman (Threats). Pendekatan ini mencoba menyeimbangkan kekuatan dan kelemahan internal usaha dengan peluang dan ancaman lingkungan eksternal usaha yang ada.Pendekatan ini menganjurkan bahwa isu pertama usaha harus dianalisis secara hati-hati dan cermat.Formulasi strategi harus diarahkan kepada berbagai usaha yang penting dan mendesak untuk segera diselesaikan. Analisis ini akan sangat membantu di dalam merumuskan kebijakan-kebijakan yang sifatnya strategi bagi pedagang. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman. Proses pengambilan keputusan strategis secara berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahan. Dengan demikian,
17
perencana strategis harus menganalisis factor-faktor strategis dalam kondisi yang ada saat ini. Kekuatan adalah kondisi suatu perusahaan yang mampu untuk melakukan semua tugasnya secara baik dikarenakan semua sarana dan prasarana sangat mencukupi (umumnya diatas rata-rata industri).Rangkuty (2006:18) Kelemahan adalah sebagai dari analisis lingkungan internal perusahaan yang membantu manajemen untuk membantu adanya kelemahan-kelemahan penyimpangan yang membuat posisi perusahaan tidak menguntungkan sehingga mempengaruhi tingkat kemampuan bersaing dengan para pesaing dalam industry manufaktur. Rangkuti (2006:19). Peluang adalah bagian dari analisis lingkungan eksternal perusahan yang membantu manajemen dalam mencari dan mengetahui apa saja yang menjadi peluang dan kesempatan bagi perusahaan dalam menjalankan bisnisnya sehingga perusahaan tersebut dapat meraih pangsa pasar dengan keuntungan yang lebih besar. Rangkuti (2006:19) Ancaman adalah bagian dari analisis lingkungan eksternal perusahaan yang membantu manajemen untuk mengetahui tantangan yang akan dan telah dihadapi perusahaan yang timbul karena karena adanya suatu kecenderungan atau perkembangan yang tidak menguntungkan di luar perusahaan. Rangkuty (2006:19) Analisa SWOT (SWOT Analysis) adalah suatu metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor yang menjadi kekuatan (Strengths), Kelemahan (Weaknesses), Peluang (Opportunities), dan Ancaman (Threats) yang mungkin terjadi dalam mencapai suatu tujuan dari kegiatan proyek/kegiatan usaha atau institusi/lembaga dalam skala yang lebih
18
luas. Untuk keperluan tersebut diperlukan kajian dari aspek lingkungan baik yang berasal dari lingkungan internal maupun eskternal yang mempengaruhi pola strategi institusi/lembaga dalam mencapai tujuan. Dilihat dari sejarahnya dan penggunaannya saat ini, metode SWOT banyak dipakai di dunia bisnis dalam menetapkan suatu perencanaan strategi perusahaan (strategicplanning) sehingga literatur mengenai metode ini banyak berkaitan dengan aspek penerapan di dunia bisnis meskipun pada beberapa analisa ditemukan pula penggunaan SWOT untuk kepentingan public policy. Metode SWOT pertama kali digunakan oleh Albert Humphrey yang melakukan penelitian di Stamford University pada tahun 1960-1970 dengan analisa perusahaan yang bersumber dalam Fortune 500. Meskipun demikian, jika ditarik lebih ke belakang analisa ini telah ada sejak tahun 1920-an sebagai bagian dari Harvard Policy Model yang dikembangkan di HarvardBusiness School. Namun pada saat pertama kali digunakan terdapat beberapakelemahan utama di antaranya analisa yang dibuat masih bersifat deskripstif dan belum/tidak menghubungkan dengan strategistrategi yang mungkin bisadikembangkan dari analisa kekuatan-kelemahan yang telah dilakukan. Analisis SWOT merupakan bagian dari proses perencanaan. Hal utama yang ditekankan adalah bahwa dalam proses perencanaan tersebut, suatu institusi membutuhkan penilaian mengenai kondisi saat ini dan gambaran ke depan yangmempengaruhi proses pencapaian tujuan institusi. Dengan analisa SWOT akan didapatkan karakteristik dari kekuatan utama, kekuatan tambahan, faktor netral, kelemahan utama dan kelemahan tambahan berdasarkan analisa
19
lingkungan internal dan eksternal yang dilakukan. Dari analisa tersebut potensi dari suatu institusi untuk bisa maju dan berkembang dipengaruhi oleh : bagaimana institusi memanfaatkan pengaruh dari luar sebagai kekuatan tambahan serta pengaruh lokal dari dalam yang terdapat empat langkah utama yang harus dilakukan, yaitu : 1. Mengidentifikasi existing strategy yang telah ada dalam institusi sebelumnya.Strategi ini bisa jadi bukan merupakan strategi yang disusun berdasarkankebutuhan institusi menghadapi gejala perubahan lingkungan eskternal yang ada melainkan merupakan strategi turunan yang telah ada sejak lama dipeganginstitusi. 2. Mengidentifikasi perubahan-perubahan lingkungan yang dihadapi institusi dan masih mungkin terjadi di masa mendatang. 3. Membuat cross tabulation antara strategi yang ada saat ini dengan perubahanlingkungan yang ada. 4. Menentukan katagorisasi kekuatan dan kelemahan berdasarkan penilaian apakah strategi yang saat ini ada masih sesuai dengan perubahan lingkungan di masa mendatang : Jika masih sesuai strategi tersebut menjadi kekuatan/peluang, dan sudah tidak sesuai merupakan kelemahan. 2.2.2. Faktor Lingkungan dalam Analisis SWOT Walaupun terdapat beberapa metode penentuan faktor SWOT, secara umum terdapat keseragaman bahwa penentuan tersebut akan tergantung dari faktor lingkungan yang berada di luar institusi. Faktor lingkungan eksternal mendapatkan prioritas lebih dalam penentuan strategi karena pada umumnya
20
faktor-faktor ini berada di luar kendali institusi (exogen) sementara faktor internal merupakan faktor-faktor yang lebih bisa dikendalikan. Faktor-faktor yang menjadi kekuatan-kelemahan peluangdan ancaman. a. Kekuatan dan Kelemahan. Kekuatan adalah faktor internal yang ada di dalam institusi yang bisa digunakan untuk menggerakkan institusi ke depan. Suatu kekuatan / strenghth (distinctive competence) hanya akan menjadi competitive advantage bagi suatu institusi apabila kekuatan tersebut terkait dengan lingkungan sekitarnya, misalnya apakah kekuatan itu dibutuhkan atau bisa mempengaruhi lingkungan di sekitarnya. Jika pada instutusi lain juga terdapat kekuatan yang dan institusi tersebut memiliki core competence yang sama, maka kekuatan harus diukur dari bagaimana kekuatan relatif suatu institusi dibandingkan dengan institusi yang lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak semua kekuatan yang dimiliki institusi harus dipaksa untukdikembangkan karena adakalanya kekuatan itu tidak terlalu penting jika dilihat dari lingkungan yang lebih luas. Hal-hal yang menjadi opposite dari kekuatan adalah kelemahan. Sehingga sama dengan kekuatan, tidak semua kelemahan dari institusi harus
dipaksa
untuk
diperbaiki
terutama
untuk
hal-hal
yang
tidak berpengaruh pada lingkungan sekitar. b. Peluang dan Ancaman. Peluang adalah faktor yang di dapatkan denganmembandingkan analisa internal yang dilakukan di suatu institusi (strenghth dan weakness) dengan analisa internal dari kompetitor lain. Sebagaimana kekuatan peluang juga harus diranking berdasarkan success probbility, sehingga tidak semua peluang harus dicapai dalam
21
target dan strategi institusi. Peluang dapat dikatagorikan dalam tiga tingkatan : 1. Low, jika memiliki daya tarik dan manfaat yang kecil dan peluangpencapaiannya juga kecil. 2. Moderate: jika memiliki daya tarik dan manfaat yang besar namunpeluang pencapaian kecil atau sebaliknya. 3. Best, jika memiliki daya tarik dan manfaat yang tinggi serta peluangtercapaianya besar. c. Ancaman
adalah
segala
sesuatu
yang
terjadi
akibat
trend
perkembangan(persaingan) dan tidak bisa dihindari. Ancaman juga bisa dilihat dari tingkatkeparahan pengaruhnya (serousness) dan kemungkinan terjadinya (probabilityof occurance). Sehingga dapat dikatagorikan : 1. Ancaman
utama
(major
threats),
adalah
ancaman
yang
kemungkinan terjadinya tinggi dan dampaknya besar. Untuk ancaman utama ini, diperlukan beberapa contingency planning yang harus dilakukan institusi untuk mengantisipasi. 2. Ancaman tidak utama (minor threats), adalah ancaman yang dampaknya kecil dan kemungkinan terjadinya kecil 3. Ancaman moderate, berupa kombinasi tingkat keparahan yang tinggi namun kemungkinan terjadinya rendah dan sebaliknya. d. Sehingga dari kacamata analisa lingkungan eksternal dapat dijelaskan bahwa : 1. Suatu institusi dikatakan memiliki keunggulan jika memiliki majoropportunity yang besar dan majorthreats yang kecil
22
2. Suatu institusi dikatakan spekulatif jika memiliki high opportunity dan threats pada saat yang sama 3.
Suatu institusi dikatakan mature jika memiliki low opportunity dan threat
4. Suatu institusi dikatakan in trouble jika memiliki low opportinity dan high threats. Tujuan penetapan visi antara lain adalah: 1. mencerminkan apa yang akan dicapai 2. memberikan arah dan fokus strategi yang jelas 3. menjadi perekat dan menyatukan berbagai gagasan strategik 4. memiliki orientasi terhadap masa depan. Meskipun sifatnya adalah impian, visi harus memenuhi kriteria di antaranya adalah : a. Dapat dibayangkan oleh seluruh anggota organisasi b. Mengandung nilai yang diinginkan oleh anggota organisasi c. Memungkinkan untuk dicapai d. Terfokus pada efisiensi, efektivitas dan ekonomis e. Berwawasan jangka panjang tetapi tidak mengabaikan perkembangan zaman f. Dapat dikomunikasikan dan dimengerti oleh seluruh anggota organisasi. Dari visi akan dituangkan cara yang digunakan institusi dalam mencapai visi. Secara konseptual cara tersebut akan tertuang dalam misi dan secara aplikatif akan terlihat dalam strategi.
23
2.2.3. Metode SWOT Untuk mendapatkan informasi dari berbagai narasumber melalui analisis SWOT di atas digunakan metode survey dengan frame sample pihak-pihak (stakeholders) yang bisa memberikan penilaian aspek internal dan eksternal yang mempengaruhi kinerja suatu institusi atau lembaga. Untuk itu, dibutuhkan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Melakukan Focus Group Discussion (FGD) untuk mendapatkan gambaranawal dari peta permasalahan yang ada di institusi. FGD harus dilakukan dengan komprehensif artinya melibatkan seluruh stakeholders sehingga peta yang terbentuk telah mewakili seluruh kepentingan stakeholders. Karena sifatnya yang bersumber dari informasi kualitatif pemilihan responden yang credible sangat mempengaruhi hasil akhir dari analisa SWOT sehingga hendaknya harus dilakukan dengan beberapa kualifikasi. 2. Pembuatan
kuesioner
dikumpulkandalam
SWOT
FGD.
berdasarkan
Secara
umum
informasi kuesioner
yang ini
telah
memiliki
katagorisasi penilaian sebagai berkut: a. Penilaian
faktor
internal
dan
eksternal.
Di
sini
responden
membrikan preferensi opini terhadap faktor-faktor internal dan eksternal dari institusi pada saat ini dan perkiraan di masa mendatang. b. Penilaian urgensi. Di sini responden diminta untuk menilai tingkat urgensi faktor tersebut untuk ditangani. Penilaian ini berhubungan dengan skala prioritas dalam menyelesaikan persoalan-persoalan pembangunan yang tercermin melalui faktor-faktor yang dinilai.
24
c. Faktor inilah yang kemudian terkatagori sebagai kekuatan atau kelemahan(dari analisa internal) dan peluang atau ancaman (dari analisa eksternal). 3. Setelah kuesioner terisi dan terkumpul semua, penilaian faktor dilakukan dengan meranking bobot penilaian pada ”penilaian responden” yang memiliki nilai maksimal 6 dan minimal 1. Faktor-faktor yang memiliki nilai di atas median (atau rata-rata dilihat dari persebaran distribusi probabilitasnya) disebut dengan ”kekuatan” pada analisa internal dan ”peluang” pada analisa eskternal. Sebaliknya faktor-faktor yang memiliki nilai penilaian di bawah median disebut dengan ”kelemahan” pada analisa internal dan ”ancaman” pada analisa eksternal. 4. Membentuk suatu kuadran faktor pembangunan, yaitu suatu blok yangmenjelaskan posisi dari kombinasi faktor internal dan eksternal pembangunan, dengan kombinasi : kekuatan-peluang (S-O), kekuatanancaman (S-T), kelemahan-peluang (W-O) dan kelemahan-ancaman (WT). Sebelum menentukan kuadran pembangunan, harus dilihat terlebih dahulu uji konsistensi dari pengolahan kuesioner SWOT. 5. Membuat pola strategi pembangunan berdasarkan Indeks Penilaian Kuadran. Prioritas strategi pembangunan berdasarkan skenario ini ditetapkan dengan menjalankan kombinasi kebijakan dengan indeks nilai paling kecil berurutan ke yang paling besar. Dengan kata lain, daerah akan berusaha untuk mengatasi seluruh faktor yang paling lemah yang dimiliki untuk kemudian beralih pada kombinasi strategi yang telah memiliki
25
indeks baik/tinggi. Dari contoh di atas strategi pembangunan yang dilakukan institusi akan bergerak dari WT_ ST_ WO_ SO. 2.2.4. Persiapan Dalam Melakukan Analisis SWOT Sebelum melakukan diagnosis terhadap usaha, maka yakinkan dulu bahwa seluruh informasi yang berkaitan dengan organisasi telah dengan mudah didapatkan (termasuk SDM anggota).Hal ini agar menghindari kesalahan dalam melakukan diagnosis organisasi. Informasi-informasi tersebut didapatkan dengan cara melibatkan seluruh pelaku organisasi, sehingga para anggota organisasi pun terbuka terhadap segala kompetensi yang mereka miliki, yang nantinya sangat bermanfaat bagi organisasi. Selanjutnya, janganlah bersikap otoriter dalam mengambil data untuk didiagnosis. Karena jika ada pemimpin yang otoriter dan tidak mampu menampilkan data yang otentik, maka akan terjadi kesalahan dalam mendiagnosis yang berdampak pada kesalahan mengambil strategi kedepan untuk organisasi. Untuk itu bersikap terbukalah dan demokratis terhadap seluruh pelaku organisasi.Dan penting diketahui bahwa dalam melakukan analisis SWOT, pengetahuan dan pemahaman akan visi/ misi organisasi harus diketahui secara baik, sehingga analisis akan mengarah pada pencapaian tujuan organisasi. 2.2.5. Matriks SWOT Matriks SWOT dilakukan selanjutnya yakni mendata seluruh indikasi organisasi secara jelas, sehingga memudahkan dalam mencari strategi yang tepat dan efektif. Untuk memudahkan menganalisis gunakanlah matriks SWOT. Matriks SWOT adalah alat untuk menyusun faktor-faktor strategis organisasi yang dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman
26
eksternal yang dihadapi organisasi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Analisis ini dalam dunia kedokteran dimisalkan sebagai sebuah alat diagnosa untuk mendeteksi dan menemukan jenis penyakit pada pasien, dengan cara menampung/mendata terlebih dahulu keluhan-keluhan yang diutarakan pasien. Dalam menyajikan matrik SWOT, Kekuatan (Strengths) harus didata oleh pelaku organisasi. Dengan kata lain menampung seluruh kekuatan lembaga atau organisasi yang mencakup SDM, kantor atau sekretariat, jaringan dan sarana prasarana yang dimiliki. Kelemahan (Weaknesses) juga mencakup yang kelemahan-kelemahan internal organisasi yang demikian itu.Sehingga Strengths dan Weaknesseses adalah kondisi internal lembaga yang dirasakan atau ditemukan saat ini.Setelah itu pikirkan dan lihatlah di luar organisasi (lingkungan masyarakat dan sekitarrnya) begitu banyak Kesempatan (Opportunities), segera anda tuliskan lalu data potensi eksternal itu.Adapun kondisi eksternal yang mengusik eksistensi lembaga anda berupa Ancaman (Threats) juga perlu anda data. Untuk memudahkan anda dalam pendataan, anda dapat menggunakan tabel berikut:
27
Tabel 2.1: Diagnosis SWOT
Setelah melakukan pendataan dan mendeteksi potensi internal dan eksternal organisasi, berikutnya adalah membuat matriks SWOT. Dalam membuat matriks SWOT, seluruh data dari tabel diagnosis ditransfer kedalam bentuk matriks SWOT, untuk dicarikan strategiyangtepat.
28
Tabel 2.2: Matriks SWOT
Setelah anda memasukan data ke matriks SWOT, maka selanjutnya adalah menentukan strategi dengan mempertimbangkan berbagai indikasi yang telah anda data. Adapun strategi-strategi tersebut, yakni : 1.
Strategi OS adalah strategi yang ditetapkan berdasarkan jalan pikiran organisasi yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Inilah yang merupakan strategi agresif positif yaitu menyerang penuh inisiatif dan terencana. Datalah program atau kegiatan yang akan dilaksanakan, kapan waktunya dan dimana dilaksanakan, sehingga tujuan organisasi akan tercapai secara terencana dan terukur. Dalam strategi SO, organisasi mengejar peluangpeluang dari luar dengan mempertimbangkan kekuatan organisasi.
29
2.
Strategi OW adalah strategi yang ditetapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan dalam organisasi. Dalam hal ini perlu dirancang strategi turn around yaitu strategi merubah haluan. Maksudnya, terkadang anda harus mundur satu atau dua langkah ke belakang untuk maju melangkah jauh ke depan. Peluang eksternal yang besar penting untuk diraih, namun permasalahan internal atau kelemahan yang ada pada internal organisasi lebih utama untuk dicarikan solusi, sehingga capaian peluang yang besar tadi perlu diturunkan skalanya sedikit. Dalam hal ini kelemahan-kelemahan organisasi perlu diperbaiki dan dicari solusinya untuk memperoleh peluang tersebut.
3.
Strategi TS adalah strategi yang ditetapkan berdasarkan kekuatan yang dimiliki organisasi untuk mengatasi ancaman yang terdeteksi. Strategi ini dikenal dengan istilah strategi diversifikasi atau strategi perbedaan. Maksudnya, seberapa besar pun ancaman yang ada, kepanikan dan ketergesa-gesaan hanya memperburuk suasana, untuk itu pahamilah bahwa organisasi anda memiliki kekuatan yang besar yang bersifat independen dan dapat digunakan sebagai senjata untuk mengatasi ancaman tersebut. Mulailah mengidentifikasi kekuatan dan menggunankannya untuk mengurangi ancaman dari luar.
4.
Strategi TW adalah strategi yang diterapkan kedalam bentuk kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Karena dalam kondisi ini, organisasi anda sedang dalam bahaya, kelemahan menimpa kondisi internal sedangan
30
ancaman dari luar juga menyerang. Bila anda tidak mengambil strategi yang tepat, maka kondisi ini bisa berdampak buruk bagi citra dan eksistensi organisasi kedepan, Yang perlu anda lakukan adalah bersama seluruh elemen organisasi merencanakan suatu kegiatan untuk mengurangi kelemahan organisasi, dan menghindar dari ancaman eksternal. Secara garis besar dalam penentuan strategi, yakni jika kelemahan organisasi besar, walaupun ada peluang ataupun ancaman, maka yang perlu dilakukan adalah mengadakan konsolidasi internal.Konsolidasi internal bertujuan untuk menguatkan kembali kelemahan-kelemahan organisasi, seperti SDM, infrastruktur, pendanaan dan lainnya, sehingga mampu menghadapi ancaman serta menangkap peluang dari eksternal. Sedangkan kalau yang terjadi adalah organisasi memiliki kekuatan yang besar, maka organisasi dapat membuat strategi dengan perencanaan yang matang, sistematis dan terukur dengan memanfaatkan sumber daya potensial organisasi, untuk bergerak menuju tujuang organisasi.Hal ini dilakukan agar dapat menekan ancaman dari luar, serta menangkap peluang yang ada.Berikut ilustrasi gambar analisis SWOT menurut Rangkuty (2004):
31
Gambar 2.1: Ilustrasi Analisis SWOT
Sumber: Dalam Freddy Rangkuti (2015) Penjelasanya bahwa, Kuadran 1 merupakan situasi yang sangat menguntungkan.Usaha
memiliki
peluang
dan
kekuatan
sehingga
dapat
memanfaatkan peluang yang ada.Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif. Kuadran 2, meskipun menghadapi berbagai ancaman, setiap usaha masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar). Kuadran 3, setiap perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Focus strategi setiap pedagang adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.
32
Kuadran 4, ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, setiap usaha tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. 2.2.6. Pilihan Alternatif Strategi Freddy (1997:18) bahwa apabila kita telah mengenal kekuatan dankelemahan diri sendiri, dan mengetahui kekuatan dan kelemahan lawan, sudah dapat
dipastikan bahwa
kita akan
memenangkan pertempuran. Dalam
perkembangannya saat ini analisis SWOT tidak hanya dipakai untuk menyusun strategi di medan pertempuran, melainkan banyak dipakai untuk menyusun perencanaan strategi bisnis yang bertujuan untuk menyusun strategi-strategi jangka panjang sehingga arah dantujuan perusahaan dapat dicapai dengan jelas dan dapat segera diambil keputusan,berikut semua perubahannya dalam menghadapi pesaing. Lebih lanjut dijelaskan analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal
kekuatan
(strength)
dan kelemahan
(weaknesses)
yang
menghasilkan pilihan strategi 2.3. Strategi 2.3.1. Konsep Strategi Strategi
adalah
tujuan
jangka
panjang
dari
suatu
perusahaan,
sertapendayagunaan dan alokasi semua sumber daya yang penting untukmencapai tujuan tersebut (Chandler,1962:13 dalam Rangkuti ,2002:4).Pemahaman yang baik mengenai konsep strategi dan konsep-konsep lainyang bersangkutan sangat menentukan suksesnya strategi apa yang akandisusun. Konsep-konsep tersebut adalah:
33
a. Distinctive Competence: tindakan yang dilakukan perusahaan agardapat melakukan
kegiatan
lebih
baik
dibandingkan
dengan
pesaingnya.Distinctive Competence ini meliputi keahlian tenaga kerja dankemampuan sumber daya. b.
Competitive
Advantage:
kegiatan
spesifik
yang
dikembangkanperusahaan untuk melakukan yang lebih baik dibanding denganpesaingnya.
Strategi
yang
digunakan
untuk
memperoleh
keunggulandalam bersaing adalah cost leadership, differensial dan focus. Porter
menyebutkan
competive
advantage
terbagi
menjadi
seringkali
menuntut
3(dalamRangkuti, 2009: 6) yaitu: 1) Keunggulan biaya menyeluruh (Cost Leadership) Pencapaian
biaya
keseluruhan
yang
rendah
bagianpasar relative yang tinggi atau kelebihan yang lain, seperti akses yangmenguntungkan kepada bahan baku. Selain itu juga perlu untukmerancang produk agar mudah didapat, menjual banyak lini produkyang mudah dibuat, menjual banyak lini produk yang berkaitan untukmenebarkan biaya, serta melayani kelompok pelanggan yang besarguna membangun volume. Penerapan strategi biaya rendah mungkinmemerlukan investasi modal pendahuluan yang besar untuk peralatanmodern, penetapan harga yang agresif dan kerugian awal untukmembina bagian pasar yang tinggi pada akhirnya dapat memungkinkanskala ekonomis dalam pembelian yang akan semakin menekan biaya(Porter,2008: 32). 2) Diferensiasi
34
Diferensiasi merupakan strategi yang baik untuk menghasilkan laba diatas rata-rata dalam suatu industri karena strategi ini menciptakan posisiyang aman untuk mengatasi kekuatan pesaing, meskipun dengan carayang berbeda dari strategi keunggulan biaya. Diferensiasi memberikan penyekat kepada persaingan karena adanya loyalitas dari merkpelanggan dan mengakibatkan berkurangnya kepekaan terhadap harga.Diferensiasi juga meningkatkan margin laba yang menghindarkankebutuhan akan posisi biaya rendah (Porter, 2008). 2.3.2. Tipe-tipe Strategi Menurut Rangkuti (2009), Strategi dapat dikelompokan menjadi3 (tiga) tipe strategi yaitu: a. Strategi manajemen Strategi manajemen meliputi strategi yang dapat dilakukan olehmanajemen dengan orientasi pengembangan strategi secara makro,misalnya strategi pengembangan produk, penerapan harga, akuisisi,pengembangan pasar dan sebagainya. b. Strategi investasi Strategi ini merupakan kegiatan yang berorientasi pada investasi,misalnya perusahaan ingin melakukan strategi pertumbuhan yangagresif atau berusaha melakukan penetrasi pasar, strategi bertahan,strategi pembangunan kembali divisi baru dan sebagainya. c. Strategi bisnis Strategi ini sering disebut strategi bisnis secara fungsional karenastrategi ini berorientasi pada fungsi- fungsi kegiatan manajemen,misalnya strategi
35
pemasaran, produksi atau operasional, distribusi, danstrategi yang berhubungan dengan keuangan 2.4. Kajian Pedagang Kaki Lima Terdahulu Bab ini saya memaparkan beberapa penelitian terkait persoalan pedagang kaki lima yang pernah dilakukan sebelumnya. Adapun pemaparan yang akan disajikan meliputi beberapa penelitian mengenai pedagang kaki lima dari sudut pandang analisis SWOT. Terkait analisis tersebut lebih terfokus pada bagaimana para pedagang kaki lima menjalankan usahanya ditinjau persoalan internal maupun eksternal para pedagang dalam menjalankan usahanya. Kajian mengenai pedagang kaki lima sering dibahas sebagai kajian di dalam skripsi maupun tesis, diantaranya; Salmina Ginting, skripsi studi kasus :Pengaruh Keberadaan Pedagang Kaki Lima Terhadap Jumlah Pengunjung Taman Kota Di Medan. Tahun penelitian 2009 Universitas Sumatera Utara.Penelitian beliau dimaksudkan untuk mengetahui apakah kehadiran pedagang kaki lima merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam meningkatkan jumlah pengunjung di taman kota. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya pedagang kaki lima di sekitar taman sehingga dianggap mengganggu nilai estetika taman padahal pada kenyataannya kehadiran pedagang kaki lima telah membuat taman kota menjadi hidup dan disukai. Penelitian dilakukan pada tiga taman di kota Medan yaitu Taman Ahmad Yani, Taman Gajah Mada, dan Taman Sri Deli. Ketiga taman terletak di pusat kota Medan. Tiga elemen yang diteliti adalah posisi dan lokasi pedagang, jenis mata dagangan, dan desain gerobak atau tenda pedagang kaki lima. Jenis mata dagangan dan desain gerobak atau tenda pedagang relatif
36
samasatu dengan lainnya di ketiga taman yang disurvai. Yang berbeda adalah lokasi berjualan pedagang. Di Taman Ahmad Yani dan Taman Gajah Mada tidak satu pun pedagang kaki lima berjualan di dalam taman. Semua pedagang mengambil lokasi di sisi luar taman dekat jalan raya yang melingkupinya. Di Taman Sri Deli, sebagian besar pedagang berjualan di dalam taman dan sisanya di luar taman. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kehadiran pedagang kaki lima di Taman Ahmad Yani dan Taman Gajah Mada tidak secara signifikan meningkatkan minat warga mengunjungi taman kota. Taman Ahmad Yani dan Taman Gajah Mada tetap ramai meskipun pada hari-hari dan jam tertentu jumlah pedagang kaki lima yang berjualan sangat sedikit. Tetapi di Taman Sri Deli pedagang kaki lima menjadi faktor yang signifikan dalam meningkatkan jumlah pengunjung. Hal ini terjadi karena pedagang rujak yang berjualan di dalam taman sudah sangat terkenal dan hanya terdapat di taman tersebut sehingga selalu dicari oleh warga kota. Tesis, dengan judul Kajian Spasial Pedagang Kaki Lima Dalam Pemanfaatan Ruang Publik Kota Studi Kasus: Koridor Jalan Arif Rahman Hakim Jalan Aksara Pasar Sukaramai Kelurahan Sukaramai I Kecamatan Medan Area Medan. Oleh Jonni Daniel Pandapotan Lubis, Program Studi Magister Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara tahun 2010. Tujuan dari Kajian Spasial Perilaku Pedagang Kaki Lima Dalam Pemanfaatan Ruang Publik Kota pada koridor Jalan Arif Rahman Hakim dan Jalan Aksara adalah untuk mengetahui bagaimana perilaku pedagang kaki lima yang memanfaatkan ruang publik kota sebagai tempat berdagang dan untuk
37
mengetahui dampak yang disebabkan oleh pedagang kaki lima terhadap ruang publik yang ada. Penelitian dilakukan secara kuantitatif dengan mengidentifikasi dan memahami kondisi perebutan ruang dalam penentuan lokasi pedagang kaki lima serta meneliti perilaku pedagang kaki lima melalui pengamatan langsung di lapangan dan wawancara dengan menggunakan kuisioner kepada responden sebagai alat pengumpul data. Dari hasil penelitian dan analisis data dapat disimpulkan antara lain suku dan kekerabatan merupakan faktor bertambahnya jumlah pedagang kaki lima, pedagang kaki lima dibedakan atas pedagang bergerak dan pedagang menetap, jenis dagangan (buah-buahan, sayur-sayuran, hasil laut, daging/ayam dan bahan kebutuhan rumah tanggal lainnya), lokasi berdagang (di badan jalan, trotoar dan bahu jalan), alat bantu berdagang (meja, kereta dorong, lapak dan beca barang). Karena terbatasnya ruang menyebabkan tidak ada batas yang jelas antar satu pedagang dengan pedagang yang lain. Alasan pedagang kaki lima menggunakan ruang publik adalah karena pembeli yang banyak. Keberadaan pedagang
kaki
lima
menyebabkan
kemacetan,
penyebab
banjir
dan
menghilangkan keindahan wajah kota. Di sisi lain keberadaan pedagang kaki lima berdampak positif yaitu membuka lapangan pekerjaan dan masih perlu dipertahankan. Selain itu, dalam penelitian Dina Fujisari dengan judul penelitian Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota Medan dalam Mengelola Pedagang Kaki Lima (Studi Kasus Pada Pedagang Kaki Lima di Depan Rumah Sakit Santa
38
Elisabeth Medan). Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan Tahun 2010. Penelitian beliau berawal dari persoalan Kebijakan Pemerintah Kota Medan dalam melakukan tindakan penertiban pedagang kaki limayang dilakukan dengan salah satu cara yaitu penggusuran memang dapat dimengerti, mengingat sebagian besar lokasi yang digunakan oleh para pedagang kaki lima untuk melakukan kegiatan dagang merupakan lokasi umum yang dianggap mengganggu ketertiban umum. Namun, tindakan penggusuran tersebut berdampak negatif bagi sebagian besar pedagang kaki lima, yaitu mereka merasa kehilangan sumber pendapatan mereka.Sehingga terkadang masyarakat sering beranggapan bahwa kebijakan pemerintah bersifat tidak adil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebijakan Pemerintah Kota Medan dalam mengelola pedagang kaki limayang sering dianggap sebagai sektor informal yang mengganggu ketertiban umum. Untuk itu, penelitian ini dilakukan kepada para Pedagang Kaki Lima di depan Rumah Sakit Elisabeth Medan yang merupakan salah satu lokasi tempat berkumpulnya para Pedagang Kaki Lima yang ditata dan dikelola oleh Pemerintah Kota Medan, karena lokasi para Pedagang Kaki Lima ini dianggap tidak mengganggu ketertiban umum, sebab tidak berada di jalan protokol, tidak berada di sekitar perumahan warga, terletak di dekat Taman Ahmad Yani, dan terletak dekat dengan lokasi perkantoran, sekolah, dan rumah sakit. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam mengelola pedagang kaki limadi lokasi depan Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan, Pemerintah Kota Medan membuat suatu wadah, yaitu dalam bentuk koperasi, untuk mengelola dan menata
39
para Pedagang Kaki Lima tersebut yang disusun dalam wujud peraturan yang dibuat oleh koperasi. Koperasi ini juga berfungsi sebagai wadah untuk menerima bantuan dari berbagai pihak yang bersedia membantu dalam proses pengelolaan dan penataan para pedagang kaki limadi lokasi ini. Skripsi ini merupakan perkembangan dari penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh orang lain yang telah dipaparkan di atas. Adapun dalam skripsi ini, saya tidak hanya menyorot pada persoalan eksistensi pedagang kaki lima dan persoalan pedagang kaki lima terhadap parat pemerintah, melainkan hanya menyoroti persoalan kegiatan usaha pedagang kaki lima dengan metode SWOT. Persoalan diawali bahwa pedagang kaki lima di berbagai kota ini menjadi persoalan yang dilematis. Di satu sisi pemerintah kota bertanggung jawab atas warganya dalam persoalan kesejahteraan. Di sisi lain, Pemerintah Kota membutuhkan wajah kota yang indah, bersih, dan tertata sebagai tuntutan ruang kota yang sehat.Dari pilihan antara tata ruang kota dan kesejahteraan warganya tersebut, Pemerintah Kota sering lebih memilih untuk mengambil sikap pentingngnya mengembalikan ketertiban dan keindahan kota. Maka, konsekuensi dari pilihan tersebut adalah dengan menertibkan dan menata pedagang kaki lima baik secara masif maupun paksa membongkar lapak pedagang kaki lima. Dari penjelasan ini, sehingga secara tidak langsung, skripsi ini mampu menunjukkan ke originalitas penelitian yang dilakukan sehingga menarik dan penting untuk dilakukan.