11
BAB II KERANGKA TEORI
Data yang diteliti merupakan jargon yang dipakai oleh mahasiswa di media tulis khususnya blog internet lokal, sebagai media komunikasi yang sangat efektif untuk mahasiswa. Untuk dapat menganalisis data yang diteliti pada bab III maka akan diuraikan lebih lanjut tentang teori kalimat, bahasa dan jargon. Penulis akan mengambil teori jargon sebagai pedoman analisis data karena mencakup keseluruhan pembahasan teori jargon baik tingkatannya, penyebab dan kedudukan sosialnya.
2.1 Kalimat Kalimat adalah satuan struktur gramatikal terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Sebuah kalimat, dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis sekurang-kurangnya memiliki unsur subjek dan predikat (Arifin dan Tasai, 2002: 58). Menurut Ramlan (2001:6) Kalimat adalah satuan gramatika yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir yang memberikan tinjauan situasional. Definisi serupa dikatakan oleh Cook, Elson, dan Pickett bahwa kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri dan mempunyai pola intonasi akhir dan terdiri dari klausa (Tarigan, 1980:5). Dua kata atau lebih dapat disebut kalimat apabila memenuhi unsur yang mengandung intonsi akhir dan konteks situasional. Kalimat dalam bahasa Rusia dijelaskan dengan definisi yang beragam oleh beberapa ahli bahasa Rusia. Kalimat dalam bahasa Rusia adalah satuan gramatikal yang dibentuk menurut aturan bahasa yang merupakan satu ujaran utuh dan suatu cara untuk membentuk, menyatakan serta menyampikan suatu ide atau gagasan (Popov, 1978: 286). Definisi yang tidak jauh berbeda juga mengatakan bahwa kalimat adalah satuan dasar ujaran yang komunikatif, berupa rangkaian kata, katakata yang merupakan satuan nominatif yang berkualitas dan membentuk unsurunsur material kalimat (Vinogradov, 1969 : 58). Melihat definisi-definisi tersebut, kalimat dalam bahasa Rusia tidak jauh berbeda dengan kalimat secara umum,
Universitas Indonesia
12
yaitu kalimat merupakan satuan gramatikal yang utuh serta memiliki intonasi akhir dan konteks situasional. Unsur pembentuk kalimat terbagi menjadi 2 yaitu anggota utama dan anggota sekunder kalimat. Unsur pembentuk kalimat yang terdiri dari subjek dan predikat dalam bahasa Rusia disebut sebagai anggota utama kalimat. Subjek dapat didefinisikan sebagai anggota utama kalimat yang secara gramatikal tidak bergantung pada unsur lain, bersifat kebendaan dan biasanya dijelaskan oleh unsur lain yang disebut predikat (Popov, 1978: 229). Sedangkan predikat adalah anggota utama kalimat yang secara gramatikal tergantung hanya dari subjek dan menandai benda yang disebut subjek (Popov, 1978 : 303). Dalam bahasa Rusia subjek sangat mempengaruhi predikat. Selain subjek dan predikat, sebuah kalimat masih dapat mengandung elemen-elemen yang lain seperti objek, kata keterangan, dan kata penghubung yang biasa disebut anggota sekunder kalimat. Dari elemen-elemen dalam sebuah kalimat maka kalimat dalam bahasa Rusia dapat dibagi menjadi dua, yaitu kalimat luas dan kalimat sederhana. Kalimat luas adalah kalimat-kalimat yang terdiri dari rangkaian satu prediksi yang membentuk suatu kesatuan struktur dan makna (Belosopkova, 1967:23). Sedangkan kalimat sederhana adalah ujaran, yang dibentuk berdasarkan ciri khusus skema strukturalnya, yakni yang memiliki predikasi yang bermakna gramatikal dan struktur semantis tertentu, yang memperlihatkan makna dalam bentuk sistem sintaksis dan dalam realisasi reguler memiliki tujuan komunikatif, yang ditampakkan selalu mengikutsertakan intonasi. Kalimat sederhana dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu kalimat dua komponen dan kalimat satu komponen (Svedova, 1980:89). Kalimat satu komponen terdiri atas bentuk verba dikonjugasikan dan bentuk verba tanpa konjugasi, nomina, adjektiva, verba infinitif, dan adverbia, contoh хорошо! /xorosho/ - ‘baik’ ini merupakan kalimat satu komponen yang berupa adjektiva singkat. Kalimat холодно /xolodno/ -‘dingin’ juga termasuk dalam kalimat 1 komponen yaitu adverbia. Sedangkan kalimat dua komponen adalah kalimat yang memiliki bentuk-bentuk kata satu dengan yang lain memiliki hubungan sintaksis dan komponen beragam serta terdapat makna semantik subjek dan tanda predikatif, seperti pada contoh kalimat ночь тихо /noc tixo/ - ‘malam sepi’
Universitas Indonesia
13
termasuk kalimat dua komponen yang terdiri dari nomina dan adjektiva (Svedova, 1980:92). Kalimat dua komponen terbagi atas dua kelompok besar, yakni: subjek predikat dan non subjek-predikat. Kelompok pertama terdiri dari tipe-tipe kalimat, yang memiliki subjek yang bermakna semantik berupa nomina dalam kasus nominatif dan verba infinitif, sebagai komponen pertama. Komponen kedua dalam kalimat tersebut muncul sebagai tanda predikatif, berupa verba dikonjugasikan, nomina dalam kasus nominatif, verba infinitif, dan adverbia. Berdasarkan bentuk tersebut, subjek yang muncul dalam bentuk nomina kasus nominatif atau verba infinitif, membentuk kalimat subjek-predikat. Kelompok berikutnya yakni nonsubjek-predikat, bentuk-bentuk kata di dalamnya memiliki hubungan berupa hubungan subjek dan tanda predikatifnya berbeda dengan kalimat subjek-predikat, pada kalimat nonsubjek-predikat, subjeknya berupa kata yang bukan nomina kasus nominatif dan berupa verba (Svedova, 1980:96). Dua kelompok tersebut merupakan struktur komponen dua komponen yang dapat dijelaskan dengan simbol-simbol. Di bawah ini merupakan simbolsimbol yang digunakan untuk menjelaskan singkatan-singkatan yang digunakan dalam menguraikan kalimat satu dan dua komponen. Keterangan- keterangan ini yang kemudian digunakan untuk uraian struktur kalimat pada Bab III sebagai penanda komponen-komponen pada klasifikasi skema struktural kalimat. Dijelaskan dalam nama latin kelas kata, yaitu (Svedova, 1980:97) : - Vf
: Bentuk verba dikonjugasikan
-Vf3s : Verba yang dikonjugasikan bentuk persona ketiga singular -Vf3pl : Verba yang dikonjugasikan bentuk persona ketiga jamak. - Inf
: Infinitif
-N
: Nomina
- N1
: Nomina kasus nominatif
- N2
: nomina kasus genetif
- N3
: Nomina kasus datif
- N4
: Nomina kasus akusatif
- N5
: Nomina kasus instrumental
- N6
: Nomina kasus preposisional
- Adj : Adjektiva
Universitas Indonesia
14
- Pron : Pronomina - Adv : Adv - Part : Partisipal - konj : konjungsi Beberapa istilah di atas merupakan elemen simbol-simbol yang terdapat baik dalam kalimat satu komponen dan dua komponen. Berdasarkan pembahasan kalimat di atas dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah satuan gramatikal yang dibentuk menurut aturan bahasa yang merupakan satu ujaran utuh dan suatu cara untuk membentuk, menyatakan serta menyampaikan suatu ide atau gagasan. Kalimat dalam bahasa Rusia dikelompokan menjadi dua yaitu kalimat sederhana dan kalimat luas. Kalimat sederhana kemudian dikelompokan lagi menjadi kalimat satu komponen dan kalimat dua komponen.
2.2 Bahasa Sebagai bagian dari sebuah sistem masyarakat, dalam setiap kegiatan sosialnya kita pasti bersingungan langsung dengan alat komunikasi yang dinamakan bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk berinteraksi dengan sesamanya. Manusia sebagai makluk sosial memerlukan bahasa tidak hanya sebagai alat komunikasi tetapi sebagai alat untuk bersosialisasi yang bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi. Bahasa adalah sebuah sistem lambang, berupa bunyi, bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam, dan manusiawi. Definisi di atas dapat dijabarkan menurut sifat bahasa. Bahasa adalah sebuah sistem, artinya bahasa dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah sistem, bahasa selain bersifat sistematis, juga bersifat sistemis. Sistematis artinya bahasa tersusun menurut pola tertentu, tidak tersusun secara acak atau sembarangan. Sedangkan sistemis, artinya, sistem bahasa itu bukan merupakan sistem tunggal, melainkan terdiri dari sejumlah subsistem, yakni subsistem fonologi, subsistem morfologi, subsitem sintaksis, dan subsistem leksikon (Chaer, Abdul dan Leonia Agustina, 2004 : 14). Bahasa merupakan sebuah sistem yang bersifat sistemis dan sistematis, maka setiap bahasa biasanya memiliki sistem
Universitas Indonesia
15
yang berbeda dari bahasa lain. Ini dapat dilihat dari penggunaan urutan kata tidak akan mengubah makna dari suatu kalimat (Popov, 1978: 135-137) . Bahasa biasanya berupa bunyi. Sistem bahasa pun berupa lambanglambang dalam bentuk bunyi, artinya lambang-lambang itu berbentuk bunyi yang lazim disebut bunyi bahasa. Lambang bahasa merupakan penggambaran terhadap sebuah konsep atau makna. Lambang bunyi bahasa bersifat arbitrer jadi hubungannya dengan yang dilambangkannya tidak bersifat wajib dan bisa berubah. Meskipun lambang bunyi bersifat arbitrer tetapi juga bersifat konvensional, artinya setiap penutur suatu bahasa akan mematuhi hubungan antara lambang dengan yang dilambangkannya. Hal tersebut terlihat pada lambang monyet yang merupakan binatang berbulu berwarna coklat mempunyai dua tangan mempunyai dua kaki, lambang ini pun digunakan oleh bahasa lain (Chaer, Abdul dan Leonia Agustina, 2004: 12). Hal tersebut membuat lambanglambang bahasa di setiap negara memiliki simbol yang sama dan merupakan kesepakatan internasional terhadap simbol dari lambang tersebut. Sehingga lambang bahasa tersebut dapat dimengerti oleh masyarakat tutur yang memakainya. Bahasa juga bersifat unik dan universal. Unik artinya memiliki ciri atau sifat khas yang tidak dimiliki bahasa lain. Di balik keunikan bahasa, bahasa juga memiliki ciri yang sama satu sama lainnya. Setiap bahasa pasti memilik keunikan masing-masing, kaidah, aturan serta struktur dan sistematis masing-masing, tetapi ada beberapa ciri bahasa yang universal dan dimiliki juga oleh bahasa lain. Oleh karena itu, bahasa juga bersifat universal. Hal ini terlihat pada presepsi sebuah bahasa di mana selain bersifat unik, bahasa itu bersifat universal, artinya, ada ciriciri yang sama yang dimiliki oleh setiap bahasa yang ada di dunia ini. Ciri-ciri yang universal itu tentunya merupakan unsur bahasa yang paling umum, yang bisa dikaitkan dengan ciri-ciri atau sifat-sifat bahasa lain. Ciri universal dari bahasa yang paling umum adalah bahwa bahasa itu mempunyai bunyi bahasa yang terdiri dari vokal dan konsonan. Namun, berapa banyak vokal dan konsonan yang dimiliki oleh setiap bahasa, bukanlah persoalan keuniversalan. Bukti lain keuniversalan bahasa adalah bahwa setiap bahasa mempunyai satuan-satuan bahasa yang bermakna, baik satuan yang bernama kata, frasa, klausa, kalimat
Universitas Indonesia
16
maupun wacana. Namun, bagaimana satuan-satuan itu terbentuk mungkin tidak sama. Selain bersifat unik dan universal, bahasa juga bersifat produktif, di mana dengan sebuah unsur yang terbatas dapat dibuat satuan-satuan ujaran yang hampir tidak terbatas, contohnya dari sebuah kata kita dapat membuat banyak kalimat yang mempuyai makna berbeda (Chaer, Abdul dan Leonia Agustina, 2004: 13). Oleh karena itu, bahasa merupakan ilmu yang berkembang seiring dengan perkembangan waktu. Banyak kosakata dan ilmu-ilmu baru yang muncul dari pembahasan sebuah sistem bahasa. Hal ini dapat terlihat pada pembahasan bahasa mengenai diskurs analisis, hubungannya dengan ilmu interdisipliner dan lain-lain. Bahasa juga bersifat dinamis hal ini karena bahasa tidak terlepas dari berbagai kemungkinan perubahan yang sewaktu–waktu dapat terjadi. Perubahan itu dapat terjadi pada bidang fonologi, morfologi, sintaksis, semantik dan leksikon (Chaer, Abdul dan Leonia Agustina, 2004: 13). Hal ini dapat terlihat dari banyaknya penambahan kosakata baru dalam bahasa, serta pergantian penulisan atau EYD pada bahasa Indonesia. Bahasa pada kehidupan sehari-hari tidak lepas dari kaitannya dengan aspek-aspek sosial suatu bahasa, adanya percampuran dengan bahasa lain membuat perubahan dalam bahasa dapat terjadi. Ini berkaitan dengan sifat bahasa yang beragam. Bahasa itu beragam, artinya meskipun sebuah bahasa mempunyai kaidah atau pola tertentu yang sama, namun karena bahasa itu digunakan oleh penuturnya yang heterogen, mempunyai latar belakang sosial dan kebiasaan yang berbeda, maka bahasa menjadi beragam baik dalam fonologis, morfologis, sintaksis, maupun leksikonnya (Chaer, Abdul dan Leonia Agustina, 2004: 14). Bahasa besifat manusiawi artinya bahasa sebagai alat komunikasi verbal yang hanya dimiliki manusia. Hewan tidak mempunyai bahasa. Hewan hanya mempunyai alat komunikasi berupa bunyi atau gerak isyarat. Hewan tidak mempunyai kemampuan untuk mempelajari bahasa manusia (Chaer, Abdul dan Leonia Agustina, 2004: 14). Jadi bahasa hanya dimiliki oleh manusia, sehingga bahasa disebut bersifat manusiawi. Berdasarkan sifat-sifat bahasa di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bahasa mempunyai sifat-sifat khusus yang memegang peranan besar bagi manusia
Universitas Indonesia
17
dalam kehidupan sosialnya. Bahasa dapat membangun jalur komunikasi manusia. Hal ini menimbulkan terjadinya proses komunikasi dan interaksi dalam kehidupan sosial.
2.2.1 Fungsi bahasa Sesuai dengan definisi bahasa dan sifat bahasa, maka bahasa berfungsi sebagai alat untuk berkomunikasi, untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, dan perasaan. Secara sederhana fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi manusia, baik tertulis maupun lisan yang mencakup lima fungsi dasar yaitu expression, information, exploration, persuasion, dan entertaiment (Wardhaugh, 1972: 3-8). Fungsi bahasa yang utama adalah alat untuk menyampaikan pikiran Fishman (1972:13) memiliki pendapat yang berbeda. Menurut Fishman fungsi bahasa sebagai alat untuk menyampaikan pikiran dianggap terlalu sempit. Fishman berpendapat juga bahwa fungsi bahasa dapat dilihat dari enam segi, yaitu dari segi penutur, segi pendengar, segi kontak antara penutur dan pendengar, segi topik ujaran, segi kode yang digunakan, dan segi amanat. Enam segi fungsi bahasa terkait dengan penutur, pendengar, kontak antar penutur dan pendengar, topik ujaran, kode dan amanat. Dari segi penutur, bahasa berfungsi personal. Si penutur bukan hanya mengungkapkan emosi dengan bahasa, tetapi juga memperlihatkan emosi sewaktu menyampaikan tuturannya. Dari segi pendengar, bahasa berfungsi direktif, yaitu mengatur tingkah laku pendengar. Membuat pendengar bereaksi terhadap pembicara ( Fishman, 1972; Halliday,1973; Finnocchiaro, 1974). Dari segi kontak antara penutur dan pendengar, bahasa berfungsi fatik, yaitu menjalin hubungan, memelihara, memperlihatkan perasaan bersahabatan, atau solidaritas sosial. Dari segi topik ujaran, bahasa berfungsi referensial, yaitu alat untuk menyampaikan pikiran dan membicarakan objek atau peristiwa dalam sebuah masyarakat. Dari segi kode yang digunakan, bahasa berfungsi metalinguistik, yakni bahasa itu yang digunakan untuk membicarakan bahasa itu sendiri. Dari segi amanat, bahasa sering digunakan untuk menjelaskan arti bahasa itu sendiri. Oleh karena itu bahasa berfungsi imaginatif, yaitu bahasa digunakan untuk menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan baik yang sebenarnya maupun yang hanya
Universitas Indonesia
18
imaginasi. Biasanya fungsi ini terdapat pada bahasa novel, puisi, cerita, dan dongeng ( Jakobson, 1960). Dilihat dari fungsi-fungsi bahasa di atas, maka bahasa merupakan elemen yang paling penting dalam proses bermasyarakat, karena bahasa bersinggungan langsung dengan segala bidang kehidupan sosial.
2.2.2 Bahasa dan Tutur Dalam pembahasan bahasa kita seringkali mengenal istilah langage, langue, dan parole. Kadang sulit untuk membedakan ketiga istilah ini. Bahkan, ada beberapa orang yang tidak mengetahui ketiga istilah tersebut. Istilah langage digunakan untuk menyebut bahasa sebagai sistem lambang bunyi. Sistem lambang bunyi ini digunakan manusia untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara verbal antara sesamanya. Langage ini bersifat abstrak dan mengacu pada bahasa umumya, yaitu sebagai alat komunikasi hanya pada manusia (Ferdinand de Sausssure, 1916 in Ferdinand de Saussure 2005: 30 ). Hal ini dapat terlihat pada bahasa manusia. Langage merupakan konsep dari bahasa manusia. Langage tidak dimiliki oleh hewan, karena hewan tidak memiliki bahasa. Langue adalah sebuah sistem lambang bunyi yang digunakan sekelompok anggota masyarakat tertentu. Hal ini dapat dilihat pada bahasa Inggris, bahasa Amerika, bahasa Jepang, dan lain-lain. Langue merupakan suatu sistem pola, keteraturan, atau kaidah yang dimiliki manusia (Ferdinand de Sausssure, 1916 in Ferdinand de Saussure 2005 : 30). Berbeda dengan Langage dan Langue yang bersifat abstrak maka parole bersifat konkret, karena parole merupakan pelaksanaan dari langue dalam bentuk ujaran (Ferdinand de Sausssure, 1916 in Ferdinand de Saussure 2005: 31). Parole biasanya terdapat dalam kelompok masyarakat tutur. Jika suatu kelompok orang atau suatu masyarakat mempunyai bahasa yang relatif sama serta mereka mempunyai penilaian yang sama terhadap norma-norma pemakaian bahasa yang digunakan di dalam masyarakat itu, maka sekelompok orang itu dapat dikatakan bahwa kelompok orang itu adalah masyarakat tutur (Fishman, 1976: 28). Jadi masyarakat tutur bukanlah hanya sekelompok orang yang menggunakan bahasa yang sama, melainkan kelompok orang yang mempunyai
Universitas Indonesia
19
norma yang sama dalam menggunakan sebuah bentuk bahasa. Dengan pengertian masyarakat tutur maka setiap kelompok orang karena hobi, tempat, profesi, menggunakan bentuk bahasa yang sama, serta mempunyai penilaian yang sama terhadap norma-norma pemakaian bahasa itu, dapat membentuk suatu masyarakat tutur. Dalam masyarakat tutur terdapat ciri individual dan kelompok. Semua penutur bahasa dapat berkomunikasi dengan baik dan saling mengerti, walaupun tidak ada dua penutur pun yang dapat berbicara sama tepatnya seperti pinang dibelah dua. Ciri-ciri unik berbahasa dari seorang penutur secara individual ini disebut idiolek. Selain idiolek atau perbedaan-perbedaan yang bersifat pribadi tersebut, bahasa dari sekelompok orang tertentu dapat memperlihatkan variasivariasi berbeda dari kelompok-kelompok lainnya, yang juga merupakan penutur bahasa yang sama. Kelompok-kelompok demikian dikatakan mempunyai dialek yang berbeda, walaupun memiliki bahasa yang sama. Hal ini dapat terlihat pada dialek masyarakat yang tinggal St. Peterburg dengan dialek masyarakat yang tinggal di Moskow. Hal tersebut dapat dilihat dari huruf O yang diujarkan oleh masyarakat Rusia, kata потому что /potomu sto/ ‘karena’ sering diujarkan /potomustO/ dan beberapa kalangan masyarakat mengujarkan /potomustA/. Perbedaan pengucapan ini disebut sebagai idiolek dari suatu komunitas masyarakat. Para ahli linguistik struktural dan deskriptif memandang bahasa lisan sebagai bentuk hirarki yang memiliki tiga tingkatan yaitu bunyi, kombinasi bunyi, dan kombinasi kata.
2.2.3 Bahasa dan Tingkatan sosial masyarakat. Dimensi kemasyarakatan dan bahasa sangat erat hubungannya, seiring dengan proses komunikasi dalam sebuah kalangan masyarakat, bahasa mengalami perubahan. Mekanisme perubahan bahasa dapat dipahami dengan mempelajari dorongan-dorongan sosial dalam masyarakatnya yang memacu penggunaan bentuk-bentuk yang bervariasi terhadap sebuah bahasa. Variasi ini terkait dalam lingkungan sosial tempat peristiwa tutur terjadi, dapat berupa ruang keluarga di dalam sebuah rumah tangga, di dalam masjid, dan lain-lain. Penilaian sosial yang berbeda merupakan kelas sosial dalam masyarakat
Universitas Indonesia
20
yang menentukan bentuk perilaku ujaran yang berlangsung. Tingkatan variasi atau ragam bahasa berhubungan dengan tingkat keheterogennya anggota suatu masyarakat tutur. Keheterogenan ini
menyebabkan
terjadinya tingkatan
kesempurnaan kode sebagai alat komunikasi (Koentjoroningrat, 1967:245). Tingkatan sosial dalam masyarakat dapat dilihat dari dua segi, yaitu segi kebangsawanan dan segi kedudukan sosial yang berdasarkan tingkatan pendidikan dan taraf ekonomi. Biasanya masyarakat yang terdiri dari komunitas yang memiliki taraf pendidikan tinggi menggunakan ragam bahasa tinggi sebagai alat komunikasi dengan sesamanya. Sebaliknya jika dalam sebuah masyarakat terdiri dari komunitas yang memiliki taraf pendidikan rendah, maka variasi bahasa yang digunakan adalah variasi bahasa rendah (Chaer, Abdul dan Leonia Agustina, 2004:39). Ini dapat terlihat dari perbedaan penggunaan variasi bahasa oleh kelompok tukang becak dengan kelompok mahasiswa. Taraf pendidikan seseorang juga dapat menentukan taraf ekonominya walaupun tidak berpedoman pada semakin tinggi taraf pendidikan maka semakin tinggi taraf ekonominya. Taraf ekonomi juga merupakan suatu penyebab munculnya ragam bahasa pada suatu komunitas masyarakat. Dalam sebuah komunitas masyarakat yang heterogen, multi etnis, tingkat status sosial yang berdasarkan kebangsawanan mungkin sudah pudar yang lebih dominan di sini ada tingkat sosial berdasarkan status sosial ekonomi dan kedudukan (Chaer, Abdul dan Leonia Agustina, 2004: 41). Hal di atas menunjukan bahwa bahasa sangat erat kaitannya dengan tingkatan sosial masyarakat. Ini tercermin pada munculnya variasi bahasa pada sebuah komunitas. Tingkatan sosial baik berdasarkan status sosial ekonomi maupun kedudukan sangat berpegaruh pada munculnya variasi bahasa dalam sebuah masyarakat. Tingkatan sosial akan menciptakan kelompok-kelompok dalam masyarakat sehingga menimbulkan variasi bahasa dalam kelompokkelompok masyarakat itu berdasarkan pekerjaan, golongan sosial, jabatan, maupun tingkat pendidikan.
Universitas Indonesia
21
2.3 Variasi Bahasa Variasi atau ragam bahasa merupakan bahasan yang berusaha menjelaskan ciri-ciri variasi bahasa dan menetapkan hubungan antara ciri-ciri variasi bahasa tersebut dengan ciri-ciri sosial kemasyarakatan. Variasi bahasa timbul di masyarakat sebagai perwujudan sifat bahasa yang produktif dan arbitrer. Variasi bahasa biasa terjadi pada langue sebuah bahasa. Sebagai langue, sebuah bahasa memiliki sistem dan sub sistem yang dipahami sama oleh semua penutur bahasa itu. Hal ini dapat terlihat pada masyarakat tutur Indonesia, walaupun banyak suku yang terdapat di Indonesia, tetapi mempunyai presepsi sama pada arti sebuah kata. Namun, karena penuturnya berada di dalam sebuah lingkungan yang heterogen maka parole menjadi tidak seragam sehingga bahasa menjadi beragam dan bervariasi (Chaer, Abdul dan Leonia Agustina, 2004: 61). Terjadinya variasi bahasa bukan hanya karena para penuturnya yang heterogen tetapi juga kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan sangat beragam. Variasi bahasa terjadi karena dua hal. Pertama, karena adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa. Seandainya penutur bahasa adalah kelompok yang homogen baik etnis, status sosial maupun pekerjaan maka tidak akan terjadi variasi bahasa. Kedua, variasi bahasa sudah mempunyai fungsi sebagai alat komunikasi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam (Fishman, 1972 : 4). Variasi bahasa dapat dilihat dari empat segi. Pertama, variasi bahasa dari segi penuturnya. Kedua, variasi bahasa dari segi pemakainnya. Ketiga, variasi bahasa dari segi keformalan. Keempat, variasi bahasa dari segi sarana (Chaer, Abdul dan Leonia Agustina, 2004: 62-73). Variasi bahasa dari segi penuturnya dibagi menjadi empat kelompok yaitu idiolek, dialek, kronolek, sosiolek. Kelompok pertama adalah idiolek. Idiolek adalah variasi bahasa yang bersifat perseorangan (Chaer, Abdul dan Leonia Agustina, 2004: 62). Menurut konsep idiolek setiap orang mempunyai variasi bahasanya atau idioleknya masing-masing. Variasi idiolek ini berhubungan dengan pilihan kata, warna suara, gaya bahasa, susunan kata. Namun, yang paling dominan adalah warna suara sehingga mampu mengenali seseorang hanya dari mendengar suaranya (Chaer, Abdul dan Leonia Agustina, 2004: 63).
Universitas Indonesia
22
Kelompok kedua adalah dialek. Dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada dalam suatu wilayah tertentu. Karena berdasakan wilayah atau area tertentu maka dikelompokkan menjadi tiga yaitu dialek areal, dialek regional atau dialek geografi. Walaupun seorang penutur mempunyai idiolek yang berbeda-beda tetapi masing-masing memiliki kesamaan ciri yang menandai mereka berada pada satu dialek, yang berbeda dengan kelompok penutur lain (Chaer, Abdul dan Leonia Agustina, 2004: 62). Penggunaan istilah dialek dan bahasa dalam masyarakat umum memang seringkali bersifat ambigu. Secara umum, jika masyarakat tutur masih saling mengerti, maka alat komunikasinya dalam dua dialek dari bahasa yang sama. Namun Labov mengatakan bahwa secara politis, meskipun dua masyarakat tutur bisa saling mengerti karena kedua alat komunikasi verbalnya mempunyai kesamaan sistem dan subsistem, tetapi keduanya dianggap sebagai dua bahasa yang berbeda (Chaer, Abdul dan Leonia Agustina, 2004: 63). Kelompok ketiga adalah kronolek. Kronolek adalah variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial pada masa tertentu (Muhajir dan Suardi, 1990 in Chaer, Abdul dan Leonia Agustina, 2004 : 61). Hal ini ditunjukkan oleh variasi bahasa yang digunakan pada tahun tujuh puluhan, variasi bahasa yang digunakan tahun delapan puluhan dan variasi bahasa yang digunakan pada masa sekarang, sudah mengalami perubahan. Variasi bahasa pada ketiga zaman ini berbeda, baik dari segi lafal, ejaan, morfologi maupun sintaksisnya, yang paling menonjol biasanya pada dari segi leksikonnya, karena bidang ini mudah sekali berubah akibat perubahan sosial budaya, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Kelompok bahasa yang keempat berdasarkan penuturnya adalah sosiolek yaitu variasi bahasa yang berhubungan dengan status sosial, golongan, dan kelas sosial para penuturnya (Chaer, Abdul dan Leonia Agustina, 2004 : 65). Sosiolek berhubungan dengan masalah para pribadi penuturnya, seperti usia, pendidikan, keadaan sosial, jenis kelamin, pekerjaan, tingkat kebangsawanan. Sosiolek sangat bersinggungan langsung dengan dimensi sosial kemasyarakatan dan bukan berkaitan dengan topik atau isi pembicaraan melainkan variasi dalam morfologi, sintaksis, dan juga kosakata. Begitupun pada masyarakat heterogen yang memperoleh pendidikan tinggi, akan berbeda sekali dengan mereka yang hanya
Universitas Indonesia
23
berpendidikan rendah, atau tidak mengenyam pendidikan. Perbedaan pekerjaan, profesi jabatan, atau tugas para penutur juga menyebabkan adanya variasi sosial. Bahasa para buruh pasti berbeda dengan bahasa para guru atau pun dengan bahasa para pengusaha. Perbedaan variasi bahasa mereka terutama tampak pada bidang kosakata yang digunakan. Pada sosiolek atau variasi bahasa yang berkenaan dengan tingkat, golongan status dan kelas sosial para penuturnya, terdapat juga bahasan variasi bahasa yaitu, akrolek, basilek, vulgar, slang, kolokial, jargon, argot, dan ken. Ada juga yang menambahkan dengan bahasa prokem (Chaer, 2004: 66). Salah satu variasi yang termasuk dalam sosiolek adalah jargon. Jargon merupakan variasi sosial yang digunakan oleh kelompok tertentu untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Jargon dalam suatu kelompok seringkali tidak dipahami oleh kelompok lain. Namun, ungkapan-ungkapan ini tidak bersifat rahasia. Orang lain di luar kelompok tersebut dapat memahaminya (Gracev dan Mokienko, 2008: 4). Berdasarkan uraian mengenai variasi bahasa maka dapat disimpulkan bahwa variasi bahasa dapat disimpulkan sebagai ragam bahasa yang berada dalam suatu kelompok masyarakat yang terjadi. Hal ini terjadi akibat adanya perubahan sosial dalam masyarakat. Variasi bahasa dapat dilihat dari beberapa segi. Sosiolek atau variasi bahasa dari segi sosialnya sering menjadi sorotan utama pembahasan variasi bahasa, karena luasnya bidang bahasan sosiolek yang berkaitan dengan masyarakat sosial yang heterogen.
2.4 Jargon Jargon merupakan bagian dari variasi bahasa dalam sebuah kelompok masyarakat. Di dalam sebuah masyarakat sosial, baik menurut profesi, kelas sosial, maupun umur, mempunyai tendensi untuk menciptakan sebuah bahasa, yang kemudian menjadi bahasa jargon dalam suatu kelompok tertentu. Para pengamat menandai bahwa munculnya banyak kosakata khusus jargon anak muda di kalangan anak muda sekarang, yang berhubungan dengan argot, kata-kata spesifik dan simpul kata (Gak,1986:135). Dalam kelompok-kelompok orang yang
Universitas Indonesia
24
berbicara dialek geografis dan sosial yang sama ini terdapat variasi-variasi bahasa yang tergantung dari situasi-situasi khusus. Orang-orang yang mempunyai kegiatan-kegiatan atau profesi yang sama ini dapat saja memiliki bahasa khusus yang dinamakan jargon. Variasi khusus inilah yang membedakan mereka dari orang-orang yang tergolong dalam kelompok sosial diluar mereka. Para remaja, pencuri, dan tuna susila memiliki satu jargon yang membedakan mereka dari orang tua dan masyarakat (Mokienko, dan Nikitina T.G, 2005:3). Tidak dapat dipungkiri bahwa jargon banyak digunakan dalam percakapan sehari-hari di setiap bidang kehidupan. Meluasnya pemakaian jargon dikarenakan semakin bertambahanya populasi dalam komunitas sehingga menyebabkan terjadi westernisasi, perbedaan tingkat sosial, ataupun profesinya. Jargon tidak hanya digunakan dalam percakapan sehari-hari, tetapi juga digunakan dalam karya-karya sastra, novel, majalah, dan lain lain. Jargon di Rusia juga digunakan dalam karya sastra, bidang jurnalistik, kehidupan sosial, dan linguistik sehingga merupakan bahasa yang dominan dalam kehidupan sosial. Banyak peneliti yang menilai bahwa jargon merupakan kata khusus yang tidak berpola dan unik (Valter, H, V.M Mokienko dan T.G Nikitina, 2005:3). Pembahasan mengenai jargon secara jelas dikaji oleh peneliti-peneliti Eropa yang berpendapat bahwa jargon adalah topik yang menarik dan berbobot untuk dikaji, karena semakin meluasnya penggunaan jargon dalam kelompokkelompok masyarakat (Shlyakhov dan Adler, 2006 : v). Salah satu sebab perluasan jargon adalah westernisasi dan percampuran kebudayaan sehingga dengan adanya keanekaragaman masyarakat mulai memicu munculnya sebuah jargon. Pada setiap negara jargon memiliki kedudukan masing-masing dalam masyarakatnya. Di Ukraina, jargon bersaing dengan bahasa setempat dan jargon mulai menguasai kosakata dalam bahasa percakapan sehari-hari khususnya pada bahasa percakapan anak muda. Di Jerman kedudukan jargon banyak tersamarkan dan rumit (Valter, H, V.M Mokienko dan T.G Nikitina, 2005:3). Sedangkan di Rusia, jargon tidak hanya digunakan pada masyarakat antar wilayah tetapi juga pada masyarakat sosial tertentu, dan hubungan antara kedua jargon dalam suatu kelompok masyarakat dalam berkaitan satu sama lain. Hal ini terlihat pada jargon
Universitas Indonesia
25
narapidana yang sering berkorelasi dengan jargon anak muda dan jargon profesi. (BSRZ 2000; Gracev, 1996 in Gracev dan Mokienko, 2008; 4 ) Selain jargon, slang dan argot juga merupakan bahasa yang sering digunakan oleh masyarakat tutur. Tidak ada perbedaan yang jelas antara jargonslang dan argot. Ketiga termin ini termasuk dalam definisi termonolgi Rusia, hanya saja berbeda pada sejarah asal mula kata itu. Jargon dan argot berasal dari bahasa Prancis dan slang berasal dari bahasa Inggris. Dalam bahasa Rusia, jargon, argot, dan slang memiliki perbedaan yang minim, karena pada dasarnya ketiga kata ini bersinggungan satu sama lain (BSRZ 2002 in Valter, H, V.M Mokienko dan T.G Nikitina, 2005:3). Jargon sendiri dalam masyarakat Rusia memiliki parameter dalam pembentukannya, sebuah kosakata dapat diubah menjadi sebuah jargon (Valter, H, V.M Mokienko dan T.G Nikitina, 2005 : 3). Parameter pembentukan jargon salah satunya yaitu kemiripan arti kata atau sifat, sehingga kata tersebut dapat menimbulkan arti baru yang disebut jargon. Jargon tidak jarang menjadi lawan dari bahasa asli penutur. Dalam penggunaannya jargon dapat dikelompokan menjadi empat sudut pandang yaitu jargon menurut strata sosial dalam masyarakat (contohnya jargon pelaut, jargon pengemis, jargon pelajar, dan lain-lain), jargon menurut latar belakang penuturnya, jargon menurut profesi, dan jargon menurut usia (Valter, H, V.M Mokienko dan T.G Nikitina, 2005 : 3). Hal-hal di atas dapat disimpulkan bahwa jargon adalah bagian dari variasi bahasa dalam sebuah kelompok masyarakat, baik menurut profesi, kelas sosial, maupun umur. Kelompok sosial dalam masyarakat mempunyai tendensi untuk menciptakan sebuah bahasa, yang kemudian menjadi bahasa jargon dalam suatu kelompok tertentu. Jargon juga sangat bersinggungan langsung dengan kehidupan sosial masyarakat. Hal ini terlihat dari penggunaan jargon dalam karya sastra, bidang jurnalistik, kehidupan sosial, dan linguistik.
2.4.1 Arti Jargon Sebelum masuk lebih jauh pada pembahasan jargon, kita harus mengetahui definisi jargon menurut beberapa pakar yang mengkajinya. Jargon merupakan seperangkat istilah-istilah dan ungkapan-ungkapan yang dipakai satu kelompok
Universitas Indonesia
26
sosial dan pekerja tetapi sering tidak dimengerti oleh masyarakat ujaran secara keseluruhan. Jargon merupakan bahasa untuk tujuan khusus yaitu sebagai identifikasi kelompok untuk membedakan kelompok-kelompok dalam masyarakat (Valter, H, V.M Mokienko dan T.G Nikitina, 2005 : 4). . Menurut kamus Larousse (2003: 25 in Gracev, dan Mokienko, 2008 : 8), jargon adalah kosakata khusus yang digunakan oleh kalangan tertentu berdasarkan profesi atau kelas sosial. Jargon bisa juga berarti bahasa yang digunakan oleh para pelaku tindak kriminal dan pengguna obat-obatan terlarang agar mereka bisa berkomunikasi secara bebas tanpa dipahami oleh orang-orang di luar kelompok, supaya kelompok tersebut dapat merahasiakan topik pembicaraan mereka. Jargon yang sering digunakan adalah dengan cara membolak-balik suku katanya, memberikan perumpamaan dengan suatu benda yang menyerupai ataupun tidak sama sekali (hanya sebagai simbol dari suatu benda). Jargon juga dapat diartikan sebagai bahasa percakapan sosial. Jargon memiliki karakteristik yang menyerupai dengan sistem bahasa setempat, tetapi memiliki kosakata dan frase khusus yang digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Hal ini terkait dengan arti jargon secara sederhana yaitu ragam bahasa (Valter, H, V.M Mokienko dan T.G Nikitina, 2005: 4-5). Jargon merupakan bahasa yang digunakan dalam percakapan sosial maka jargon sering muncul sebagai alat komunikasi khusus dalam sebuah masyarakat karena persamaan minat, kebiasaan, profesi, kedudukan sosial dalam sebuah komunitas. Dalam bahasa Prancis jargon identik dengan bahasa kriminal, secara linguistik jargon bukan sebuah sistem bahasa yang digunakan oleh sekelompok masyarakat tertentu. Jargon merupakan bahasa yang luar biasa, bahasa khusus, bahasa yang lahir dari kebudayaan, yang tidak dimengerti oleh seluruh masyarakat, tetapi hanya pada sekelompok sosial tertentu (Gak, 1986:135). Jargon adalah variasi sosial yang digunakan oleh kelompok-kelompok sosial tertentu. (Chaer, Abdul dan Leonia Agustina, 2004 : 68) Ungkapan ini seringkali tidak dapat dipahami oleh masyarakat umum atau masyarakat di luar kelompoknya. Namun, ungkapan-ungkapan tersebut tidak bersifat rahasia. Seperti istilah-istilah yang digunakan para politikus, ekonomikus, pelaut, dan lain-lain dalam berkomunikasi dengan sesamanya.
Universitas Indonesia
27
Jargon juga adalah istilah khusus yang dipergunakan di bidang kehidupan tertentu. (Gak, 1986 : 136). Jargon merupakan seperangkat istilah-istilah dan ungkapan-ungkapan yang dipakai satu kelompok sosial dan pekerja tetapi tidak dipakai dan sering tidak dimengerti oleh masyarakat ujaran secara keseluruhan. Jargon memunculkan kata-kata baru atau kata-kata lama dengan makna baru. Pada pembahasan jargon, penting dijelaskan subculture di sebuah kelompok. Subculture itu antara lain adalah kebiasaan buruk, aktifitas yang berlangsung, moral, hobi, kebiasaan sehari-hari. Hal ini dapat terlihat pada munculnya jargon pada narapidana yang berasal dari kata-kata permusuhan terhadap penegak hukum dan lembaga penegak hukum. Penelitian yang lain terlihat dalam bagian jargon cukup rumit pada bahasa Rusia, yang mempunyai pola semantik yang selektif, dalam jargon terjadi penurunan gaya. Berdasarkan tujuannya, jargon merupakan bagian dari suatu bahasa, yang berada dan berkembang dalam sebuah sistem dan norma umum sebuah bahasa (Valter, H, V.M Mokienko dan T.G Nikitina, 2005: 4-5).
2.4.2 Perkembangan Jargon di Rusia Bahasa Rusia layaknya setiap bahasa, memberikan perhatian khusus pada bahasa jargon di kalangan masyarakatnya. Walaupun semua tahu bahwa jargon sudah lama digunakan di Rusia yaitu sejak masa rezim komunis di Rusia. Pada saat komunis masih berkuasa, Lembaga pendidikan dan sensor bahasa Rusia berusaha untuk memasukan bahasa jargon dalam tulisan–tulisan di majalah maupun koran. Sebagai akibatnya kosakata bahasa Rusia berkembang pesat, banyak kata-kata baru muncul sebagai perluasan dari sebuah makna kata (Shlyakhov dan Adler, 2006: v). Jargon dikaji secara lebih menyeluruh pada abad XVII. Pada saat itu Pemerintah sedang melakukan stabilisasi pemerintahan dan meninjau lebih intensif pada bidang moneter dan perdagangan. Muncullah peran polisi sebagai pengawas dan perbaikan sistem penjara untuk memperlancar proses stabilisasi (Gracev dan Mokienko, 2008 : 3) . Pada abad XIX jargon yang mulanya berasal dari kalagan para narapidana di Rusia lebih sering digunakan oleh orang-orang yang tinggal di kawasan-
Universitas Indonesia
28
kawasan pinggiran kota-kota besar di Rusia ( Gak, 1986: 135). Pada saat westernisasi pada masa Peter The Great, Rusia mengalami banyak percampuran dengan bahasa Prancis. Banyak istilah-istilah ekonomi maupun linguistik yang diadaptasi dari bahasa Prancis dan istilah-istilah ini banyak digunakan sampai sekarang ini. Mulai dari tahun 1920 kamus jargon bahasa Rusia sudah ditebitkan namun tidak mencakup jargon secara menyeluruh. Pada periode Soviet hanya dua kamus jargon yang dapat diterbitkan yaitu V.F Trachtenberg’s блатная музыка /blatnaya muzyka/, yang diterbitkan di Sankt Peterburg pada tahun 1908. Dictionary of Thieves diterbitkan di Baku pada tahun 1971, kamus ini diterbitkan hanya untuk kalangan polisi (Shlyakhov dan Adler, 2006: v). Kemunculan jargon pada tahun 1970-an ini ditandai dengan dibangunnya kawasan atau permukiman-permukiman khusus bagi para imigran yang bekerja sebagai buruh atau karyawan di perusahaan-perusahaan besar di Rusia. Jargon ini terus berkembang dan berevolusi terlebih saat ini, jargon mulai menjadi ragam bahasa yang sering digunakan untuk berkomunikasi dengan sesamanya (Gracev Mokienko, 2008 : 12). Selain itu, karena sebagian besar para imigran yang tinggal di Rusia adalah mereka yang datang dari negara-negara Tatar, maka dalam penggunaannya jargon banyak mengalami percampuran dengan bahasa Tatar ( Gak, 1986 : 136). Pemakaian jargon dalam kegiatan percakapan sehari-hari lambat laun menjadi sebuah kajian yang menarik, salah satunya dikaji dalam buku за пределами русских словарей / za predelami russkix slovarei/ ‘diluar kamus rusia’ yang diterbitkan di London pada tahun 1973. Kamus bahasa jargon ini menjadi “Best Seller” ketika diterbitkan lagi di Rusia pada tahun 1991. Dampak yang sangat nyata terhadap perkembangan bahasa jargon adalah pada koran-koran dan majalah. Sejak awal 1990 banyak sekali buku yang mengekspos tentang pembahasan jargon di kalangan masyarakat (Shlyakhov dan Adler, 2006: v). Jargon di Rusia sering digunakan dalam karya sastra, jurnalistik, kehidupan sosial dan linguistik. Jargon juga merupakan bahasa yang dominan dalam kehidupan sosial. Sehingga sampai saat ini jargon adalah bahasa yang dominan dalam perakapan sehari-hari.
Universitas Indonesia
29
Dewasa ini intensitas peneliti untuk meneliti jargon meningkat, apalagi dengan berkembang jargon pada anak muda. Pada tahun 1997 Perpustakaan Negara Rusia menerima delapan disertasi tentang topik jargon ini. Sekarang Perpustakaan Negara menerima banyak sekali disertasi dan pembahasan mengenai jargon dalam masyarakat (Gracev dan Mokienko, 2008 : 6) .
2.4.3 Tingkatan Jargon di kalangan masyarakat Rusia Berdasarkan fungsi jargon sebagai alat komunikasi dalam suatu kelompok tertentu, maka Jargon memiliki tingkatan. Tingkatan Jargon ini merupakan Jargon yang dikelompokan menurut penuturnya. Di Rusia, terdapat beberapa tingkatan pemakaian jargon dalam masyarakat, contohnya jargon pada anak muda, jargon yang digunakan oleh polisi, pelaku kriminal, anak sekolah, dan professional. Tingkatan jargon di kalangan masyarakat Rusia terbagi menjadi 6 (Gracev dan Mokienko, 2008 : 7). Pertama, jargon kolokialisme. Jargon ini digunakan secara luas. Biasa digunakan oleh masyarakat umum untuk berinteraksi dalam situasi santai dan nonformal. Digunakan juga sebagai bahasa percakapan seharihari seperti di pasar, di pelabuhan, dan di rumah sakit Kedua, jargon kriminal digunakan di kalangan kriminal sebagai alat untuk berkomunikasi di antara mereka. Sebagian besar masyarakat mengganggap rendah jargon ini karena penuturnya adalah kalangan yang dianggap paling rendah dalam strata masyarakat. Pada masa Stalin sejumlah besar orang dihukum dan dimasukan ke penjara dan kamp-kamp dimana mereka terpaksa menggunakan kata-kata khusus yang biasa digunakan di penjara. Kata-kata jenis ini telah memasuki bahasa kolokial dan bahasa tulis, karena pada mulanya jargon berasal dari kaum-kaum pidana yang biasa menggunakan bahasa-bahasa khusus mereka, dan kemudian menyebar luas, contoh бан /ban/ ‘stasiun kereta’, Верхи /verxi/ ’kantong luar’, Лажа /lazha/ ‘omong kosong’. Ketiga, jargon tentara dan polisi. Biasa digunakan dikalangan para tentara. Dalam peperangan, dalam penugasan dan istilah-istilah ketentaraan. Keempat, jargon anak muda jargon. Jargon anak muda merupakan jargon yang paling produktif dan paling luas penggunaannya. Bahasa jargon anak muda merupakan bahasa yang sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan percakapan Rusia kontemporer.Jargon ini sering digunakan dalam percakapan
Universitas Indonesia
30
umum sehari-hari. Kelima, jargon profesi biasa digunakan dalam bidang profesi misalnya ekonom, politikus, hukum dan budaya. Keenam, jargon obskenitas merupakan ekspresi-ekspresi permainan kata.yang diturunkan dari kata baku, karena biasanya jargon digunakan untuk mengekpresikan sebuah reaksi dengan menggunakan permainan kata yang diambil dari kata baku, tetapi memiliki arti yang berbeda. Menurut tingkatan jargon di atas, penulis akan meneliti adanya penggunaan tingkatan jargon pada jargon mahasiswa. Jargon mahasiswa tersebut meliputi jargon kolokial, jargon kriminal, jargon tentara, jargon anak muda, jargon profesi dan jargon obskenitas. Kemudian penggunaan jargon-jargon dalam komunikasi dengan sesama mahasiswa. Penulis meneliti penggunaan tingkatan jargon pada mahasiswa karena luasnya topik pembicaraan antar mahasiswa dalam percakapannya. Mahasiswa sering membicarakan topik ekonomi, sosial, politik, budaya dan lain-lain.
2.4.4 Jargon pada kalangan mahasiswa Jargon anak muda merupakan jargon yang banyak menyita perhatian para peneliti, karena jargon ini merupakan jargon yang produktif dan sangat menarik untuk dikaji. Jargon anak muda menimbulkan banyak perbedaan pendapat. Ada yang berpendapat bahwa jargon anak muda bukan merupakan sistem bahasa, jargon hanya merupakan kata khusus dalam sebuah masyarakat. Hal ini kontrak dengan pernyataan yang berpendapat bahwa jargon anak muda merupakan sistem bahasa, karena memiliki kesamaan fungsi dan tujuan. Peneliti mengatakan bahwa sebagian besar penutur jargon adalah mereka yang berumur 14 sampai 25 tahun. Jargon anak muda adalah seperangkat istilah khusus yang digunakan oleh mereka yang berumur antara 14 sampai 25 tahun untuk berkomunikasi dengan sesamanya (Valter, H, V.M Mokienko dan T.G Nikitina, 2005 : 8). Pendapat yang sama dikatakan E Uzdinskaya ( 2004 : 30). Jargon anak muda merupakan bahasa khusus yang berada di suatu wilayah tertentu, dan digunakan oleh mereka yang berumur 14 sampai 25 untuk berkomunikasi dengan sesamanya pada bidang-bidang bahasan tertentu.
Universitas Indonesia
31
Jargon muncul sebagai wujud dari perkembangan psikologis remaja yang cenderung memiliki rahasia. Mereka dapat berkomunikasi secara leluasa tanpa dimengerti oleh orang di luar mereka. Hal ini menjadi pemicu munculnya istilahistilah khusus untuk berbicara dengan sesamanya. Jargon mahasiswa adalah jargon yang paling produktif, karena karakter dasar mahasiswa yang kreatif dan selalu inovatif, begitupun yang tercermin pada penggunan bahasa dalam percakapan sehari-harinya. Jargon juga digunakan sebagai identitas diri dan juga digunakan sebagai identitas kelompok. Sebagai wujud dari perkembangan psikologis remaja yang cenderung memiliki rahasia, mereka dapat berkomunikasi secara leluasa tanpa dimengerti oleh orang di luar mereka, karena sebagian besar pengguna jargon adalah kaum remaja. Perkembangan jargon remaja lebih produktif dibandingkan jargon di dunia professional. Jargon juga merupakan bahasa santai yang digunakan dalam percakapan sehari-hari (Badudu, 1989: 9, Kawira, 1988: 7-8). Jargon merupakan bahasa untuk tujuan khusus yaitu sebagai identifikasi kelompok untuk membedakan sebuah kelompok dengan kelompok-kelompok lain dalam masyarakat. Pada kalangan mahasiswa jargon merupakan bahasa yang sering digunakan dalam percakapan sehari-hari.
2.4.5 Penyebab pemakaian Jargon pada mahasiswa Jargon digunakan dalam suatu peristiwa tutur tertentu dan pada masyarakat tutur tertentu. Situasi dan keadaaan sangat berpengaruh pada pemakaian sebuah
jargon. Selain situasi, faktor utama yang menyebabkan
pemakaian jargon adalah identitas sosial penutur. Identitas sosial penutur adalah apa dan siapa penutur tersebut, dan bagaimana hubungannya dengan lawan tuturnya. Dari dua hal di atas maka penyebab pemakaian jargon dapat diuraikan dalam 2 hal : pertama tingkatan sosial pemakai jargon, kedua faktor pemakaian. Faktor pemakaian jargon biasanya untuk memutar balikan makna, pengganti katakata yang terlalu vulgar, bahasa setempat tidak ada yang tepat, dan untuk penilaian yang bersifat menghina. ( Skvortsov, 1998: 129 )
Universitas Indonesia
32
Berdasarkan dengan tingakatan sosial pemakai jargon, maka penyebab pemakaian jargon pun bervariasi. Penyebab pemakaian jargon secara umum dapat dijabarkan menjadi empat poin, yaitu 1) identitas sosial dari penutur 2) identitas sosial dari pendengar yang terlibat dalaam proses komunikasi 3) lingkungan sosial tempat peristiwa tutur itu terjadi 4) penilaian sosial yang berbeda oleh penutur akan perilaku bentuk-bentuk ujaran (Chaer, Abdul dan Leonia Agustina, 2004: 74). Penyebab pemakaian jargon pada mahasiswa, dapat diuraikan menjadi beberapa poin (Gracev dan Mokienko, 2008: 6-11 dan Valter, H, V.M Mokienko dan T.G Nikitina, 2005 ;10-11) , yaitu : 1. Tren (gaya bahasa masa kini). Pemakaian jargon khususnya pada mahasiswa disebabkan karena gaya bahasa yang lagi trend atau “in” pada masa itu dalam sebuah komunitas tertentu. Remaja mempunyai karakter suka bersosialisasi dengan lingkungannya, tren atau gaya bahasa saat itu menjadi pengaruh yang sangat besar bagi mahasiswa dalam berkomunikasi dengan sesamanya. 2. Kebiasaan. Kebiasaan dari seorang penutur juga merupakan penyebab pemakaian sebuah jargon di mahasiswa. Hal ini terlihat pada mahasiswa yang berada dalam suatu kelompok tertentu mengistilahkan kata pada sebuah simbol kegiatan. Kebiasaan itu akan digunakan sebagai bahasa untuk kegiatan tersebut. 3. Rahasia. Mahasiswa menggunakan jargon biasanya untuk berbicara dengan sesamanya dalam sebuah kelompok agar kelompok lainnya tidak mengerti pembicaraannya atau orang tua mereka tidak mengerti apa yang mereka bicarakan. 4. Tidak ada istilah yang ekuivalen. Salah satu contoh dapat dilihat dalam jargon-jargon politik. Penyebab pemakaian oleh mahasiwa karena idak ada istilah yang ekuivalen yang dapat dijadikan sebagai pengganti istilah jargon tersebut maka jargon itu merupakan kata yang tepat untuk menggambarkan suatu kegiatan atau simbol. 5. Tabu. Jargon sering digunakan untuk mengganti istilah-istilah tabu yang sulit diucapkan dalam masyarakat. Biasanya kata-kata tabu ini mempunyai kata khusus yang digunakan sebagai bahasa percakapan dalam masyarakat.
Universitas Indonesia
33
6. Vulgar. Mahasiswa juga menggunakan kata-kata jargon untuk mengganti bahasa-bahasa vulgar. Bahasa jargon kelompok ini yang sering diucapkan antara lain disebut мать. Mать /Mat’/ (arti slang) merupakan bahasa khusus yang dibuat oleh mahasiswa untuk pengganti istilah-istilah vulgar sehingga dapat dituturkan dalam sebuah masyarakat. 7. Digunakan untuk menghindari pemakaian dan pemahaman makna karena adanya homonimi dalam bahasa bersangkutan 8. Bergengsi. Jargon diaggap lebih bergengsi, karena bahasa gaul yang sering digunakan oleh anak muda dalam berkomunikasi adalah jargon. Jika tidak menggunakannya akan terlihat aneh dan ‘kuper’ (kurang pergaulan) maka mahasiswa akan cenderung menggunakan kata yang diambil dari bahasa yang berstatus sosial lebih tinggi. 9. Kesalahan belaka. Kesalahan dalam pengucapan bisa mejadi salah satu faktor munculnya jargon di mahasiswa. Kesalahan ini menyebabkan munculnya kata baru sebagai bahasa yang sering digunakan dalam berkomunikasi dengan sesamanya. 10. Mempermudah lawan berbicara mengerti. Biasanya ini terdapat dalam jargon profesi. Hal ini terlihat pada jargon ekonom, jargon politikus, jargon dokter. Mereka menggunakan jargon-jargon untuk membuat kawan bicaranya lebih mengerti apa yang dimaksud. Mahasiswa menggunakan jargon ini biasanya pada sebuah pelajaran atau pembicaraan pada bidang tertentu, contohya pada bidang politik, ekonomi, dll yang sering terdapat istilah jargon. 11. Identifikasi kelompok dan identitas diri. Jargon juga digunakan sebagai : Identitas diri. Sebagai wujud dari perkembangan psikologis remaja yang cenderung memiliki rahasia, mereka dapat berkomunikasi secara leluasa tanpa dimengerti oleh orang di luar mereka. Sebagian besar pengguna jargon adalah kaum remaja dan perkembangan jargon remaja lebih produktif dibandingkan jargon di dunia professional.
Berdasarkan penyebab-penyebab terjadinya jargon di atas, penulis meneliti penyebab-penyebab jargon yang dipakai mahasiswa Moskow State University, Rusia dalam berkomunikasi dengan sesamanya. Media komunikasi yang
Universitas Indonesia
34
digunakan adalah blog percakapan tulis mahasiswa. Penyebab pemakaian jargon dalam percakapan antar mahasiswa tersebut akan diuraikan lebih lanjut pada Bab Analisis Data.
Universitas Indonesia