BAB II KERANGKA TEORI
2.1
Strategi
2.1.1 Pengertian Strategi Menurut Anoraga (2000: 338), strategi adalah alat ukur sebuah organisasi dalam memilih tempat bisnis dan cara bagaimana berbisnis untuk bersaing. Strategi merupakan rencana besar dan rencana penting karena berkaitan dalam pencapaian tujuan organisasi perusahaan. Richardson dan Thompson dalam Triton (2007: 17), strategi diartikan ke dalam dua hal yaitu: sasaran strategis dan rencana tindakan. Sasaran strategis dilakukan untuk mengukur sejauhmana sebuah perusahaan melakukan upaya dalam mencapai tujuan atas strategi yang dilaksanakan. Rencana tindakan adalah langkah-langkah yang dilakukan perusahaan untuk mendapatkan sasaran yang telah ditentukan oleh perusahaan. Strategi merupakan serangkaian komitmen dan tindakan yang terintegrasi dan terkoordinasi yang dirancang untuk mengekploitasi kompetensi inti (core competence) dan mendapatkan keunggulan kompetitif (Jatmiko, 2004: 134). Dari beberapa definisi menurut para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa strategi merupakan serangkain alat yang berisikan sasaran dan tindakan strategis yang digunakan oleh perusahaan dalam mendapatkan keunggulan kompetitif perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan oleh perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Tipe- Tipe Strategi Menurut Dirgantoro (2001: 84) ada beberapa tipe strategi yang dapat dijalankan oleh perusahaan antara lain: 1.
Concertration Strategy Concertration strategy merupakan strategi yang memfokuskan perusahaan dalam satu lini yang telah menjadi pilihan perusahaan untuk dikembangkan.
2.
Stabilitas Strategy Stability Strategy merupakan strategi yang memfokuskan perusahaan kepada lini bisnis yang sudah ada sebelumnya untuk dipertahankan dan dikembangkan.
3.
Growth Strategy Growth strategy merupakan strategi pertumbuhan yang diterapkan oleh perusahaan secara terus-menerus seperti ekspansi perusahaan dengan diversifikasi produk untuk mendapatkan pangsa pasar. Growth strategy dapat dibagi atas dua yaitu: 1. Horizontal Strategy Horizontal strategy adalah pertumbuhan perusahaan dengan mengakuisisi perusahaan pesaing yang memiliki lini bisnis yang sama dengan memperbesar pangsa pasar, meningkatkan penjualan, dan ukuran perusahaan. 2.
Vertical Strategy Vertical strategy adalah pertumbuhan perusahaan dilakukan dengan mengakuisisi perusahaan yang lain yang berasa dalam saluran distribusi.
Universitas Sumatera Utara
Vertical strategy atas terbagi dua yaitu backward integration dan forward integration. 4.
Diversification Strategy Diversification strategy merupakan pertumbuhan perusahaan yang dilakukan dengan mengakuisisi dalam lini bisnis. Ada dua jenis strategi diversifikasi yaitu: contentric diversification (akuisisi pada perusahaan yang mempunyai teknologi, produk, dan pasar yang sama) dan unrelated diversification (akuisisi pada perusahaan yang lini bisnis yang sangat berbeda sekali).
5.
Merger dan Joint Venture Merger merupakan strategi pertumbuhan perusahaan yang satu bergabung dengan perusahaan yang lain untuk membentuk perusahaan yang baru. Joint Venture adalah strategi perusahaan yang satu bekerjasama dengan perusahaan yang lain untuk mengerjakan sebuah bisnis ynag tidak bisa dikerjakan hanya sepihak.
2.1.3 Analisis SWOT sebagai Alat Formulasi Strategis Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan
strategi
perusahaan.
Analisis
pada
logika
yang
dapat
memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities). Namun, secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencanaan strategis (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kelemahan, kekuatan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini (Rangkuti, 2009: 19). Analisis SWOT berdasarkan kekuatan dari lingkungan
Universitas Sumatera Utara
perusahaan dikelompokkan menjadi dua yaitu analisis lingkungan internal dan eksternal perusahaan. 2.1.3.1 Analisis Lingkungan Internal Dalam lingkungan internal para manajer strategis harus dapat mengenali variabel-variabel dalam perusahaan yang merupakan kekuatan atau kelemahan yang penting. Sebuah variabel merupakan kekuatan apabila menyediakan keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif adalah sesuatu yan dilakukan perusahaan atau berpotensi untuk dilakukan perusahaan atau berpotensi untuk dilakukan dengan lebih baik secara relatif terhadap kecakapan pesaing lain yang sudah ada atau berpotensial (Hunger dan Wheelen, 2003: 159) Menurut Jatmiko (2003: 68) terdapat beberapa aspek yang menjadi kunci lingkungan internal di bidang fungsional perusahaan, antara lain: 1.
Aspek Pemasaran Pemasaran adalah proses penentuan, pengantisipasian, penciptaan, dan pemenuhan keinginan dalam kebutuhan pelanggan atas produk atau jasa.
2.
Aspek Keuangan dan Akuntansi Kondisi keuangan seringkali dipertimbangkan sebagai ukuran yang terbaaik kekuatan atau posisis persaingan perusahaan. Penetapan kekuatan dan kelemahan keuangan organisasi atau perusahaan merupakan hal yang terpenting formulasi strategi secara efektif.
3.
Aspek Sumber Daya Manusia Sumber Daya Manusia dalam perusahaan merupakan faktor lingkungan internal yang menjalankan aktivitas- aktivitas perusahaan. Perusahaan
Universitas Sumatera Utara
dapat bekerja dengan baik jika sumber daya manusia memiliki daya saing, kapabilitas, dan manajemen yang baik. 4.
Aspek Produksi/ Operasi dan Penelitian Pengembangan Aktivitas-aktivitas produksi dan operasi biasanya menggambarkan bagian terbesar dari sumber daya manusia dan modal suatu oranisasi. Penelitian dan pengembangan secara spesifik juga mempengaruhi kekuatan dan kelemahan perusahaan. Perusahaan yang sedang menerapkan strategi pengembangan produk membutuhkan fungsi R&D yang kuat.
5.
Aspek Sistem Informasi Sistem informasi merupakan suatu istilah yang berhubungan dengan mekanisme formal dan informal dimana setiap organisasi sebaiknya menggunakan sistem informasi untuk memperoleh informasi tentang lingkungan eksternal yang relevan dan tentang kapabilitas internal organisasi itu sendiri. Fokus dari sistem informasi ditentukan oleh karakteristik misi organisasi karena itu setiap sistem informasi sebaiknya mempunyai karakteristik tersendiri yang unik.
2.1.3.2 Analisis Lingkungan Eksternal Menurut Jatmiko (2003: 38) analisis lingkungan eksternal makro dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu: 1.
Lingkungan Eksternal Makro a. Lingkungan Fisik. Lingkungan fisik merupakan hubungan timbal-balik antara perusahaan dengan lingkungan hidupnya atau ekologinya.
Universitas Sumatera Utara
b. Lingkungan Ekonomi Lingkungan ekonomi adalah faktor ekonomi yang berhubungan dengan sifat dan arah ekonomi dimana suatu perusahaan beroperasi. Pola konsumsi masyarakat secara relatif dipengaruhi oleh trend sektor ekonomi dan pasar, sehingga dalam perencanaan stratejiknya setiap organisasi perusahaan haurs mempertimbangkan arah tren ekonomi dari setiap sektor pasar. c. Lingkungan Politik dan Hukum Lingkungan Politik dan hukum adalah arah dan stabilitas politik dan hukum yang mempengaruhi para manajer dalam memformulasikan strategi perusahaan. d. Lingkungan Sosial dan Budaya Lingkungan sosial dan budaya mencakup keyakinan, nilai-nilai, sikap, pandangan, dan gaya hidup manusia sebagai akibat perkembangan dan perubahan kondisi kebudayaan yang mempengaruhi aktivitas dan kinerja perusahaan. e. Lingkungan Teknologi Lingkungan teknologi merupakan pendorong utama dibalik pengemabngan berbagai produk dan pasar baru dan kinerja industri. f. Lingkungan Demografi Lingkungan demografi merupakan faktor populasi penduduk yang mempengaruhi perusahaan karena penduduk sebagai pelaku konsumsi dari produk yang dihasilkan oleh perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
2. Lingkungan Eksternal Mikro Lingkungan industri disebut juga dengan lingkungan kompetitif yang merupakan lingkungan eksternal yang paling penting bagi kebanyakan manajer dan perumusan manajemen stratejik suatu perusahaan untuk dianalisis secara mendalam (Jatmiko, 2003: 44). Lingkungan eksternal mikro merupakan lingkungan ekternal yang dimana perusahaan mempunyai sedikit kemampuan untuk mengendalikan atau mempengaruhi yang dapat dilihat pada gambar 2.1. Gambar 2.1 Kekuatan Persaingan Industri Pendatang Baru Potensial
Ancaman Pendatang Baru Kekuatan Tawar-Menawar Pemasok Pesaing Industri
Pemasok
Pembeli/ pelanggan Persaingan di antara perusahaan yang ada
Daya tawar-menawar pembeli Ancaman Produk Pengganti Produk Pengganti
Sumber: Jatmiko (2003: 46) Kekuatan persaingan industri terdapat beberapa unsur antara lain: a. Ancaman Pendatang Baru Pendatang baru dalam suatu industri biasanya membawa dan menambah kapasitas baru, keinginan mendapatkan pangsa pasar (market share), dan juga sumberdaya yang baru. Berat ringan ancaman pendatang baru tergantung
Universitas Sumatera Utara
pada hambatan masuk dan reaksi dari para pesaing yang telah ada dimana pendatang baru akan memasuki industri atau pasar tersebut. Jika hambatan masuk ke industri tinggi dan pendatang baru dapat dikalahkan oleh para pesaing yang telah ada, maka perusahaan secara nyata tidak akan mendapatkan ancaman serius dari pendatang baru. b. Kekuatan Pemasok (Powerful of Suppliers) Pemasok menyediakan dan menawarkan input yang diperlukan untuk memproduksi barang atau menyediakan jasa oleh industri atau perusahaan. Apabila pemasok mampu mengendalikan perusahaan dalam hal penyediaan input, sedang industri tidak mempunyai kemampuan untuk mengendalikan pemasok maka posisi tawar pemasok menjadi kuat. c. Kekuatan Pembeli / Pelanggan (Power of Buyers) Terdapat dua jenis pelanggan yang dimaksud yang terdiri dari pelanggan individual dan pelanggan organisasi. Dalam industri tertentu mungkin terdapat beberapa perantara pelanggan antara industri dengan pemakai atau konsumen akhir, namun juga ada industri atau perusahaan yang menjual secara langsung kepada konsumen akhir. d. Ancaman Produk Pengganti Produk pengganti dapat memberikan pilihan bagi pelanggan pembeli dan mengurangi keuntungan perusahaan. e. Pesaing Dalam Industri Analisis pesaing memungkinkan suatu organisasi menilai apakah organisasi tersebut dapat bersaing dengan sukses di dalam suatu pasar yang memberikan peluang-peluang keuntungan.
Universitas Sumatera Utara
2.2.
Bisnis
2.2.1. Pengertian Bisnis Menurut Hughes dan Kapoor dalam Widiyono (1998: 21), bisnis adalah suatu kegiatan usaha yang tersusun sistematis dan terorganisir untuk menghasilkan barang dan jasa untuk mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. J.S. Nimpoena (1985) dalam Anogara (2000: 4), pengertian bisnis dapat dibedakan dalam pengertian yang sempit dan pengertian yang luas. Jika kita beorientasi pada pengertian sempit maka bisnis tidak lain dari fiksi. Sedangkan dalam arti yang lebih luas, bisnis merupakan usaha yang terkait erat dengan dunia ekonomi dan politik. Boone dan Kurtz dalam Widiyono (2002: 8), bisnis adalah semua aktivitas yang bertujuan mencari laba dan membutuhkan sistem ekonomi. Sedangkan bisnis adalah pertukaran barang, jasa, atau uang yang saling menguntungkan atau memberikan manfaat (Skinne, 1992 dalam Anoraga (2000: 3). Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bisnis adalah segala aktivitas yang dilakukan manusia dalam menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan tujuan mendapatkan keuntungan. 2.3.2. Strategi Bisnis Menurut Jatmiko (2003: 135), strategi bisnis adalah serangkaian komitmen dan implementasi yang menyatu secara utuh dan terkoordinasi untuk memberikan nilai yang lebih bagi pelanggan dan keunggulan kompetitif bagi perusahaan dengan tujuan mengekploitasi kompetensi yang dimiliki dalam menghasilkan barang dan jasa.
Universitas Sumatera Utara
2.3.
Pengembangan Usaha
2.3.1. Pengertian pengembangan Usaha Menurut Anoraga (2007: 66), pengembangan suatu usaha adalah tanggung jawab dari setiap penguasaha atau wirausaha yang membutuhkan pandangan kedepan, motivasi, dan kreativitas. Jika hal ini dapat dilakukan oleh setiap wirausaha, maka besarlah harapan untuk dapat menjadikan usaha yang semula kecil menjadi skala menengah bahkan menjadi sebuah usaha besar. Kegiatan bisnis dapat dimulai dari merintis usaha (starting), membangun kerjasama ataupun dengan membeli usaha orang lain atau yang lebih dikenal dengan franchising. Namun yang perlu diperhatikan adalah kemana arah bisnis tersebut akan dibawa. Maka dari itu, dibutuhkan suatu pengembangan dalam memperluaskan dan mempertahankan bisnis tersebut agar dapat berjalan dengan baik. Untuk melaksanakan pengembangan bisnis dibutuhkan dukungan dari berbagai aspek seperti bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, SDM, teknologi, dan lain-lain. 2.3.2. Teknik Pengembangan Usaha Menurut Suryana (2013: 156), pengembangan usaha dapat dilakukan dengan sebagai berikut: 1.
Peningkatan Skala Ekonomis Peningkatan skala ekonomis dapat dilakukan dengan menambah skala produksi, tenaga kerja, tekonologi, sistem distribusi, dan tempat usaha. Peningkatan skala ekonomis dilakukan apabila perluasan usaha atau peningkatan output akan menurunkan biaya jangka panjang yang berarti mencapai skala ekonomis (economic of scale). Sebaliknya, jika
Universitas Sumatera Utara
peningkatan output mengakibatkan peningkatan biaya jangka panjang (diseconomic of scale), maka tidak baik untuk dilakukan. Dengan kata lain, bila produk barang dan jasa yang dihasilkan sudah mencapai titik paling efisien, maka memperluas skala ekonomi tidak bisa dilakukan sebab akan mendorong kenaikan biaya. 2.
Perluasan Cakupan usaha Perluasan cakupan usaha dilakukan dengan menambah jenis usaha baru, produk, dan jasa baru yang berbeda dari yang sekarang diproduksi (diversifikasi), serta dengan teknologi berbeda. Dengan demikian lingkup usaha ekonomis dapat didefinisikan sebagai
suatu diversifikasi usaha ekonomis yang ditandai oleh total biaya produksi gabungan (joint total production cost) dalam memproduksi dua atau lebih jenis produk secara bersama-sama lebih kecil daripada penjumlahan biaya produski masing-masing produk apabila diproduksi terpisah. Sebaliknya, lingkup usaha tidak ekonomis dapat didefinisikan sebagai suatu diversifikasi usaha yang tidak ekonomis dimana biaya produksi secara terpisah. 2.3.3.
Tahapan Pengembangan Usaha Menurut Pandji Anoraga (2007: 90), ada beberapa tahapan pengembangan
usaha antara lain: Tahap I: Identifikasi Peluang Perlu mengidentifikasi peluang dengan didukung data dan informasi. Informasi biasanya dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti:
Universitas Sumatera Utara
1. Rencana Perusahaan 2. Saran dan usul manajemen usaha kecil. 3. Program dan pemerintah. 4. Hasil berbagai riset peluang usaha. 5. Kadin atau asosiasi usaha sejenis Tahap II: Merumuskan alternatif usaha Setelah informasi terkumpul dan dianalisis maka pimpinan perusahaan atau manajer usaha dapat dirumusakn usaha apa saja yang mungkin dapat dibuka Tahap III: Seleksi Alternatif Alternatif yang banyak selanjutnya harus dipilih satu atau beberapa alternatif yang terbaik dan prospektif. Untuk usaga yan prospektif dasar pemilihannya antara lain dapat menggunakan criteria sebagai berikut: 1.
Ketersediaan pasar
2.
Resiko kegagalan
3.
Harga
Tahap IV:Pelaksanaan alternatif terpilih Setelah
penentuan
alternatif
terpilih
maka
tahap
selanjutnya
pelaksanaan usaha yang terpilih tersebut. Tahap V: Evaluasi Evaluasi dimaksud untuk memberikan koreksi dan perbaikan terhadap usaha yang dijalankan. Disamping itu juga diarahkan untuk dapat memberikan masukan bagi perbaikan pelaksanaan usaha selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
2.4. Ikan Lele Ikan lele merupakan ikan air tawar yang termasuk dalam golongan catfish yang bertubuh licin, berkumis, dan memiliki racun pada patilnya (Rahayu, 2013: 8). 2.4.1 Klasifikasi Ikan Lele Menurut Rahayu (2013: 18), secara umum ikan lele memiliki klasifikasi sebagai berikut: Filum
: Chordata
Kelas
: Pisces
Ordo
: Ostariophusi
Subordo: Siluridae Famili
: Clariidae
Genus
: Clarias
Species : Clarias sp. (lele Sangkuriang) Clarias batrachus (lele lokal) Clarias gariepinus (lele dumbo)
2.5. Kerangka Pemikiran Operasional Kerangka pemikiran operasional dalam sebuah penelitian diperlukan untuk menjelaskan bagaimana alur pemikiran peneliti dalam melakukan penelitian. Dari uraian yang telah dijelaskan diatas dapat disusun bagan kerangka pemikiran operasional seperti pada gambar 2.2.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Operasional Usaha Pembudidayaan Ikan Lele UPR
Analisis Lingkungan Perusahaan
AnalisisLingkungan Internal: 1. Pemasaran 2. Keuangan danAkuntansi 3. Produksi/ Operasi dan PenelitianPengembangan 4. Sumber Daya Manusia 5. Sistem Informasi
AnalisisLingkungan Eksternal: 1. Eksternal Makro a. b. c. d. e.
Fisik Ekonomi Politik danHukum Sosial danBudaya Teknologi
AnalisisLingkungan Industri a. b. c. d. e.
Pendatang Baru Pembeli Pemasok ProdukPengganti Pesaing Industri
Analisis SWOT (Kekuatan, Kelemahan, Ancaman, dan Peluang)
Matriks SWOT (Merumuskan Alternatif Strategi Pengembangan Bisnis UPR) Sumber: Peneliti, 2014
Universitas Sumatera Utara