BAB II KERANGKA TEORI DAN FOCUS OF INTEREST
A. KOMUNIKASI MASSA Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal sari kata latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti “sama”. “Sama” disini maksudnya adalah sama makna. Proses komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikastor) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lainlain, yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keraguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan lain sebagainya, yang timbul dari lubuk hatinya. Pentingnya
komunikasi
bagi
kehidupan
sosial,
budaya,
pendidikan dan politik, sudah disadari oleh para cendikiawan sejak Aristoteles yang hidup ratusan tahun sebelum Masehi. Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan secara efektif, para peminat komunikasi sering mengutip paradigma yang dikemukakan Harold Lasswell dalam karyanya “The Structure and Function of Communication in Society” (1948). Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan
7
8
sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect? (Effendy, 1984:3) Seperti dikutip Denaroya (2009:23), jadi berdasarkan paradigma Lasswell dalam Littlejohn (1996), komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Model yang diutarakan Lasswell ini secara jelas mengelompokkan elemen-elemen mendasar dari komunikasi ke dalam lima elemen yang tidak bisa dihilangkan salah satunya Sumbangan pemikiran Lasswell dalam kajian teori komunikasi massa adalah identifikasi yang dilakukannya terhadap tiga fungsi dari komunikasi massa. Pertama adalah kemapuan media massa memberikan informasi yang berkaitan dengan lingkungan disekitar kita, yang dinamakan sebagai surveillance. Kedua, adalah kemampuan media massa memberikan berbagai pilihan dan alternatif dalam penyelesaian masalah yang dihadapi masyarakat, yang dinamakannya sebagai fungsi correlation. Ketiga, adalah fungsi media massa dalam mensosialisasikan nilai-nilai tertentu kepada masyarakat, yang dalam terinologi Lasswell dinamakan sebagai transmission (Shoeaker dan Reese, 1991:28-29). Dalam perkembangannya, Charles Wright menambahkan fungsi keempat yaitu entertainment, dimana komunikasi massa dipercaya dapat memberikan pemenuhan hiburan bagi para konsumen dengan dikontrol oleh para produsen (Shoeaker dan Reese, 1991:28).
9
B. TELEVISI SEBAGAI MEDIA PENYAMPAIAN INFORMASI Sesuai dengan karakteristiknya televisi adalah “salah satu bentuk media massa yang memancarkan “suara” dan “gambar” yang berarti sebagai reproduksi dari kenyataan yang disiarkannya melalui gelombanggelombang elektronik, sehingga dapat diterima oleh pesawat-pesawat penerima dirumah”.(Palapah dan Syamsudin, 1993:92). Istilah televisi terdiri dari dua suku kata, yaitu “tele” yang berarti jauh dan “vision” yang berarti penglihatan. Televisi adalah salah satu bentuk media komunikasi massa yang selain mempunyai daya tarik yang kuat, disebabkan unsur-unsur kata, musik, dan sound effect, juga memiliki keunggulan yang lain yaitu berupa unsur visual berupa gambar hidup yang menimbulkan pesan yang mendalam bagi pemirsanya dalam usaha untuk mempengaruhi khalayak dengan mengubah emosi dan pikiran pemirsanya (Effendy, 1993: 192). Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa media televisi merupakan media massa yang paling efektif dalam proses penyampaian pesan atau informasi, karena televisi memiliki kelebihan dibanding media massa lainnya, yaitu bersifat audiovisual (dapat didengar dan dilihat). Dengan menggunakan medium televisi, informasi yang disampaikan bisa langsung diterima secara serentak dan serempak oleh pemirsa. Serta merupakan medium yang paling kuat pengaruhnya dalam membentuk sikap dan kepribadian masyarakat secara luas.
10
Media penyiaran membutuhkan program untuk mengisi waktu siarannya dan tidak akan berfungsi apa-apa tanpa tersedia program untuk disiarkan. Media penyiaran dikenal khalayak dari berbagai program yang ditayangkannya. Rata-rata stasiun televisi melakukan siaran selama 20 jam dalam satu hari. Bahkan ada televisi yang siaran selama 24 jam nonstop. Jika stasiun televisi siaran selama 20 jam sehari, maka harus tersedia program selama 20 jam untuk satu hari atau 140 jam seminggu atau 600 jam sebulan. Dari manakah semua program itu diperoleh? Jika dilihat asal mula program televisi, ditinjau dari siapa yang memproduksi program, maka kita dapat membagi program sebagai berikut (Morissan,2008:307): 1. Progam yang dibuat sendiri (In-House Production), biasanya adalah program berita (news programme) dan program yang terkait
dengan
infotainment,
informasi laporan
misalnya:
kriminalitas,
laporan
khusus,
fenomena
sosial,
perbincangan (talkshow), biografi tokoh, feature, film dokumenter. Program-program yang menggunakan studio, misalnya game show, kuis, musik, variety show juga program yang dibuat sendiri. 2. Program yang dibuat pihak lain utamanya jenis program hiburan misalnya: program drama (film, sinetron, telenovela), program musik (videoklip), program reality show, dan lainlain.
11
Banyak sedikitnya jumlah program yang dibuat sendiri dan program yang dibeli sangat bervariasi diantara berbagai stasiun penyiaran, namun televisi lebih banyak mengandalkan pasokan program dari pihak lain. Media saat ini dibanjiri dengan informasi dan sangat berpengaruh, karena televisi mempunyai fungsi sebagai alat edukatif, persuasif, motivatif yang mudah dipahami (J.B. Wahyudi 1996:20). Tetapi semakin pesatnya perkembangan media tidak hanya mengandung dampak positif tetapi tak lepas juga dari dampak negatif. Kekerasan, kejahatan, teror, obat-obatan, dan kekerasan fisik, serta pesan-pesan negatif lainnya secara tidak langsung dikirim secara global melalui media, setiap detik. Dan dampaknya adalah kerusakan pada generasi ini. Budaya serta negaranegara sedang dipengaruhi kekuatan eksternal dan pemikiran negatif. Melihat permasalahan tersebut hendaknya menjadi perhatian bagi media massa, terkhususnya televisi yang telah menjadi konsumsi publik dan memiliki pengaruh kuat. Tugas tersebut harus diemban oleh sumbersumber penyedia informasi yang memproduksi tayangan-tayangan bagi media massa baik media penyiaran itu sendiri ataupun dari pihak lain yaitu rumah produksi atau production house.
12
C. RUMAH PRODUKSI SEBAGAI SUMBER PENYEDIA INFORMASI Menurut Laksono rumah produksi atau lebih dikenal dengan production house adalah sebuah badan usaha yang mempunyai organisasi dan keahlian dalam memproduksi program-program audio dan audiovisual untuk disajikan kepada khalayak sasarannya baik secara langsung maupun melalui broadcasting house. Production house juga mengelola informasi gerak atau statis dimana informasi yang didapatkan bersumber dari manusia ataupun peristiwa yang ada (Nurina, 2008:40). Suatu production house lebih terfokus pada kegiatan produksi audio-visual berupa pengembangan program-program video dan televisi. Informasi yang bersumber dari manusia atau peristiwa dapat dikumpulkan, diseleksi, kemudian diolah melalui proses produksi menjadi karya artistik atau karya jurnalistik. Proses produksi yang dilakukan melalui pendekatan artistik melahirkan produk-produk artistik yang mengutamakan keindahan, sedangkan produksi dilakukan melalui pendekatan jurnalistik lebih mengutamakan kecepatan, faktual, dan aktualistik. Setiap proses produksi akan banyak melibatkan berbagai pihak, baik pihak manajemen rumah produksi, pelaksana produksi (kerabat kerja produksi), pendukung (artis / pemain / figuran) dan lain-lain yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam kegiatan produksi. Dalam proses pembuatan produksi sebuah program acara televisi memerlukan tahapan pelaksanaan produksi yang jelas dan efisien.
13
Morrissan (2008:21) menyampaikan tahapan-tahapan dalam proses produksi adalah sebagai berikut: Hal-hal yang termasuk dalam kegiatan pra produksi antara lain penuangan ide (gagasan) kedalam outline, penulisan skrip/skenario, storyboard, program meeting, peninjauan lokasi pengambilan gambar, production meeting, technical meeting, pembuatan dekor, dan perencanaan lain yang mendukung proses produksi dan pascaproduksi. Namun demikian harus diingat, apa yang direncanakan diatas kertas dalam pelaksanaannya dilapangan sering berubah karena berbagai alasan, misalnya, pengambilan gambar tertunda karena hujan atau alasan teknis lainnya. Maka, dalam perencanaan pembiayaan perlu ditambahkan dana untuk biaya tak terduga, pemain cadangan, dan sebagainya. Tahap produksi adalah seluruh kegiatan pengambilan gambar (shooting) baik distudio maupun diluar studio. Proses ini disebut juga dengan taping. Perlu dilakukan pemeriksaan ulang setelah kegiatan pengambilan gambar selesai dilakukan. Jika terdapat kesalahan maka pengambilan gambar dapat diulang kembali. Tahap pasca produksi adalah semua kegiatan setelah pengambilan gambar sampai materi itu dinyatakan selesai dan siap disiarkan atau diputar kembali. Kegiatan yang termasuk dalam pascaproduksi antara lain penyuntingan (editing), memberi ilustrasi, musik, efek, dan lain-lain.
14
D. MANAJERIAL PRA PRODUKSI Menurut Naratama (2004:44) dalam bukunya “Menjadi Sutradara Televisi”
menyampaikan
bahwa
dalam
persiapan
produksi
atau
praproduksi, ada tiga orang “Juru Kunci” yang sangat berpengaruh dalam penentuan pelaksanaan produksi. Mereka adalah Produser, Sutradara, dan Penulis Naskah. Naratama menyebut hubungan ketiga profesi ini sebagai hubungan “Tiga Korporasi” karena memang ketiga posisi inilah yang menjadi kunci utama dalam setiap pengambilan keputusan. Mulai dari pengambilan ide kreatif cerita, penentuan calon pemain utama hingga ke model pendukung, survey lokasi, strategi pencarian sponsor, perencanaan jadwal syuting, hingga ke urusan penjualan ke stasiun televisi. Setiap perhitungan dibuat sangat mendetail dengan memprediksi kemungkinan kesalahan yang dapat terjadi. Di tahap praproduksi, produser dan penulis naskah terlebih dahulu menjadi tim pertama yang merancang acara di awal ide mulai dituangkan. Mereka bekerja bersama sampai naskah itu matang dan siap diproduksi. Kemudian baru bergabunglah sutradara yang ditunjuk untuk mengeksekusi naskah yang sudah disetujui, untuk dimintai pendapatnya dari sisi teknis produksi dilapangan. Di tahap pra produksi, penulis naskah dapat belajar banyak atas cara pandang produser yang sangat menitikberatkan segi biaya, waktu dan kemampuan produksi. Ia dapat mempelajari berbagai macam hitungan dan strategi manajemen yang merupakan kemempuan yang dimiliki seorang produser. Seorang penulis
15
skenario atau naskah berpeluang besar menjadi produser. Artinya, satu langkah lagi akan mengantarkan sang penulis skenario menjadi seorang menjadi seorang pengusaha (produser) sebuah rumah produksi. Penulis sskenario atau naskah juga sering terlibat dalam proses produksi, sehingga ia dapat berlatih banyak dan mempelajari berbagai macam produksi hingga mendapatkan kesempatan berharga untuk menjadi seorang sutradara. Yang perlu disadari, ada beragam posisi “Tiga Korporasi” dalam dunia broadcast. Sebagai contoh, seorang Produser yang bekerja pada sebuah stasiun televisi mempunyai tanggung jawab yang sedikit berbeda dengan produser yang menggawangi rumah-rumah produksi. Demikian juga dengan sutradara yang bekerja di stasiun televisi mempunyai wewenang dan tanggung jawab yang tidak sama dengan Sutradara Profesional independen yang bekerja berdasarkan kontrak kerja. Sementara untuk penulis naskah, umumnya justru berada dijalur independen karena mereka sangat membutuhkan kebebasan agar naskahnaskah yang ditulis mempunyai nilai humaniora yang tinggi. Produser. Orang yang bertanggung jawab mengubah ide/gagasan kreatif kedalam konsep praktis dan dapat dijual. Produser harus memastikan adanya dukungan keuangan bagi terlaksananya produksi program TV serta mampu mengelola keseluruhan proses produksi termasuk melaksanakan penjadualan. Produser terkadang ikut terlibat secara langsung dalam proses pengambilan keputusan setiap harinya (producer executive). Produser harus mampu menerjemahkan keinginan
16
dan pandangan para pendukung modal (investor), klien, atasan, dan juga audien melalui proses produksinya Pembuatan anggaran dan kontrak kerja dengan seluruh pemain serta kru. Bersama sutradara mensupervisi penulisan naskah cerita dan pemilihan pemain pemeran utama/pemeran pembantu. Membantu pihak stasiun dalam mempresentasikan karya ini kedalam manajemen stasiun televisi ataupun kepada masyarakat. Penulis Naskah. Penulis naskah (scriptwriter) memiliki peran penting khususnya pada tahap praproduksi. Bekerjasama dengan Produser dan Sutradara dalam mengemas konsep ide kreatif menjadi suatu cerita. Melakukan revisi naskah hingga final dan siap untuk diproduksi. Mempertimbangkan berbagai unsur komersial dan target penonton televisi yang umumnya tidak terbatas. Melakukan analisis jam penayangan dan memperhitungkan aspek psikologis penonton. Turut
serta dalam
penentuan pemilihan pemain pemeran utama/pemeran pembantu. Sutradara. Bertanggung jawab memegang komando utama dalam pelaksanaan produksi ataupun pascaproduksi. Sutradara adalah orang yang bertanggung jawab menerjemahkan kata-kata tertulis (naskah) menjadi suara atau gambar tertentu. Sutradara bertugas memvisualkan konsep naskah yang abstrak kedalam bentuk yang nyata. Mensupervisi pendalaman materi naskah bersama produser dan penulis naskah. Memimpin para profesional pekerja dan seluruh kru. Mengeksplorasi ide kreatif dan nilai-nilai artistik menjadi sebuah karya yang diminati
17
masyarakat. Melakukan supervisi pelaksanaan paskaproduksi hinngga program ini siap untuk ditayangkan.
E. TIM KREATIF SEBAGAI TOMBAK Didalam suatu organisasi, tim kreatif merupakan sekelompok individu yang mengeksplorasi ide kreatif mereka yang dapat dituangkan dan diproduksi secara bagus dan menarik. Perananan penting dalam mengelola suatu informasi atau tayangan-tayangan dalam media elektronik agar dapat menarik untuk dinikmati oleh penontonnya, dan menghasilkan suatu program acara yang menarik (Mulyana, 2007:310). Tim kreatif dapat juga disebut sebagai seorang penulis naskah atau script writer, karena selain bertugas merancang dan mempersiapkan bahan-bahan atau materi produksi, tim kreatif juga bertugas membuat dan menulis script atau naskah yang akan digunakan untuk acuan produksi. Di setiap stasiun televisi di dunia ini, tugas tim kreatif adalah memberikan ide, konsep, rancangan dan naskah yang akan dieksekusi oleh tim produksi televisi. Dasarnya adalah penulisan naskah, skenario drama, skenario non-drama, sketsa dan rundown acara (Sony Set, 2008:39). Tidak jauh berbeda dalam rumah produksi, tim kreatif berperan lebih dari sekedar mencari ide. Bagian dari tim kreatif adalah orang-orang yang mengemban juga tugas sebagai scriptwriter, copywriter, dan storyboard artist. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan sistem kerja antara rumah produksi dengan stasiun televisi. Seorang tim kreatif
18
membutuhkan sebuah ‘ruang bebas’ dan lingkungan yang tidak terikat untuk menuangkan gagasan hingga menjadi skenario ataupun naskah yang baik yang siap diproduksi. (Sony Set, 2008:3) Menurut Sony Set, tentu saja tim kreatif atau penulis naskah menikmat kerja seperti itu. Bahkan pihak stasiun televisipun atau rumah produksi memahami prinsip kerja mereka. Namun demikian cara kerja penulis skenario distasiun televisi biasanya berbeda dengan penulis skenario yang biasa menulis di rumah produksi. Perbedaan itu antara lain: 1. Penulis skenario televisi biasanya mempunyai jadwal menulis yang teratur. Suasana kerja di stasiun televisi yang penuh keteraturan dan kedisiplinan akan membentuk ritme kerja mereka. Mereka beradaptasi dengan kecepatan dan ketepatan kerja para karyawan stasiun televisi yang terus dilihat perkembangannya setiap detik, menit dan jam. Mempunyai skedul yang sangat dinamis dan harus terbiasa membuat segala sesuatu dalam kondisi under pressure. 2. Penulis skenario rumah produksi biasanya mempunyai waktu yang cukup luang untuk menyelesaikan skenarionya, kecuali ia menulis skenario yang sudah kejar tayang atau serial drama yang ditayangkan setiap hari (stripping program). Waktu luang terjadi karena pihak rumah produksi yang baru memulai produksi biasanya mempunyai jangka waktu yang cukup panjang dari tahap persiapan hingga tahap pemasaran atas
19
produk acara yang dibuatnya. Penulis skenario rumah produksi juga tidak langsung dapat melihat hasil produksi dari skenario yang telah ditulisnya dapat langsung dproduksi dan tidak semua skenario yang sudah diproduksi dapat langsng ditayangkan. Nasibnya tergantung stasiun televisi. (Sony Set, 2008:3-5) Meskipun adanya perbedaan sistem kerja tersebut, namun tetap ada persamaan tugas yang diemban oleh tim kreatif yaitu dapat menyajikan informasi yang mampu menutrisi pikiran dengan tayangantayangan yang bermutu, menghibur, mendidik, serta mengandung pesanpesan positif. Sebagai seorang tim kreatif atau penulis naskah harus memiliki kemampuan mengubah ide kedalam bentuk naskah yang merupakan hasil imajinasi dari sebuah proses penginderaan terhadap stimuli menjadi suatu bentuk tulisan yang menarik dan memiliki makna baik untuk dirinya maupun orang lain (Tommy Suprapto, 2006:66-67). Fungsi dari script atau naskah itu sendiri adalah: 1. Memberi kemudahan dalam perencanaan produksi. 2. Menjadi medium berpikir kreatif. 3. Menjadi sarana komunikasi seluruh kerabat kerja produksi. 4. Menjadi acuan penyusunan jadwal kegiatan.
20
5. Menjadi acuan materi yang akan di record baik dalam audio maupun video. (Tommy Suprapto, 2006:66-67) Tim Kreatif juga memiliki tugas khusus selain membuat rundown, script, dan storyboard. Yaitu tim kreatif melakukan survey atau riset mengenai suatu acara yang sedang trend dan banyak digemari oleh para audien.
F. FOCUS OF INTEREST Selama magang cukup banyak tugas yang dilakukan oleh penulis. Dan untuk tugas kuliah yaitu Tugas Akhir (TA), penulis tertarik untuk mengangkat/mengupas tentang peran dan tugas tim kreatif dalam proses produksi di sebuah rumah produksi (production house). Alasannya untuk mengetahui secara langsung bagaimana sistem kerja tim kreatif dalam memberikan tayangan-tayangan yang positif untuk masyarakat. Disini penulis memilih pada posisi tim kreatif, karena tim kreatif merupakan bagian yang cukup penting dalam suatu proses produksi. Seperti yang sudah dijelaskan, bahwa tim kreatif dalam sebuah rumah produksi mempunyai tugas lebih dari mencari ide. Yaitu menjadi scriptwriter, copywriter, dan storyboard artist. Hal ini dikarenakan rumah produksi tidak hanya memproduksi program acara televisi saja tetapi ada yang berkembang untuk membuka jasa dalam pembuatan iklan, videoklip, dan lain-lain.
21
1. Scriptwriter Penulis naskah adalah orang yang menulis cerita atau konsep dan skenario atau menulis skenario saja (cerita dari pihak lain) untuk tayangan drama, berita ataupun non drama. Dalam bahasa inggris penulis naskah atau skenario disebut sebagai scriptwriter. Penulis naskah sebagai bagian dari tim kerja kreatif yang berkewajiban menciptakan cerita skenarionya ataupun skenarionya saja. Skenario yang diciptakan mestilah satu skenario yang utuh, yang bisa divisualisasikan oleh sutradara (Kinoysan, 2008:6). Menurut Kinosyan (2008:6), penulis naskah adalah orang yang bertugas menulis dan mengembangkan suatu ide atau gagasan menjadi suatu karya yang nantinya dapat diaplikasikan menjadi sebuah program. Penulis Naskah adalah orang yang menciptakan konsep, narasi, dan dialog untuk permainan komersial atau film laga hidup atau animasi. Sebagai seorang penulis naskah harus memiliki kemampuan mengubah ide kedalam bentuk naskah yang merupakan hasil imajinasi dari sebuah proses penginderaan terhadap stimuli menjadi suatu bentuk tulisan yang menarik dan memiliki makna baik untuk dirinya maupun orang lain (Soerjono Soekanto, 1998:32). Memberikan pemahaman bahwa “Setiap tontonan di televisi baik itu program jenis drama maupun non drama atau film di bioskop sekalipun, tak lepas dari peran penulis naskah. Sebab, bagus tidaknya
22
hasil sebuah tontonan program acara ataupun film tersebut, pertamatama tergantung dari kualitas naskah atau skenario yang ditulis oleh penulis naskah”. Jadi, kini kita tahu bahwa peran penulis naskah sangatlah penting dalam sebuah tontonan program acara maupun film. Namun dibalik dari hasil itu semua, tak pelak seorang penulis naskah mempunyai peran,dan tanggung jawabnya, yaitu : 1. Mengembangkan gagasan. 2. Berpikir terbuka. 3. Menanggalkan ego dan menangkap semua umpan balik tanpa melibatkan emosi. 4. Bertanya kembali kepada pengkritik dan pemberi umpan balik, siapa tahu masih bisa digali masukan yang berharga dari orang mengenai tulisan kita. Penulisan Naskah untuk film, televisi, termasuk video, lazim dengan istilah skenario. Skenario merupakan bentuk tertulis dari gagasan atau ide yang menyangkut penggabungan antara gambar dan suara, dimaksudkan sebagai pedoman dalam pembuatan film, sinetron atau program televisi. Beberapa pakar sinematografi mengemukakan bahwa skenario itu menjadi jiwa dan darah dalam produksi film atau cerita televisi.
23
Naskah yang dibuat haruslah memiliki karakteristik tersendiri agar menjadi sebuah naskah yang baik dan benar antara lain: 1. Jelas. Kejelasan menempati prioritas utama dalam penulisan naskah. Kata dan kalimat yang disusun harus dimengerti. 2. Ringkas. Satu ide untuk satu kalimat. Hindari untuk anak kalimat. 3. Sederhana. Kata – kata yang digunakan harus sederhana, tidak rumit, atau tidak teknis-ilmiah yang kurang dikenal di kalangan awam. 4. Aktif. Gunakan kalimat aktif bukan pasif 5. Imajinatif. Naskah harus mampu mengembangkan imajinasi pendengar hanya dengan kekuatan kata – kata, suara dan dukungan music. (Asep Samsul, 2004:80) Adapun yang dimaksud dengan skenario adalah naskah yang digunakan sebagai acuan utama. Suatu skenario sudah bisa disebut baik, jika memenuhi kriteria fungsional. Dalam arti sebuah skenario dapat menjadi blueprint dan pegangan bagi para kreator dalam membuat program televisi. Namun, lebih bagus lagi jika sekaligus memenuhi kriteria substansial. Naskah yang sudah mampu memberikan sebuah bayangan kepada setiap pembacanya mengenai isi dan makna yang berada didalamnya, sama halnya seperti karya tulis lainnya seperti novel,
24
cerpen, roman, puisi, prosa, dan sebagainya. Kedua teori tersebut menjadi standar dasar bagi sebuah skenario agar menjadi karya tulis yang mandiri dan berguna bagi setiap orang. Penulis naskah tidak hanya berperan pada saat praproduksi saja, tetapi berperan juga dalam proses produksi hingga pasca produksi. Dalam praproduksi perannya sangat penting karena harus menuangkan ide menjadi sebuah naskah yang dijadikan acuan sutradara saat eksekusi. Pada tahap produksi, penulis naskah lebih banyak melakukan kegiatan dalam segi pengarahan dan memperhatikan narasumber ketika melakukan kegiatan shooting, apakah sudah sesuai harapan yang diinginkan dengan naskah yang sudah dibuat. Selain itu, seorang penulis
naskah
ikut
membantu
mendampingi
sutradara
dan
kameraman dalam memvisualisasikan sebuah naskah menjadi gambar yang enak dan menarik untuk ditonton. Sebagai penulis naskah harus siap berbesar hati, serta siap menerima hasil akhir setelah naskah diproduksi dan mulai dibuat visualisasi menjadi sebuah gambar untuk selanjutnya disusun dan dijadikan sebuah tayangan untuk program yang dibuatnya. Pada tahapan pasca produksi, seorang penulis naskah masih mempunyai tugas untuk mengawasi proses editing berlangsung.
25
Bersama sutradara dan editor melakukan pemilihan gambar dalam usaha untuk menjaga agar sesuai berjalan dengan alur cerita yang sudah ada, namun terlebih lagi apabila terjadi perubahan di dalam alur ceritanya. Pada tahap ini Penulis naskah menyiapkan naskah voiceover dan melakukan pengarahan naskah, pengucapan suara, intonasi, ritme kepada pengisi voice over, yang prosesnya didampingi oleh sutradara dan editor. Tak hanya itu, pada tahap proses ini Penulis naskah masih harus dituntut untuk menyiapkan segala hal yang diperlukan sebagai keselarasan hasil akhir editing dan membuat laporan sebagai pertanggung jawaban terhadap hasil proses produksi. Tidak jauh berbeda dengan yang telah disebutkan diatas, penulis melakukan hal yang sama saat mendapatkkan tugas untuk menjadi tim kreatif pada program channel anak Bubba Junk Art. Penulis dilatih untuk berpikir kreatif karena Bubba Junk Art merupakan acara yang berisi tentang Bubba sang beruang dan Abby Worm sang cacing yang berkreasi dan berinovasi mendaur ulang barang bekas menjadi barang yang bisa dimanfaatkan dan menarik bagi anak-anak. Tantangan saat pembuatan program ini adalah penulis naskah harus mengasah kreativitas untuk menciptakan barang baru tiap episode. Bukan hanya sekedar mencari ide, tetapi juga harus memikirkan faktor atau segmentasi penonton. Karena program ini
26
dibuat untuk anak kelas satu sampai tiga SD, maka perlu juga diperhatikan level kesulitannya. Tantangan berikutnya bagaimana mensiasati supaya talent sang beruang yang sebenarnya menggunakan kostum ini bisa meberikan tutorial yang meranik bagi pemirsa. Karena penggunaan kostum ini akan menghambat pergerakan sehingga terkesan kaku. Seperti contohnya saat proses pewarnaan atau proses menempel dengan lem maka akan mengalami kesulitan. Maka penulis naskah harus berpikir juga faktor tersebut. 2. Copywriter Menurut pakar periklanan Frank Jefkins yang dikutip Agustrijanto (2001;33) “Copywriter adalah seni penulisan naskah penjualan yang paling persuasif dan kuat, yang dilatar belakangi kewiraniagaan
(salesmanship)
melalui
media.
Tulisan
dalam
copywriting harus mampu menarik perhatian (attention), ketertarikan (interest), keinginan (conviction) dan tindakan (action)”. Seorang yang fungsinya menulis berbagai jenis naskah iklan untuk kemudian dimuat dimedia cetak, diperdengarkan di radio atau televisi disebut “penulis naskah iklan” atau yang lebih populer dalam bahasa Inggris copywriter. Tugas pokok seorang copywriter menurut Jefkins (1997:79) adalah mengarang kalimat-kalimat iklan yang semenarik mungkin. Seorang copywriter harus pandai mengubah kalimat-kalimat penjualan
27
menjadi gagasan-gagasan penjualan yang persuasif, menciptakan tema dasar kampanye dan menghidupkan argumentasi penjualan dengan kata-kata sesedikit mungkin. Agustrijanto (2001:20) mengungkapkan dalam setiap naskah iklan yang dibuat oleh copywriter haruslah memiliki struktur. Struktur bagan kata dalam copywriting haruslah bersifat: 1. Menggugah,
yaitu
mencermati
kebutuhan
konsumen,
memberikan solusi dan memberikan perhatian. 2. Informatif, yaitu kata-katanya harus jelas, bersahabat, rinci dan komunikatif, tidak bertele-tele apalagi sampai mengabaikan besarnya ruang iklan. 3. Persuasif, yaitu rangkaian kalimatnya membuat konsumen nyaman, senang dan tentram 4. Bertenaga gerak, yaitu komposisi kata-katanya membimbing konsumen menghargai waktu 5. Memiliki penyelesaian akhir, yaitu kata-kata yang disusun membantu mendapatkan barang dan jasa semudah mungkin. Agar copywriting yang dibuat mampu merealisasikan ketertarikan pembaca ke perilaku membeli, maka ada beberapa rumus baku dalam copywriting, yaitu: 1. Kata-kata yang digunakan harus bersifat menyegerkan. Misalnya, ayo; bergegaslah; jangan tunda lagi; sekarang juga; mengapa harus besok, dan sebagainya.
28
2. Kata-kata yang digunakan harus menarik perhatian. Misalnya, discount 50%!; terbaik dikelasnya; dan sebagainya. 3. Kata-kata yang digunakan harus membangun image positif. 4. Kata-kata yang digunakan harus efektif dan efisien, yaitu menyampaikan informasi dengan singkat, padat dan berisi. (Agustrijanto, 2001:42-43) Dari pengertian copywriting diatas, penulis mengambil kesimpulan bahwa dalam merealisasikan ketertarikan pembaca menjadi perilaku pembelian copywriting harus memiliki unsur AIDCA, yaitu attention (perhatian), interest (ketertarikan), desire (keinginan), conviction (keyakinan) dan action (tindakan). Karena dalam membidik sasarannya (target audience) copywriting menjadi pertimbangan tersendiri dalam menilai sebuah iklan. Sama halnya dengan scriptwriter, sebagai copywriter penulis juga berperan di pra produksi, proses produksi, dan pasca produksi. Selama berada di Dreamlight World Media, penulis mendapat kesempatan untuk
mejadi
seorang
copywriter.
Project
yang
didapatkan yaitu pembuatan “Profil Investasi Jawa Tengah 2016, Badan Penanaman Modal Daerah (BPMD) Jawa Tengah”. Penulis merasa tertantang menjadi copywriter karena hal ini tidak didapatkan penulis selama dibangku kuliah, sehingga mampu meningkatkan kualitas kerja serta wawasan. Tantangan lainnya adalah sebagai seorang copywriter dituntut untuk selalu update, terutama
29
project yang didapat merupakan dari pemerintah yang bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan besar, sehingga setiap informasi yang dikandung dalam iklan tersebut harus berisi informasi detail, akurat, terbaru, dan menggugah para investor untuk datang dan berinvestasi di Jawa Tengah. Dalam pra produksi tentu saja penulis bersama produser mengadakan
meeting
untuk
membahas
menganai
gambaran
project,budget, serta pembagian waktu yang efisien karena adanya project lain yang juga akan berjalan. Selanjutnya penulis mensurvey lewat internet dan mengupulkan data-data penting seperti apa lokasi atau perusahaan yang akan menjadi lokasi syuting. Kemudian penulis melanjutkan dengan pembuatan timeline produksi yang akan dijadikan acuan bagi kru produksi. Timeline juga akan dikirimkan kepada BPMD Jateng untuk bisa diproses lebih lanjut terkait dengan perizinan tiap lokasi. Disaat produksi, berhubung aturan dari perusahaan yang lebih mengutamakan kru laki-laki, sehingga penulis tidak bisa ikut produksi yang lokasinya berada di kota atau kabupaten se-Jawa Tengah. Tetapi penulis tetap melanjutkan tugas yaitru mencari informasi tentang investasi dan profil perusahaan dan mengolahnya menjadi naskah untuk voiceover. Kendala yang dihadapi penulis adalah karena tidak ikut terlibat dalam proses produksi, secara otomatis penulis harus me-
30
review hasil stok gambar dan naskah yang dibuat harus menyesuaikan stok gambar yang ada serta selalu berkomunikasi dengan sutradara. Seperti contoh, rencana awal adalah industri kayu di Jepara, berhubung susahnya izin sehingga dialihkan ke perusahaan kayu di TPKI Pringsurat. Secara cepat penulis harus mengganti naskah. Hal ini penulis lakukan saat pasca produksi dan terus mendampingi editor supaya tidak terjadi miskomunikasi. 3. Storyboard Artist Storyboard digunakan sebagai panduan bagi sutradara saat pengambilan gambar atau shooting dilaksanakan. Selain itu, storyboard juga memudahkan para pemain memainkan perannya sesuai dengan karakter masing-masing. Hal ini dimaksudkan agar tidak
membatasi
kebebasan
sutradara
atau
kameramen
saat
pengambilan gambar. Dalam proses pembuatan film, video musik, ataupun game, storyboard memiliki peranan penting, terutama pada proses pra produksi, storyboard digunakan sebagai media bantu bagi sutradara untuk merencanakan visualisasi film. Oleh sebab itu, sutradara membutuhkan peranan storyboard artist untuk menerjemahkan shot per shot dari setiap bagian cerita yang terdapat dalam skenario secara lebih detail. Menurut Jubilee Enterprise (2010:56), Storyboard artist merupakan orang yang membuat storyboard berdasarkan skenario
31
yang digunakan sebagai panduan visual dari cerita. Namun, perlu diketahui bahwa storyboard tidaklah sama dengan skenario. Storyboard merupakan visualisasi dari skenario, dimana skenario hanya berupa deskripsi tertulis yang berisi dialog atau jalan cerita, sedangkan storyboard berupa sketsa jalan cerita. Dengan begitu, storyboard dan skenario terkait satu sama lain dan saling mendukung. Sedangkan menurut Ana Yuliastanti (2008:24), storyboard artist adalah profesi yang ditujukan bagi orang yang khusus membuat storyboard untuk perusahaan advertising dan produksi film. Seorang storyboard artist harus mampu memvisualisasikan setiap penggalan cerita menggunakan sketsa dan dituangkan diatas kertas, setiap saat. Teknik tradisional storyboard dulu menggunakan pensil dan tinta, tapi sekarang berbagai perangkat gambar berbasis komputer seperti Flash dan Photoshop serta software storyboard lain sudah mengambil alih. Kamera digital adalah salah satu teknik yang sekarang paling sering digunakan untuk membuat storyboard. Penggunaan storyboard di Indonesia lebih banyak untuk produksi iklan di televisi dan video klip musik. Hal ini disebabkan karena iklan televisi dan video klip musik memiliki tingkat detail gambar yang tinggi dan dinamika kamera yang kompleks. Sementara untuk produksi film layar lebar, penggunaan storyboard masih bergantung pada jenis atau genre filmnya. Berkenaan dengan hal tersebut, produksi film layar lebar di Indonesia belum banyak
32
memanfaatkan storyboard. Penyebabnya adalah sebagian besar film layar lebar Indonesia umumnya bergenre drama sehingga tidak membutuhkan dinamika kamera yang kompleks. Oleh sebab itu, konsep visual tidak perlu dibuat dalam bentuk storyboard karena bisa langsung diaplikasikan ketika proses syuting (Jubilee Enterprise, 2010:57). Namun, sebenarnya apa pun genre film yang akan diproduksi membutuhkan storyboard. Film bergenre drama misalnya. Jenis film ini memang tidak membutuhkan dinamika kamera yang kompleks, tetapi untuk meminimalisir terjadinya kesalahan baik dalam angle kamera, lighting, maupun artistik, storyboard sungguh dibutuhkan. Keberadaan storyboard dapat membantu mengetahui masalahmasalah sebelum proses syuting dimulai. Dengan demikian, sutradara dapat meminimalkan kesalahan yang mungkin terjadi selama proses syuting dilaksanakan. Adapun kompetensi dasar yang harus dimiliki seorang storyboard artist menurut Jubilee Enterprise (2010:58) adalah: Pertama,
memiliki
kemampuan
dan
keterampilan
menggambar atau membuat sketsa dengan cepat. Keahlian ini harus dimiliki mengingat storyboard merupakan rangkaian gambar yang mereprsentasikan key frame sebuah alur cerita. Kemampuan dan keterampilan menggambar secara cepat akan menunjang pekerjaan karena pekerjaan dapat diselesaikan secara cepat pula.
33
Kedua, memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai teori perfilman dan periklanan. Kompetensi ini diperlakukan agar storyboard artist bisa menampilkan gambar sketsa yang memuat informasi mengenai angle, ukuran shot, dan pergerakan kamera. Ketiga,
memiliki
kemampuan
yang
memadai
dalam
mengoperasikan software-software multimedia seperti Macromedia Flash, Storyboard Quick, dan lain sebagainya. Penulis juga mendapatkan hal menantang saat menjadi storyboard artist. Hal ini karena jarang adanya ulasan mendetail tentang storyboard selama bangku kuliah dan dibatasi karena jarang juga yang meminati bidang ini karena keterbatasan keahlian menggambar. Memang keahlian menggambar diperlukan, tetapi gambar sebagus apapun tidak bisa dikatakan sebagai storyboard jika tidak membuat orang memahami jalan cerita yang digambarkan. Ada banyak project yang penulis dapatkan ketika mendapat tugas menjadi storyboard artist. Salah satunya adalah program untuk channel anak yaitu Ban Ban. Ban Ban merupakan program untuk anak usia tiga sampai lima tahun yang berkonsep petualangan Kak Sasha bersama dengan kelinci Ban Ban. Konsep dibuat dengan menyatukan liveshoot dan animasi. Proses produksinya menggunakan greenscreen dengan Kak Sasha berimajinasi layaknya ia tengah berjalan jalan dengan kelinci Ban Ban. Hampir mirip dengan konsep serial kartun Blues Clues.
34
Disinilah penulis tertantang untuk ikut serta berimajinasi dan menuangkan tulisan naskah dari scriptwriter menjadi susunan gambar storyboard. Storyboard inilah yang akan menjadi acuan bagi sutradara saat eksekusi untuk tidak berimajinasi bebas sendiri tetapi mengikuti apa yang telah digambarkan distoryboard. Juga dapat membantu sutradara mengarahkan pergerakan talent, karena selain talent, semuanya menggunakan animasi. Serta memberikan batas ruang gerak bagi talent, misal peti harta karun berada di kanan talent, otomatis talent harus menghadap ke kanan, atau jika di sebelah kiri ada jurang, maka ada batas ruang supaya talent tidak melangkah kekiri. Hal ini membuat proses produksi menjadi lebih efisien karena semua adegan telah dijabarkan terlebih dahulu di dalam storyboard. Storyboard juga berperan dalam pasca produksi dimana editor dapat dengan mudah dan cepat menyesuaikan antara liveshoot dengan animasi yang ia buat. Editor hanya perlu berimajinasi sesuai dengan storyboard yang ada. Penulis merasa sangat senang ketika scriptwriter mengatakan “nah ini yang saya maksud! Belum pernah ada yang bisa menggambarkan sama seperti apa yang saya bayangkan saat menulis naskah itu, yang sesuai dengan imajinasi saya.” Ungakapan ini menggambarkan bahwa ketika penulis naskah atau scriptwriter mendiskusikan skenario atau naskahnya dengan sutradara, pasti ada beberapa miskomunikasi antara kedua pihak. Hal itu karena perbedaan
35
cara berpikir dan imajinasi seseorang dengan yang lain. Sehingga terbukti bahwa peran storyboard artist hadir ditengah-tengah mereka memegang peranan sebagai penerjemah keinginan keduanya untuk menyelaraskan pemikiran atau imajinasi mereka.