26
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Secara etimologi atau menurut asal katanya, komunikasi berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Jika dua orang terlibat komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan (Effendy 1999, 9). Seperti yang terdapat dalam karyanya “the structure and function of communication in society” Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan pengertian komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut : “who says what in which channel to whom and with what effect” (siapa mengatakan apa dengan saluran yang mana kepada siapa dan efek bagaimana?). Unsur sumber (who) mengandung pertanyaan mengenai pengendalian pesan. Unsur pesan (says what) merupakan bahan untuk analisis isi. Saluran komunikasi (in which channel) menarik untuk mengkaji mengenai analisis media. Unsur penerima (to whom) banyak digunakan untuk studi analisis khalayak. Unsur pengaruh (with what effect) berhubungan erat mengenai efek pesan pada khalayak. Oleh karena itu, model Lasswell ini banyak diterapkan dalam komunikasi massa (Wiryanto 2004, 17).
27
B. Komunikasi Massa 1. Pengertian Komunikasi Massa Komunikasi communication,
massa
sebagai
diadopsi kependekan
dari dari
istilah
bahasa
Inggris,
mass
mass
media
communication
(komunikasi media massa). Artinya, komunikasi yang menggunakan media massa. Istilah mass communication diartikan sebagai saluran, yaitu media massa (mass media) sebagai kependekan dari mass of media communication. Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner, yaitu komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa kepada sejumlah orang (mass communication is a message comminicated through a mass medium to a large number of people). Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa harus menggunakan media massa. Wright (1959) mendefinisikan komunikasi massa ke dalam tiga ciri, yaitu: 1.
Komunikasi massa diarahkan kepada audiens yang relatif besar, heterogen, dan anonim.
2.
Pesan-pesan yang disebarkan secara umum, sering dijadwalkan untuk bisa mencapai sebanyak mungkin anggota audiens secara serentak dan bersifat sementara.
3.
Komunikator cenderung berada atau beroperasi dalam sebuah organisasi yang kompleks yang mungkin membutuhkan biaya yang besar.
28
2. Elemen Komunikasi Massa Secara singkat elemen komunikasi massa yaitu: a.
Komunikator terlembaga Komunikator
dalam
komunikasi
massa
sangat
berbeda
dengan
komunikator pada bentuk komunikasi yang lain. Komunikator disini meliputi jaringan, stasiun lokal, direktur, dan staf teknis. Jadi komunikator merupakan gabungan dari beberapa individu dalam sebuah lembaga
media
massa.
Dengan
demikian,
komunikator
dalam
komunikasi massa bukan individu, tapi kumpulan orang yang bekerja satu sama lain. Komunikator dalam komunikasi massa bersifat mencari keuntungan. Bukan semata-mata mencari keuntungan, tapi orientasi keuntungan menjadi dasar pembentukan organisasi. b.
Pesan Masing-masing media massa memiliki kebijakan sendiri dalam pengelolaan isinya. Isi media setidak-tidaknya bisa dibagi dalam 5 kategori, yakni: 1). Berita dan informasi ; 2). Analisis dan interpretasi; 3). Pendidikan dan sosialisasi; 4). Hubungan masyarakat dan persuasi; 5). Iklan dan bentuk penjualan lain; dan 6). Hiburan.
c.
Khalayak Audiens yang dimaksud dalam komunikasi massa sangat beragam, dari jutaan penonton televisi, ribuan pembaca buku dan majalah, koran atau jurnal ilmiah. Masig-masing audiens berbeda satu sama lain, diantaranya dalam
berpakaian,
berpikir,
menanggapi
pesan
yang
diterima,
29
pengalaman, dan orientasi hidupnya. Akan tetapi, masing-masing individu bisa saling mereaksi terhadap pesan yang diterimanya. Menurut Hiebert dan kawan-kawan, audiens dalam komunikasi massa setidaknya memiliki lima karakteristik sebagai berikut: a) Audiens cenderung berisi individu-individu yang condong untuk berbagi pengalaman dan dipengaruhi oleh hubungan sosial diantara mereka. Individu-individu tersebut memilih produk media yang mereka gunakan berdassarkan seleksi kesadaran. b) Audiens cenderung besar. Besar disini berarti tersebar ke berbagai wilayah jangkauan sasaran komunikasi massa. Meskipun demikian, ukuran luas ini bisa menjadi relatif. Sebab, ada media tertentu yang khalayaknya mencapai ribuan, ada yang mencapai jutaan. Baik ribuan atau jutaan tetap bisa disebut audiens meskipun jumlahnya berbeda, tetapi perbedaan isi bukan menjadi sesuatu yang prinsip. Jadi tidak ada ukuran pasti tentang luasnya audiens itu. c) Audiens cenderung heterogen. Mereka berasal dari berbagai lapisan dan kategori sosial. Beberapa media tertentu memiliki sasaran, tapi heterogenitasnya tetap ada. d) Audiens cenderung anonim, yakni tidak mengenal satu sama lain. Tidak mengenal tersebut tidak ditekankan satu kasus perkasus tetapi meliputi seluruh audiens. e) Audiens secara fisik dipisahkan dari komunikator, dapat juga dikatakan audiens dipisahkan oleh ruang dan waktu.
30
d.
Umpan balik (feedback) Ada dua umpan balik (feedback) dalam komunikasi, yakni umpan balik langsung (immediated feedback) dan tidak langsung (delayed feedback). Umpan balik langsung jika komunikator dan komunikan berhadapan langsung atau ada kemungkinan bisa berbicara langsung. Umpan balik secara tidak langsung, misalnya bisa ditunjukkan dalam letter to editor/surat pembaca/pembaca penulis. Dalam rubrik ini biasanya kita liat koreksi pembaca atas berita atau gambar yang ditampilkan media cetak. Umpan
balik
merupakan
bahan
yang
direfleksikan
kepada
pembaca/komunikan setelah dipertimbangkan dalam waktu tertentu sebelum dikirimkan gatekeepers demi pers yang bertanggung jawab. Fungsinya berwenang menghilangkan pesan, meningkatkan jumlah dan pentingnya sebuah pesan, mengurangi jumlah dan pentingnya sebuah pesan. e.
Gangguan Terbagi menjadi dua macam, yaitu: 1.
Gangguan saluran Gangguan saluran dalam komunikasi massa biasanya selalu ada. Di dalam media gangguan berupa sesuatu hal, seperti kesalahan cetak, kata yang hilang, paragraf yang dihilangkan dari surat kabar. Hal ini juga seperti gambar yang
tidak jelas
pada pesawat televisi,
31
gangguan gelombang radio, baterai yang sudah aus, atau langganan majalah yang tidak datang. 2.
Gangguan semantik Gangguan semantik berarti gangguan yang berhubungan dengan bahasa. Gangguan semantik lebih rumit, kompleks, dan sering kali muncul. Bisa dikatakan gangguan semantik adalah gangguan dalam proses komunikasi yang diakibatkan oleh pengirim atau penerima pesan itu sendiri.
f.
Gatekeeper John R. Bittner (1996) mengistilahkan gatekeeper sebagai kumpulan individu-individu atau kelompok orang yang memantau arus informasi dalam sebuah saluran komunikasi massa. Jika diperluas maknanya, yang disebut sebagai gatekeeper adalah orang yang berperan penting dalam media massa seperti surat kabar, majalah, televisi, radio, internet, video tape, compact disc, dan buku. Dengan demikian, mereka yang disebut gatekeeper antara lain reporter, editor berita, bahkan editor film atau orang lain dalam media massa yang ikut menentukan arus informasi yang disebarkan.
g.
Pengatur Yang dimaksud pengatur dalam media massa adalah mereka yang secara tidak langsung ikut mempengaruhi prose aliran media massa. Pengatur ini tidak berasal dari dalam media tapi dari luar media. Meskipun mereka
32
berasal dari luar media massa, kelompok tersebut bisa ikut menentukan kebijakan redaksional. h.
Filter Filter adalah kerangka pikir dimana audiens sebagai penerima pesan. Filter ibarat sebuah bingkai kacamata tempat audiens bisa melihat dunia. Filter terbagi atas tiga jenis, 1) filter psikologis, 2) filter fisik, dan 3) filter budaya (warisan budaya, pendidikan, pengalaman kerja, sejarah politik). Semua filter tersebut akan mempengaruhi kuantitas atau kualitas pesan yang diterima dan respon yang dihasilkan.
3.
Karakteristik Media Massa Drs. Elvinaro dan Lukiati menerangkan karakteristik media massa sebagai
berikut: 1. Komunikator terlembaga Komunikator dalam komunikasi massa sangat berbeda dengan komunikator pada bentuk komunikasi yang lain. Komunikator disini meliputi jaringan, stasiun lokal, ddirektur, dan staf teknis. Jadi komunikator merupakan gabungan dari beberapa individu dalam sebuah lembaga media massa. Didalam komunikasi massa, komunikator adalah lembaga media massa itu sendiri. Menurut Alexis S Tan (1981) komunikator dalam komunikasi massa adalah organisai sosial yang mampu memproduksi pesan dan mengirimkanya secara serempak ke sejumlah khalayak yang banyak dan terpisah. Komunikator dalam komunikasi massa biasanya adalah media massa (surat kabar, televisi, stasiun radio, majalah dan penerbit buku. Media massa disebut sebagai organisasi
33
sosial karena merupakan kumpulan beberapa individu yang dalam proses komunikasi massa tersebut. (Nurudin,2004:16-18) 2. Komunikan bersifat anonim dan heterogen. Komunikan dalam komunikasi massa sifatnya heterogen, artinya pengguna media itu beragam pendidikan, umur, jenis kelamin, status sosial, tingkat ekonomi, latar belakang budaya, punya agama atau kepercayaan yang tidak sama pula. Selain itu dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikan (anonim) karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. (Ardianto,2004:9) 3. Pesan bersifat umum. Pesan-pesan dalam komunikasi massa itu tidak ditujukan kepada satu orang atau satu kelompok masyarakat tertentu. Dengan kata lain, pesan-pesan itu ditujukan kepada khalayak yang plural. Oleh karena itu pesan-pesan yang dikemukakan tidak boleh bersifat khusus. Khusus disini memilki arti pesan itu memang tidak disengaja untuk golongan tertentu. Kita bisa melihat televisi misalnya, karena televisi itu ditujukan dan untuk dinikmati orang banyak, maka pesannya harus bersifat umum. Misalnya dalam pemlihan kata-katanya sebisa mungkin memakai kata-kata populer, bukan kata-kata ilmiah sebab kata-kata ilmiah itu hanya ditujukan untuk kelompok tertentu. 4. Komunikasinya berlangsung satu arah Karena komunikasi massa itu melalui media massa , maka komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan dan komunikanpun aktif menerima pesan, namun
34
diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog sebagaimana halnya terjadi dalam komunikasi antarpribadi. Dengan demikian komunikasi massa itu bersifat satu arah. 5. Menimbulkan keserempakan. Dalam komunikasi massa itu ada keserempakan dalam proses penyebaran pesan-pesannya. Serempak disini berarti khalayak bisa menikmati media massa tersebut hampir bersamaan. Effendi (1999), mengartikan keserempakan media massa itu ialah kontak denagn sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah. 6. Mengandalkan peralatan teknis. Media massa sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan kepada khalayaknya sangat membutuhkan bantuan peralatan teknis. Peralatan teknis adalah sebuah keniscayaan yang sangat dibutuhkan media massa tak lain agar proses pemancaran atau penyebaran pesannya bisa lebih cepat dan serentak kepada khalayak yang tersebar. 7. Dikontrol oleh Gatekeeper. Gatekeeper atau yang sering disebut dengan penjaga gawang adalah orang yang sangat berperan dalam penyebaran informasi melalui media massa. Gatekeeper ini berfungsi sebagai orang yang ikut menambah atau mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semau informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami. Gatekeeper juga berfungsi untuk menginterpretasikan pesan, menganalisis, menambah atau mengurangi pesan-pesannya. Intinya adalah
35
pihak yang ikut menentukan pengemasan sebuah pesan dari media massa. Keberadaan gatekeeper sama pentingnya dengan peralatan mekanis yang harus dipunyai media dalam komunikasi massa. Oleh karena itu, gatekeeper menjadi keniscayaan keberadaannya dalam media massa dan menjadi salah satu cirinya. (Nurudin, 2004:16-30). 4. Fungsi Komunikasi Massa Dominic (dalam ardianto, 2004) menyebutkan bahwa komunikasi massa berfungsi untuk: 1.
Surveillance (pengawasan) Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam bentuk utama: a. Warning of beware surveillance (pengawasan peringatan) b. Instrumental surveillance (pengawasan instrumental) Fungsi pengawasan terjadi ketika media massa menyampaikan informasi atau pesan akan ancaman yang akan terjadi atau
menimpa khalayaknya.
Semnetara fungsi pengawasan instrumental terjadi ketika media massa menyampaikan informasi atau pesan saja, tetapi juga memberikan penafsiran kepada pesan atau informasi yang disampaikan kepada khalayak tersebut. Pesan atau informasi yang disampaikan diorganisir oleh media massa sebagai komunikator. 2.
Linkage (pertalian) Media massa juga dapat berfungsi sebagai sarana untuk mempersatukan khalayak. Mengingat komunikasi pada media massa sangat heterogen dan anonim, maka media massa dapat menyampaikan pesan atau informasi yang
36
berdasarkan kepada kepentingan dan minat yang sama terhadap sesuatu agar komunikan yang heterogen dan anonim
tersebut merasa memiliki
kepentingan dan minat yang sama pula. 3.
Transmission of value (penyebaran nilai) Fungsi penyebaran nilai dikenal juga dengan istilah sosialisasi. Media massa berfungsi sebagai sarana untuk menanamkan nilai-nilai kepada khalayak. Media massa berperan sebagi sarana yang membentuk dan mengatur kehidupan sosial masyarakat.
4.
Entertainment (hiburan) Fungsi hiburan adalah fungsi yang paling banyak dicari oleh khalayak dalam menggunakan media massa. Tidak dapat dibantah lagi jika pada saat ini hampir stiap media massa berlomba dalam memberikan hiburan kepada khalayaknya. Fungsi media massa sebagai hiburan tiada lain untuk mengurangi ketegangan khalayak, karena dengan membaca berita-berita ringan atau melihat tayangan hiburan di televisi dapat membuat pikiran khalayak segar kembali.
C. Media Massa Unsur terpenting komunikasi massa adalah kehadiran media massa. Komunikasi massa mustahil terjadi tanpa keberadaan media massa sebagai medium penyebaran informasi secara luas kepada masyarakat yang anonim dan heterogen itu. Media massa memberikan peluang penyebaran informasi yang lebih luas kepada masyarakat.
37
1.
Pengertian Media Massa Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan-pesan
dari sumber kepada khalayak (menerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, radio, televisi, film. Secara spesifik institusi media massa adalah : a.
Sebagai saluran distribusi dan produksi konten simbolis.
b.
Sebagai institusi publik yang bekerja sesuai aturan yang ada.
c.
Keikutsertaan baik sebagai pengirim atau penerima sukarela.
d.
Menggunakan standar profesionan dan birokrasi.
e.
Media sebagai perpaduan antara kebebasan dan kekuasaan.
2. Karakteristik Media Massa Media massa memiliki karakteristik sendiri, yaitu : a. Melembaga Dalam media massa, pihak yang mengelola media melibatkan banyak individu. Mulai dari pengumpulan, pengelolaan, sampai pada penyajian informasi. b. Bersifat Satu Arah Penyampaian pesan melalui media massa cenderung satu berjalan satu arah. Umpan balik dari penerima (khalayak) lazimnya tertunda. c. Jangkauan luas Media massa memiliki kemampuan menghadapi jangkauan yang lebih luas dan kecepatan dari segi waktu. Juga bergerak secara luas dan simultan
38
dimana dalam waktu bersamaan informasi yang disebarkan dapat diterima oleh banyak individu. d. Massa tak terbatas Pesan yang disampaikan dapat diserap oleh siapa saja tanpa membedakan faktor demografi, seperti jenis kelamin, usia, suku bangsa bahkan tingkat pendidikan. e. Dalam penyampaian pesan, butuh peralatan teknis dan mekanis. 3.
Fungsi Media Massa Mcquail mengemukakan fungsi media massa sebagai berikut: a. Pemberi Informasi 1) Mencari berita tentang peistiwa dan kondisi yang berkaitan dengan ligkungan terdekat, seperti dunia dan masyarakat. 2) Mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah praktis, pendapat, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan penetuan pilihan. 3) Memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum. 4) Belajar, pendidikan diri sendiri 5) Memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan. b. Identitas Pribadi 1) Menemukan penunjang nilai-nilai pribadi,menemukan model perilaku. 2) Meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri. c. Integrasi dan Interaksi sosial 1) Memperoleh teman selain manusia 2) Membantu menjalankan peran sosial
39
3) Menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial d. Hiburan 1) Mengisi waktu 2) Bersantai 3) Penyaluran emosi D. Televisi Sebagai Media Massa 1.
Perkembangan Televisi Prinsip ilmiah yang mendasari teknologi dan membawa ke penemuan
televisi ditemukan oleh John Logie Bird (1888-1946), seorang insinyur listrik dari Inggris. Pesawat televisi petama yang bisa dipakai umum pertama kali muncul di Inggris pada tahun 1936 dan di Amerika Serikat pada tahun 1938. Setelah perang dunia II selesai, peningkatan teknologi dan masyarakat yang makin sejahtera membuat permintaan pesawat televisi semakin meningkat (Danesi: 2002) Permintaan yang meningkat tersebut mengakibatkan munculnya berbagai stasiun televisi . Dengan banyaknya stasiun televisi yang ada, semakin banyak pula tersedia saluran dan jenis siaran di seluruh dunia.
Hal ini kemudian
memunculkan perdebatan mengenai dampak televisi pada anak-anak, budaya dunia, politik, dan masyarakat. Namun apapun kebenarannya, ada satu hal yang jelas, televisi ternyata menjadi satu penemuan teknologi yang telah mengonsolidasikan desa global McLuhan, karena telah berhasil membuat pola dan tipe pengaalihan pikiran yang sama untuk diamati di seluruh dunia.
40
2.
Pengertian Televisi Televisi berasal dari bahasa Yunani, “tele” yang berarti jauh dan “Vider”
yang berarti penglihatan. Televisi merupakan media komunikasi jarak jauh dengan penayangan gambar dan pendengaran suar, baik melalui kawat ataupun secara elektromagnetik tanpa kawat. Televisi adalah sistem penyiaran dengan disertai bunyi (suara) melaui kabel atau angkasa dengan menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya kembali menjadi berkas cahaya yang dapat didengar. Menurut Effendy (1994:21) yang dimaksud dengan televisi adalah televisi siaran yang merupakan media dari jaringan komunikasi dengan ciri-ciri yang dimiliki komunikasi massa, yang berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, Sasarannya menimbulkan keserempakan, dan komunikasinya bersifat heterogen. Komunikasi massa dengan media televisi merupakan proses komunikasi atara komunikator dengan komunikan (massa) melalui sebuah sarana, yaitu televisi. Kelebihan media televisi terletak pada kekuatannya menguasi jarak dan ruang, sasaran yang dicapai untuk mencapai untuk mencapai massa cukup besar. Nilai aktualitas terhadap suatu liputan atau pemberitaan sangat cepat. 3.
Fungsi Televisi Menurut Effendy, seperti halnya media massa lain, televisi mempunyai
tiga fungsi pokok berikut : 1.
Fungsi Penerangan (The information function)
41
Televisi mendapat perharian yang besar dikalangan masyarakat karena dianggap sebagai media yang mampu menyiarkan informasi yang sangat memuaskan. Hal ini didukung oleh dua faktor, yaitu : a. Immediacy (Kesegaran) Pengertian ini mencakup langsung dan peristiwa yang disiarkan oleh stasiun televisi dapat dilihat dan didengar oleh pemirsanya pada saat peristiwa itu berlangsung. b. Realism (Kenyataan) Ini berarti televisi menyiarkan informasinya secara audio dan visual melalui perantaraan mikrofon dan kamera sesuai dengan kenyataan. 4.
Fungsi Pendidikan (The educational function) Sebagai media massa, televisi merupakan sarana yang ampuh untuk menyiarkan acara pendidikan kepada khalayak yang jumlahnya begitu banyak secara simultan dengan makna pendidikan, yaitu meningkatkan pengetahuan dan penalaran masyarakat. Siaran televisi menyairkan acara-acara tersebut secara teratur, misalnya pelajaran bahasa, matematika, ekonomi, politik dan sebagainya.
5.
Fungsi hiburan (The entertainment function) Sebagai media yang melayani kepetingan masyarakat luas, fungsi hiburan yang melekat pada televisi tampaknya lebih dominan dari fungsi lainnya. Fungsi hiburan ini amat penting, karena ia menjadi salah satu kebutuahn manusia untuk mengisi waktu mereka dari aktivitas diluar rumah.
42
Bersamaan dengan jalannya proses penyampaian isi pesan media televisi kepada pemirsa, maka isi pesan itu juga akan diinterpretasikan secara berbedabeda menurut visi pemirsa serta efek yang ditimbulkan juga beraneka ragam. Hal ini terjadi karena tingkat pemahaman dan kebutuhan pemirsa terhadap isi pesan acara televsi berkaitan erat dengan status sosial ekonomi dan kondisi pemirsa saat menonton televisi (Kuswandi,1996:99) Tayangan televisi dapat diartikan sebagai adanya suatu pertunjukan acara yang ditampilkan atau disiarkan melalui media massa televisi. Tayangan tersebut bisa bersifat hiburan, informasi, ataupun edukasi seperti tayangan mengenai pendidikan. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering memperoleh berbagai pengalaman. Hal ini dikarenakan terintegrasinya kelima indra yang kita miliki, tetapi dengan menonton audiovisual, akan mendapatkan 100% dari informasi yang diperoleh sebelumnya. Ini sebagai akibat timbulnya pengalaman tiruan (Stimulated Experinence) dari media audiovisual tadi. (Darwanto,2007:119) Agar pesan yang disampaikan dapat diterima oleh khalayak sasaran perlu diperhatikan faktor-faktor seperti pemirsa, waktu, durasi dan metode penyajian: 1.
Pemirsa Sesunggguhnya dalam bentuk komunikasi dengan menggunakan media apapun, komunikator akan menyesuaikan pesan dengan latar belakang komunikannya. Namun untuk media elektronik faktor pemirsa perlu mendapat perhatian lebih. Hal ini tentu saja berkaitan dengan kebutuhan pemirsa, minat, materi pesan, dan jam penayangan suatu acara.
2.
Waktu
43
Setelah komunikator mengetahui kebutuhan, minat dan kebiasaan pemirsa, langkah
selanjutnya
adalah
menyesuaikan
waktu
penayangannya.
Pertimbangannya adalah agar setiap acara yang ditayangkan dapat secara proporsioanl diterima oleh khalayak atau sasaran yang dituju. Untuk acara yang khlayaknya anak-anak tentu saja diitayangkan mulai sore hari sampai sekitar jam delapan malam. Hal ini tentu saja memperhatikan kegiatan anak yang pada pagi sampai siang hari melakukan aktivitasnya disekolah. 3.
Durasi Durasi berkaitan dengan waktu, yakni jumlah menit dalam setiap penayangan suatu acara. Ada yang berdurasi 30 menit, biasanya untuk kuis dan acara infotainment, yang berdurasi satu jam biasanya untuk acara talkshow ataupun berita. Untuk acara film ataupun sinetron biasanya durasi waktu yang dibutuhkan adalah satu sampai dua jam. Hal ini juga berkaitan dengan kebutuhan pemirsa terhadap suatu acara yang ingin ditontonnya.
4.
Metode Penanyangan. Metode penyajian suatu acara berhubungan dengan daya tarik acara itu sendiri agar tidak menimbulkan kejenuhan bagi pemirsa. Misalkan suatu acara yang bersifat berita ataupun informasi agar menembah daya tariknya. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering memperoleh berbagai pengalaman. Hal ini dikarenakan terintegrasinya kelima indera yang kita miliki, tetapi dengan menonton audiovisual akan mendapatkan 10% dari informasi yang diperoleh sebelumnya. Ini sebagai akibat timbulnya pengalaman tiruan (Stimulated Experience) dar media audiovisual tadi. (Darwanto,2007:119)
44
4.
Program Tayangan Televisi Kata “program” berasal dari bahasa inggris programme atau program yang
berarti acara atau tajuk rencana. Program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenui kebutuhan audiensnya. Program dapat disamakan atau dianalogikan dengan produk atau barang atau pelayanan yang dijual ke pihak lain, dalam hal ini audiens dan pemasang iklan. Jenis program televisi dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu: a. Program informasi (berita) 1) Berita keras (Hard News) Segala informasi penting dan menarik yang harus segera disiarkan karena sifatnya yang harus segera disiarkan agar dapat diketahui oleh audiens secepatnya. 2) Berita lunak ( Soft News) Segala informasi yang penting dan menarik yang disampaikan secara mendalam (depth), namun tidak bersifat harus segera ditayangkan. a. Current Affair Program yang menyajikan informasi yang terkait dengan suatu berita yang penting, yang muncul sebelumnya namun dibuat secara lengkap dan mendalam. b. Dokumenter Program informasi yang bertujuan untuk pembelajaran dan pendidikan, namun disajikan dengan menarik. c. Magazine
45
Program yang menampilkan informasi ringan namun mendalam. Dengan kata lain, magazine adalah featurew dengan durasi yang lebih panjang. 5.
Televisi Sebagai Medium Metafora Penemuan teknologi televisi telah mengubah medium interaksi manusia
dengan benda di sekitarnya. Mitos benda mati yang dikenal sebagai medium pasif telah digugurkan oleh teknologi televisi. Karena televisi adalah benda mati yang mampu berinteraksi dengan manusia, tidak sekedar melalui kognisi manusia, namun secara fisik (melalui penggabungan teknologi televisi dan telepon ataupun internet) manusia saling berinteraksi dalam program yang dirancang secara interaktif tanpa batas waktu dan tempat. Medium televisi kemudian menjadi medium opinion yang dikemas sebagai medium yang tidak saja mampu menyajikan sekilas info namun juga mampu membentuk berita hari ini. Dan semua ini hanyalah teknologi yang mampu menolongnya untuk dipublikasikan, serta menghantar medium ini menjadi bagian hidup seharian umat manusia, sehingga kita dapat mengatakan bahwa informasi itu bukanlah substansi kebudayaan. Dan berita hari ini adalah bagian imajinasi telnologi, karena itu pula berita hari ini tepatnya disebut sebagai peristiwa media. Manakala munculnya zaman televisi, maka kesan teknologi telah larut dalam substansi yang dipertontonkan oleh televisi itu sendiri. Marhall McLuhan (Neil Postman, 1995:21) mengatakan bahwa “the medium is the message” (suatu medium yang melayangkan
suatu pesan itu
sendiri). jadi, dengan demikian televisi bukan sekedar medium teknologi, tetapi
46
lebih kepada medium metafora dari alam semesta. Konversasi yang dilakukan terhadap televisi adalah ikon-ikon, bahasa simbolis budaya dan media televisi adalah metafora kita. Metafora mengatur diskursus tentang televisi, dan diskursus tentang menciptakan substansi kehidupan kita semua. E. Reportase Investigasi 1.
Pengertian Reportase Investigasi Apa sebenarnya Investigative Reporting? Atmakusumah memberikan
penjelasan mengenai pengertian ini berdasarkan asal kata dari bahasa Latin. Reporting berasal berasal dari kata reportare, yang berarti membawa laporan kejadian dari sebuah tempat di mana telah terjadi sesuatu. Sementara investigative berasal dari kata vestigum, yang berarti jejak kaki. Hal inimenyiratkan berbagai bukti yang telah menjadi fakta dalam suatu peristiwa. Reportase investigasi memang merupakan sebuah kegiatan peliputan yang mencari,
menemukan,
dan
menyampaikan
fakta-fakta
tentang
adanya
pelanggaran, kesalahan, atau kejahatan yang merugikan kepentingan umum. Menurut Chris White, pekerjaan jurnalisme investigasi, pertama, tertuju untuk mengungkapkan dan mendapatkan sebuah kisah berita yang bagus. Kedua, menjaga masyarakat untuk memilikikecukupan informasi dan mengetahui adanya bahaya di tengah kehidupan mereka. Reportase investigasi dapat dipahami melalui lima tujuan dan sifat pelaporannya, yaitu. 1.
Mengungkapkan kepada masyarakat, informasi yang mereka perlu ketahui karena menyangkut kepentingan dan nasib mereka.
47
2.
Laporan penyelidikan tidak hanya mengungkakan hal-hal yangyang secara operasional tidak sukses, tapi dapat juga sampai pada konsep yang keliru
3.
Laporan penyelidikan beresiko tinggi karena bisa menimbulkan kontroversi dan bahkan kontradiksi dan konflik.
4.
Harus memikirkan dampak-dampak yang ditimbulkannya terhadap subjek laporannya dan penerbitan per situ sendiri.
5.
Harus ada idealisme, baik di dalam diri reporter maupun di sektor-sektor lain pada organisasi penerbitan pers itu.
2.
Struktur Penulisan Investigatif Kaidah piramida terbalik digunakan sebagai sarana mengorganisir
informasi dari urutan yang paling penting ke yang kurang penting. Pelaporan investigasi juga mementingkan kebutuhan khalayak yang ingin segera menemukan apa yang harus dipahaminya. Carole Rich menyebut “5 Hal Penting” dalam penulisan berita. Rumus ini dapat dijadikan variasi dari kaidah priramida terbalik. Kelima hal tersebut, yaitu: news (apa yang terjadi atau akan diperistiwakan), context (latar belakang dari kejadian), scope (apakah peristiwa lokal menjadi bagian dari peristiwa atau gejala di tingkat nasional), edge (kemana berita hendak diarahkan dan apa yang terjadi kemudian), dan impact (mengapa menjadi perhatian banyak orang). Sifat dramatis juga merupakan hal penting yang harus diperhatikan. Melalui tiga babak pengisahan, struktur kisah dilaporkan. Pada bagian awal kisah digambarkan adanya permasalahan. Bagian tengah menyiratkan
48
berbagai kejadian atau aksi. Sementara itu, akhir kisah dapat memberikan resolusi. Penulisan investigasi tetap memakai dasar pelaporan yang biasa dikerjakan kalangan jurnalis, yaitu: awal (lead), tubuh (middle), dan penutup (ending). a) Bagian awal Jenis-jenis lead dari hard news dapat menjadi pembuka yang kerap dipakai wartawan investigasi ketika mereka telah siap untuk membuka kisah penyelidikan yang penuh dengan kerumitan. Untuk itu, pembuka jenis ringkasan (summary) dipergunakan. Carole Rich memberikan bentukan pembuka yang tidak langsung memaparkan permasalahan. Rich menyebutkan jenis descriptive leads, narrative leads, dan anecdot leads, sebagai pengawal kisah berita. Selain itu ada juga pelaporan yang dibuka dnegan lead kutipan langsung. b) Bagian tubuh Banyak bagiannya yang menggunakan teknik penulisan yang didasari oleh kecakapan penulisan sastra. Penjelasan yang berupa angka-angka atau statistical memerlukan penanganan khusus agar pembaca tidak jenuh dengan uraian yang bersifat teknis. Bagian ini membangun pengisahan menjadi rincian action dari karakter utama permasalahan yang kompleks, serta perubahan karakter permasalahan. Salah satu teknik penarik uraian, di bagian tengah ini, adalah pengisahan adegan. Melalui adegan, permasalahan dipertunjukkan seluk beluk kejadiannya.
49
c) Bagian penutup Bagian akhir dari penulisan investigasi seringkali memaparkan kedalaman pikiran dan emosi ke dalam benak pembaca. 3. Etika dan Hukum dalam Investigatif Pelaporan investigasi memiliki kecenderungan untuk mejadi pelaporan fakta-fakta tanpa bukti atau pelanggaran faktual. Hal ini mengundang banyak permasalahan di dalam soal label atau penjulukan, fitnah, atau pencemaran nama. Teori penjulukan ini menyatakan bahwa proses penjulukan ini dapat sedemikian hebat sehingga korban-korban misinterpretasi ini tidak dapat menahan pengaruhnya. Untuk itu, warawan harus lebih akurat ketika menggambarkan who and what we are. Dalam sikap dan perilaku reportasenya, pekerjaan investigative reporting mengandung nilai etik jurnalistik. Wartawan investigasi dibatasi oleh self legislation dan self enforcement di dalam pekerjaannya.