BAB II KEADAAN BUDAYA LITERASI DI DESA PERCUT
2.1.
Konsep Budaya Literasi Literasi dapat diartikan sebagai kemampuan membaca dan menulis atau
keberaksaraan. Literacy merupakan kemampuan menggunakan membaca dan menulis dalam melaksanakan tugas-tugas yang bertalian dengan dunia kerja dan kehidupan di luar sekolah. Istilah literasi visual (visual literacy) ini pertama sekali digunakan oleh seorang penulis bernama John Debes (1968).Kirsch dan Jungeblut dalam bukunya Literacy: Profile of America’s Young Adults menyebutkan literasi kontemporer sebagai kemampuan seseorang dalam memanfaatkan informasi tertulis atau cetak untuk mengembangkan pengetahuan sehingga mendatangkan manfaat bagi masyarakat luas. Budaya literasi merupakan cerminan suatunegara. Budaya literasi dapat menjadi salah satu aspek yang menentukan tinggi rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) di negara tersebut. Kebiasaan berliterasi sejak dini akan
memberikan pengaruh terhadap seseorang baik saat ini maupun yang akan datang. Dewasa ini konsep literasi memiliki arti yang luas, literasi tidak lagi bermakna tunggal melainkan sudah memiliki beragam arti. Seperti misalnya literasi komputer (computer literacy), literasi media (media literacy), literasi teknologi (technology literacy), literasi ekonomi (economy literacy), literasi informasi (information literacy), bahkan ada literasi moral (moral literacy).
Universitas Sumatera Utara
Di kelompok masyarakat pesisir percut kata literasi masih menjadi kata asing yang belum pernah mereka dengar. Hanya sebagian saja yang paham apa itu literasi. Literasi secara sederhana mereka artikan sebagai kegiatan membaca dan menulis. Menurut mereka apabila ingin bisa menulis maka harus bisa membaca. Dari wawancara-wawancara yang dilakukan dapat di simpulkan bahwa membaca adalah untuk memperoleh pengetahuan, membaca sebagai ibadah, dan membaca untuk mengisi waktu luang.
2.1.1. Membaca Untuk Memperoleh Pengetahuan Membaca untuk memperoleh pengetahuan disampaikan oleh Ely (24 tahun) yang merupakan alumni Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Membaca untuk memperoleh pegetahuan dalam pandangan Ely adalah ketika membaca akan menemukan pengetahuan baru yang bisa mereka dapat dari bahan bacaan yang mereka baca tersebut. Pengetahuan bisa meliputi pengetahuan umum, pengetahuan agama dan informasi terkini. “Dengan membaca kita bisa memperoleh pengetahuan baru sesuai dengan buku yang kita baca. Bisa buku agama, buku-buku umum, dan wacana yang sedang berkembang saat ini. Informasi tentang cara masak juga saya dapat dari membaca majalah. (Ely, 24 tahun)” Seperti halnya Elly, Maulidayani (20, Tahun) yang merupakan seorang mahasiswa di Universitas Negeri Medan (UNIMED) mengatakan bahwa membaca itu sebagai cara untuk memperoleh wawasan yang lebih luas. Istilah buku sebagai jendela dunia benar-benar dia rasakan ketika dia sedang membaca buku.
Universitas Sumatera Utara
“Pendidikan sangat penting untuk generasi penerus bangsa. Dari pendidikan bisa mengantarkan pemuda untuk meraih masa depan yang lebih baik. Dengan membaca wawasan kita lebih luas. Membaca membuat saya lebih percaya diri saat berbicara formal dengan orang lain. Dari membaca saya bisa menggali informasi banyak yang tersebar di dunia dan saya merasa denganmembaca bisa mengenal dunia lebih luas” (Maulidayani, 20 Tahun). Hal yang sama juga diungkapkan oleh Willy (23, Tahun). Willy merupakan seorang mahasiswa Psikologi di Universitas Medan Area. Willy mengatakan bahwa keberaksaraan sangat penting di jaman seperti sekarang. Semua orang berkompetisi untuk memperoleh pekerjaan yang layak dan anakanak pesisir harusnya tidak kalah dengan anak-anak di Kota dalam berkompetisi. Untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik anak-anak harus menempuh pendidikan yang tinggi. Anak-anak pesisir tidak boleh kalah berkompetisi, maka dari itu harus sekolah dan mampu membaca. Semua anak di Indonesia berhak mengikuti pendidikan yang tinggi sesuai yang ada di dalam undang-undang negara kita” (Willy, 23 tahun) Dari kutipan wawancara di atas dapat diartikan bahwa membaca merupakan cara seseorang untuk memperoleh informasi dan pengetahuan. Membaca dapat menambah kemampuan seseorang dalam berbicara dan beradaptasi. Dengan membaca dapat meningkatkan kecerdasan verbal 9 dan linguistik 10 seseorang karena membaca memperkaya kosakata 11. Dengan literasi juga maka seseorang akan memperoleh kehidupan dan pekerjaan yang lebih layak. Definisi ini sesuai dengan pendapat Sudarso (1996: 4), membaca adalah tidak hanya sekedar membunyikan lambang-lambang bunyi bahasa yang tertulis. Membaca adalah aktivitas yang kompleks yang mengarahkan sejumlah besar tindakan yang berbeda- beda. Membaca bisa mempengaruhi kemampuan berpikir 9
Secara lisan (bukan tulisan) Ilmu tentang bahasa 11 Perbendaharaan kata 10
Universitas Sumatera Utara
seseorang untuk mendapatkan gagasan yang inovatif dan solusi kreatif serta bisa membuat seseorang mampu berkomunikasi dengan baik melalui tutur kata yang sopan dan akurat dan juga memiliki wawasan yang luas tentang apa yang akan disampaikannya.
2.1.2. Membaca Untuk Ibadah Ibadah secara etimologi adalah perbuatan menyembah atau menghamba dengan penuh kecintaan. Ibadah dalam agama islam adalah perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah yang didasari ketaatan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dalam agama islam perintah beribadah difirmankan Allah di dalam Al-Quran yang berbunyi “Tidak aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaku” (QS. Adz. Dzariyat;56). Artinya beribadah menjadi kewajiban yang harus ditegakkan seseorang yang mempercayai agama islam dan adanya Allah. Menurut Abdullah At Tuwaijry (2007) ibadah digunakan hambanya untuk 2 hal yaitu, a)
Menyembah, yaitu merendahkan diri kepada Allah SWT denganmelakukan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya karenarasa cinta dan mengagungkan-Nya.
b)
Yang disembah dengannya, yaitu meliputi segala sesuatu yang dicintai dan diridhahi oleh Allah SWT berupa perkataan dan perbuatan, yang nampak dan tersembunyi seperti, doa, zikir, shalat, cinta, dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
Dalam konteks agama islam menurut Edi Suresman, ibadah mempunyai 3 fungsi utama yaitu, 1. Sebagai bentuk realisasi bagi manusia yang diberi tanggung jawab oleh Allah menjadi khalifah dan hamba Allah di muka bumi. 2. Sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas komunikasi vertikal dengan Sang Khaliq. 3. Meningkatkan derajat manusia di mata Allah. Ibadah dalam pandangan masyarakat di Desa Percut memiliki artian sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah yang sudah memberi limpahan rezeki. Ibadah diartikan sebagai cara bersyukur seorang hamba terhadap Tuhannya. Sama seperti umat muslim lainnya, umat muslim di Desa Percut juga melaksanakan ibadah rutin shalat, mengaji, berpuasa, zakat, dan haji. Dari ibadah-ibadah yang dilakukan masyarakat di Percut, ibadah yang berkaitan dengan literasi menurut mereka adalah Shalat dan membaca Al-Quran. Shalat adalah bentuk ibadah yang rutin dilakukan oleh umat muslim setiap harinya. Shalat sebagai rukun islam yang kedua merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan seseorang pemeluk agama islam. Shalat dalam pengetahuan saya adalah cara berkomunikasi dengan Allah melalui bacaan-bacaan serta gerakan. Saat penelitian ini dilakukan peneliti ikut bersama masyakarat dalam menjalankan shalat. Shalat dilaksanakan secara berjamaah di mesjid yang ada di dusun 18 (delapan belas). Selama peneliti di sana, mesjid selalu dipenuhi oleh warga yang melakukan shalat berjamaah. Pada siang hari yang merupakan jam
Universitas Sumatera Utara
kerja, yaitu shalat dzuhur dan ashar mesjid juga selalu penuh. Mesjid umumnya diisi oleh laki-laki baik yang masih anak-anak hingga yang sudah tua. Saya melihat agama begitu melekat dengan keseharian masyarakat di Desa ini. Menurut salah seorang informan dalam penelitian ini, agama memang sangat melekat dalam kehidupan masyarakat suku melayu. Menurutnya anak-anak sejak kecil sudah diajarkan shalat, membaca al-quran dan belajar agama. “Sejak kecil anak-anak sudah diajarkan shalat, agama, dan mengaji. Jadi wajar aja kalau di sini mesjid penuh terus apalagi kalau bulan puasa gini” (Rojai, 29 Tahun). Rojai yang berprofesi sebagai guru mengaji di Madrasah Diniyah Awaliyah Persil ini mengatakan bahwa shalat merupakan tiang agama yang harus ditegakkan. Agama semakin kokoh apabila shalat tetap dilaksanakan oleh umat muslim. Selama umat muslim masih ada di dunia, adzan tidak akan pernah terputus di dunia ini menurutnya. Konsep literasi dalam pandangan mereka adalah termasuk dalam menghafal bacaan-bacaan dalam shalat. Bacaan-bacaan shalat yang mereka baca pada saat shalat tersebut mengartikan bahwa mereka sudah berliterasi. Bacaanbacaan ini yang mereka anggap membawa pahala dan merupakan suatu ibadah. Membaca Al-Quran merupakan bentuk ibadah yang pertama kali diturunkan oleh Allah melalui Nabi Muhammad untuk umatnya. Perintah membaca diturunkan oleh Allah lalu dituliskan di dalam Al-Quran surat Al-Alaq ayat 1 sampai 5 yang berbunyi,
Universitas Sumatera Utara
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya” Membaca Al-Quran merupakan amalan yang sangat mulia seperti amalan shalat. Dalam Al-Quran terkandung pengetahuan-pengetahuan duniawi maupun agamawi yang tersembunyi. Pengetahuan akan didapatkan seseorang apabila mampu membaca dan menafsirkan Al-Quran secara benar. Seperti halnya shalat, membaca Al-Quran menjadi ibadah yang wajib dilakukan oleh masyarakat di percut yang beragama islam. Membaca Al-Quran biasanya mereka lakukan setiap sebelum shalat dan setelah shalat. Membaca AlQuran ini dilakukan baik di mesjid, rumah, atau tempat pengajian. Mengaji atau membaca Al-Quran rutin dilakukan oleh anak-anak maupun orang dewasa di percut. Mengaji menurut pandangan mereka merupakan bentuk dari literasi, karena ada yang dibaca dan ada yang dipahami. Mengaji Al-Quran juga berliterasi dikarenakan umat muslim juga harus menafsirkan isi dalam Al-Quran tersebut. Pada saat penelitian ini dilakukan, saya selalu melihat Bang Jai mengaji pada saat selesai subuh. Dia mengatakan untuk selalu menyempatkan membaca Al-quran setiap subuh untuk mengirim doa ke orang tua dia yang memang sudah lama meninggal. Membaca al-quran menurutnya salah satu cara dia membalas budi kepada orangtuanya. Balas budi yang belum sempat dia berikan semasa orang tuanya
Universitas Sumatera Utara
masih hidup diganti dengan mengirim doa selalu dengan membaca ayat-ayat Alquran. Dia sebagai seorang guru mengaji harus tetap mengasah kemampuan membacanya. Dia tidak mau mengajarkan kesalahan-kesalahan yang tidak disengaja, apalagi yang diajarkan adalah ilmu agama. Guru mengaji punya tanggungjawab di akhirat karena yang diajarkan agama. Kalau salah mengajarkan akan terus salah sampai akhirat. Jadi aku setiap hari harus mengaji biar gak salah-salah (Jai, 29 tahun).” Siang ini saya ikut ke tempat dia mengajar mengaji. Di sana dia terlihat lebih tua karena anak didiknya memanggil bapak. Bang jai terlihat canggung saat mengajar, mungkin karena ada saya. di tempat mengaji suasana terlihat antusias, anak-anak mengaji dengan lantang tapi tak sedikit juga mereka sambil mengobrol dengan teman-temannya. Mengaji di sini hanya sampai menjelang sholat ashar saja Selain mengaji Al-Quran, masyarakat juga mengaji bahan-bahan bacaan lain seperti buku aqidah, fiqih, dan yang berkaitan dengan agama. Membaca bahan-bahan agama ini mereka anggap sebagai ibadah yang dapat menambah pengetahuan mereka tentang agama. Saat penelitian ini dilakukan, memang bahan bacaan yang dimiliki masyarakat adalah AL-Quran dan buku-buku fiqih.
2.1.3. Membaca Sebagai Hiburan Hiburan merupakan segala sesuatu berupa hal-hal menarik yang bisa berbentuk kata-kata, games, tempat dan lainnya yang dapat membantu seseorang mengembalikan semangatnya saat dilanda kesedihan atau kegalauan. Hiburan yang umum adalah berupa film, opera, seni drama, permainan, olahraga, bahkan
Universitas Sumatera Utara
berwisata. Menghibur diri biasanya dilakukan saat seseorang sedang sedih, galau, dan sendirian. Membaca dapat dikatakan sebagai hiburan seseorang saat sedang sendiri dan memiliki waktu luang. Hasil wawancara saya dengan Zainuddin (27, Tahun) menyimpulkan bahwa membaca di waktu luang menurutnya sebagai cara untuk menghibur diri. Membaca majalah yang penuh dengan gambar menghilangkan rasa jenuh kalau tidak sedang bekerja menurutnya. “Aku baca kalau tiada ulah untuk mengisi waktu kosong pas gak melaut atau di mesjid. Itupun yang kubaca buku-buku majalah kalau di mesjid buku fiqih dan buku-buku agama aja” Zainuddin (27, Tahun) Dari kutipan wawancara di atas dapat diartikan bahwa membaca bukan hanya untuk memperoleh informasi atau pengetahuan dari bahan bacaan yang dibaca melainkan sebagai cara seseorang untuk mengisi waktu luang atau pada saat tidak bekerja.
2.2
Kepemilikan Bahan Bacaan pada Masyarakat Desa Percut
2.2.1
Bahan Bacaan Agama Buku agama adalah buku yang berisi tentang kepercayaan dan praktik
yang berhubungan dengan hal-hal yang suci. Buku-buku ini berisi muatan yang mengatur tentang tata cara mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa. Buku-buku agama untuk di daerah pedesaan seperti pesisir Percut lebih banyak dimiliki daripada buku-buku lain seperti buku ilmiah atau buku-buku umum.
Universitas Sumatera Utara
Pesisir Percut yang mayoritas bersuku melayu adalah beragama islam. Kebudayaan Melayu yang memeluk agama islam secara garis besar tidak pernah bisa dilepaskan dari sejarah pengaruh Islam di semenanjung Sumatra dan Malaysia di masa lampau. Hingga saat ini, hampir semua masyarakat yang bersuku melayu adalah beragama islam. Ketika kita berkunjung ke rumah warga di Percut maka bahan bacaanyang bisa kita temukan adalah Al-Quran, buku Yasin dan sejenisnya. Saat peneliti mengunjungi dan melakukan wawancara dengan pemilik rumah maka mereka menjawab hanya ada Al-Quran dan buku Yasin saja. “Kalau Al-Quran semua rumah di sini pasti punya. DanSelesai shalat aku memang baca Al-Quran. Baca Al-Quran ini sekalian kirim doa untuk orang tua aku yang udah meninggal. Kalau pun baca buku, ya buku-buku fadillah aja yang aku baca karna itu yang aku suka”. (Roja’i, 29 Tahun). Dari kutipan hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa literasi agama lebih dominan di Desa Percut. Kesadaran masyarakat untuk membaca bahan bacaan ilmiah atau bahan bacaan umum yang dapat memperkaya wawasan masih rendah. Menurut Roja’i buku-buku ilmiah hanya bisa didapatkan di sekolah atau taman baca saja. Ketersediaan bahan bacaan lain seperti koran dan majalah juga sangat sedikit jumlahnya. Selama peneliti di lapangan dan melakukan observasi tidak ada kios atau warung yang menjual koran atau majalah. Kebanyakan hanya menjual buku tulis dan beberapa saja yang menjual Teka Teki Silang (TTS). Kepemilikan bahan bacaan yang masih sedikit ini tentu tidak sebanding dengan kebutuhan membaca masyarakat pada saat ini yang semakin kompetitif.
Universitas Sumatera Utara
2.3.
Sarana Baca
2.3.1. Perpustakaan Sekolah Menurut Sutarno NS (2006 : 11) Perpustakaan adalah suatu ruangan, bagian dari gedung atau bangunan, atau gedung tersendiri, yang berisi buku-buku koleksi, yang disusun dan diatur sedemikian rupa, sehingga mudah untuk dicari dan dipergunakan sewaktu-waktu diperlukan oleh pembaca. Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang ada di sekolah sebagai sarana pendidikan untuk menunjang pencapaian tujuan pendidikan prasekolah, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah serta memberi pelayanan kepada murid dan guru dalam proses belajar mengajar (Soeatminah, 1992 : 37). Perpustakaan sekolah menjadi bagian yang sangat penting dalam proses pendidikan kepada peserta didik. Untuk
pengembangan literasi, proses
pengajaran, proses pembelajaran dan membentuk budaya membaca kepada peserta didik, perpustakaan sekolah harus berjalan dengan optimal dan sesuai fungsinya. Perpustakaan menurut Darmono (2007) memiliki fungsi sebagai: 1. Fungsi Informatif Perpustakaan sekolah menyediakan berbagai informasi yang meliputi bahan tercetak, maupun elektronik agar pemustaka dapat : a. Memperoleh ide dari buku yang ditulis oleh para ahli berbagai bidang ilmu. b. Memilih informasi yang relevan sesuai dengan kebutuhannya. c. Memiliki kesempatan untuk memdapatkan berbagai informasi yang dibutuhkan di perpustakaan.
Universitas Sumatera Utara
d. Memperoleh informasi yang disediakan di perpustakaan untuk mengatasi masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. 2. Fungsi Pendidikan Perpustakaan menyediakan berbagai informasi yang meliputi bahan tercetak maupun elektronik sebagai sarana untuk menerapkan tujuan pendidikan. Manfaat yang diperoleh dari fungsi pendidikan adalah : a. Pemustaka mendapat kesempatan mendidik diri sendiri secara berkesinambungan. b. Pemustaka dapat membangkitkan dan mengembangkan minat yang telah dimiliki dengan mempertinggi kreatifitas dan kegiatan intelektual. c. Pemustaka
dapat
mempercepat
penguasaan
dalam
bidang
pengetahuan dan teknologi baru. 3. Fungsi kebudayaan Perpustakaan menyediakan berbagai informasi yang meliputi bahan tercetak dan elektronik yang dimanfaatkan pemustaka untuk: a. Meningkatakan taraf hidup secara individual maupun kelompok. b. Membangkitkan minat terhadap kesenian dan keindahan. c. Mengembangkan sikap untuk menunjang kehidupan antar budaya yang harmonis. d. Menumbuhkan budaya baca sebagai bekal penguasaan alih teknologi. 4. Fungsi Rekreasi
Universitas Sumatera Utara
Perpustakaan menyediakan berbagai informasi yang meliputi koleksi tercetak maupun elektronik untuk: a. Menciptakan kehidupan yang seimbang antara jasmani dan rohani. b. Mengembang minat rekreasi pemustaka melalui berbagai bacaan dan pemanfaatan waktu senggang. c. Menunjang berbagi kegiatan kreatif serta hibuaran yang positif. 5. Fungsi Penelitian Perpustakaan menyediakan berbagai informasi untuk menunjang penelitian. Informasi meliputi berbagai jenis dan bentuk informasi sesuai yang dibutuhkan oleh peneliti. 6. Fungsi Deposit Perpustakaan memiliki fungsi deposit yaitu menyimpan dan melestarikan bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan sekolah. Di Percut sekolah Al-Washliyah memiliki perpustakaan namun kondisinya sangat memprihatinkan. Tidak adanya petugas perpustakaan yang menjaga serta bahan bacaan yang kurang bisa dikategorikan bahwa kesadaran masyarakat akan keberaksaraan masih rendah. Belum lagi tempatnya yang tidak layak untuk menjadi sarana membaca siswa. Di perpustakaan ini bisa kita lihat karung semen bertumpuk serta bangku-bangku patah yang diletakkan di sudut-sudut perpustakaan. Perpustakaan ini layaknya seperti tempat penyimpanan barangbarang yang sudah tidak terpakai. Kain jendela dan kain pintu terlihat kotor dan tidak terurus. Ruangan perpustakaan berukuran 3 m x 3 m bisa dipastikan tidak pernah dikunjungi siswa. Buku-buku berserakan di rak dan lemari-lembari buku menunjukkan bahwa perpustakaan ini tidak terurus.
Universitas Sumatera Utara
Foto 2: Lemari buku di Perpustakaan sekolah Al-Washliayh, Percut
Gambar di atas menunjukkan bahwa kondisi sarana baca yang tidak layak serta tidak adanya aktivitas di perpustkaan ini menambah daftar temuan literasi yang belum berkembang.
2.3.2. Taman Bacaan Masyarakat Rumah Baca Bakau
Taman bacaan masyarakat merupakan salah satu bentuk pendidikan berbasis masyarakat. Taman bacaan masyarakat diartikan sebagai sebuah wadah yang bergerak dalam bidang pendidikan yang mempunyai tujuan memberikan akses layanan bahan bacaan bagi masyarakat dalam rangka mendorong dan menumbuhkembangkan masyarakat gemar membaca dan menulis.
Taman bacaan masyarakat yang terdapat di Desa Percut adalah taman bacaan masyarakat Rumah Baca Bakau (RBB). Letaknya berada di pesisir pantai
Universitas Sumatera Utara
timur sumatera utara tepatnya di Dusun 18 Desa Percut, Kec. Percut Sei Tuan, Kab. Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Rumah Baca Bakau merupakan sebuah inisiatif dari seorang aktivis sosial Bapak Ismail, S.Hut, MA untuk mengabdi dan berbagi kepada anak-anak nelayan di pesisir pantai timur Sumatera Utara. Berdiri sejak awal tahun 2012 dan mulai beroperasi secara resmi pada tanggal 8 Juli 2012. Rumah Baca Bakau kini sudah menjadi taman bacaan masyarakat yang terkenal dan banyak diketahui orang.
Rumah baca bakau
menyediakan akses layanan bahan bacaan, pendidikan untuk anak-anak pesisir, serta menjadi pusat informasi lingkungan yang menyediakan berbagai informasi dan pengetahuan. Rumah Baca Bakau secara garis besar adalah wahana untuk belajar, bermain dan berbagi untuk anak-anak serta masyarakat pesisir di desa Percut Sei Tuan.
Rumah Baca Bakau diibaratkan sebagai
perahu nelayan yang ingin
mengarungi lautan guna menuju samudera pengetahuan yang lebih luas. Di rumah baca ini, anak-anak saling menyelami dan memaknai kata “BACA” yang berarti belajar tiada henti. Saat wawasan dan pengetahuan mengiringi pertumbuhan kehidupan anak-anak nelayan di pesisir Percut, maka akan melahirkan generasigenerasi yang cerdas dan berani meraih mimpi dan cita-cita mereka 12.
Menumbuhkan minat baca adalah awal untuk membentuk masyarakat yang pintar, cerdas dan peduli terhadap kehidupannya sendiri dan lingkungan sekitarnya. Stigma bahwa kebanyakan masyarakat pesisir hidup dalam keterbelakangan, bodoh, miskin dan cenderung pragmatis membuat tak banyak
12
Sumber: Dokumen Profil Rumah Baca Bakau
Universitas Sumatera Utara
kepedulian hadir di tengah-tengah kehidupan anak-anak nelayan ini. Untuk itulah Rumah Baca Bakau berdiri untuk mendorong dan membangun masayarakat yang cerdas dengan memberikan akses pelayanan terhadap buku dan ruang berkembang bagi anak-anak nelayan di pesisir Percut.
“Kita dirikan ini untuk meningkatkan kemampuan membaca, menulis dan pengembangan bakat untuk anak-anak pesisir sesuai dengan level dan kapasitas anak-anak diusianya. Hal ini tentunya tidak jauh seperti apa yang diinginkan lembaga pilar sebagai pendiri Rumah Baca Bakau. Rumah Baca Bakau hadir atas kegelisahan saya melihat anak-anak Percut berkeliaran dijam sekolah.” (Ismail, S.Hut, MA) Jika dilihat Rumah Baca Bakau terbilang serius dalam upaya menumbuhkembangkan keberaksaraan di Desa ini. Dari aktivitas literasi yang diupayakan serta kepemilikan bahan bacaan
yang cukup menjadi indikator
keseriusan Rumah Baca Bakau dalam berupaya. Pada tahun 2014 Rumah Baca Bakau mendapatkan penghargaan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan atas prestasinya sebagai Taman Bacaan Masyarakat yang kreatif. Piagam Penghargaan diberikan langsung oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bapak Mohammad Nuh di Kendari kepada pendiri Rumah Baca Bakau Bapak Ismail, S.Hut, MA.
Universitas Sumatera Utara
Foto 3: Sebagian dari Rak Buku Rumah Baca Bakau
Sampai saat ini koleksi buku yang dimiliki Rumah Baca Bakau sudah lebih dari 2000 buah buku yang tersusun rapi. Rumah baca bakau memiliki 15 rak buku dan dibagi menjadi 6 jenis buku yaitu, buku umum, komik remaja, agama untuk dewasa, agama untuk anak-anak, novel remaja dan dewasa, serta buku-buku sains.
2.4.
Kegiatan Literasi pada Masyarakat di Desa Percut Ilmu pengetahuan merupakan cara sesungguhnya untuk memperoleh
kehidupan yang lebih layak. Salah satu cara untuk memperoleh ilmu pengetahuan adalah dengan membaca. Dengan membaca tentunya akan mendapat informasi dan kita dapat memetik pesan yang ingin disampaikan oleh penulis. Hodgson (1960: 43-44), mengartikan membaca sebagai suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang
Universitas Sumatera Utara
hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, pesan yang tersurat dan yang tersirat akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik. Di kalangan berpendidikan, membaca menjadi salah satu yang sangat penting dalam kehidupannya. Ilmu pengetahuan dapat diandalkan oleh kalangan berpendidikan dalam menyelesaikan permasalahan yang ada. Contoh di kalangan akademisi, membaca dapat memperkaya pengetahuannya sehingga mampu meningkatkan
kemampuan
diri,
berinovasi,
melakukan
penelitian
serta
mengetahui informasi terkini dan meengikuti perkembangan zaman yang semakin maju. Artinya, mau tidak mau mereka harus meningkatkan frekuensi membaca mereka agar tidak ketinggalan informasi yang tersebar. Dalam membaca juga kalangan berpendidikan harus mampu memahami dan menganalisis apa yang mereka baca.
2.4.1. Kegiatan Agama Kegiatan agama di Desa Percut yang berkaitan dengan literasi adalah wirid. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) wirid adalah kutipankutipan dari Al-Quran yang sudah ditetapkan untuk dibaca. Wirid yang dimaksud di Desa Percut adalah membaca surat yasin yang biasanya juga dirangkai dengan tahlilan. Di kalangan masyarakat Indonesia istilah tahlilan dan yasinan populer
Universitas Sumatera Utara
digunakan untuk menyebut sebuah acara dzikir bersama yang pada hakikatnya tahlilan dan yasinan adalah bagian dari dzikir kepada Allah SWT. Tahlilan adalah ritual atau upacara selamatan yang dilakukan sebagian umat Islam, kebanyakan di Indonesia dan kemungkinan di Malaysia, untuk memperingati dan mendoakan orang yang telah meninggal yang biasanya dilakukan pada hari pertama kematian hingga hari ketujuh, dan selanjutnya dilakukan pada hari ke-40, ke-100, tahun pertama, tahun kedua, tahun ketiga dan seterusnya. Ada pula yang melakukan tahlilan pada hari ke-1000.Kata “Tahlil” sendiri secara harfiah berarti berizikir dengan mengucap kalimat tauhid “Laa ilaaha illallah” (tiada yang patut disembah kecuali Allah). 13 Di Desa percut wirid dibagi menjadi tiga kelompok. Wirid remaja, wirid Bapak-bapak, dan wirid Ibu-ibu. Wirid remaja dilakukan setiap hari kamis pada malam hari biasanya selesai shalat Isya. Wirid bapak-bapak dilakukan pada setiap hari kamis malam biasanya juga selesai shalat isya. Untuk wirid ibu-ibu dilakukan pada hari kamis siang sampai menjelang sore biasanya pukul 14.00 sampai dengan abis shalat ashar. Wirid ini rutin dilakukan setiap minggunya kecuali pada bulan ramadhan. Untuk tahlilan dilakukan pada saat sore atau malam hari di rumah warga yang baru kemalangan. “Sejak tahun 60 an saya sudah menetap di sini. Wirid memang selalu dilakukan setiap malam jumat. Ini untuk mengirim doa saudara-saudara kita yang sudah duluan dan untuk silaturahmi warga karna setiap minggu pindah rumah wiridnya” (Pak Yusuf, 56 Tahun). Wirid di Desa percut dibagi di setiap dusun, artinya setiap dusun ada wiridnya sendiri. Wirid ini menjadi kegiatan literasi masyarakat yang rutin
13
https://id.wikipedia.org/wiki/Tahlilan
Universitas Sumatera Utara
dilaksanakan. Jika dilihat bahwa di Desa Percut literasi arab memang lebih membudaya daripada literasi latin. Anak-anak kecil sudah pasti bisa membaca AlQuran namun belum tentu bisa membaca latin.
2.4.2
Sekolah Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sekolah adalah bangunan
atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran. Di zaman yang mengedepankan pendidikan seperti sekarang ini sekolah mempunyai peran yang sangat vital dalam mentransformasikan pengetahuan kepada generasi penerus bangsa. Sekolah menjadi rumah kedua bagi generasi muda untuk meraih pendidikan setelah mendapat pendidikan dari keluarganya terlebih dahulu. Kegiatan literasi yang paling sering dilakukan anak-anak di Percut yaitu pada saat di sekolah. Di sekolah anak-anak yang bersekolah mendapat tugas untuk mengerjakan soal-soal terkait mata pelajaran yang sedang dipelajari. Tugas bisa berupa tugas yang dikerjakan di sekolah ataupun tugas yang dikerjakan di rumah atau Pekerjaan Rumah (PR). Tugasnya juga ada yang dikerjakan secara berkelompok atau yang dikerjakan individu. Tugas yang diberikan kepada siswa ini tentunya mempunyai tujuan tersendiri. Tugas seperti PR contohnya, dapat melatih rasa tanggungjawab, membangun inisiatif anak untuk belajar, dan bahkan manajemen waktu. Tugastugas yang diberikan ini juga dapat melatih disiplin anak dan melatih rasa percaya diri anak karena mengerjakannya dengan sendiri pada saat di rumah. Slameto (2003:2) mengungkapkan bahwa Belajar merupakan suatu bentuk pertumbuhan
Universitas Sumatera Utara
atau perubahan diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru, berkat pengalaman dan latihan. Artinya dengan latihan-latihan yang diberikan guru dapat membantu anak dalampembelajaran.
2.4.3
Belajar di Rumah Baca Bakau Selain sebagai sarana yang menyediakan akses layanan bahan bacaan,
Rumah Baca Bakau juga aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Rumah Baca Bakau menyediakan fasilitator yang bisa mengajari anak-anak di percut khususnya di Dusun 18 pada siang hari sepulang sekolah. Peserta didik tidak ada dipungut
biaya
bahkan
berkesempatan
mengikuti
lomba-lomba
yang
diselenggarakan Rumah Baca Bakau. Untuk mempermudah pembelajaran kepada peserta didik, belajar di Rumah Baca Bakau menggunakan metode Visual Literasi.
Visual literasi adalah kemampuan menganalisis sebuah pesan visual dalam aktivitas literasi. Visual literasi menurut Smith (1982) merupakan kemampuan individu mengenali penggunaan garis, bentuk, dan warna sehingga dapat menginterpretasikan tindakan, mengenali objek, dan memahami pesan lambang. Dalam aktivitas belajar mengajar visual literasi dimaksudkan sebagai proses pengajaran dengan menggunakan beragam jenis media seperti foto, film, dan gambargambar. Bahan bacaan seperti komik dan permainan sejenis puzzle juga merupakan bagian dari visual literasi.
Di Rumah Baca Bakau Visual Literasi menjadi program utama yang
diterapkan dalam proses pengajaran. Visual Literasi ini bertujuan untuk meningkatkan level membaca dan menulis anak-anak terkhusus yang belum bisa
Universitas Sumatera Utara
membaca. Dengan memanfaatkan alat dan media belajar yang tersedia di alam dan lingkungan sekitar diharapkan anak-anak peserta didik lebih mudah dalam menangkap pelajaran.
Sampai saat ini metode visual literasi masih berjalan dan semakin dioptimalkan. Waktu belajarnya lebih kurang 3 jam mulai pukul 14.00 wib sampai dengan 17.00 wib. Metode Dalam pelaksanaannya Rumah Baca Bakau mengelompokkan mata pelajaran yang diajarkan berdasarkan hari. •
Pada hari senin mata pelajaran yang diajarkan adalah psikologi atau pendidikan karakter. Mata pelajaran ini bertujuan untuk melihat karakter anak sesuai dengan minat dan bidang yang dikuasainya. Biasanya dilakukan pemutaran video atau film dan didampingi fasilitator.
•
Pada hari selasa anak-anak diajak untuk membaca dan mereview. Dalam pelaksanaannya anak-anak diberi waktu beberapa menit untuk membaca buku yang mereka sukai dan akan mereka ceritakan kembali dengan bahasa mereka sendiri.
•
Pada hari rabu dan jumat anak-anak diberi materi tentang sains. Materi ini bertujuan untuk menambah pengetahuan anak tentang ilmu alam dan dunia fisik.
•
Pada hari kamis anak-anak diberi materi tentang menulis karya. Anakanak dibebaskan menuliskan karyanya seperti puisi, pantun, dan karangan yang bertujuan untuk membangun minat anak dalam aktivitas literasi.
Universitas Sumatera Utara
•
Pada hari sabtu merupakan hari untuk anak-anak berkreasi. Sabtu anakanak diajarkan tentang seni drama tari dan musik (sendratasik).
Gambar 4: Suasana belajar dengan metode visual literasi
Ida merupakan salah satu relawan yang menjadi fasilitator di Rumah Baca Bakau. Saat ini dia sedang duduk di semester 4 di Universitas Negeri Medan jurusan Sastra Indonesia. Kesehariannya mengajar anak-anak di rumah baca bakau. Pendidikan baginya sangat penting untuk generasi penerus bangsa. Dari pendidikan bisa mengantarkan pemuda untuk meraih masa depan yang lebih baik. Membaca menurutnya menjadi salah satu hal untuk membuka wawasan kita lebih luas. Istilah buku adalah jendela dunia memang benar dirasakannya. Dia merasa bahwa dengan banyak membaca lebih percaya diri saat berbicara formal dengan orang lain. Dari membaca dia bisa menggali informasi banyak yang tersebar. Menurutnya dia termasuk orang yang banyak ingin tahu, setiap ada buku dia ingin tahu isinya apa. Dia suka penasaran tentang bahan-bahan bacaan seperti majalah dan lain-lain. Dia mengatakan bahwa kalau membaca biasanya di perpustakaan kampus, atau sambil jalan-jalan ke toko buku, dan kadang membaca juga dari
Universitas Sumatera Utara
handphone. Ida sangat menyukai novel-novel motivasi, buku agama, buku-buku inspiratif, dan yang terpenting bukan novel cinta.
Ida mengajar anak-anak di rumah baca bakau sejak pukul 14.00 sampai dengan pukul 17.00. di rumah baca bakau dia mengajarkan berbagai hal termasuk sains. Metode pengajaran yang dilakukan ida lebih adapif dengan anak-anak. Dengan bantuan peralatan seperti pensi warna, kertas karton, dan buku gambar dia mencoba untuk memudahkan anak-anak lebih mengerti.
2.4.4. Festival
Festival secara sederhana diartikan sebagai sebuah acara meriah yang diadakan dalam rangka memperingati sesuatu. Biasanya festival diselenggarakan dengan kegiatan-kegiatan seperti kompetisi dan perlombaan. Ajang ini memiliki tujuannya masing-masing tergantung festival yang diselenggarakan. Di Desa Percut festival sering diselenggarakan oleh ikatan remaja mesjid atau organisasi lain yang ada di Percut. Salah satu festival yang sering diselenggarakan adalah festival pesisir.
Festival pesisir berisi kegiatan-kegiatan perlombaan untuk anak-anak sampai usia remaja. Festival ini digagas oleh Rumah Baca Bakau dan melombakan berbagai bidang seni seperti perlombaan puisi, perlombaan pantun, perlombaan drama dan lain-lain.Pada ramadhan tahun 2015 festival kembali digelar di Percut. Festival bertajuk Ramadhan Pintar ini melombakan anak-anak di bidang agama seperti perlombaan adzan, perlombaan puisi islami, dan perlombaan membaca Al-Quran.
Universitas Sumatera Utara
Dari kegiatan-kegiatan perlombaan yang diselenggarakan tentunya dapat membantu dalam pemecahan permasalahan tidak bisa membaca. Anak-anak dituntuk untuk menghafal narasi drama, menuliskan karya puisinya, membacakan puisinya, serta menghafal setiap kata yang sudah ia tuliskan tersebut.
“Kita selenggarakan kegiatan seperti ini tentunya untuk perkembangan anak ya. Perlombaan ini dapat membantu menstimulan fungsi kognitif dan fungsi psikomotorik anak-anak. Juhaina, S.Psi (25, Tahun)”.
2.4.5. Mengaji
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kaji, mengaji berarti mendaras (membaca) Al-Quran atau belajar membaca tulisan arab.Mengaji merujuk pada aktivitas membaca Al-Quran atau mengkaji kitab-kitab oleh penganut agama Islam. Dalam agama Islammengaji termasuk ibadah dan orang yang melakukannya akan mendapatkan pahala dari Allah.
Di Desa Percut aktivitas ini akan mudah kita temukan pada siang hari di taman bacaan Al-Quran ataupun sekolah-sekolah islam. Salah satu tempat yang digunakan untuk belajar mengaji di Desa Percut adalah di Sekolah Pintar Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA) Persil. Madrasah Diniyah Awaliyah merupakan salah satu lembaga pendidikan keagamaan di luar sekolah yang secara terus menerus memberikan pendidikan agama Islam kepada anak didik untuk usia dini. MDA Persil juga menjadi sarana taman bacaan karena memiliki ketersediaan bahan bacaan yang cukup. Materi-materi yang diajarkan di MDA Persil antara
Universitas Sumatera Utara
lain: Qiraat (Membaca Alqur’an), Tafsir Qur’an (Menerjemahkan ayat Alqur’an), Shalat Fardhu, Dakwah (Ceramah) setiap santri/wati.
Foto 5: Ruangan MDA Persil
2.5
Upaya-Upaya yang dilakukan untuk Menumbuhkembangkan Budaya
Literasi Mengingat kondisi literasi yang masih rendah di Desa Percut, sudah ada upaya-upaya yang dilakukan baik dari lembaga pemerintah maupun lembaga swasta. Upaya-upaya tersebut mulai dari menyediakan layanan Perpustakaan Keliling,menerapkan Jam Belajar Malam (JBM), serta mendirikan taman bacaan ataupun sekolah-sekolah.
Universitas Sumatera Utara
2.5.1
Perpustakaan Keliling Perpustakaan keliling adalah perpustakaan yang menjadi bagian dari
perpustakaan umum. Perpustakaan keliling menyediakan layanan bahan bacaan kepada masyarakat secara langsung dengan cara mengunjungi desa atau tujuan lokasi. Perpustakaan ini biasanya menggunakan mobil yang sudah dirancang sedemikian seperti layaknya perpustakaan umum. Di perpustkaan keliling masyarakat selain membaca juga boleh meminjam buku yang tersedia. Perpustakaan keliling di Desa Percut pernah masuk sekitar 8 (delapan) tahun yang lalu. Perpustakaan ini rutin datang setiap minggunya ke Desa Percut. Pada awalnya anak-anak antusias meminjam buku dan mendatangi perpustakaan keliling. Namun ternyata perpustakaan keliling di desa percut ini hanya bertahan tidak lebih dari 2 (dua) bulan saja. Menurut pak Syarifuddin (52, tahun) Permasalahan yang dihadapi adalah banyak buku-buku yang dipinjam masyarakat hilang dan tidak kembali.
2.5.2
Jam Belajar Malam (JBM) Jam belajar malam (JBM) adalah bagian dari program Pemerintah
Kabupaten Deli Serdang tentang Program Cerdas yang termaktub di dalam Peraturan Daerah (PERDA) No.5 Tahun 2014 Kabupaten Deli Serdang. Jam belajar malam serta program lain ini dicanangkan untuk meningkatkan potensi sumber daya manusia di wilayah Deli Serdang. Desa Percut yang menjadi bagian dari wilayah Kabupaten Deli Serdang turut menerapkan jam belajar malam ini. Jam belajar malam di desa percut dimulai pada bulan april 2014. Jam belajar malam dalam pelaksanaanya adalah mengawasi pintu ke pintu untuk
Universitas Sumatera Utara
mematikan media elektronik seperti televisi, radio, dan gadgetselama 2 (dua) jam pada pukul 19.00 sampai dengan 21.00. Di waktu ini anak-anak diwajibkan untuk belajar apakah mengerjakan pekerjaan rumah (PR), atau membaca. Menurut Ketua Pelaksana jam belajar malam untuk bagan percut Bapak Laksemana yang juga ketua Lembaga Ketahan Masyarakat Desa (LKMD), jam belajar malam hannya bertahan selama sebulan. Jam belajar malam ini tidak berjalan lama dikarenakan sulitnya mengajak masyarakat untuk mematikan media elektronik tersebut. Selain itu perhatian pemerintah terhadap pelaksana jam belajar malam nyatanya tidak ada. Pemerintah tidak ada memberikan biaya operasional untuk pengawas yang selalu mengawasi setiap malamnya. Artinya lama kelamaan para pengawas tidak mau menjalankan tugasnya keliling pintu ke pintu untuk mengawasi jam belajar malam. Menurut Pak mana selain jam belajar malam, Pemkab Deli Serdang juga mempunyai program lain tentang pendidikan. Desa Cinta Rakyat merupakan desa yang dinobatkan sebagai desa pendidikan oleh Pemkab Deli Serdang, namun dia juga melihat tidak ada perubahan yang signifikan di Desa tersebut. Menurutnya masih bersiat seremonial saja pada saat pembukaan acara ramai dan semua datang, tapi setelah itu sama aja tidak ada. Masyarakat sudah bosan dengan program dari pemerintah. Seperti yang diungkapkan Bang Ijol bahwa tidak hanya soal pendidikan, program pemerintah juga tidak banyak berhasil di sini. Menurut dia begitu-begitu saja tidak ada tindak lanjutnya. Sudah beberapa kali dilakukan program pelatihan budidaya kepiting bakau, budidaya perikanan, ekowisata pesisir tetapi habis pelatihan tidak banyak perubahan.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 6. Spanduk Jam Belajar Malam
2.5.3
Taman Bacaan Masyarakat dan Sekolah Di Desa Percut Taman Bacaan Masyarakat hanya ada 1 (satu) yaitu
Rumah Baca Bakau. Sementara untuk jumlah sekolah adalah 23 unit.
Tabel.1 Sarana Sekolah NO
SARANA
JUMLAH
1
Taman Kanak-Kanak (TK)
5 Unit
2
Sekolah dasar
10 Unit
3
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
6 Unit
4
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
2 Unit
Sumber: Demografi Desa
Selain rumah baca bakau, upaya keberaksaraan juga dilakukan oleh seorang dosen. Pak Abdul Chair yang tinggal di Dusun 1 adalah orang yang juga
Universitas Sumatera Utara
mengupayakan keberaksaraan di desa ini. Beliau adalah pemilik yayasan perguruan islam AL-Khairat yang ada di dusun 1 Desa Percut. Pak chair merupakan lulusan sarjana sastra arab dari Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara (IAIN-SU) yang sekarang sudah berganti nama menjadi Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UIN-SU). Untuk pascasarjana dia mengambil program studi antropologi Universitas Negeri Medan (UNIMED). Pak chair bercerita tentang yayasan yang dia miliki. Terdapat empat jenjang pendidikan di yayasan miliknya tersebut, yaitu Raudhatul Athfal (RA), Madrasah Dinniyah Awaliyah (MDA), Madrasah Ibtidaiyah (MI), serta dalam waktu dekat akan berdiri Madrasah Tsanawiyah (MTS). Yayasan yang dia miliki setidaknya sudah berdiri sejak delapan tahun yang lalu. Dalam mengupayakan keberkasaraan dia sudah melakukan dengan mendirikan yayasan menurutnya. Dia juga menunjukkan 2 buku yang sudah dia terbitkan dengan penerbitnya yayasan miliknya sendiri. Buku-buku tersebut menurutnya sebuah upaya dia dalam meningkatkan keberaksaraan. Membaca baginya suatu aktivitas rutin yang selalu beliau lakukan. Membaca baginya sangat penting untuk pengetahuan dan pengembangan wawawasan. Pak Chair menceritakan bahwa Dia di komunitas masyarakat melayu agama begitu kental dalam kehidupan mereka. Dia bercerita bahwa membaca seperti shalat, membaca Al-Quran, berdakwah masuk ke dalam literasi. Pengajian, yasinan, perlombaan seperti puisi, dakwah, dan pantun islami itu masuk dalam literasi. Namun kenapa pendidikan di sini rendah karena ada dua faktor menurutnya. Ada faktor internal yaitu kaitannya dengan` keluarga dan kemauan anak. Keluarga mempunyai peran yang sangat vital dalam permasalahan
Universitas Sumatera Utara
pendidikan. Keluarga sebagai orang yang paling dekat mempunyai peran untuk memotivasi si anak menurutnya. Kemudian permasalahan eksternal dimaksudkan sebagai pengaruh lingkungan. Di desa percut khususnya di sekitar dusunnya anakanak lebih senang mencari duit daripada sekolah. Anak-anak pada saat musim panen padi, mengambil sisa-sisa panenan yang tidak diambil pemiliknya lalu mereka jual lagi. Isitilah ini mereka sebut “ngetek” (mengambil sisa panenan). Kemudian kalau tidak musim panen, mereka cari belut dan ikan di sawah sekitar sini, ya hasilnya merek jual juga. Itu menurutnya salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi anak-anak banyak putus sekolah. Di sekolahnya beliau mengatakan pernah terjadi, pada saat pendaftaran jumlah siswanya sekitar 80, namun yang sampai tamat hanya sisa 8 orang, artinya hanya 10% saja yang menyelesaikan pendidikannya. Baginya tidak terlalu parah jika anak mungkin putus
sekolah
karena
punya
kesibukkan
lain
seperti
mengembangkan
keterampilannya seperti keterampilan komputer, musik, dan sebagainya. Yang parah jika memang berhenti sekolah sama sekali. Permasalahan ekonomi menurut orang percut nomor kesekian, yang menjadi masalah adalah kemauan anak.
Universitas Sumatera Utara