Budaya Literasi bagi Peserta Didik Sekolah Dasar dengan Strategi Membaca BBM dan Pohon Literasi di MIN Karangjati Kabupaten Sragen
Oleh Rohmawati,S.Ag NIP. 197809201998032001 NUPTK. 6252756657210073
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2016 i
Kata Pengantar
Dengan mengucap rasa syukur kepada Allah swt. yang telah memberikan kesehatan dan kemampuan untuk berpikir sehingga dapat menyelesaikan artikel dengan judul “Budaya Literasi bagi Peserta Didik Sekolah Dasar dengan Strategi Membaca BBM dan Pohon Literasi di MIN Karangjati Kabupaten Sragen”. Artikel yang penulis buat ini berdasarkan pengalaman yang telah dilakukan terhadap madrasah dan peserta didik. Diharapkan dengan artikel ini dapat bermanfaat bagi guru yang ingin menggerakkan literasi di sekolah. Literasi tidak hanya dalam bentuk membaca dan menulis saja tetapi juga membaca lingkungan sekitar. Penulis juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada : 1. Suami tercinta Muh.Rosyid Ridho, yang telah memberikan dukungan dan mengertian dalam membuat artikel ini. 2. Anak-anakku tersayang yang selalu memberikan motivasi. 3. Kepala MIN Karangjati yang telah memberikan kesempatan untuk berinovasi 4. Semua teman yang selalu mendukung dalam proses pembelajaran
Penulis
ii
Daftar Isi
Halaman Judul .....................................................................................................
i
Kata Pengantar ....................................................................................................
ii
Daftar Isi ..............................................................................................................
iii
Daftar Foto ..........................................................................................................
iv
Pengantar............................................................................................................
1
Permasalahan ....................................................................................................
3
Pembahasan dan Solusi ....................................................................................
6
Kesimpulan dan Harapan ..................................................................................
13
Daftar Pustaka ...................................................................................................
15
Lampiran Lampiran 1 Foto Kegiatan .........................................................................
16
Lampiran 2 Surat Pernyataan Keaslian Artikel .........................................
18
iii
Daftar Gambar
1. Foto membaca bersama 2. Foto membaca terbimbing 3. Foto guru membantu memilih buku yang tepat 4. Foto peserta didik membaca buku cerita saat jam istirahat 5. Foto peserta didik sedang membaca tulisan temannya
iv
Pengantar
Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Karangjati merupakan sebuah lembaga pendidikan setingkat sekolah dasar di bawah naungan Kementerian Agama dengan ciri khas pendidikan bernuansa Islami yang terletak di desa Karangjati kecamatan Kalijambe kabupaten Sragen provinsi Jawa Tengah. Madrasah ini berada di sebuah desa
yang jauh dari keramaian kota dengan mata pencaharian masyarakat
sebagian besar adalah mebel. Kurikulum yang diterapkan di MIN Karangjati saat ini adalah KTSP 2006 untuk kelas 3 dan 5, KTSP 2013 untuk kelas 1, 2, 4, dan 5. Berbagai pembiasaan juga diterapkan di antaranya adalah tahfizd Al-Qur`an Juz 30, sholat dhuhur berjamaah, dan membaca. Pembiasaan tersebut dilaksanakan setiap hari dengan baik kecuali membaca. Hanya beberapa siswa saja yang tertarik dengan membaca meskipun buku sudah disediakan di dalam kelas masing-masing. Membaca adalah proses pengolahan bacaan secara kritis-kreatif yang dilakukan pembaca untuk memperoleh pemahaman menyeluruh tentang bacaan itu, yang diikuti oleh penilaian terhadap keadaan, nilai, fungsi dan dampak bacaan itu (Nurhadi, 2016:2). Dari pengertian membaca tersebut dapat dipahami bahwa membaca sangat penting untuk dilakukan oleh siapa pun. Membaca tidak hanya sekedar tahu apa yang telah dibaca tetapi perlu sebuah penerapan yang terkait dengan lingkungan sekitarnya. Membaca perlu dibudayakan sesuai dengan undang-undang
Republik
Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 4 ayat 5 berbunyi pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat. Dalam undang-undang tersebut meletakkan budaya membaca, menulis, dan berhitung adalah sebuah kewajiban yang harus diutamakan. Budaya membaca menjadi kegiatan pembiasaan yang wajib bagi semua sekolah sesuai dengan Permendikbud No. 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti yang terdapat di dalam lampiran poin F.VI.1. Menggunakan 15 menit sebelum hari pembelajaran untuk membaca buku selain buku mata pelajaran 1
(setiap hari). Dengan diberlakukannya Permendikbud ini, maka setiap sekolah wajib melaksanakan pembiasaan membaca buku setiap hari. Buku adalah jendela dunia, dengan membaca buku kita akan mengetahui hal baru dan mendapatkan informasi dengan cepat. Pembiasaan membaca di sekolah diharapkan dapat menumbuhkan budaya baca bagi semua warga sekolah sehingga akan tercipta masyarakat yang berpengetahuan luas dan menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Membaca membuat kita berpengetahuan luas, berpikir lebih maju, dan kreatif. Apalagi dimasa modernisasi seperti saat ini dibutuhkan informasi lebih cepat dan akurat. Selain pembiasaan membaca di sekolah pemerintah melalui Kemendikbud juga meluncurkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Literasi sekolah dalam konteks GLS adalah kemampuan mengakses, memahami dan menggunakan secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan/atau berbicara (Kemendikbud, 2016:2). Literasi tidak hanya sebatas membaca buku tetapi melibatkan berbagai hal yang ada di sekitar kita. Berliterasi dengan lingkungan dapat dilakukan oleh peserta didik melalui berbagai macam pengamatan dan penelitian. Untuk melaksanakan GLS ini tentunya diawalai dengan kegiatan budaya membaca. Menulis tanpa membaca akan menghasilkan tulisan yang kurang berbobot dan akan hambar.
2
Permasalahan
Gerakan Literasi di Sekolah dan gemar membaca membutuhkan sarana prasana yang memadai terutama buku dan perpustakaan. Selain sarana dan prasarana, membangkitkan minat baca dan menulis peserta didik itu tidaklah mudah. Apalagi di masa modern dengan tehnologi serba canggih membuat kita tidak dapat menutup mata bahwa gadget lebih menarik dari pada membaca buku. Menulis status di media sosial berkali-kali dalam sehari lebih mudah dari pada menulis di kertas. Pembiasaan membaca perlu ditanamkan sejak kecil atau setidaknya ketika peserta didik masuk sekolah dasar. Melatih membaca bagi peserta didik membutuhkan buku-buku yang menarik untuk mereka yaitu berupa buku bergambar. Pengadaan buku-buku cerita yang menarik untuk anak usia 7 sampai 12 tahun perlu diperhatikan jumlah kata dan penggunaan tanda baca. Selain itu dipilihkan bacaan yang berkarakter budi pekerti luhur untuk membentuk karakter peserta didik. Bagi sekolah yang terpenuhi segala sarana dan prasarananya hal ini mungkin tidak jadi masalah. Tetapi bagi sekolah/madrasah yang berada di desa dan keadaan ekonomi masyarakat yang pas-pasan, pengadaan buku menjadi masalah tersendiri. Hal ini juga dialami MIN Karangjati, di mana kami tidak dapat menyediakan buku sesuai dengan kebutuhan. Selain itu masalah buku, kami juga tidak mempunyai gedung perpustakaan yang memadai untuk membaca peserta didik dengan nyaman. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menyediakan buku yang dibutuhkan peserta didik di antaranya dengan pengadaan buku melalui dana BOS yang dibatasi minimal 5 % dari anggaran operasional sekolah. Akan tetapi melalui anggaran operasional sekolah lebih difokuskan untuk pengadaan buku pelajaran. Mengapa demikian? Karena sekolah negeri tidak berani untuk meminta orang tua wali murid membeli buku sendiri. Sekolah negeri rata-rata menyediakan buku pelajaran untuk inventaris sekolah tanpa memungut iuran.
3
Anggaran 5% dari anggaran operasional sekolah dapat dimanfaatkan dengan sebaiknya. Membeli buku pelajaran secukupnya dan sisa anggaran tersebut dapat digunakan untuk membeli buku bacaan non pelajaran. Ketika buku bacaan tersedia meskipun tidak banyak, buku-buku tersebut ditempatkan di ruang khusus atau perpustakaan. Tetapi bagaimana dengan sekolah yang tidak mempunyai gedung perpustakaan? Ada beberapa solusi untuk mengatasi hal tersebut, yaitu dengan membuat sudut baca di setiap ruang kelas. Setiap ruang kelas di MIN Karangjati telah disediakan sudut baca dengan jumlah buku lebih dari jumlah peserta didik di kelas tersebut. Setiap siswa diwajibkan membaca 10-15 menit setiap harinya. Waktu yang digunakan untuk membaca disela-sela kegiatan pembelajaran yaitu di jam pagi sebelum mulai pembelajaran dan jam istirahat pertama. Meskipun diwajibkan membaca, tidak semua peserta didik tertarik dengan kegiatan membaca. Membaca adalah kegiatan yang menyebalkan bagi beberapa peserta didik. Kegiatan membaca di pagi hari sering kali tidak terlaksana karena adanya rasa bosan dari peserta didik. Selain buku yang terbatas, tempat membaca yang kurang nyaman, peserta didik juga bosan karena tidak ada ketertarikan dengan kegiatan tersebut. Perlu adanya sebuah inovasi untuk mendorong peserta didik gemar membaca. Diharapkan ketika peserta didik mulai gemar membaca, peserta didik dapat diarahkan untuk gemar menulis. Bagi peserta didik di kelas awal juga mengalami kendala karena belum membaca dengan lancar. Kemampuan membaca yang berbeda di kelas awal juga menjadi kendala dalam program gemar membaca di sekolah. Perlu motivasi untuk peserta didik yang kemampuan membacanya masih rendah. Gemar membaca harus dimulai sejak dini sehingga peserta didik di kelas awal perlu bimbingan untuk membaca. Sebagaimana pengertian literasi di atas bahwa literasi tidak hanya sekedar membaca tetapi juga menulis maka perlu kiat-kiat untuk mengarahkan peserta didik mampu menulis apa yang mereka dengar, lihat, dan lakukan. Literasi dapat juga sebagai wujud dari peduli terhadap lingkungan. Peserta didik dapat menemukan
4
suatu fakta dari apa yang didapat melalui pengamatan lingkungan baik itu makhluk hidup, makhluk tak hidup, dan keadaan sosial masyarakat. Peserta didik yang gemar membaca, peka terhadap lingkungan akan dapat menuangkannya dalam bentuk tulisan. Untuk membangkitkan gemar membaca dan menulis tersebut, penulis menggunakan strategi membaca Bersama, Terbimbing, dan Mandiri (BBM) untuk kelas awal. Dengan strategi tersebut diharapkan peserta didik yang kemampuan membacanya masih rendah dapat termotivasi untuk belajar membaca. Sedangkan untuk menarik minat peserta didik gemar menulis, dibuatkan karya inovasi berupa pohon literasi. Pohon literasi yang dimaksud adalah pohon yang terbuat dari kayu kering yang di setiap cabangnya terdapat buah dan daun. Setiap daun yang digantung pada ranting pohon diberi nama peserta didik. Dari beberapa permasalah tentang gerakan literasi di sekolah di atas penulis akan memaparkan beberapa kegiatan pembiasaan yang sudah diterapkan di MIN Karangjati untuk menyukseskan kegiatan tersebut.
5
Pembahasan dan Solusi Pembahasan Tujuan utama membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan (Prof. DR. Henry Guntur Tarigan, 2015:9). Membaca tidak hanya sekedar mengenal huruf, mengeja, dan membaca kata tetapi perlu pemahaman dari apa yang dibaca. Mengarahkan peserta didik di kelas awal untuk memahami bacaan dengan strategi BBM sangat tepat. Selain strategi ini menarik peserta didik juga mampu memahami bacaan. Pembelajaran harus dibuat menarik dan kreatif begitu juga dalam gerakan literasi di sekolah. Pembelajaran yang kreatif akan memotivasi siswa untuk senang belajar.
Prinsip
pembelajaran
kreatif
adalah
membawa
implikasi
moral
menyenangkan dan efektivitas hasil dan minat belajar (Heru Kurniawan, 2015 ;42). Gerakan Literasi Sekolah dibuat kreatif dan menarik dengan strategi membaca Bersama, Terbimbing, dan Mandiri(BBM) dan gemar menulis dengan pohon literasi. Solusi Untuk memotivasi peserta didik gemar membaca dan menulis, berikut beberapa inovasi yang dapat dilakukan : 1. Membaca Bersama, Terbimbing, dan Mandiri (BBM) Strategi membaca BBM ini penulis dapatkan dari diklat TOT fasilitator daerah USAID Prioritas program Buku Bacaan Berjenjang untuk kelas awal. Disebut Buku Bacaan Berjenjang karena buku ini di design secara berjenjang dalam penggunaannya sesuai kemampuan membaca peserta didik. Strategi membaca BBM ini disebut dengan membaca berimbang. Membaca berimbang adalah suatu program yang mengedepankan beragam kegiatan membaca yang disesuaikan
dengan
kebutuhan
siswa.
Dengan
tujuan
meningkatkan
kemampuan dan minat mereka terhadap membaca (USAID Prioritas, 2016:3). Kemampuan dan minat baca yang meningkat diharapkan dapat meningkatkan pencapaian kemampuan dibidang akademik. Strategi membaca tersebut adalah : a. Membaca Bersama dengan menggunakan big book.
6
Strategi ini menggunakan buku yang besar dengan tulisan dan gambar yang dapat diakses oleh semu peserta didik. Guru berperan sebagai model dan ditirukan oleh semua peserta didik. Ketrampilan yang diajarkan dalam membaca bersama adalah memprediksi, kosakata dan tanda baca, pemahaman dan merangkum. Kegiatan memprediksi, guru menunjukkan gambar sampul di buku besar kemudian diarahkan untuk memprediksi isi cerita di dalam buku. Prediksi dari peserta didik ditulis di papan tulis dan setelah membaca selesai dicocokkan antara prediksi dan isi buku. Tidak ada kata salah dalam memprediksi isi bacaan. Ketrampilan membaca dengan fokus memprediksi ini mengajarkan peserta didik untuk membaca isi buku melalui gambar sampul. Membaca gambar adalah mendeskripsikan gambar melalui penjelasan mengenai apa yang
terkandung
dalam
gambar
(Alamsyah
Said,Andi
Budimanjaya,2016:206). Fokus ketrampilan membaca yang kedua adalah kosakata dan tanda baca. Penekanan kosakata di sini adalah pada kata sulit. Ketika guru menemukan kata sulit baik dari segi arti maupun pengucapannya atau merupakan kosakata baru bagi siswa maka guru dapat menjelaskannya secara detail. Fokus membaca kosakata ini guru juga dapat menggunakan bantuan jendela kata untuk memberikan pertanyaan kepada siswa. Sedangkan untuk tanda baca, setiap membaca guru harus memodelkan cara membaca dari tanda baca yang terdapat dalam bacaan tersebut. Jika perlu guru memperagakan melalui gestur dan ucapan yang berulang-ulang. Ketiga, ketrampilan membaca dengan fokus pemahaman. Fokus pemahaman dilakukan dengan memperdalam isi bacaan baik melalui bacaan juga melalui gambar. Melalui pemahaman guru menggali informasi sebayakbanyaknya dan menjelaskannya kepada peserta didik. Di fokus ini peserta didik juga diajak untuk bermain peran sesuai dengan isi bacaan Fokus ketrampilan membaca yang keempat adalah merangkum. Dalam merangkum buku sudah harus dibaca oleh peserta didik sebelumnya. Merangkum dapat dilakukan di setiap halaman atau satu buku disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk mempermudah peserta didik merangkum isi bacaan dapat dibantu dengan kartu kata tanya. Guru menempel kartu kata tanya di 7
papan tulis, kemudian guru membantu dengan memberikan pertanyaan sesuai isi bacaan. Setelah semua kata tanya yang dibutuhkan selesai dijawab baru disusun menjadi kalimat yang runtut. Fokus merangkum guru cukup memberi contoh sekali kemudian peserta didik merangkum pada halaman berikutnya secara mandiri atau kelompok. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika membaca bersama. Membaca bersama guru sebagai model, sehingga peserta didik tidak membaca secara individu. Sebelum membaca dilaksanakan hendaknya dibuat kesepakatan bersama agar proses membaca berjalan dengan tenang dan nyaman. Membaca bersama dapat dilakukan di dalam kelas atau di luar kelas disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Pengaturan kelas dapat dilakukan dengan duduk di lantai (lesehan) atau duduk di bangku. Posisi guru ketika membaca harus lebih tinggi dari peserta didik. Hal ini dimaksudkan agar semua peserta didik dapat mengakses buku dengan jelas. Membaca bersama ini bermanfaat untuk meningkatkan percaya diri peserta didik karena guru yang memodelkan membaca. Jumlah buku besar yang diberikan oleh USAID Prioritas sangat terbatas yaitu 6 eksemplar setiap sekolah. Untuk itu penulis membuat sendiri buku besar agar peserta tidak bosan. Peserta didik juga penulis ajak untuk membuat buku besar sendiri dengan mendiskripsikan gambar.
Gambar 1 Foto membaca bersama 8
Gambar di atas adalah contoh pelaksanaan membaca bersama di kelas tiga. Membaca tersebut dilaksanakan menggunakan buku besar yang dibuat oleh peserta didik. Terlihat peserta didik sangat antusias dalam mengikuti membaca bersama. Fokus membaca pada gambar di atas adalah pemahaman.
b. Membaca Terbimbing Kegiatan
membaca
terbimbing
dilakukan
di
kelompok
kecil
beranggotakan peserta didik dengan kemampuan membaca yang sama (homogen).
Buku yang dipakai adalah buku bacaan berjenjang dengan
ukuran kecil. Buku ini terdiri dari 8 eksemplar setiap judulnya, sehingga dalam pembimbingan dapat dilakukan maksimal 7 peserta didik. Membaca terbimbing bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan membaca. Pelaksanaan membaca terbimbing dilaksanakan di dalam kelas membentuk kelompok. Bagi kelompok yang terbimbing menempati bangku dan meja yang telah disediakan guru dan peserta didik yang tidak terbimbing akan diberi tugas. Membaca terbimbing juga menggunakan 4 fokus ketrampilan membaca seperti membaca bersama. Ada perbedaan dalam membaca bersama dan terbimbing. Jika membaca bersama guru sebagai model, suara harus nyaring dan secara klasikal, maka membaca terbimbing guru sebagai fasilitator, suara guru dan peserta didik terbimbing pelan, dan dilaksanakan secara kelompok kecil.
Gambar 2 Foto membaca terbimbing 9
Gambar di atas memperlihatkan ketika guru melakukan bimbingan terhadap lima peserta didik. Sedangkan peserta didik yang tidak terbimbing mengerjakan tugas yang diberikan guru. Dengan adanya strategi membaca terbimbing ini peserta didik dapat dibimbing sesuai kebutuhan dan kemampuan membaca setiap kelompok.
c. Membaca Mandiri Membaca
mandiri
siswa
membaca
buku
scara
individu
atau
berpasangan. Buku yang dibaca bisa diambil dari koleksi buku yang dimiliki sekolah. Dalam melakukan strategi membaca mandiri penulis melakukannya pada jam istirahat. Semua peserta didik bebas memilih buku yang mereka suka dari buku yang sudah di pajang di depan kelas. Guru dapat mengawasi mereka dan memberikan arahan buku yang sesuai untuk mereka baca.
Gambar 3 Foto guru membantu memilih buku yang tepat Membaca mandiri bukan berarti peserta didik dibebaskan begitu saja membaca buku yang mereka suka. Ada aturan lima jari untuk menentukan 10
tepat dan tidaknya buku untuk mereka. Jika buku tersebut ada yang tidak dimengerti arti kata lebih dari lima berarti buku tersebut terlalu sulit untuk peserta didik.
Gambar 4 Foto peserta didik membaca buku cerita saat jam istirahat
2. Pohon Literasi Pohon literasi yang penulis buat merupakan tiruan pohon yang dibuat dari kayu kering kemudian dibuat ranting-ranting yang setiap ranting terdapat paku untuk menggantungkan hasil karya peserta didik. Pohon ini dibuat menarik dengan buah dan daun dari plastik yang diberi nama setiap peserta didik. Karya yang telah mereka tulis digantung pada buah yang ada namanya. Pohon literasi ini dibuat karena peserta didik sulit diajak untuk menulis. Mereka juga malas untuk membaca buku cerita yang ada di susut baca kelas. Pohon literasi ini ada dua macam yaitu satu untuk buku cerita satu untuk tulisan mereka. Karya yang sudah dibuat oleh peserta didik boleh dibaca oleh siapa saja termasuk peserta didik dari kelas lain Dengan adanya pohon literasi ini, peserta didik suka menulis tentang cita-cita, pengalaman mereka, dan juga cerita lainnya. Literasi tidak hanya sebatas menulis cerita, di kelas IV, penulis juga mengajak peserta didik untuk melakukan pengamatan terhadap hewan tertentu dan perkembangbiakannya 11
kemudian dituliskan dalam bentuk laporan. Tumbuhan di sekitar madrasah juga diamati untuk mendapatkan informasi tentang pertumbuhan dan ciri-cirinya. Dengan strategi membaca BBM dan pohon literasi ini peserta didik lebih senang membaca dan mau menulis. Ternyata menulis tidak sulit, itu yang selalu penulis ucapkan kepada peserta didik. Apapun yang mereka tulis akan mendapatkan pujian untuk motivasi tertarik menulis.
Gambar 5 Foto peserta didik sedang membaca tulisan temannya
12
Kesimpulan dan Harapan Kesimpulan Buku adalah jendela dunia, dengan membaca kita akan kaya ilmu dan berpandangan luas. Peserta didik adalah tanggung jawab kita sebagai guru untuk mendidik menjadi pribadi yang berkarakter mulia. Kita sebagai guru berharap dapat menjadi contoh untuk peserta didik dan masyarakat bagaimana kita menghidupkan gerakan literasi sekolah. Kita dapat memulai dengan membaca buku setiap ada kesempatan untuk membaca. Begitu juga ketika kita menunggui peserta didik kita membaca. Peserta didik mencontoh apa yang dilakukan oleh guru. Mereka tidak akan sulit diajak membaca jika mereka juga melihat kita suka membaca. Strategi membaca BBM dan pohon literasi dapat dipakai sebagai rujukan untuk meningkatkan minat baca peserta didik di sekolah. Dengan inovasi tersebut peserta didik lebih termotivasi untuk membaca dan menulis. Rasa percaya diri juga terbangun dengan adanya pohon literasi. Peserta didik tidak malu lagi ketika hasil karyanya dibaca oleh teman-temannya. Dengan strategi membaca BBM dan pohon literasi peserta didik berani menuangkan ide dan gagasan dalam bentuk tulisan. Membaca terbimbing juga mampu meningkatkan ketrampilan membaca.
Harapan Pemerintah melalui Kemendikbud sudah mencanangkan gerakan literasi sekolah, berharap agar sarana dan prasarana untuk menjalankan program tersebut dipenuhi. Terutama bagi kami yang ada di desa dengan fasilitas seadanya dengan kondisi lingkungan yang tidak mendukung dengan budaya membaca ini. Kami sangat berharap ada bantuan buku untuk kami sehingga buku yang dibutuhkan siswa dapat terpenuhi. Harapan untuk sekolah, gerakan literasi sekolah ini sangat menarik bagi penulis untuk dikembangkan sebaik mungkin. Perlu ada kerjasama yang baik antara semua warga sekolah untuk mewujudkannya. Menghidupkan perpustakaan meskipun sederhana agar peserta didik memiliki tempat untuk membaca dan
13
meminjam buku yang mereka suka. Setiap sekolah diharapkan menyediakan satu ruang untuk membaca siswa. Jika terpaksa perpustakaan tidak dapat diusahakan, penulis sangat berharap sudut baca dengan model pohon literasi ini dapat menjadi rujukan untuk menarik perhatian peserta didik gemar membaca. Pohon literasi dapat diletakkan di halaman agar semua peserta didik dapat membaca dengan leluasa. Menanamkan budaya baca mungkin di awal sedikit memaksa sampai akhirnya peserta didik akan sadar dengan sendirinya dan tanpa diperintah akan gemar membaca. Bagi peserta didik terutama di sekolah dasar, penulis sangat berharap agar tetap istiqomah dengan gemar membaca saat ini. Jangan sampai ketika besar nanti melupakan kebiasaan baik ini. Bacalah buku-buku yang kalian suka dan juga perhatikan lingkungan sekitar. Menjaga dan melestarikan lingkungan sebagai bagian dari literasi lingkungan. Berkarya tiada henti itu yang diharapkan dari kalian. Dengan gemar membaca diharapkan negara Indonesia akan mengalami kemajuan baik dibidang ekonomi, sosial, dan pertahanan nasional. Membaca menjadi suatu kebutuhan, itu harapan kita semua. Perkaya pengetahuan dengan literasi. Anak-anak kita akan senang membaca dibanding bermain gadget. Diera modernisasi ini gadget telah menguasai anak-anak kita, perlu arahan yang positif agar tidak jauh terpelosok dengan alat canggih tersebut. Semoga gerakan literasi sekolah dapat meningkatkan kembali kualitas pendidikan di Indonesia yang telah tertinggal jauh dari negara-negara Asia lainnya.
14
Daftar Pustaka
Alamsyah Said dan Andi Budimanjaya, 2016, 95 Strategi Mengajar. Jakarta: Prenadamedia Group. Heru Kurniawan, 2015, Pembelajaran Kreatif. Jakarta: Prenadamedia Group. Nurhadi, 2016, Teknik Membaca. Jakarta:Bumi Aksara. Prof. DR. Henry Guntur Tarigan, 2015, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: CV.Angkasa USAID PRIORITAS, 2016, Pembelajaran Membaca di Kelas Awal
15
Lampiran 1 Foto Kegiatan
teras i
Buku Big Book karya Peserta didik
16
Peserta didik membaca secara mandiri
17
Lampiran 2
18