KOMPETENSI LITERASI PESERTA DIDIK KELAS IV SEKOLAH DASAR (SD) Munimah1, Supriyanto2, Nurul Ulfatin3 Pascasarjana Program Studi Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Malang e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan: (1) mendeskripsikan komponen literasi versi PIRLS, (2) mendeskripsikan penilaian pemahaman menurut PIRLS, dan (3) mengidentifikasi komponen yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan kerangka penilaian kompetensi literasi membaca kelas IV SD. Hasil penelitian sebagai berikut. Pertama, komponen literasi versi PIRLS meliputi: konsep literasi membaca, framework asesmen, tolok ukur, komponen literary text, dan penentuan sistem penilaian. Kedua, kompetensi literasi membaca didefinisikan sebagai kemampuan membaca dan memahami teks berjenis sastra dan informatif, berdasarkan empat tingkatan kognitif, dari berbagai tipe teks, dan mengikuti konteks lokal di sekitar anak dan konteks nasional. Ketiga, kerangka penilaian kompetensi literasi untuk peserta didik kelas IV SD perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: kosakata atau diksi yang terlalu sulit lebih dari tiga; penarikan makna secara implisit; aplikasi teks pada kognisi tingkat lanjut; ilustrasi yang sesuai dengan pengetahuan anak; serta tema teks yang disajikan harus sesuai dengan pengalaman hidup anak. Hasil ini penting sebagai informasi literasi untuk dasar pengembangan kebijakan pendidikan Indonesia. Kata kunci: penilaian, kompetensi literasi, PIRLS, dan peserta didik SD
PENDAHULUAN Era informasi yang ditandai dengan
pendidikan dasar. Hal ini menjadi
tindak komunikasi tulis atau simbol-
menarik
simbol
elektronis,
kompetensi dasar yang diharapkan
memiliki
dimiliki seorang tamatan SD, yang di
(literacy/literate
antaranya adalah kompetensi berpikir
menuntut
grafis
dan
setiap
kemahirwacanaan thinking)
orang
(Wells,
Kemahirwacanaan
1990).
logis,
jika
kritis,
dikaitkan
kreatif
dengan
dalam
perlu
berkomunikasi lisan dan tulis melalui
dikembangkan sejak dini, tepatnya
berbagai media, termasuk teknologi
sejak anak memasuki lingkungan 1
informasi (Depdiknas, 2001, 2003,
sejak dini akan menyiapkan mereka
2006).
mengikuti pem-belajaran di sekolah Rendahnya
baca
formal. Anak yang sudah menguasai
dikalangan peserta didik khususnya
kemampuan literasi sejak dini akan
dan
menyebabkan anak menjadi seorang
masyarakat
umumnya terhadap
minat
Indonesia
berpengaruh kualitas
pada buruk
pendidikan.
pembelajar
sepanjang
hidupnya
(Bruns & Pierce, 2007).
Kurangnya kegemaran membaca di
Pendidik dan orang tua harus
kalangan peserta didik terjadi karena
bersinergi
peserta didik terbiasa disodorkan
karakter anak serta menumbuhkan
oleh informasi instan yang biasa
budaya membaca yang telah lama
diperoleh dari siaran TV dan media
hilang dari anak dan peserta didik
elektronik lainnya. Disamping itu,
kita. Selain itu sekolah menjadi
peserta didik menganggap membaca
rujukan
adalah
membosankan.
Mengapa hal ini berkaitan dengan
Tidak sedikit peserta didik sekolah
Peraturan Pemerintah No 19 Tahun
dasar yang kita temui masih sulit
2005
dalam
menyebutkan
hal
yang
mengeja
bacaan
padahal
dalam
kedua
pasal
membentuk
setalah
6
ayat
keluarga.
6
yang
bahwasanya
sudah berada pada kelas tinggi.
kompetensi inti yang harus dimiliki
Tentu hal ini sangat memprihatinkan
oleh peserta didik kita ada empat
kondisi pendidikan di Indonesia. Hal
macam yakni membaca, menulis,
inilah yang menjadi PR besar bagi
berhitung, dan komunikasi.
kita semua, bukan hanya terbatas
Literasi
secara
sebagai
tradisi
pada pendidik namun juga tugas dan
dimaknai
tanggungjawab orang tua dalam
menggunakan
bahasa
untuk
mendidik anak. Tidak dipungkiri
membaca
menulis.
Dalam
bahwasanya pendidikan utama anak-
konteks
anak kita berasal dari rumah kita
kemampuan membaca dan menulis
masing-masing serta lingkungan kita.
pada tahap yang memadai untuk
Menurut Reese, Garnier, Gallimore,
berkomunikasi
dan Goldenberg (2000) pengalaman
masyarakat yang literat. Lingkungan
anak berinteraksi dengan literasi
kelas yang literat adalah lingkungan
dan
kemampuan
modern, literasi merujuk
dalam
suatu
kelas yang kaya dengan media
National Assessment of Educational
kebahasaan dan cetakan (USAID
Progress mengartikan literasi sebagai
Prioritas, 2014). Pengertian literasi
kemampuan performansi membaca
berdasarkan konteks penggunaanya
dan
dinyatakan Baynham (1995) bahwa
sepanjang hayat (Winterowd, 1989).
literasi
merupakan
integrasi
keterampilan menyimak, berbicara, menulis, membaca, dan berpikir kritis. Stripling (1992) menyatakan bahwa “literacy means being able to understand new ideas well enough to use them when needed. Literacy means knowing how to learn”. Pengertian konsep
ini dasar
didasarkan literasi
pada sebagai
kemelekwacanaan sehingga ruang lingkup literasi itu berkisar pada segala upaya yang dilakukan dalam memahami dan menguasai informasi. Robinson (1988) menyatakan bahwa literasi adalah kemampuan membaca dan menulis secara baik untuk berkompetisi
ekonomis
secara
lengkap. Lebih lanjut dijelaskannya bahwa
literasi
merupakan
kemampuan membaca dan menulis yang
berhubungan
keberhasilan
menulis
seseorang
dengan dalam
lingkungan masyarakat akademis, sehingga literasi merupakan piranti yang dimiliki untuk dapat meraup kesuksesan dalam lingkungan sosial.
yang
diperlukan
Berdasarkan uraian di atas maka
dapat
dinyatakan
bahwa
literasi adalah kemampuan baca-tulis atau kemelekwacanaan, kemampuan mengintegrasikan antara menyimak, berbicara, membaca, menulis dan berpikir, kemampuan siap untuk digunakan dalam menguasai gagasan baru
atau
piranti
cara
mempelajarinya,
kemampuan
sebagai
penunjang keberhasilannya dalam lingkungan akademik atau sosial. Oleh karena itu, perlu adanya suatu kerangka penilaian kompetensi literasi bagi peserta didik kelas IV SD
yang
harus
diinisiasi
oleh
sekolah. Draf ini bukanlah suatu gerakan
tersendiri
dan
ekslusif.
Penilaian ini merupakan upaya yang bersifat holistik dan terpadu yang memerlukan
keterlibatan
dan
partisipasi aktif dari seluruh elemen sekolah
(peserta
sekolah,
tenaga
didik, pendidik
kepala dan
kependidikan) serta dukungan dari komite sekolah dan orang tua peserta didik.
1987; Olson, 1991; Ong, 1992).
HASIL KAJIAN Dekade Literasi dicetuskan sebagai
Agenda
Pembangunan Masyarakat 2015
oleh
PBB.
Bahkan perubahan evolusi manusia
Utama
merupakan dampak dari pemikiran
Global
literasi (Donald, 1991).
Program
ini
Kajian
mengenai
mengisyaratkan bahwa pada tahun
disini
tersebut semua warga dunia harus
keterampilan
bebas dari iliterasi (Janjic-Watrich,
kegiatan utama literasi di samping
2009: 559). Hal ini tertuang juga
menulis, membaca juga mengalami
dalam program Education for All
perubahan
(EFA) atau Pendidikan untuk semua
membuat
(PUS) di bawah koordinasi PBB
menyadari
untuk 164 negara di dunia yang ikut
merupakan kegiatan yang kompleks.
serta dalam keanggotaan program.
Seperti yang diungkapkan oleh Ja
Istilah “literasi” memiliki makna
(2008:2) bahwa “reading is an
meluas dari waktu ke waktu. Literasi
extremely complex and multifaceted
sekarang
process
tidak
hanya
diartikan
lebih
literasi
berfokus membaca.
paradigma. para
Sebagai
Hal
ahli
ini
membaca
bahwa
…”.
pada
membaca
Proses
memahami
sebagai kemampuan menulis dan
bacaan bukan merupakan proses
membaca tetapi “…has instead come
yang sederhana (Kintsch & Kintsch,
to be considered synonymous with its
2005:7).
hoped-for consequences” (Aronoff,
terlibat dalam berbagai proses yang
1995:68). Kini, literasi memiliki
terjadi secara simultan. Pertama,
makna
pembaca
dan
implikasi
dari
keterampilan membaca dan menulis
baik
dasar
konseptual
ke
pemerolehan
dan
Pembaca
secara
melakukan
secara
aktif
pengkodean
perseptual
maupun
(perceptual
and
manipulasi pengetahuan melalui teks
conceptual decoding). Proses ini
tertulis, dari analisis metalinguistik
melibatkan kegiatan memaknai kata
unit gramatikal ke struktur teks lisan
dan menghubungkannya dengan unit
dan tertulis, dari dampak sejarah
ide
manusia ke konsekuensi filosofis dan
pembaca menghubungkan unit ide,
sosial pendidikan barat (caldwell &
memaknai
Watt, 1963; Chafe& Danielewicz,
membangun
atau
proposisi.
detil
Kemudian
informasi,
mikrostruktur
dan dan
makrostruktur atau yang diistilahkan
atau negara bagian berpartisipasi
sebagai “the mental representation
sebagai peserta.
that the reader construct of the text”.
Dasar
Pemahaman mikrostruktur
dan
menyebabkan
makrostruktur
pembaca
dapat
ide-ide
penting
mengidentifikasi yang
terhadap
kemudian
dari
penilaian
literasi
membaca dalam PIRLS 2006 adalah tujuan
membaca
dan
proses
pemahaman (Park, 2008:6). Tujuan membaca
meliputi:
1)
diintegrasikan
berpengalaman bersastra (50%) dan
dengan pengetahuan awal (prior
2) memperoleh dan menggunakan
knowledge) dan membangun situasi
informasi
model. Situasi model ini bersifat
(50%).
idiosinkratik
pemahaman meliputi: 1) mengambil
pembaca
bagi
yang
masing-masing
digunakan
untuk
belajar pada waktu dan konteks lain. Beberapa survei literasi yang
Sementara
membuat
kesimpulan
secara
langsung
(30%),
3)
menginterpretasikan
dan PISA. PIRLS (Progress in
mengintegrasikan
International
informasi
Literacy
proses
informasi secara eksplisit (20%); 2)
diikuti Indonesia antara lain PIRLS
Reading
itu,
dan gagasan
dan
dan
4)
(30%),
Study) adalah studi internasional
mengevaluasi isi, bahasa, dan unsur
tentang
teks (20%).
literasi
membaca
untuk
peserta didik sekolah dasar (kelas
Sementara
PISA
IV) yang dikoordinasikan oleh IEA
(Programme
(The International Association for
Student Assessment) adalah studi
the
internasional tentang prestasi literasi
Evaluation
of
Educational
Achievement,
berkedudukan
Amsterdam,
Belanda).
for
itu,
International
di
membaca, matematika, dan sains
PIRLS
peserta didik sekolah berusia 15
diselenggarakan setiap lima tahun
tahun. Studi ini dikoordinasikan oleh
sekali, yaitu pada tahun 2001, 2006,
OECD (Organisation for Economic
2011, dan seterusnya.
Indonesia
Cooperation and Development) yang
mulai berpartisipasi pada PIRLS
berkedudukan di Paris, Perancis.
2006 yang diikuti oleh 45 negara
PISA
merupakan
studi
yang
diselenggarakan setiap tiga tahun
sekali, yaitu pada tahun 2000, 2003,
(reflecting text). Penekanan terhadap
2006,
seterusnya.
berbagai
sepenuhnya
konsekuensi
2009,
Indonesia
dan
mulai
jenis di
teks era
sebagai hipermedia
berpartisipasi sejak tahun 2000.
direpsons positif oleh beberapa ahli
Tujuan PISA adalah untuk mengukur
bahasa seperti Phillips dan Jorgenson
prestasi
karena
literasi
membaca,
PISA
memberikan
matematika, dan sains peserta didik
kesempatan
sekolah berusia 15 tahun di negara-
interdiscursivity
negara
tema diskusi mengenai bahasa dan
peserta.
Bagi
Indonesia,
manfaat yang dapat diperoleh, antara
literasi
yang
merupakan
Posisi
kompetensi
literasi
didik
membaca peserta didik Indonesia
Indonesia bila dibandingkan dengan
pada hasil survei internasional dapat
prestasi literasi peserta didik di
dikatakan
Negara lain dan faktor-faktor yang
survei
mempengaruhinya.
menduduki nomor 41 dari 45 negara
Dasar
peserta
terciptanya
kuasa bahasa (Stack, 2006:52).
lain adalah untuk mengetahui posisi prestasi
bagi
PIRLS
rendah. 2006,
Untuk
Indonesia
prestasi
yang disurvei. Hasil survei PISA
literasi membaca, matematika, dan
dalam tiga survei yang pernah diikuti
sains
memuat
Indonesia juga menunjukkan hasil
pengetahuan yang terdapat dalam
yang memprihatinkan. Pada survei
kurikulum dan pengetahuan yang
tahun 2000 Indonesia peringkat 39
bersifat lintas kurikulum. Untuk
dari 41 negara yang disurvei. Pada
membaca, aspek literasi yang diukur
tahun 2003, Indonesia menduduki
adalah memahami, menggunakan,
posisi 39 dari 40 negara partisipan.
dan merefleksikan dalam bentuk
Sementara itu, untuk survei tahun
tulisan. Khusus untuk kompetensi
2006, Indonesia menduduki posisi 48
membaca, subskala yang dipakai
dari 56 negara partisipan. Hasil ini
adalah kemampuan peserta didik
memberikan pekerjaan rumah bagi
dalam
informasi
para ahli, pemerhati, dan praktisi
information),
pembelajaran khususnya membaca
dalam
penilaian
sangat
PISA
memeroleh
(retrieving
menginterpretasi teks (interpreting
untuk
text),
inovasi, melakukan studi analisis dan
dan
merefleksikan
teks
merumuskan,
membuat
pengembangan untuk meningkatkan
Hasil survei PIRLS memunculkan
kemampuan literasi peserta didik.
beberapa masukan dan kritik. Seperti
Disamping itu, hal ini juga menjadi
di
hal yang menggelitik, bagaimana
melaporkan bahwa ada gap yang
instrumen penilaian PIRLS maupun
cukup
PISA disusun dan diujikan jika
membaca sastra dan membaca untuk
dikaitkan dengan konteks situasi
memperoleh
pembelajaran
menunjukkan
dan
kondisi
sosioekonomi serta kultur Indonesia.
Amerika,
besar
kompetensi
Park
antara
(2008:7)
kompetensi
informasi.
Hasil
bahwa
skor
membaca
untuk
Kajian mengenai literasi di
memperoleh informasi jauh lebih
tingkat sekolah dasar tidak dapat
rendah daripada membaca sastra. Hal
dipisahkan dari survei kompetensi
ini menjadi kajian mengapa dapat
literasi yang dilakukan oleh PIRLS.
terjadi dan upaya apa yang dapat
Dalam survei PIRLS, peserta didik
dilakukan
diberikan tes dengan genre teks yang
kompetensi
berbeda-beda
memperoleh informasi. Pertanyaan-
dilaporkan
dan dalam
hasilnya dua
tujuan
implikasi
(literary reading) dan membaca
kehidupan
untuk memperoleh (informational reading).
proses
pemahaman bacaan oleh PIRLS
meningkatkan
membaca
untuk
pertanyaan ini menimbulkan
membaca, yakni membaca sastra
Komponen
untuk
serius
karena
dalam
masyarakat
modern
kompetensi
membaca
untuk
memperoleh
informasi
sangat
penting (Benson, 2002).
dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Komponen Proses Pemahaman Bacaan oleh PIRLS Comprehension processes Focus on and retrieve explicitly stated information
Make straightforward inferences
Interpret and integrate ideas and information
Examples of tasks Looking for specific ideas. Finding definitions or phrases. Identifying the setting for a story (for example, time, place) Finding topic sentence or main idea (explicitly stated) Inferring that one event caused another. Identifying generalization in text. Describing the relationship between characters. Determining the referent of a pronoun. Determining the overall message or theme. Contrasting text information.
Items 20%
30%
30%
Inferring a story’s mood or tone. Interpreting a real-world application of text information. Evaluating the likelihood that the events described could happen. Describing how the author devised a surprise ending. Judging the completeness or clarity of information in text. Determining the author’s perspectives.
Examine and evaluate content, language, and textual elements
20%
Faktor demografi dan latar
Indonesia sebagai pendukung budaya
belakang negara juga berpengaruh
literasi juga memberi andil besar
penting
dalam upaya ini.
(Topping,
2006).
Oleh
karena itu, ia memberikan hasil
Kajian ini harus lebih diperdalam
kajian PIRLS bahwa studi PIRLS
lagi dengan berbagai riset yang
merepresentasikan
cross-
mengkaji komponen-komponen apa
korelasional,
saja yang harus menjadi perhatian
merepresentasikan bukti-bukti artifak
utama dalam kompetensi literasi
masing-masing
yang
sectional
studi
dan
negara,
tidak
sesuai
dengan
mengidentifikasi hubungan kausal,
Indonesia.
bernilai
Indonesia sudah menjadi partisipan
ketika
konteks
negara,
Mulai
konteks
budaya, demografi, dan beberapa
dalam
variabel
menunjukkan
lain
digunakan
untuk
menganalisis kebijakan. Dalam
konteks
PIRLS
tahun
dan
bahwa
2006,
hasilnya kompetensi
literasi peserta didik dalam membaca
pembelajaran
di
sangat rendah.
Indonesia, kekayaan multikultur dan
Dengan hasil survei PIRLS ini,
multilingalisme Indonesia menjadi
pertanyaan
variabel
apakah
penting
diperhatikan.
yang
Apalagi,
harus
yang
PIRLS
muncul
adalah
sesuaikan
untuk
secara
diterapkan di Indonesia? Hal inilah
sosioekonomi, Indonesia tergolong
yang perlu menjadi dasar kajian
negara
masih
teoretis sehingga kerangka penilaian
menyisakan pekerjaan besar untuk
kompetensi literasi perlu diredefini
meningkatkan kesejahteraan bangsa.
sesuai dengan konteks Indonesia.
Kurikulum yang berlaku di Indonesia
Pengembangan instrumen penilaian
khususnya mata pelajaran Bahasa
menduduki posisi penting dalam
berkembang
yang
penentuan
aspek-aspek
penilaian
berpendidikan tinggi lebih sadar
kompetensi. kerangka penilaian yang
akan
sudah dikembangkan akan menjadi
lingkungan rumah yang terliterasi
kerangka
untuk
acuan
dalam
pengaruh
positif
meningkatkan
dari
kemampuan
mengembangkan instrumen penilaian
bahasa dan literasi anak-anaknya.
baik dalam bentuk tes maupun
Kemauan
nontes. Dalam hal mengembangkan
memberikan pengalaman membaca
kerangka
bersama
orang
tua
untuk
penilaian
kompetensi
khususnya
membaca,
pelindung
pemahaman komprehensif mengenai
pengaruh
hakikat membaca, faktor-faktor yang
dikarenakan lingkungan yang tidak
dapat
pemahaman
mendukung, seperti pada subjek
membaca, berbagai jenis teks dengan
penelitian yang kebetulan tinggal di
landasan
daerah
literasi
mempengaruhi
Pengenalan
terhadap
sebagai
mekanisme
untuk
menghadapi
ketidakberuntungan
pedesaan
dan
yang
berbagai bentuk genre berbahasa dan
lingkungan keluarga dan masyarakat
berkomunikasi yang sekarang ini
kurang menguntungkan.
juga dikenal sebagai pendekatan
Kualitas
pendidik
genre (Knapp dan Watkins, 2005)
lingkungan
tidak terlepas dari konsep literasi
kualitas
karena dalam pendekatan ini, teks
peserta
memiliki
genre
tertentu
yang
misalnya penggunaan pembelajaran
kemudian
dilihat
relevansi
dan
yang berpusat pada peserta didik,
praktiknya
pada
nyata,
penggunaan free play, bermain peran
seperti teks dalam media cetak
dan pemilihan permainan, serta ada
maupun elektronik.
pojok membaca dan menulis yang
konteks
dari
Laakso,
Poikkeus, Eklund, dan Lyytinen (2004) menemukan minat peserta didik untuk bermain dengan media literasi juga berhubungan dengan pendidikan
ibu.
Ibu
yang
mempengaruhi
perkembangan didik,
diefektifkan.
PENELITIAN TERDAHULU Penelitian
juga
dan
penggunaan
kualitas
Akan materi
literasi tersebut
tetapi
pembelajaran
tersebut harus ada mentoring dan coaching langsung dari ahli yang dianggap kompeten agar pendidik mendapatkan umpan balik serta ada tempat
untuk
bertanya
ketika
menghadapi kesulitan. Tanpa ada
elit)
bimbingan
lembaga
kader
hanya
sekedar
dengan
mempunyai
sudah dicontohkan. Di sisi lain
terbatas.
diberikan
pembelajaran
didik
pendidikan
meniru dan mengulang cara yang
peserta didik yang terbiasa hanya
peserta
dari yang
pendanaan
yang
Salah satu hal yang tidak
dengan
kalah penting adalah melakukan
mengingat dan meniru, mengalami
asesmen untuk membedakan peserta
kesulitan
didik yang kemungkinan mengalami
untuk
menggunakan
metode yang berbeda yang lebih
hambatan
menggunakan kemampuan abstraksi
dengan peserta didik yang siap untuk
dan verbalisasi, sehingga cenderung
mendapatkan
mudah
membaca menulis yang konvensional
bosan
(Moorea,
Akhterb&Abouda, 2008).
(Farver
perkembang
literasi
pembelajaran
dkk.,2007).
Selain
itu
Pengetahuan pendidik pada
asesmen juga di perlukan untuk
aktivitas literasi yang sangat kurang
mengembangkan program intervensi
menyebabkan pentingnya program
yang tepat apabila anak mengalami
persiapan ketika akan mengajar. Jika
hambatan
kebutuhan tersebut tidak dipenuhi
(Marvin & Ogden, 2002). Akan
maka
akan
tetapi permasalahan terbesar apabila
kesempatan
untuk
melakukan asesmen pada peserta
stimulasi
yang
didik adalah karakteristik peserta
memadai tentang literasi. Tanpa
didik yang khas yang memerlukan
pelatihan yang cukup, pendidik tidak
situasi
akan siap untuk mengajar. Oleh
aktivitas tes pada umumnya. Inilah
karena itu pendidik perlu dibekali
yang dinamakan asessmen autentik
dengan pengetahuan dan ketrampilan
(Bagnato, 2007). Asesmen untuk
untuk menstimulasi peserta didik
peserta didik harus memperhatikan
sehingga
beberapa
peserta
mempunyai mendapatkan
didk
dapat
tidak
mempersempit
perkembangan
pengetesan
hal
literasi
tidak
penting
seperti
misalnya,
kesenjangan antara peserta didik
setting yang menyenangkan, material
yang
yang sudah dikenal peserta didik dan
mendapatkan
pendidikan
yang
pelayanan dianggap
berkualitas (misalnya lembaga yang
menarik sederhana.
serta Pada
prosedur penelitian
yang ini,
karakteristik sudah diperhatikan akan
realization, helping children learn
nampaknya perlu ada perhatian yang
about themselves and their potential”
lebih pada gambar yang digunakan
membaca membuat peserta didik
untuk melakukan asesmen misalnya
lebih berpengetahuan, tidak hanya
gambar yang dikenal peserta didik
tentang mata pelajaran di sekolah
dan tidak menimbulkan interpretasi
tetapi juga tentang topik-topik yang
ganda.
relevan dengan kehidupan sehari-hari dan masyarakat secara umum. Dalam
PEMBAHASAN
membaca,
Studi literasi yang dilakukan terhadap literasi PIRLS meliputi konsep literasi membaca, kerangka penilaian, tolok ukur, komponen teks bacaan,
dan
penentuan
sistem
penilaian. Berikut deskripsi literasi yang diperoleh melalui studi PIRLS
peserta didik kelas IV. Mengapa kelas IV yang dipilih? Pada tingkat ini, ada pergantian konsep membaca, dari yang sebelumnya learn to read (belajar untuk membaca) menjadi read to learn (membaca untuk belajar).
Membaca
dipandang
sebagai komponen penting untuk kesuksesan sekolah dan peserta didik membutuhkan kemampuan membaca yang bagus untuk memahami dan mempelajari materi yang beragam di kelas (Mullis, et al, 2012). Membaca juga sangat penting dalam “self-
didik
akan
mendapatkan kata baru, frase, idiom yang akan meningkatkan kosakata dan kemampuan bahasa mereka. Peserta didik juga belajar tentang pola dan hubungan yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berkreasi.
tersebut. PIRLS melakukan studi kemampuan literasi membaca untuk
peserta
Berdasarkan
konsep
ini,
PIRLS mengembangkan kerangka penilaian membaca yang terbagi dalam dua kategori utama, yakni proses
pemahaman
membaca.
Jenis
dan
tujuan
membaca
yang
digunakan yakni literary reading (membaca sastra) yang bertujuan untuk
memperoleh
pengalaman
sastra dan informational reading yang bertujuan untuk memperoleh dan menggunakan informasi). Kedua tujuan mengandung
membaca
tersebut
proses
pemahaman
yang sama yang meliputi 4 proses.
Tujuan dan proses pemahaman membaca yang dinilai dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Penilaian Pemahaman PIRLS Tujuan membaca Untuk mendapatkan pengalaman bersastra (for literacy experience)
Untuk memperoleh dan mendapatkan informasi (to acquire and use information)
Proses pemahaman yang dinilai Fokus dan mendapat informasi eksplisit (Focus on and retrieve explicitely stated information) Membuat kesimpulan langsung (Make straightforward inferences) Menginterpretasikan dan mengintegrasikan ide dan informasi (Interpret and integrate ideas and information) Memeriksa dan mengevaluasi isi, bahasa, bahasa dan elemen tekstual (Examine and evaluate content, language, and textual elements) Fokus dan mendapat informasi eksplisit (Focus on and retrieve explicitely stated information) Membuat kesimpulan langsung (Make straightforward inferences) Menginterpretasikan dan mengintegrasikan ide dan informasi (Interpret and integrate ideas and information) Memeriksa dan mengevaluasi isi, bahasa, bahasa dan elemen tekstual (Examine and evaluate content, language, and textual elements)
Tolok ukur atau benchmark dalam penting
sebuah
penilaian
sekali.
sangat
Benchmark
kategori penilaian. Negara-negara bagian
yang
dilibatkan
penentuan benchmark ini dipilih
didefinisikan sebagai “a level of
berdasarkan
quality which can be used as a
nilai dari survei sebelumnya.
standard when comparing other
dalam
representasi
Literasi
PIRLS
capaian
memuat
things”. Karena PIRLS melakukan
literary text, yakni teks cerita pendek
studi komparasi literasi membaca
atau berseri yang dilengkapi dengan
khususnya kelas IV di berbagai
ilustrasi. Ada lima bagian/jenis yang
negara, maka harus ada benchmark
meliputi
yang ditentukan secara representatif.
kontemporer yang panjangnya ± 800
Benchmark yang dipakai yakni 4
kata dalam berbagai setting. Masing-
kategori,
high
masing memiliki dua karakter utama
(550), intermediate (475), dan low
dan satu plot dengan satu atau dua
(400). Penentuan benchmark sangat
peristiwa utama. Bagian tersebut
penting dalam merumuskan standar
meliputi gaya dan fitur bahasa,
nilai yang digunakan pada tiap
humor, dialog, dan bahasa figuratif.
advanced
(625),
cerita
tradisional
dan
Sementara
itu,
untuk
informasional
teks
pilihan ganda dan uraian singkat. Hal
bagian-bagiannya
ini seperti yang dilakukan oleh PISA
meliputi
continous
dan
non-
dan TIMMS. Dasar pertimbangan
continous
text
panjangnya
dalam menentukan jenis soal ini
sekitar
yang
600-900
ini
adalah kombinasi skala dikotomus
meliputi berbagai jenis misalnya
dan politomus yang masing-masing
diagram, peta, ilustrasi, foto, atau
memiliki karakteristik. Soal dengan
tabel.
sains,
skala dikotomus seperti pada pilihan
dan
ganda bersifat objektif namun kurang
Materi
kata.
Teks
meliputi
etnografi,
biografi,
informasi
praktis.
sejarah, Teks
disusun
dapat
menampung
kemampuan
berdasarkan beberapa hal, termasuk
berpikir analitis dan kreatif peserta
logika, argumen, kronologi, dan
didik
topik. Ada pula yang menggunakan
kesempatan untuk mengungkapkan
subheading, teks yang ada dalam
jawaban secara bebas sesuai dengan
kotak, maupun teks yang berupa
pemahaman pribadi. Sementara itu,
daftar.
soal dengan skala politomus bersifat Berdasarkan
konsep
dan
organisasi dua macam teks dalam PIRLS di atas, dapat dipahami
karena
tidak
memberikan
subjektif karena jawaban tidak ada yang benar penuh atau salah penuh. Sistem
penilaian
PCM
bahwa ada berbagai genre teks yang
memberikan pilihan tengah karena
digunakan
yang
penilaian diberikan mengelaborasi
dengan
kedua jenis skala soal ini tapi tetap
yang dapat
objektif. Kunci untuk keobjektifan
dijumpai dalam kehidupan nyata
soal yang berskala politomus adalah
sekarang, misalnya teks informasi di
disediakannya
sekolah/bandara/hotel,
teks
kemungkinan jawaban. Jenis kredit
prosedural membuat makanan atau
yang digunakan tergantung pada
petunjuk
sesuatu,
jenis soal dan proses pemahaman
berbagai gaya bahasa teks sastra, dan
yang dinilai. a. Untuk soal pilihan
ilustrasi.
ganda, kunci jelas
beragam berbagai
dengan pula,
fitur
sesuai
jenis teks
melakukan
PIRLS
menggunakan
berbagai
sistem PCM atau Partial Credit
dengan skala dikotomus, skor nol (0)
Model dengan dua jenis soal, yakni
untuk jawaban salah/false dan skor
satu (1) untuk jawaban benar/true. b.
Kerangka yang dihasilkan sesuai
Untuk soal uraian singkat yang
dengan “peringatan” Norton (2010)
mengukur
kategori
bahwa literasi itu bukan sekedar
complete
kemampuan membaca dan menulis
comprehension dengan skor dua (2),
saja melainkan hubungan antara
partial comprehension dengan skor
kemampuan
satu (1), dan no comprehension
lingkungannya, baik dalam tataran
dengan skor nol (0). c. Untuk soal
lokal, regional, dan transnasional.
uraian
Dalam PISA (2009) dan PIRLS
pemahaman,
penilaian
adalah
singkat
respons,
yang
kategori
mengukur penilaiannya
(2011)
itu
‘lingkungan’
dengan
literasi
ini
adalah acceptable response dengan
digali, dari keadaan infrastruktur
skor
negara
satu
(1)
dan
uncceptable
response dengan skor nol (0).
yang
dikenalkan
karenanya
mendukung
perlu
tataran praktis pada kegiatan belajar sehari-hari.
anak
secara
Oleh karena itu, melihat hasil
gradatif
agar
studi internasional ini tidak cukup
literasi
dapat
hanya dengan menafsirkan angka-
diperoleh anak secara bertahap. Hal
angka pencapaian peserta didik kita,
ini sesuai dengan pendapat Fletcher-
tetapi juga harus dilihat faktor-faktor
Campbell et al. (2009) bahwa literasi
determinan
itu adalah sebuah konsep yang
prestasi tersebut. Lebih jauh dalam
kompleks
kerangka
intensif kerumitan
kepada
dapat
kebijakan pendidikan sampai pada
Kompetensi literasi memang kompleks
yang
tetapi dalam
mendapatkan
sehingga
untuk
kemampuan
ini
kemampuan
literasi ini teks dipilah seimbang antara
Kompleksitas
mengingat
ini
mempengaruhi
penilaian
diperlukan proses yang juga rumit. literasi
yang
sastra
dan
informatif
“Kebutuhan”
ragam
disederhanakan oleh PIRLS, PISA,
bacaan anak kelas IV SD relatif
dan
TIMSS
dengan
membatasi
sama. Yang dibedakan disini adalah :
tingkat
literasi
(a) panjang teks, (2) tema teks, (c)
berdasarkan strand, tingkat kognisi,
gradasi tingkat kognitif, (d) gradasi
jenis dan tipe teks (dalam reading
tingkat pemahaman, dan (e) unsur
literacy), dan konteks literasinya.
teks. Hal ini pun sejalan dengan
klasifikasi
kerangka
PIRLS
tujuan
lebih dari tiga; (c) Penarikan makna
membaca literary dan informative
secara implisit; (d) Aplikasi teks
dijadikan panduan dalam memilih
pada kognisi tingkat lanjut; (e)
bahan
Ilustrasi
bacaan
bahwa
yang
ada
dalam
yang
gayut
dengan
masing-masing soal. Masing-masing
pengetahuan anak; (f) Tema teks
bacaan
yang disajikan harus sesuai dengan
yang
terpilih
memiliki
karakteristik yang berbeda
yang
pengalaman hidup anak. Tema teks
kedua
yang dibutuhkan dalam tes adalah
tujuan membaca di atas. Untuk
teks-teks dengan topik sekitar anak
masing-masing
tersebut,
seperti pasar, alam, pusat layanan,
proses
kejadian di sekitar anak, makanan,
yaitu
sekolah, keindahan alam, transportasi
mencari informasi yang dinyatakan
darat dan laut, kesenian daerah,
secara eksplisit; menarik kesimpulan
penyakit, pekerjaan, dan permainan
secara
anak.
digunakan
sesuai
dengan
tujuan
diberikan
empat
jenis
memahami
bahan
bacaan,
langsung;
menginterpretasikan
dan
Pencapaian penilaian pemahaman
dan
diprediksi tidak akan dapat dicapai
informasi; dan menilai dan menelaah
apabila sumber daya penentu, yakni
isi bacaan, penggunaan bahasa, dan
pendidik,
unsur-unsur teks. Setiap pertanyaan
pembenahan diri. SDM pendidik
dirancang untuk menguji salah satu
yang
proses kemampuan membaca.
proses
mengintegrasikan
gagasan
rendah
tidak
akan
pencapaian
melakukan
menghambat literasi
yang
Selain itu, literasi anak kelas
tinggi pada anak-anak. Oleh karena
IV SD belum setinggi konstruk
itu, pendidik harus mulai melakukan
PIRLS,
sarana
berbagai upaya diri demi mencapai
pembelajaran sudah relatif baik.
target literasi, seperti mengkaji teori
Beberapa
penyesuaian
yang
literasi, menyiapkan teks, melakukan
dilakukan
terhadap
kerangka
evaluasi, dan penguasaan kurikulum
walaupun
penilaian pemahaman yang ada perlu mempertimbangkan hal-hal berikut: (a) Jumlah kata dalam setiap teks; (b) Kosakata atau diksi yang terlalu sulit
secara total.
SIMPULAN Berdasarkan paparan di atas, dapat
dibuat
simpulan
sebagai
berikut. Pertama, kompetensi literasi membaca
adalah
kemampuan
membaca teks berjenis sastra dan informatif,
berdasarkan
empat
tingkatan kognitif (grafik normal), dari
berbagai
tipe
teks
serta
mengikuti konteks lokal (sekitar anak) dan nasional. Kedua, penilaian kompetensi literasi untuk peserta didik Kelas IV SD terdiri atas komponen
kompetensi
literasi
peserta didik kelas IV SD, tingkatan kognitif yang diminta, jenis teks yang diinginkan, tipe teks yang diinginkan,
yang
kesemuanya
disesuaikan dengan konteks yang diketahui anak. Ketiga, permasalahan literasi
anak
Indonesia
sangat
kompleks. Oleh karena itu, penilaian kompetensi literasi perlu disesuaikan dengan diksi, panjang teks, tingkatan kognisi, tema teks, dan ilustrasi.
DAFTAR RUJUKAN Aronof, M. 1994. Spelling and culture. Dalam W.C. Watt (Ed). Writing system and cognition, Dordrecht: Kluwer. Astuti, Tri Puji. 2014. Perbedaan Literasi Emergen Anak Taman Kanak-kanak di Daerah
Perkotaan dan Pinngiran. Jurnal Psikologi Undip Vol.13 No.2 Oktober 2014, 107-119 Bagnato, S. 2007. Authentic Assessment for early childhood intervention: Best practices. New York: The Guilford Press. Baynham, M. (1995). Literacy Practices: investigating literacy in social contexts. Routledge: London Benson, V. 2002. Shifting paradign and pedagogy with nonfiction: A call to arms for survival in the 21st century. The New England Reading Association Journal, 38, 1-6. Diunduh pada 02 Juli 2016. http://www.proquest/umi/pqd. web Chafe, W. & J Danielewicz (1987), “Properties of Spoken and Written Language,” in R. Horowitz and S.J. Samuels, eds., Comprehending Oral and Written Language. San Diego: Academic Press, 83113. Caldwell, J. S. (2008). Comprehension assessment: A classroom guide. New York: The Guilford Press. Donald, M. 1991. Origins of the modern mind: three stages in the evolution of culture and cognition. Cambridge MA: Harvard University Press.
Farver, J. M., Nakamoto, J., Lonigan, C. J. (2007). Assessing Preschoolers’ Emergent Literacy Skills in English and Spanish with the Get Ready to Read! Screening Tool. Annals of Dyslexia/Elsevier. Vol. 2007 Goody, J. & Watt, I. 1963. The consequences of literacy. Contemporary Studies in Society and History 5, Diunduh pada 02 Juli 2016 http://www.proquest/umi/pqd. web Janjic;Watrich, Vera. 2009. “The Cambridge handbook of literacy” by Olson, D.R.& Torrance, R. (Eds). Books Review. Alberta Journal of Educational Research, Winter, 55,4. Diunduh pada 02 Juli 2016. http://www.proquest/umi/pqd. web Kintsch, W. & Kintsch, E. (2005). Comprehension. Dalam S.G. Paris & S.A. Stahl (Eds). Children’s Reading Comprehension and Assessment. Mahwah, NJ: Erlbaum. Knapp, P. & Watkins, M. (2005). Genre, text, grammar. Australia: University of New South Wales Press. Laakso, M-L., Poikkeus, A-M., Eklund, K., & Lyytinen, P. (2004). Interest in early shared
reading, and it’s relation to later language and letter knowledge in children with and without a genetic risk for dyslexia. First language, 24(3), 323-345. Marvin, C., Ogden, N. (2002). A home literacy inventory: Assessing young children's. contexts for emergent literacy. Exceptional Young Children, 5, 2-10. Moorea, A. C., Akhterb, S., & Abouda, F.E . (2008). Evaluating an improved quality preschool program in rural Bangladesh. International Journal of Educational Development, 28, 118-131. Mullis, I.V.S., Martin, M.O., Foy, P., Arora, A., (2012). TIMSS 2011 International Results in Mathematics. Publisher: TIMSS & PIRLS International Study Center, Lynch School of Education, Boston College, Chestnut Hill, MA and International Association for the Evaluation of Educational Achievement (IEA), IEA Secretariat, Amsterdam, the Netherlands. Norton, B. (2010). Identity, literacy, and English language teaching. In B. Beaven (Ed.). IATEFL 2009 Cardiff Conference Selections. Canterbury, UK: IATEFL.
OECD (2009). PISA 2009 Assessment Framework. Key competences in reading, mathematics and science. Paris: OECD. http://www.oecd.org/dataoecd/11/40/ 44455820.pdf Olson, D.R. 1991. Literacy and objectivity: the rise of modern science. Dalam D.R. Olson & N. Torrance (Eds). Literacy and Orality. Cambridge: CUP. Ong, W.J. 1992. Writing is a technology that restructures thought. Dalam P.Downing, S.D. Lima & M. Noonan (Eds). The Linguistics of literacy. Amsterdam: John Benjamins. Park,
Y. 2008. Patterns and predictors of elemnetary students’ reading performance: evidence from the data of the Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS). ProQuest Dessertasion and Theses. Diunduh pada 02 Juli 2016.. http://www.proquest/umi/pqd. web
Reese, L. J. & Gallimore, R. (2000). Immigrant Latinos' cultural model of literacy development: An evolving perspective on home-school discontinuities. American Journal of Education, 108, 2, 103-134. Robinson, Jay. (1988). "The Social Context of Literacy". In E.R.
Kintgen, B.M. M.Rose (Eds.).
Kroll,
&
Perspectives on Literacy. (pp.243253). Carbondale: Southern Illinois Press. Stack, M. (2006). Testing, testing, real all about it: Canadian press coverage of the PISA result. Canadian Journal of Eduation 29,1 49-69. Stripling, B.K. (1992). Libraries for the National Education Goals. Syracuse, NY: ERIC Clearinghouse on Information Resources. (ED 345 752) Topping, K. 2006. PISA/PIRLS data on reading achievement: Transfer into international policy and practice. The Reading Teacher, 59, 6. Diunduh pada 02 Juli 2016.. http://www.proquest/umi/pqd. web UNESCO. (2007). Education for all by 2015: Will we make it? EFA global monitoring report 2008. UK: Oxford University Press. Wells, G. (1990)"Creating the Conditions to Encourage Literate Thinking", Educational Leadership 47, hal. 13-17. Winterowd, W. Ross (1989). The Culture and Politics of Literacy .New York: Oxford University Press.