BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1
Kepemimpinan
2.1.1
Pengertian Kepemimpinan Kepemimpian merupakan perilaku untuk mempengaruhi individu
atau kelompok untuk melakukan sesuatu dalam rangka tercapainya tujuan
organisasi.
Secara
sederhana
dapat
dibedakan
antara
kepemimpinan dan manajemen yaitu pemimpin mengajarkan sesuatu dengan benar (Asrin, 2011:79 ). MC. Gregor pada tahun 1960 (dalam Asrin, 2011 :82 ) menjelaskan ada 4 variabel kepemimpinan yaitu : 1. Karakteristik kepribadian pemimpin 2. Sikap, kebutuhan dan kepribadian pengikutnya 3. Karakteristik organisasinya 4. Keadaan social, ekonomis dan politik. Fairchild (dalam Arifin, 2012:1) mengartikan pemimpin dalam pengertian
luas
sebagai
seorang
yang
memimpin
dengan
jalan
memprakarsai tingak laku sosial dengan mengatur, mengarahkan, mengorganisir, atau mengontrol usaha/upaya orang lain, melalui prestise kekuasaan atau posisi. Pengertian sempit didefinisikan sebagai seorang yang membimbing, memimpin dengan bantuan kualitas persusasifnya, dan akseptensi (penerimaan) secara suka rela oleh pengikutnya. Sedangkan kepemimpinan diartikan sebagai kegiatan mempengaruhi 5
6
orang-orang agar mereka mau bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi sebuah kelompok kearah pencapaian tujuan(Robbins, 1993), sedangkan Menurut Black (dalam Samsudin, 2006:287) pengertian kepemimpinan adalah kemampuan meyakinkan dan menggerakkan orang lain agar orang lain mau bekerja sama dibawah kepemimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Gaya kepemimpinan seorang pemimpin adalah unik dan tidak dapat diwariskan secara otomatis. Setiap pemimpin memiliki karateristik tertentu yang timbul pada situasi berbeda. Ada empat indikator Kepemimpinan menurut Hersey (1995:181) yaitu: 1. Mengarahkan ( Telling) :pemimpin mendefinisikan peran-peran yang dibutuhkan untuk melakukan tugas dan mengatakan pada bawahannya apa, dimana, bagaimana, dan kapan untuk melakukan tugasnya. Perilaku ini mengarah pada gaya kepemimpinan Directive, dimana pemimpin memberikan penjelasan tentang tugas yang diberikan. 2. Melatih ( seling ) : pemimpin menyediakan intruksi-intruksi terstruktur bagi bawahannya, tetapi juga sportif. Perilaku ini mengarah pada gaya kepemimpinan Directive dan Suportive, dimana pemimpin memberikan motivasi dan menciptakan suasana kerja yang nyaman.
7
3. Mendukung ( particiating) : pemimpin dan bawahan saling berbagi dalam keputusan-keputusan mengenai mana yang paling baik untuk menyelesaikan suatu tugas dengan kualitas tinggi. Perilaku ini mengarah pada kepemimpinan Parcipative, dimana pemimpin mempertimbangkan pendapat pegawai, mendengarkan opinidan usulan pegawai, dan berkonsultasi dengan pegawai. 4. Mendelegasikan ( Delegating) : pemimpin menyediakan sedikit pengarahan secara seksama, spesifik atau dukungan pribadi terhadap bawahannya. Perilaku ini memberikan kesempatan pada pegawai untuk bertanggung jawab pada tugas yang diberikan. Pada situasi ini pemimpin menetapkan tujuan yang ingin dicapai, berkomunikasi
dan
berdiskusi
dengan
pegawai,
dan
memperhatikan kesejahteraan pegawai 2.1.2 1.
Teori Kepemimpinan Sehubungan dengan teori kepemimpinan, Arifin (2012:25-39)
mengemukakan beberapa para ahli manajemen mengenai timbulnya seorang pemimipin. Teori yang satu berbeda dengan teori yang lainnya. Diantara berbagai teori mengenai lahirnya pemimpin ada tiga diantaranya yang paling menonjol yaitu sebagai berikut : 1. Teori Genetik. Penganut teori ini berpendapat bahwa, “pemimpin itu dilahirkan bukan dibentuk” (leaders are born and not made). Pandangan teori ini bahwa, seseorang akan menjadi pemimpin karena
8
(keturunan atau ia telah dilahirkan dengan “membawa bakat” kepemimpinan. Teori keturunan ini, dapat saja terjadi karena seseorang dilahirkan telah “memiliki potensi atau bakat” untuk memimpin dan inilah yang disebut dengan faktor “dasar”. Dalam realitas, teori keturunan ini biasanya dapat terjadi dikalangan bangsawan atau raja-raja, karena orang tuanya menjadi raja maka seorang anak yang lahir dalam keturunan tersebut akan diangkat menjadi raja. 2. Teori Sosial. Penganut teori ini berpendapat bahwa, seseorang yang menjadi pemimpin dibentuk dan bukan dilahirkan (leaders are made and not born). Penganut teori berkeyakinan bahwa semua orang itu sama dan mempunyai potensi untuk menjadi pemimpin. Tiap orang mempunyai potensi atau bakat untuk menjadi pemimpin, hanya saja faktor lingkungan atau faktor pendukung yang mengakibatkan potensi tersebut teraktualkan atau tersalurkan dengan baik dan inilah yang disebut dengan faktor “ajar” atau “latihan”. Pandangan penganut teori ini bahwa, setiap orang dapat dididik, diajar, dan dilatih untuk menjadi pemimpin. Intinya, bahwa setiap orang memiliki potensi untuk menjadi pemimpin, meskipun dia bukan merupakan atau berasal dari keturunan dari seorang
9
pemimpin tatau seorang raja, asalkan dapat dididik, diajar dan dilatih untuk menjadi pemimpin. 3. Teori Ekologi. Penganut teori ini berpendapat bahwa seseorang akan menjadi pemimpin yang baik “manakala dilahirkan” telah memiliki bakat kepemimpinan. Kemudian bakat tersebut dikembangkan melalui pendidikan,
latihan,
dan
pengalaman-pengalaman
yang
memungkinkan untuk mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang telah dimilki. Selain ketiga teori tersebut, muncul pula teori keempat yaitu Teori Kontigensi atau Teori Tiga Dimensi. Penganut teori ini berpendapat bahwa, ada tiga faktor yang turut berperan dalam proses perkembangan seorang menjadi pemimpin atau tidak, yaitu: (1) Bakat kepemimpinan yang dimilikinya, (2) pengalaman pendidikan, latihan kepemimpinan yang pernah diperolehnya, dan (3) kegiatan sendiri untuk mengembangkan bakat kepemimpinan tersebut. Teori ini di sebut serba kemungkinan dan bukan sesuatu yang pasti, artinya seseorang dapat menjadi pemimpin jika memilki bakat, lingkungan yang membentuknya, kesempatan dan kepribadian, motivasi, dan minat yang memungkinkan untuk menjadi pemimpin. Beberapa ahli lain mengemukakan istilah yang berbeda tentang teori kepemimpinan yaitu :
10
1. Teori Sifat. Teori ini berpandangan bahwa seseorang yang dilahirkan sebagai pemimpin karena memiliki sifat-sifat sebagai pemimpin (bakat bawaan turunan). Asumsi ditentukan
pemikiran
bahwa
keberhasilan
seorang
pemimpin
oleh kualiti sifat (karakteristik) tertentu yang dimiliki atau
melekat dalam diri, sama ada berhubungan dengan fisik, mentaliti, psikologis, personalia dan intelektualiti. Teori ini tidak memungkiri bahwa sifat-sifat kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan, tetapi juga dicapai menerusi suatu proses pendidikan dan pengalaman. Ada banyak sifat-sifat pemimpin. Mengikuti Ordway Tead, seperti berikut: 1. Energi jamaniah dan mental (physical and nervous energy), 2. Kesadaran akan tujuan dan arah (a sense of purpose and drection), 3. Semangat, kegairahan, kegembiraan yang besar (antusiasme, 4. Keramahan dan kecintaan (friendliness and affection), 5. Keutuhan, kejujuran, ketulusan hati (integritas/integrity), 6. Penguasaan tekhnik (technical mastery), 7. Ketegasan dalam mengambil keputusan (kecisiveness), 8. Kecerdasan (intelligenci), 9. Keterampilan mengajar (teaching skill), 10. Kepercayaan (faith).
11
2.
Sedangkan
menurut
kepemimpinan yaitu:
Edwin
mengemukakan
3
(tiga)
sifat
1) Kemampuan dalam kedudukannya sebagai
pengawas (supervisory ability) atau pelaksana fungsi-fungsi dasar manajemen. 2) Kebutuhan akan prestasi dalam pekerjaan, mencakup pencarian tanggung jawab dan keinginan sukses. 3) kecerdasan, mencakup kebijakan, pemikiran kreatif, dan daya piker. 3.
Sedangkan menurut Handoko T. Hani (1995:294) bahwa teori
kepemimpinan merupakan kemampuan yang dipunyai seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar bekerja mencapai sasaran. Dari ketiga teori di atas dapat di simpulkan bahwa Tiap orang mempunyai potensi atau bakat untuk menjadi pemimpin, hanya saja faktor lingkungan atau faktor pendukung yang mengakibatkan potensi tersebut teraktualkan atau tersalurkan dengan baik dan inilah yang disebut dengan faktor “ajar” atau “latihan”. Dan Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dipunyai seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar bekerja mencapai sasaran. 2.1.3
Prinsip-Prinsip Kepemimpinan Prinsip merupakan paradigma yang terdiri dari beberapa ide
utama berdasarkan motivasi pribadi dan sikap serta mempunyai yang kuat untuk membangun dirinya atau organisasi. Menurut Stephen R. Covey, prinsip adalah bagian dari suatu kondisi, realisai dan konsekuensi. (Syamsul Arifin, 2012:5).
12
Prinsip menciptakan kepercayaan dan berjalan sebagai sebuah kompas/petunjuk yang tidak dapat diubah. Prinsip merupakan suatu pusat atau sumber utama sistem pendukung kehidupan yang ditampilkan empat dimensi seperti keselamatan, bimbingan, sikap yang bijaksana dan kekuatan. Karakteristik seorang pemimpin didasarkan kepada prinsipprinsip (Stephen R, Coney) sebagai berikut : 1. Seorang yang belajar seumur hidup. Tidak hanya melalui pendidikan formal tetapi juga diluar sekolah. Contohnya,
belajar
melalui
membaca,
menulis,
observasi
dan
mendengar. Mempunyai pengalaman yang baik sebagai sumber belajar. 2. Berorientasi pada pelayanan. Seorang pemimpin tidak dilayani tetapi melayani, sebab prinsip pemimpin dengan prinsip melayani berdasarkan karir sebagai tujuan utama. Dalam memberi pelayanan, pemimpin seharusnya lebih berprinsip pada pelayanan yang baik. 3. Membawa energi yang positif. Setiap orang mempunyai energi dan semangat. Menggunakan energi positif
didasarkan
pada
keikhlasan
den
keinginan
mendukung
kesuksesan orang lain. Untuk itu dibutuhkan energi yang positif untuk membangun hubungan baik. Seorang pemimpin harus dapat mau bekerja untuk jangka waktu yang lama dan kondisi yang tidak
13
ditentukan.
Oleh
karena
itu,
seorang
pemimpin
harus
dapat
menunjukkan energi yang positif, seperti ; a. Percaya pada orang lain. Seorang
pemimpin
bawahannya,
mempercayai
sehingga
mereka
orang
lain
termasuk
staf
mempunyai
motivasi
dan
mempertahankan pekerjaan yang baik. Oleh karena itu, kepercayaan harus diikuti denga kepedulian. b. Keseimbangan dalam kehidupan. Seorang
pemimpin
harus
dapat
menyeimbangkan
tugasnya.
Berorientasi pada prinsip kemanusiaan dan keseimbangan diri antara kerja dan olah raga, istirahat dan rekreasi. Keseimbangan juga berarti seimbang antara kehidpuan dunia dan akhirat. c.
Melihat kehidupan sebagai tantangan.
Kata tantangan sering diinterpretasikan negatif. Dalam hal ini tantangan berarti kemapuan untuk menikmati hidup dan segala konsekuensinya. Sebab kehidupan adalah suatu tantangan yang dibutuhkan, mempunyai rasa aman yang datang dari dalam diri sendiri. Rasa aman tergantung pada inisiatif, keterampilan, kreatifitas, kemauan, keberanian, dinamisasi dan kebebasan. d. Sinergi. Orang yang berprinsip senantiasa hidup dalam sinergi dan satu katalis perubahan. Mereka selalu mengatasi kelemahannya sendiri dan lainnya. Sinergi adalah kerja kelompok dan memberi
14
keuntungan kedua belah pihak. Menurut The New Brolier Webster International Dictionary, sinergi adalah satu kerja kelompok, yang mana memberi hasil lebih efektif daripada bekerja secara perorangan. Seorang pemimpin harus dapat bersinergis dengan setiap orang atasan, staf, teman-teman sekerja. e. Latihan mengembangkan diri sendiri. Seorang pemimpin harus dapat memperbaharui diri sendiri untuk mencapai
keberhasilan
yang
tinggi.
Jadi
dia
tidak
hanya
berorientasi pada proses. Proses dalam mengembangkan diri terdiri dari beberapa
komponen
yang berhubungan
dengan :
1)
pemahaman materi, 2) memperluas materi melalui belajar dan pengalanman,
3)
mengaplikasikan
mengajar
materi
prinsip-prinsip,
5)
kepada
orang
memonitoring
lain,
4)
hasil,
6)
merefleksikan kepada hasil, 7) menambahkan pengetahuan baru yang di perlukan materi, 8) pemahaman baru dan 9) kembali menjadi diri sendiri lagi. Mencapai kepemimipinan yang berprinsip tidaklah mudah, karena beberapa kendala dalam bentuk kebiasaan buruk, misalnya (1) kemauan dan keinginan sepihak, (2) kebanggaan dan penolakan, (3) ambisi pribadi. Untuk mengatasi hal tersebut, memerlukan latihan dan pengalaman yang terus-menerus.
Latihan
dan
pengalaman
sangat
penting
untuk
mendapatkan perspektif baru yang digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.
15
Hukum alam tidak dapat di hindari dalam proses pengembangan pribadi, perkembangan intelektual seseorang seringkali lebih cepat dibanding perkembangan intelektual seseorang seringkali lebih cepat dibandingkan
perkembangan
emosinya.
Oleh
karena
itu,
sangat
disarankan untuk mencapai keseimbangan antara keduanya, sehingga akan menjadi faktor pengendali dalam kemampuan intelektual. Pelatihan emosional dimulai dari belajar mendengar. Mendengarkan berarti sabar, membuka diri, dan berkeinginan memahami orang lain. Latihan ini tidak dapat dipaksakan. Langkah
melatih pendengaran adalah bertanya,
memberi alasan, memberi penghargaan, dan mendorong. Dalam proses melatih tersebut, seseorang memerlukan pengontrolan diri, diikuti dengan memenuhi keinginan orang. Mengembangkan
kekuatan pribadi akan lebih menguntungkan
dari pada bergantung pada kekuatan dari luar. Kekuatan dan kewenangan bertujuan untuk melegitimasi kepemimpinan dan seharusnya tidak untuk menciptakan
ketakutan.
Peningkatan
diri
dalam
pengetahuan,
keterampilan, dan sikap sangat dibutuhkan untuk menciptakan seorang pemimpin yang berprinsip karena seorang pemimpin seharusnya tidak harus cerdas secara intelektual tetapi juga emosional (IQ, EQ, dan SQ). 2.1.4
Fungsi-Fungsi Kepemimpinan Fungsi kepemimpinan berhubungan dengan situasi sosial dalam
kehidupan
kelompok/ organisasi dimana fungsi kepemimpinan harus
diwujudkan dalam
interaksi antar individu. Menurut Rivai (2005:53)
16
secara operasional fungsi pokok kepemimpinan dapat dibedakan sebagai berikut : 1. Fungsi Instruktif Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai komunikator merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana, bilamana, dan dimana perintah itu dikerjakan agar keputusan dapat dilaksanakan secara efektif. Kepemimpinan yang efektif memerlukan kemampuan untuk menggerakkan dan memotivasi orang lain agar mau melaksanakan perintah. 2. Fungsi Konsultatif Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Pada tahap pertama dalam usaha menetapkan keputusan, pemimpin kerapkali memerlukan bahan pertimbangan yang mengharuskannya berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya yang dinilai mempunyai berbagai bahan informasi yang diperlukan dalam menetapkan keputusan. Tahap berikutnya konsultasi dari pimpinan pada orang-orang yang dipimpin dapat dilakukan setelah keputusan ditetapkan dan sedang dalam pelaksanaan. Konsultasi itu dimaksudkan untuk memperoleh masukan berupa umpan balik (feedback) untuk memperbaiki dan menyempurnakan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan. Dengan menjalankan fungsi konsultatif dapat
diharapkan
keputusan-keputusan
pimpinan,
akan
mendapat
dukungan dan lebih mudah menginstruksikannya sehingga kepemimpinan berlangsung efektif.
17
3. Fungsi Partisipasi Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya. Partisipasi tidak berarti bebas berbuat semaunya, tetapi dilakukan secara terkendali dan terarah berupa kerjasama dengan tidak mencampuri atau mengambil tugas pokok orang lain. Keikutsertaan pemimpin harus tetap dalam fungsi sebagai pemimpin dan bukan pelaksana. 4. Fungsi Delegasi Fungsi wewenang
ini
dilaksanakan
membuat
atau
dengan
menetapkan
memberikan keputusan,
pelimpahan baik
melalui
persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pimpinan. 5. Fungsi Pengendalian Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses/ efektif mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Fungsi
pengendalian ini dapat
diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan.. 2.2
Kinerja Pegawai
2.2.1
Pengertian kinerja Kinerja
merupakan
terjemahan
dari
bahasa
Inggris,
work
performance atau job performance tetapi dalam bahasa Inggrisnya sering
18
disingkat menjadi performance saja. Kinerja dalam bahasa Indonesia disebut juga prestasi kerja. Kinerja merupakanpencpaian tujuan organisasi yang akan berjalan sesuai yang diorganisasikan apabila terjadi kerjasama yang baik antara pemimpin dan bawahannya. Kinerja yang dihasilkan dalam organisasi lebih banyak dipengaruhi oleh kinerja pegawainya, untuk itu peran penting sumber daya alam agar kinerja pegawai bekerja sesuai dengan tujuan organisasi. Cardoso (2003:142) mengatakan bahwa kinerja adalah catatan hasil produksi pada fungsi pekerjaan yang spesifik atau aktivitas selama periode waktu tertentu. Engkoswara
(dalam
Sinambela,1992:39-40)
mengungkapkan
bahwa kinerja pegawai haruslah terencana secara berkesinambungan, sebab peningkatan kinerja pegawai bukan merupakan peristiwa seketika tetapi memerlukan suatu perencanaan dan tindakan yang tertata dengan baik untuk kurun waktu tertentu. Lebih lanjut dikatakan bahwa kinerja pegawai perlu dan mutlak ditingkatkan sesuai dengan tuntunan dan perkembangan saat ini. Dalam hal ini kinerja pegawai mempunyai beberapa dimensi yakni : 1. Kemampuan menyesuaikan diri 2. Keluwesan dalam bekerja 3. Produktifitas 4. Kemampuan beradaptasi
19
Beberapa pengertian kinerja yang dikemukakan beberapa pakar lain (dalam Sinambela, 2012:7-8)) dapat disajikan berikut ini: 1. Kinerja adalah seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk pada tindakan pencapaian serta pelaksanaan sesuatu
pekerjaan yang
diminta. 2. Kinerja merupakan salah satu kumpulan total dari kerja yang ada pada diri pekerja. 3. Kinerja dipengaruhi oleh tujuan. 4. Kinerja merupakan salah suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan untuk menyelesaikan tugas dan pekerjaan. Seseorang harus memiliki derajat kesediaan dari tingkat kemampuan tertentu. Kesediaan dan keterampilan seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. 5. Kinerja merujuk pada pencapaian tujuan pegawai atas tugas yang diberikan kepadanya. 6. Kinerja sebagai kualitas dan kuantitas dari pencapaian tugas-tugas, baik yang dilakukan oleh individu, kelompok maupun perusahaan. 7. Kinerja adalah kesediaan seseorang atau sekelompok orang untuk melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakan sesuai dengan tanggungjawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan. Jika dikaitkan dengan kinerja sebagai kata benda di mana salah satu entrinya adalah hasil dari sesuatu pekerjaan. Pengertian kinerja adalah hasil yang
20
dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang oleh suatu perusahaan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masingmasing dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan secara legal, tidak melanggar hukum dan tidak bertenta ngan dengan moral atau etika. 2.2.2
Membangun Kinerja Sinambela (2012:8) mengungkapkan kinerja dapat dioptimumkan
melalui penetapan deskripsi jabatan yang jelas dan terukur bagi setiap pegawai, sehingga mereka mengerti apa fungsi dan tanggung jawabnya. Dalam hal ini deskripsi jabatan yang baik akan dapat menjadi landasan untuk: 1. Penetapan gaji. Hasil deskripsi jabatan akan berfungsi menjadi dasar untuk perbandingan pekerjaan dalam suatu organisasi dan dapat diajdikan sebagai acuan pemberian gaji yang adil bagi pegawai dan data pembanding dalam persaingan Uraian tanggung jawab. Deskripsi dalam perusahaan. 2. Seleksi
pegawai.
Deskripsi
jabatan
sangat
dibutuhkan
dalam
penerimaan, seleksi, dan penempatan pegawai. Selain itu juga merupakan sumber untuk pengembangan spesifikasi pekerjaan yang dapat menjelaskan tingkat kualifikasi yang dimilliki oleh seorang pelamar dalam jabatan tertentu. 3. Orientasi. Deskripsi jabatan dapat mengenalkan tugas-tugas pekerjaan yang baru kepada pegawa tugasnya dan bagaimana tugas itu seharusnya dipenuhi.
21
4. jabatan akan membantu individu untu i dengan cepat dan efisien. 5. Penilaian
kinerja.
Deskripsi
jabatan
menunjukan
perbandingan
bagaimana seseorang pegawai memenuhi 6. memahami berbagai tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Menurut Engkoswara (dalam Sinambela:2012:10), kinerja pegawai haruslah terencana secara berkesinambungan sebab peningkatan kinerja pegawai bukan merupakan peristiwa seketika tetapi memerlukan suatu perencanaan dan tindakan yang tertata dengan baik untuk kurun waktu tertentu. Lebih lanjut dikatakan bahwa kinerja pegawai perlu dan mutlak ditingkatkan sesuai dengan tuntutan dan perkembangan masyarakat indonesia yang membangun menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila sehingga dapat sejajar dengan bangsa-bangsa lainnya di dunia. Kepuasan kerja, adalah salah satu faktor yang dapat meningktakan kinerja di samping faktor lainnya seperti hasil yang dicapai dan motivasi kerja. Menurut (Edy Sutrisno 2010:172) berkaitan dengan kinerja pegawai, dalam menjalankan tugas kinerja pegawai yang kuantitas, kualitas dan waktu yang digunakan dalam menjalankan tugas maka harus memperhatikan beberapa poin dibawah ini yakni : 1. Tanggung Jawab 2. Inisiatif 3. Ketepatan dalam melaksanakan tugas
22
4. Disiplin 2.3
Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai Berdasarkan deskripsi teori-teori yang ada dapat disimpulkan
bahwa kepemimpinan merupakan suatu cara yang dimiliki oleh seorang pemimpin dalam mempengaruhi sekelompok orang atau bawahan untuk bekerja sama dan berdaya upaya dengan penuh semangat dan keyakinan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dapat dikatakan bahwa kepemimpinanlah yang memainkan peranan yang sangat dominan dalam keberhasilan organisasi dalam menyelenggarakan berbagai kegiatannya terutama terlihat dalam kinerja para pegawainya (Siagian, 2003:3). Yang dapat
dilihat dari bagaimana seorang pemimpin dapat mempengaruhi
bawahannya untuk bekerjasama menghasilkan pekerjaan yang efektif dan efisien. Sedangkan Kinerja pegawai adalah hasil pekerjaan atau kegiatan seorang pegawai secara kuantitas dan kualitas untuk mencapai tujuan organisasi yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya dimana tugas pegawai negeri adalah bersifat pelayanan yang sebaik-baiknya kepada masyarakat. 2.4
Penelitian Yang Relevan Adapun penelitian yang relevan dalam penelitian ini dapat dilihat
melalui tabel dibawah ini:
23
Tabel 1. Kajian Penelitian Yang Relevan N o 1
Nama /Tahun
Sudarmajid Abdul Gafur, 2012
Judul Penelitian
Pengaruh Kepemimpin an Terhadap Kinerja Pegawai Di Sekretariat KPU Kota Gorontalo
Variabel Penelitian
Variabel X (Kepemimpinan) Variabel Y (Kinerja Pegawai)
2
Feni Febrina Gajali, 2011
Pengaruh Kepemimpin an terhadap Kinerja Pegawai Pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigras i Kabupaten Gorontalo
Variabel X (Kepemimpinan) Variabel Y (Kinerja Pegawai)
Kesimpulan Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja pegawai dan juga menjadi sumbang pemikiran bagi pimpinan KPU kota Gorontalo. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, melalui analisis regresi linier dan uji korelasi antara kepemimpinan (x) dan kinerja pegawai (y). Teknik pengumpulan data yang digunakan addalah melalui angket atau pembagian kuisioner serta wawancara kepada responden yang terpilih. Dengan nilai determinasi r = 45,5% yang menunjukan presentase pengaruh yang diberikan variabel X terhadap variabel Y, sedangkan sisa presentase sebesar 54,5% dipengaruhi faktor lain yang tidak insentif, kompensasi, kedisiplinan dll. Penelitian ini menggunakan Metode Kuantitatif dan menggunakan alat analisis yaitu Regresi Sederhana dan Uji Signifikan dengan hasil penelitian bahwa Variabel Kepemimpinan (X) berpengaruh terhadap Kinerja Pegawai (Y). Hal ini ditunjukkan oleh nilai persamaan regresi linear sederhana Y = 2.835 + 0.291 X artinya nilai konstanta sebesar 2.835 menyatakan bahwa jika tidak ada variabel kepemimpinan (X) maka nilai variabel kinerja (Y) sebesar 2.835 dan nilai koofisien regresi sebesar 0.291 menyatakan bahwa setiap peningkatan satu satuan pada variabel kepemimpinan (X) akan meningkatkan variabel kinerja (Y) sebesar 0.291 dengan anggapan variabel bebas lain besarnya konstan. Dari thitung = 3.661 sedangkan ttabel pada α = 0.05 yakni sebesar 1.671. jadi 3.661 › 1.761 atau dengan kata lain nilai thitung › ttabel maka H0 ditolak atau HA diterima artinya terdapat hubungan antara kepemimpinan dengan kinerja pegawai.
24
3
Gina Saputri Tohis, 2012
2.5
Pengaruh Kepemimpin an Terhadap Kinerja Aparat di Kantor Camat Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango
Variabel X (Kepemimpinan) Variabel Y (Kinerja Pegawai)
Penelitian ini menggunakan Metode Kunatitatif melalui analisis Regresi Linear Sederhana dan Analisis Korelasi. Dari hasil penelitian diketahui bahwa kepemimpinan Camat Tilongkabila berpengaruh positif yang cukup kuat terhadap kinerja aparat di Kantor Camat Tilongkabila. Yang ditunjukkan oleh nilai korelasi (r) = 0.597. Sedangkan tingkat kontribusi peranan variabel Kepemimpinan Camat terahadap Kinerja Aparat oleh nilai r square (r²) dan lebihnya terdapat 64,4% variabel lain.
Kerangka Berpikir Berdasarkan kajian teoritis maka saya menyusun kerangka
berpikir sebagai berikut : KERANGKA PIKIR KEPEMIMPINAN (X)
KINERJA PEGAWAI (Y)
1. Mengarahkan
1. Tanggung Jawab
2. Melatih
2. Inisiatif
3. Mendukung
3. Ketepatan dalam
4.Mendelegasikan
melaksanakan tugas 4. Disiplin
Sumber : Hersey (1995:181)
Sumber : Edy Sutrisno (2010:172)
Gambar 1. Kerangka Pikir
25
2.6
Hipotesis Penelitian Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah “ terdapat
pengaruh yang signifikan antara kepemimpinan dan pegawai pada Kantor Badan Perwakilan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Gorontalo.