BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Konsep Dasar Pemahaman Diri Pemahaman diri berasal dari kata pemahaman dan diri. Sobur (2003:499) mengemukakan bahwa diri (self) adalah komposisi pikiran dan perasaan yang menjadi kesadaran individu mengenai
eksistensi
individulisnya,
pengamatan
tentng
apa
yang
merupakan
miliknya,pengertiannya mengenai siapa dia itu, dna perasaan-perasaan terhadap sifatnya, kualitasnya dan segala milikinya. Pendapat ini menunjukkan bahwa diri pada dasarnya adalah pengenalan tentang diri yang berkaitan dengan kesadaran individu
mengenai eksistensi
individulisnya. Ridwan (2011:1) mengemukakan bahwa pemahaman diri tidak hanya sebatas tentang pemahaman terhadap identitas diri, namun lebih dari itu. Pemahaman diri merupakan pemahaman sebagai diri pribadi, social, spiritual dan kelebihan serta kelemahan yang ada pada diri sendiri. Pemahaman diri merupakan langkah awal dalam pembentukan konsep dan kepribadian diri. Dari sini akan mewujudkan eksistensi dan eksplorasi diri pribadi. Malas, tidak mau bekerja; hanya ingin menikmati hidup tanpa usaha keras. Agustiani (2006:138) mengemukakan bahwa pemahaman diri merupakan gambaran yang dimiliki diri individu tentang dirinya yang dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan. Pendapat ini menekankan bahwa pemahaman diri bukan merupakan faktor bawaaan melainkan berkembang dari pengalaman yang secara terus 7
menerus dan terdiferemsial.
Warjito (2010:1) mengemukakan bahwa salah satu penentu dalam keberhasilan perkembangan adalah pemahaman diri. Pemahaman diri (self consept) merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Pemahaman diri merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya. Para ahli psikologi kepribadian berusaha menjelaskan sifat dan fungsi dari pemahaman diri, sehingga terdapat beberapa pengertian. Pemahaman diri individu dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian membantu pembentukan pemahaman diri individu yang bersangkutan. Perasaan individu bahwa ia tidak mempunyai kemampuan yang ia miliki. Padahal segala keberhasilan banyak bergantung kepada cara individu memindividung kualitas kemampuan yang dimiliki. Pindividungan dan sikap negatif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan individu memindividung seluruh tugas sebagai suatu hal yang sulit untuk diselesaikan. Sebaliknya pindividungan positif terhadap kualitas kemampuan 9 yang dimiliki mengakibatkan individu individu memindividung seluruh tugas sebagai suatu hal yang mudah untuk diselesaikan. Pemahaman diri terbentuk dan dapat berubah karena interaksi dengan lingkungannya. Maslow (dalam Romanfajrin, 2009:1) mengemukakan bahwa menyebut pemahaman diri atau personal meaning menggambarkan bahwa meaning dialami dari aktualisasi diri, individu yang termotivasi untuk mengetahui alasan atau maksud dari keberadaan dirinya. Ia juga mengatakan bahwa setiap individu memiliki dorongan untuk memenuhi kebutuhannya dari yang
sederhana sampai kebutuhan yang kompleks. Aktualisasi diri adalah pencapaian suatu potensi terbesar dalam diri, menjadi yang terbaik yang dapat dilakukannya, dan mencapai tujuan hidup dirinya. Selain itu Baumeister (dalam Romanfajrin, 2009:1) mengatakan bahwa meaning mengandung beberapa bagian kepercayaan yang saling berhubungan antara benda, kejadian dan hubungan. Baumeister menekankan bahwa meaning pada akhirnya memberikan arahan, intensi pada setiap individu, di mana perilaku menjadi memiliki tujuan , daripada hanya berperilaku berdasarkan insting atau impuls. Menurut Reker yang di tulis oleh Maria (dalam Romanfajrin, 2009:1) menjelaskan bahwa orang yang memahami diri adalah mereka yang memiliki tujuan hidup, memiliki arah, rasa memiliki kewajiban dan alasan untuk ada (eksis), identitas diri yang jelas dan kesadaran sosial yang tinggi. Pemahaman diri adalah suatu cara untuk memahami, menaksir karakteristik, potensi dan 10 atau masalah (gangguan) yang ada pada individu atau sekelompok individu. Menurut Santrock, (dalam Hartono, 2010: 209) Pemahaman diri (self – Understanding) adalah gambaran kognitif remaja mengenai dirinya, dasar, dan isi dari pemahaman diri remaja Menurut Hartono (2010: 209) pemahaman diri siswa SMA adalah pengenalan secara mendalam atas potensi-potensi dirinya yang mencakup ranah minat, abilitas, kepribadian, nilai dan sikap yang mana pengenalan siswa atas pribadinya sendiri mencakup dua sisi yaitu pengenalan siswa atas keunggulannya dan pengenalan siswa atas kekurangannya sendiri. Kekuatan merupakan seperangkat kemampuan yang dimiliki siswa baik yang bersifat potensial maupun aktual. Kekuatan siswa menggambarkan keunggulan, kehebatan pribadi siswa, sedang
kekurangan siswa adalah sejumlah keterbatasan yang dimiliki siswa. Kekurangan siswa menggambarkan ketidak mampuan siswa yang menjadi hambatan siswa dalam meraih cita-cita. Dalam modul layanan informasi tentang pemahaman diri menggambarkan bahwa pengelan terhadap diri sendiri merupakan kemampuan individu dalam mengeksplorasi potensi diri sendiri yang terdiri dari potensi fisik dan potensi psikis. Potensi psikis yaitu kelebihan pada anggota badan, panca indera beserta kekuatan/ kualitasnya, sedangkan potensi psikis yaitu seluruh kemampuan dan kekuatan yang dimiliki individu yang berkaitan dengan kemampuan 11 kejiwaan antara lain : intelektual (IQ), bakat, minat, dan sifat, ciri-ciri kepribadian.
Berdasarkan uraian di atas jelas menunjukkan bahwa pemahaman diri adalah individu mengenal tentang potensinya baik potensi fisik maupun potensi psikisya sehingga individu memahami arah dan tujuan hidupnya atau cita-cita. Potensi fisik yaitu sejumlah kemampuan yang ada pada anggota badan dan panca indra individu sedangkan potensi psikis individu mencakup minat, abilitas, kepribadian, nilai dan sikap. Pemahaman yang dimaksudkan disini tidak hanya terbatas pada pengenalan siswa atas keunggulannya saja tetapi juga mencakup pengelan siswa atas kekurangan yang ada dalam diri.
2.1.2 Tujuan Pemahaman Diri Warjito (2010:1) mengemukakan bahwa tujuan materi pemahaman diri adalah membantu siswa mengeksplorasi kemampuan/ bakat, miatnya, nilai-nilai kepribadian dan kemampuan emosioalnya dalam rangka memahami diri dalam kaitannya dengan memasuki dunia kerja. Pemahaman diri merupakan aspek penting bagi siswa usia SMA. Siswa yang memahamai diri lebih memiliki peluang yang besar dalam meraih cita-cita dari pada siswa yang belum mengenal dengan baik akan diri mereka sendiri, karena mereka yang memahami diri telah memahi kemampun, minat, kepribadian, dan nilai termasuk kelebihan dan kekurangan yang ada
dalam diri mereka sehingga mereka memiliki arah dan tujuan hidup yang realistis dimana mereka memilliki cita-cita yang sesuai dengan potensi diri. Menurut Farid (2007:1) ketika individu mengetahui kondisi dan gambaran tentang dirinya maka dia akan dapat menjalani hidupnya dengan nyaman dan juga memiliki 12 rasa percaya diri yang kuat karena sudah memiliki pindividungan diri yang jelas. Materi pemahaman diri ditujukan agar siswa mampu mempersiapkan diri dalam memasuki dunia kerja, sehingga dapat mencapai kesuksesan dalam karier. Ridwan (2011:1)
mengemukakan bahwa sebagai langkah awal untuk menjawab
pertanyaan tentang pemahaman diri maka individu perlu memahami berbagai hal prinsip yang bisa dipahami dan dikembangkan terus-menerus dalam kehidupan. 1. Hidup itu adalah suatu periode yang memiliki batas waktu tertentu yang diberikan oleh Tuhan bagi manusia. 2. Hidup adalah suatu proses “menjadi”, yaitu menjadi manusia yang berarti dan berguna bagi hidup itu sendiri dan berguna bagi dunia. 3. Waktu tak akan terulang lagi. Menunda-nunda waktu dengan alasan masih banyak waktu adalah tidak beralasan. 4. Rentang waktu kehidupan tidak seharusnya diisi dengan cara seadanya. Manusia harus merencanakan dan mengisi kesempatan hidupnya dengan cara efektif dan produktif. 5. Hari ini adalah hari pertama dari sisa hidupmu. Tidak ada yang bisa memastikan kapan individu akan dilahirkan, sebagaimana juga tidak bisa dipastikan kapan kita akan meninggalkan dunia.
13
6. Tak selamanya manusia tergantung padaorang lain; tidak selamanya kamu bergantung padaorang tua. Suatu saat kamu harus mandiri. Karena itu, kamu harus sudahmemiliki citacita. Kamu harus memulai sesuatu dengan berani mengatakan, “Aku sudah mulai!” Berdasarkan prinsip di atas, individu akan lebih mengerti tujuan hidupnya dan untuk apa dia di lahirkan di bumi ini. Sebagai remaja dan pelajar, siswa berada pada kelompok peralihan kematangan tertentu dan menjelang pemantapan dan penitian masa depan. Ini adalah masa yang penting untuk memantapkan hati menuju masa depan. Oleh karena itu, seorang pelajar SMA harus berani melangkah menuju kedewasaan. Seorang yang dewasa tidak malu bertindak benar, tidak bermalasan, dan tidak dimanjakan oleh fasilitas. Remaja atau pelajar yang memiliki prinsip harus berani menata hidupnya sendiri. Tidak seharusnya seorang pelajar melakukan hal-hal berikut ini. a) Menjadi “benalu” atau “parasit”; menjadi “penghisap”, yang akan mati jika yang dihisap telah mati b) Menjadi fotokopi atau bayang-bayang orang lain; tidak memiliki rasa tanggung jawab diri; seolah-olah orang lainlah yang memiliki dan menguasai hidupnya c) Menjadi konsumeris, boros, dan koruptif; takut menata dan menerima realita, tidak mau menjalani kehidupan dengan perhitungan matang, tidak sederhana, tidak apa adanya dan merugikan diri sendiri atau orang lain d) Menjadi hedonis; hanya menikmati hari ini sepuasnya dengan menghalalkan 14 segala cara, tidak peduli akan masa depan Berdasarkan uraian di atas jelas menunjukkan bahwa tujuan pemahaman diri adalah membantu individu dalam memahami
dirinya,
nilai-nilai kepribadian dan kemampuan
emosioalnya dalam rangka memahami diri dalam kaitannya dengan upaya pengembangan kematangannya dalam menghadapi berbagai tantangan hidup.
2.1.3 Ciri-Ciri Siswa yang Memahami Dirinya Siswa SMA/SMK merupakan usia dimana individu mencapai kematangan kariernya. Kematangan karier bagi siswa terbukti bila mereka mampu mengambil keputusan karier secara mandiri, dimana kemandirian itu tidak pernah terlepas dari pengaruh pemahaman diri siswa. Menurut Bastaman (2006:1) menjelaskan dalam diri individu yang memahami diri terjadi meningkatnya kesadaran atas buruknya kondisi diri pada saat ini dan keinginan kuat untuk melakukan perubahan kearah kondisi yang lebih baik. Almond (2006:1) mengemukakan bahwa mereka yang memahami diri yaitu; (1). Orang yang percaya bahwa hidupnya bermakna , secara positif pasti meyakini konsep-konsep tertentu, seperti humanistik, religiusitas, atau idiosyncratic yang berhubungan dengan makna kehidupan, (2). Konsep meaning yang mereka yakini, memunculkan kekonsistensian mereka untuk mencapai arah dan tujuan hidup mereka, (3). Orang yang percaya bahwa hidup mereka bermakna , entah hidup mereka sudah bermakna atau mereka yang masih berusaha mencapai tujuan hidupnya, (4). Dalam proses mencapai tujuan hidup yang mereka buat, dalam diri individu , akan muncul perasaan signifikan pada diri mereka sendiri dan 15 rasa bangga terhadap kehidupan mereka. Farid, (2008:1) menjelaskan bahwa ketika individu mengetahui kondisi dan gambaran tentang dirinya maka dia akan dapat menjalani hidupnya dengan nyaman dan juga memiliki rasa percaya diri yang kuat karena sudah memiliki pindividungan diri yang jelas. Farid, (2008:1) menambahkan bahwa percaya diri terkait dengan (1) self-concept yaitu bagaimana individu menyimpulkan diri individu secara keseluruhan, bagaimana individu melihat potret diri Individu secara keseluruhan, bagaimana Individu mengkonsepsikan diri
individu secara keseluruhan, (2). Self-esteem: sejauh mana individu punya perasaan positif terhadap diri Individu, sejauhmana Individu punya sesuatu yang individu rasakan bernilai atau berharga dari diri Individu, sejauh mana individu meyakini adanya sesuatu yang bernilai, bermartabat atau berharga di dalam diri individu, (3). Self- efficacy: sejauh mana individu punya keyakinan atas kapasitas yang individu miliki untuk bisa menjalankan tugas atau menangani persoalan dengan hasil yang bagus (to succeed). Ini yang disebut dengan general Self-efficacy atau sejauhmana individu meyakini kapasitas individu di bidang individu dalam menangani urusan tertentu. Ini yang disebut dengan specific self-efficacy, (4). Self-confidence; sejauhmana Individu punya keyakinan terhadap penilaian Individu atas kemampuan Individu dan sejauh mana Individu bisa merasakan adanya “kepantasan” untuk berhasil. Self confidence itu adalah 16 kombinasi dari self esteem dan self-efficacy. Gunawan (2007:1) mengemukakan bahwa bahwa sebuah perjuangan besar yang harus dilalui individu dalam kehidupan adalah memahami diri, dengan memahami individu akan mampu mencapi kesuksesan. Menurutnya pemahaman diri bisa dicapai dengan jalan berfikir positif dan memiliki kebiasaan yang efektif. Dari uraian-uraian diatas penulis dapat menyimpulkan siswa yang memahami diri memiliki ciri-ciri sebagai berikut; a. Percaya diri Dalam
kamus
istilah
Bimbingan
dan
konseling
yang
ditulis
Thantaway
(http://belajarpsikologi.com) percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri individu yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan. Pendapat di atas menunjukkan bahwa rasa percaya diri yaitu suatu keyakinan individu terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu
untuk bisa mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya. Jadi, dapat dikatakan bahwa individu yang memiliki kepercayaan diri akan optimis di dalam melakukan semua aktivitasnya, dan mempunyai tujuan yang realistik, artinya individu tersebut akan membuat tujuan hidup yang mampu untuk dilakukan, sehingga apa yang direncanakan akan dilakukan dengan keyakinan akan berhasil atau akan mencapai tujuan yang telah ditetapkannya. Cirri individu yang percaya diri sebagai berikut: a) selalu bersikap tenang di dalam mengerjakan segala sesuatu; b) mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai; c) mampu menetralisasi ketegangan yang muncul di dalam berbagai situasi; d) mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi di berbagai situasi; e) memiliki kondisi mental dan fisik yang cukup menunjang penampilannya; f) memiliki kecerdasan yang cukup; g) memiliki tingkat pendidikan formal yang cukup; h) memiliki keahlian atau keterampilan lain yang menunjang kehidupannya, misalnya ketrampilan berbahasa asing; i) memiliki kemampuan bersosialisasi; j) memiliki latar belakang pendidikan keluarga yang baik; k) memiliki pengalaman hidup yang menempa mentalnya menjadi kuat dan tahan di dalam menghadapi berbagai cobaan hidup; l) selalu bereaksi positif di dalam menghadapi berbagai masalah, misalnya dengan tetap tegar, sabar, dan tabah dalam menghadapi persoalan hidup; m) berfikir positif, dengan cirri sebagai berikut: melihat masalah sebagai tantangan, menikmati hidupnya, pikiran terbuka untuk menerima saran dan ide, mengenyahkan pikiran negatif segeraa setelah melintas di pikiran, mensyukuri apa yang dimilikinya, bukan berkeluh kesah, tidak mendengarkan gosip dan isu yang tidak tentu, tidak banyak “excuse”, langsung action, menggunakan bahasa positif, optimis, menggunakan bahasa tubuh yang positif, peduli pada citra diri sendiri,
n) memiliki kebiasaan yang efektif, dengan
cirri sebagai berikut: menjadi proaktif, merujuk pada tujuan akhir, mendahulukan yang utama,
berpikir dan bertindak menang-menang, berusaha mengerti terlebih dahulu baru dimengerti, mewujudkan sinergi dan melakukan evaluasi.
18
Pemahaman diri (minat, abilitas, kepribadian, nilai-nilai dan sikap, kelebihan dan kekurangan) di pengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang turut mempengaruhi pemahaman diri ditentukan oleh diri terbuka dan tertutup. Kepribadian yang terbuka berkonstribusi positif terhadap pemahaman diri, sedangkan kepribadian yang tertutup adalah faktor penghambat dalam pemahaman diri. Faktor eksternal (lingkungan) yang mempengaruhi pemahaman diri antara lain, lingkungan keluarga, teman sebaya, dan sekolah. Menurut Hurlock (2009:1) mengemukakan bahwa masa remaja dikatakan sebagai masa transisi karena belum mempunyai pegangan, sementara kepribadianya masih menglami suatu perkembangan, remaja masih belum mampu untuk menguasai fungsi-fungsi fisiknya. Remaja masih labil dan mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya. Remaja sebagai bagian dari generasi penerus yang menjadi tonggak sebagai individu yang bermakna pada hari kemudian diharapkan juga memiliki pemahaman tentang diri yang benar, hal tersebut sangat diperlukan bagi setiap orang dalam menjalani kehidupannya, sehingga di peroleh suatu gambaran yang jelas tentang dirinya dan supaya sremaja bias menjalankan apa yang sudah didapatkannya. Pada kesempatan ini penulis lebih menekan pada pengaruh lingkungan sekolah terhadap pemahaman diri siswa terletak pada peran kepala sekolah, sataf administrasi, guru mata pelajaran, dan peran konselor sekolah dalam melaksanakan program bimbingan dan konseling. Program bimbingan yang dilaksanakan oleh konselor sekolah mencakup empat bidang antara lain; bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan karier, dan bimbingan belajar. Untuk mewujudkan tujuan bimbingan di sekolah, konselor perlu melaksanakan berbagai kegiatan layanan bantuan dimana salah satunya adalah layanan informasi.
Pemahaman diri siswa SMA di pengaruhi oleh pelaksanaan layanan informasi dalam bidang bimbingan karier, yang mana materi dalam pemberian informasi kepada siswa mencakup, potensi diri (minat, abilitas, nilai-nilai dan sikap) serta kekuatan atau kelebihan dan kekurangan/ kelemahan diri. 2.1.4 Prinsip-prinsip Pelaksanaan Pemahaman diri Agar pemahaman diri dapat berfungsi dengan sebaik- baiknya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka beberapa pindividungan tentang prinsip-prinsip bimbingan perlu diperhatikan oleh para pembimbing pada khususnya dan administrator sekolah pada umumnya terutama dalam penyusunan program pelaksanaan layanan pemahaman diri di sekolah. Menurut Nurihsan & Sudianto (2005:153) menyebutkan bahwa Secara umum prinsip-prinsip pemahaman diri di sekolah, adalah sebagai berikut: 1) Seluruh siswa hendaknya mendapat kesempatan yang sama untuk mengembangkan dirinya dalam memahami dirinyasecara tepat. 2) Setiap siswa hendaknya memahami bahwa pemahaman diri itu adalah sebagai suatu jalan hidup, dan pendidikan adalah sebagai persiapan dalam hidup. 3) Siswa hendaknya dibantu dalam mengembangkan pemahaman yang cukup memadahi terhadap diri sendiri dan kaitannya dengan perkembangan sosial pribadi20 dan perencanaan pendidikan pemahaman diri. 4) Siswa secara keseluruhan hendaknya dibantu untuk memperoleh pemahaman tentang hubungan antara pendidikannya dan pemahaman dirinya. 5) Setiap siswa hendaknya memilih kesempatan untuk menguji konsep, berbagai peranan dan ketrampilannya guna mengembangkan nilainilai dan norma-norma yang memiliki aplikasi bagi pemahaman diri di masa depannya
6) Program Pemahaman diri di sekolah hendaknya diintegrasikan secara fungsional dengan program bimbingan dan konseling pada khususnya. Program materi pemahaman diri dalam penyampaiannya diintegrasikan dengan materi bimbingan konseling. Hal ini dilakukan karena pemahaman diri merupakan bagian dari bimbingan. 7) Program pemahaman diri di sekolah hendaknya berpusat di kelas, dengan koordinasi oleh pembimbing, disertai partisipasi orang tua dan kontribusi masyarakat. Dari beberapa prinsip yang terdapat dalam pemahaman diri tersebut dapat disimpulkan bahwa, pemahaman diri dalam pelaksanaannya memiliki pedoman yang umum dan jelas dalam memberikan pelayanan kepada siswanya dalam mendeteksi diri, memberikan layanan tentang karakteristik dunia kerja sehingga mampu menciptakan kemandirian siswa dalam menentukan arah pilih pemahaman diri yang sesuai dengan keadaan dirinya, agar mampu mencapai 21 kebahagiaan hidup dimasa depan pemahaman dirinya. Sedangkan bentuk-bentuk pelaksanaan layanan pemahaman diri yang dapat diberikan kepada siswa menurut Tohirin (2007:135-136) adalah layanan informasi tentang diri sendiri, layanan informasi tentang lingkungan hidup yang relevan bagi perencanaan diri, layanan penempatan, dan layanan orientasi. 2.1.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemahaman Diri Pemahaman diri siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Menurut Slameto (2003:54-72),
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pemahaman
diri
1. Faktor-faktor Internal a) Jasmaniah (kesehatan, cacat tubuh) b) Psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan)
adalah
:
c) Kelelahan 2. Faktor-faktor Eksternal a) Keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan) b) Sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas22 ukuran, keadaan gedung, metode pemahaman diri, tugas rumah) c) Masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat) Clark dalam Sudjana & Rivai (2001:39) mengungkapkan bahwa pemahaman diri siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Sedangkan menurut Sardiman (2007:39-47), faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman diri adalah faktor intern (dari dalam) diri siswa dan faktor ekstern (dari luar) siswa. Berkaitan dengan faktor dari dalam diri siswa, selain faktor kemampuan, ada juga faktor lain yaitu motivasi, minat, perhatian, sikap, kebiasaan pemahaman diri, ketekunan, kondisi sosial ekonomi, kondisi fisik dan psikis. Kehadiran faktor psikologis dalam pemahaman diri akan memberikan andil yang cukup penting. Faktor-faktor psikologis akan senantiasa memberikan landasan dan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan pemahaman diri secara optimal. Thomas F. Staton dalam Sardiman (2007:39) menguraikan enam macam faktor psikologis yaitu (1) motivasi, (2) konsentrasi, (3) reaksi, (4) organisasi,
(5)
pemahaman, (6) ulangan.Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman diri siswa adalah faktor internal siswa antara lain kemampuan yang dimiliki siswa tentang materi yang akan disampaikan, sedangkan faktor
eksternal antara lain strategi pempemahaman dirian yang digunakan guru di dalam proses pemahaman diri mengajar.