9
BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1.
Tinjauan Tentang Eksistensi dan Perkembangan Menurut
Danik,
eksistensi
artinya
kehadiran,
keberadaan
yang
mengandung unsur bertahan (dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia 2002: 139). Ada pula arti lain menurut menurut Zul Fahri, eksistensi artinya keberadaan, adanya (dalam Yunus, 2010: 7). Arti yang lain dari eksistensi adalah proses atau gerak untuk menjadi ada kemudian melakukan suatu hal untuk tetap menjadi ada ( dalam http://repository.upi.com, diakses Sabtu 11 Mei 2013 pukul 03.35). Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa eksistensi adalah keberadaan suatu hal kemudian melakukan tindakan demi keberlangsungan hal tersebut. Terkait dengan penelitian ini eksistensi yang dimaksud adalah eksistensi industri kerajinan Aneka Rotan dimana suatu hal yang dilakukan demi keberlangsungan industri kerajina Aneka Rotan dari tahun 2002 hingga dapat bertahan sampai sekarang (2013). Sementara itu, perkembangan menurut Van dan Deale mengatakan bahwa istilah perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman (dalam Hurlock, 1980: 2). Perkembangan yaitu proses yang dilakukan agar mengalami kemajuan dari waktukewaktu. Perkembangan yang dimaksudkan ialah suatu proses adanya kemajuan akibat keinginan menjadi lebih baik dari sebelumnya dengan pengalaman yang diperoleh. Dengan tujuan agar kedepannya suatu produk yang dihasilkan berbeda
10
dari hasil produksi sebelumnya, beraneka ragam jenis dan memiliki keunikan sehingga dapat menarik perhatian para konsumen. Perkembangan itu dapat terjadi apabila pengrajin dapat menambah pengetahuan dan mampu meningkatkan skill yang dimiliki dalam mengolah bahan, yang didukung dengan ketersediaan alat dan bahan yang memadai. Terkait dengan penelitian, perkembangan yang dimaksud adalah suatu proses perubahan karena adanya keinginan menjadi lebih baik. Teori perkembangan ini digunakan untuk melihat perubahan yang terjadi pada industri kerajinan Aneka Rotan, yang mencakup perubahan bahan baku yang digunakan, hasil produk, jumlah tenaga kerja dan pemasaran dari hasil produk tersebut.
2.2.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Eksistensi dan Perkembangan Industri
2.2.1. Faktor Produksi Menurut Daryanto (2011: 41), produksi adalah pengubahan bahan-bahan dari sumber-sumber menjadi hasil yang diinginkan oleh konsumen, hasil itu dapat berupa barang dan jasa. Pengertian lain menurut Danik (2002: 419) produksi artinya hasil, barang-barang yang dibuat atau dihasilkan. Adapun pengertian lain menurut Fahmi (2012: 2), produksi adalah suatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan baik bentuk barang maupun jasa dalam suatu priode waktu selanjutnya dihitung sebagai nilai tambah bagi perusahaan. Berdasarkan pengertian produksi di atas, maka peneliti menggunakan hal tersebut untuk melihat produksi atau barang-barang yang dihasilkan pada industri kerajinan Aneka Rotan.
11
2.2.2. Faktor Permintaan dan Penawaran Kasmir (2012:173) mengartikan bahwa permintaan dapat diartikan sebagai jumlah barang dan jasa yang diminta konsumen pada berbagai tingkat harga pada suatu waktu tertentu. Sedangkan penawaran adalah jumlah barang atau jasa yang ditawarkan produsen pada berbagai tingkat harga pada suatu waktu tertentu. Berdasarkan uraian tersebut, permintaan dan penawaran yaitu adanya interaksi untuk menentukan harga barang atau jasa yang akan diperjual-belikan. Biasanya produsen sudah menetapkan harga tertentu terhadap sebuah produk. Konsumen dapat melakukan penawaran sesuai dengan kemampuan yang dimiliki namun produsen tidak akan menjual barang tersebut jika akan mengalami kerugian. Demikian halnya yang diamati peneliti pada produk yang dihasilkan oleh industri kerajinan Aneka Rotan. 2.2.3. Faktor Aksesibilitas Tamim (dalam Herliani, 2003: 27) menyatakan bahwa yang menjadi ukuran dalam aksesibilitas adalah: Aksesibilitas dapat dinyatakan dengan jarak, apabila suatu tempat berdekatan dengan tempat lainnya, dikatakan bahwa aksesibilitas antara kedua tempat tersebut tinggi. Sebaliknya apabila kedua tempat tersebut berjauhan, aksesibilitas antara keduanya rendah. Namun, meskipun jarak berjauhan apabila sistem transportasi antara kedua tempat tersebut baik dan untuk waktu tempuh bisa lebih singkat, maka waktu tempuh tersebut menjadi ukuran yang lebih baik dan sering digunakan untuk aksesibilitas ( dalam http://respository.upi.com, diakses Sabtu 11 Mei 2013 pukul 03.35). Black (1981) mengemukakan bahwa aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan lokasi tata guna lahan berinteraksi satu dengan yang
12
lain dan mudah atau sulitnya lokasi tersebut dicapai melalui sistem jaringan transportasi, (dalam http://eprints.undip.ac.id, diakses 23 Juni 2013 pukul 00.45). Berdasarkan uraian di atas, aksesibilitas yang dimaksud pada penelitian ini adalah jarak antara industri kerajinan Aneka Rotan di Desa Luwo’o Kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo dengan pusat kota Gorontalo. Hal ini berguna dalam mengkategorikan aksesibilitas industri kerajinan tersebut. 2.2.4. Faktor Pemasaran Kotler (2009: 6) mengemukakan bahwa pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Pengertian lain menurut Kasmir (2012: 171), pemasaran adalah usaha untuk memenuhi keiginan dan kebutuhan konsumen melalui penciptaan suatu produk, baik barang maupun jasa yang kemudian dibeli oleh mereka yang memiliki kebutuhan melalui suatu penukaran. Arti yang lain menurut Muchtar (2010: 114) pemasaran (marketing) adalah merupakan kegiatan yang membuat konsumen menyadari adanya produk dan jasa serta keuntungan yang ditawarkan. Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa, pemasaran adalah suatu upaya untuk menciptakan dan menjual produk maupun jasa yang bernilai kepada pihak lain dengan tujuan tertentu. Dalam sebuah industri, pemasaran sangat berperan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi. Hal ini digunakan peneliti untuk melihat apakah pemasaran yang dilakukan oleh industri
13
kerajinan Aneka Rotan, sudah sampai keluar daerah Gorontalo atau bahkan keluar negeri. 2.2.5. Faktor Kebijakan Pemerintah Mubyarto (1989: 243) mengemukakan bahwa salah satu kekuatan yang berpengaruh pada bekerjanya gaya-gaya ekonomi adalah pemerintah. Tidak ada satu negarapun pada saat ini dimana pemerintah tidak memainkan peranan dalam perekonomian. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa salah satu peran pemerintah dalam sebuah industri adalah kemudahan untuk memperoleh izin usaha. Hal ini akan berdampak pada kemudahan memperoleh fasilitas kredit maupun bantuan dari industri/instansi yang lebih besar guna penambahan modal untuk pengembangan usaha. Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti melihat bentuk
kebijakan
seperti
apa
yang
diberikan
pemerintah
terhadap
keberlangsungan industri kerajinan Aneka Rotan.
2.3.
Tinjauan Tentang Industri
2.3.1. Pengertian Industri Definisi industri menurut UU No. 5 Tahun 1984 tentang perindustrian adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, barang setengah jadi, dan barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan merancang bangun dan perekayasaan industri (dalam Iryadini, 2010:31). Menurut Wignjosoebroto (2006: 2) bahwa industri biasa diartikan sebagai suatu lokasi/tempat dimana aktivitas produksi akan diselengagarakan.
14
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, industri merupakan suatu tempat untuk kegiatan ekonomi dalam melakukan aktivitas produksi. Industri dalam penelitian ini adalah industri kerajinan Aneka Rotan yang merupakan suatu tempat diselenggarakannya aktivitas produksi.
2.3.2. Klasifikasi Industri Menurut Kristanto (2004:157) industri dapat diklasifikasi menjadi : a. Industri primer yaitu industri yang mengubah bahan mentah menjadi bahan setengah jadi, misalnya pertanian dan pertambangan. b. Industri sekunder yaitu industri yang mengubah barang setengah jadi menjadi barang jadi. c. Industri tersier yaitu industri yang sebagian besar meliputi industri jasa dan perdagangan atau industry yang mengolah bahan industri sekunder. Menurut Sanusi (2012: 198) industri rotan dalam pengolahan bahan baku dapat dikelompokkan menjadi industri primer dan sekunder. Industri primer yaitu yang mengolah bahan baku rotan bulat menjadi bahan setengah jadi. Industri sekunder yaitu yang mengolah lebih lanjut hasil olahan industri primer berupa produk setengah jadi menjadi produk barang jadi. Berdasarkan teori tentang klasifikasi industri di atas, peneliti mengamati klasifikasi industri kerajinan Aneka Rotan berdasarkan bahan baku yang diolah pada industri tersebut.
2.3.3. Industri Kecil Menurut Saleh (1986: 4), mengungkapkan bahwa industri kecil adalah unit usaha industri yang mempekerjakan antara 5 sampai dengan 19 orang tenaga kerja. Sedangkan menurut Akmal (2006:24) bahwa industri kecil adalah suatu
15
usaha dalam perekonomian yang merupakan proses yang bertujuan untuk menghasilkan barang dan jasa. Dari pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa, industri kecil yaitu suatu proses dalam perekonomian dengan jumlah tenaga kerja 5-19 orang untuk menghasilkan barang atau jasa. Sehubungan dengan penelitian ini, maka peneliti melihat apakah industri kerajinan Aneka Rotan termasuk pada industri kecil berdasarkan jumlah tenaga kerja pada industri tersebut. Sementara itu Departemen Perindustrian dan Perdangangan Provinsi Gorontalo (2012), menggolongkan industri kecil berdasarkan produk yaitu: a. b. c. d. e.
Industri kecil pangan Industri kecil sandang Industri kecil kimia dan bahan bangunan Industri kecil logam dan elektronika Industri kecil kerajinan
Berdasarkan penggolongan industri tersebut, dapat disimpulkan bahwa industri kerajinan Aneka Rotan masuk dalam kategori industri kecil kerajinan. Hal ini didukung oleh nama yang digunakan oleh industri tersebut yaitu industri kerajinan Aneka Rotan. Menurut Saleh (1986: 50) industri kecil di Indonesia dapat digolongkan dalam tiga kategori, yaitu: a. Industri Lokal Kelompok industri kecil yang menggantungkan hidupnya kepada pasar setempat yang terbatas serta relatif tersebar dari segi lokasinya, skala usaha kelompok ini umumnya sangat kecil dan mencerminkan suatu pola pengusahaan yang bersifat subsistem, dalam hal itu target pemasarannya yang sangat terbatas telah menyebabkan kelompok ini pada umumnya hanya menggunakan sarana transportasi yang sederhana, adapun karena pemasaran hasil produksinya ditangani
16
sendiri, maka pada kelompok industri lokal ini jasa pedagang perantara boleh dikatakan kurang menonjol. b. Industri Sentra Kelompok industri dari segi usahanya mempunyai skala yang sangat kecil, tetapi membentuk suatu pengelompokkan kawasan produksi yang terdiri dari kelompok unit usaha yang menghasilkan barang sejenis, ditinjau dari segi target pemasarannya umumnya menjangkau pasar yang lebih luas dari pada kategori pertama, sehingga peranan pedagang perantra atau pedagang pengumpul menjadi cukup menonjol. c. Industri Mandiri Kelompok industri yang masih mempunyai sifat industri kecil, namun telah berkemampuan mengadaptasi teknologi produksi yang cukup canggih. Kelompok ini relatif tidak tergantung pada peranan pedagang perantara, pada dasarnya kelompok industri mandiri ini tidak sepenuhnya dapat dikategorikan sebagai bagian dari industri kecil, mengingat kemampuannya yang tinggi dalam mengakomodasi beragam aspek moderenitas, hanya atas dasar skala penyerapan tenaga kerja maka kelompok ini termasuk kedalam kategori industri kecil. Berdasarkan kategori industri di atas, maka peneliti menggunakan hal tersebut sebagai dasar untuk mengamati industri kerajinan Aneka Rotan berdasarkan jangkauan pemasaran yang dilakukan oleh industri tersebut.
2.3.4. Lokasi Industri Kasmir (2012:140) mendefinisikan bahwa lokasi merupakan tempat melayani konsumen, dapat pula diartikan sebagai tempat untuk memajang barangbarang dagangannya. Salah satu keuntungan dengan memilih lokasi yang tepat yaitu kemudahan dalam memperoleh tenaga kerja yang diiginkan. Purnomo (2004: 141) mengemukakan bahwa dalam penentuan lokasi yang harus dipertimbangkan, antara lain ketersedian sumber bahan baku, tenaga kerja, lokasi pemasaran, dan keuntungan relatif lain dibanding daerah lainnya. Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa lokasi merupakan tempat dimana terdapat barang dagangan sehingga terjadi interaksi antara
17
produsen dan konsumen. Demikian halnya dengan industri kerajinan Aneka Rotan yang berlokasi di Desa Luwo’o Kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo, lokasi industri tersebut merupakan tempat memajang barang-barang dagangannya sekaligus tempat aktivitas produksi dan transaksi jual beli.
2.4.
Tinjauan Tentang Kerajinan
2.4.1
Pengertian Kerajinan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Seminar Nasional Seni
Kriya, (2009: 153) istilah kerajinan berasal dari bahasa jawa yang berarti (1) hal/sifat dan sebagainya; (2) kegetolan; industri; perusahaan membuat sesuatu; kerajinan tangan; pekerjaan tangan bukan dengan mesin; barang-barang kerajinan; barang-barang hasil kerajinan tangan. Menurut Danik (dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia 2002: 433) kerajinan artinya kegiatan, barang yang dihasilkan melalui keterampilan tangan (seperti tikar, anyaman dan sebagainya). Ada pula pengertian lain dari kerajinan menurut Suptandar bahwa kerajinan diproduksi mengutamakan bahan-bahan yang layak terdapat di daerah sekitarnya dan alat yang digunakan serba sederhana, dikerjakan secara terampil, penuh dedikasi serta unsur pribadi pengrajin juga menentukan keberhasilan karya yang dihasilkan (dalam Wahyuningsih, Seminar Nasional Seni Kriya; 2009: 153). Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kerajinan adalah suatu barang yang dihasilkan melalui keterampilan tangan bukan mesin yang dibuat dengan penuh dedikasi dan menggunakan alat serba sederhana dengan bahan-
18
bahan yang ada di sekitarnya. Kerajinan yang dibuat biasanya terbuat dari berbagai bahan dan kerajinan ini menghasilkan hiasan atau benda seni maupun barang pakai. Berdasarkan pengertian kerajinan tersebut, dalam penelitian ini dapat dikatakan bahwa industri kerajinan Aneka Rotan mengolah barang yang dihasilkan melalui keterampilan tangan. Hal ini disimpulkan dari nama yang digunakan pada industri tersebut yaitu industri kerajinan Aneka Rotan.
2.4.2. Macam-Macam Kerajinan 2.4.2.1. Kerajinan Ukir Menurut Saputra (2008:2) kerajianan ukir adalah barang-barang ukiran atau hiasan yang dihasilkan oleh seseorang yang dalam perwujudannya memerlukan ketekunan, keterampilan, dan perasaan seni dengan cara di toreh/dipahat di atas batu, logam, kayu. Menurut Soehardi (2009:329) bahwa jenis ukiran ini dapat dikategorikan menjadi 3 tingkatan yaitu ukiran datar, ukiran dalam dan ukiran tembus. Teknik dalam membuat ukiran yaitu dengan pembuatan hiasan yang menggunakan alat berupa tatah/pahat ukir. Pahat yang digunakan bermacammacam jenis dan untuk hiasan yang digunakan biasanya menggunakan motif diantaranya motif geometris, tumbuhan dan hewan. Jenis, bentuk dan bahan yang digunakan sangat beragam. Dari urain di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kerajinan ukiran merupakan hasil dari keterampilan tangan yang berupa barang-barang ukiran atau hiasan dengan cara ditoreh atau dipahat. Bahan-bahan yang dapat digunakan
19
untuk ukiran seperti batu, kayu logam dan sejenisnya dengan menggunakan bermacam-macam pahat serta hasil dari ukiran tersebut dapat memiliki jenis ukiran yang berbeda. Sehubungan dengan penelitian ini, industri kerajinan Aneka Rotan tidak memproduksi kerajinan ukir karena dapat dilihat dari nama yang digunakan pada industri tersebut, sebagai penghasil kerajinan berbahan rotan. 2.4.2.2. Kerajianan Keramik Menurut Ruci (2007: 4) bahwa keramik berasal dari bahasa Yunani yaitu ceramkos dari kata ceramos. Keramik diartikan sebagai suatu benda yang terbuat dari bahan non-logam dan anorganik yang dibuat melalui proses pembakaran. Adapun pengertian lain menurut Khoirunnisa (2012:6), keramik adalah karya seni tiga demensi yang di buat dari bahan tanah liat dan di bakar. Karya ini diciptakan sejak zaman nenek moyang sebagai kebutuhan sehari-hari. Keramik diproduksi untuk benda-benda hias atau benda pakai dengan beragam variasi bentuk, misalnya guci, pot bunga, vas bunga, piring dan sebagainya. Bahan baku yang lazim digunakan dalam pembuatan keramik adalah tanah liat yang plastis. Keramik dibentuk dengan berbagai teknik, antara lain teknik cetak, pijit, dan teknik pilin. Setelah dibentuk, kemudian diberi hiasan, setelah melalui proses pengeringan selanjutnya melakukan pembakaran dengan suhu tertentu. Dari urain tersebut dapat disimpulkan bahwa keramik merupakan suatu benda yang dibuat dari tanah liat yang mudah dibentuk dan melalui proses pembakaran dengan suhu tertentu. Dalam penelitian ini, industri kerajinan Aneka Rotan tidak memproduksi kerajinan keramik karena dapat dilihat dari nama yang
20
digunakan pada industri tersebut, sehingga bahan dan teknik yang digunakanpun berbeda. 2.4.2.3. Kerajinan Anyam Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia dilengkapi dengan EYD (2002:52), menganyam adalah mengatur (bilah, daun dan sebagainya) tindihmenindih dan silang-menyilang (seperti pembuatan tikar dan bakul). Menurut Agustien Nyo & Subandi (1980:100), anyaman adalah bukan suatu tenunan, tetapi dibuat dari suatu susunan bahan yang dipersilangkan miring dari kiri ke kanan dan kembali. Anyaman dikerjakan dengan tangan dan bahan yang biasa digunakan ialah rotan, plastik, bambu, dan tumbuh-tumbuhan lain. Adapun pengertian lain dari Sugiarti (1982: 7) anyaman ialah merangkai bahan kerajinan anyaman sedemikian rupa, sehingga menjadi benda-benda yang dapat memenuhi kebutuhan hidup kita sehari-hari. Bahan-bahan yang biasa digunakan yaitu bambu, rotan, daun-daunan (daun lontar, mendong, janur, dan pandan), palstik, maupun kertas. Adapun barang-barang kebutuhan hidup seharihari yang dihasilkan dari anyaman misalnya: topi, tas, tikar, kipas, dan sejenisnya. Dari pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa anyaman adalah suatu keterampilan tangan dengan menjalin atau menyilangkan bahan dengan saling tindih menindih sehingga menjadi sebuah benda yang dapat digunakan dalam memenuhi kehidupan sehari-hari. Bahan yang digunakan untuk menganyam yaitu dari bahan alami maupun bahan sintetis. Terkait dengan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa kerajinan anyaman merupakan salah satu kerajinan yang dihasilkan oleh industri kerajinan Aneka Rotan, karena nama
21
industri tersebut sudah menggunakan salah satu bahan anyaman yang alami yaitu rotan.
2.4.3. Jenis-Jenis Anyaman Jenis-jenis anyaman yang biasa digunakan oleh para pengrajin dalam membuat suatu produk kerajinan mungkin saja memiliki jenis anyaman yang sama atau berbeda dan jenis anyaman tersebut berbeda cara mengerjakannya. Jenis anyaman yang biasa digunakan para pengrajin yaitu sebagai berikut: a.
Jenis Anyaman Sasak Jenis anyaman sasak yaitu anyaman yang dikerjakan dengan cara
mengangkat satu helai bahan dan meninindis/menyisip satu helai bahan berikut begitu seterusnya. Anyaman ini biasa disebut dengan anyaman angkat satu dan tindih satu. Seperti pada gambar berikut ini:
Gambar 1. Anyaman sasak Sumber: Margono, 1997: 17 Foto Repro: Peneliti, 17 Maret 2011
b.
Jenis Anyaman Kepang
22
Jenis anyaman kepang yaitu yang dikerjakan dengan cara mengangkat dua helai bahan dan meninindis/menyisip dua helai bahan berikut begitu seterusnya. Anyaman ini biasa disebut dengan anyaman angkat dua dan sisip dua.
Gambar 2. Anyaman kepang Sumber: Anton Gerbono 2009: 39 Foto Repro: Peneliti, 17 Maret 2013
c.
Jenis Anyaman Pita Jenis anyaman pita yaitu melipat berbentuk huruf V satu hingga sampai
empat bahan kemudian ambil bahan yang tidak dilipat lalu sisipkan pada setiap helai bahan yang telah dilipat seperti huruf V tersebut. Anyaman ini disebut dengan anyaman pengunci atau anyaman pinggir.
Gambar 3. Anyaman pita Sumber: Anton Gerbono 2009: 41 Foto Repro: Peneliti, 17 Maret 2013
23
Berdasarkan macam-macma jenis anyaman tersebut di atas, maka peneliti menggunakan hal tersebut untuk mengamati jenis anyaman yang digunakan pada industri kerajinan Aneka Rotan.
2.4.4. Bahan-Bahan Anyaman 2.4.4.1. Bahan Plastik Menurut Sugiarti (1982:S 9) plastik mempunyai sifat yang elastis, tidak mudah putus dan tahan lama, namun anyaman plastik ini tidak tahan api. Plastik yang sudah dibersihkan kemudian dipipih ataupun digulung-gulung kecil dapat dianyam untuk membuat suatu produk kerajinan sehingga memiliki nilai jual. Produk kerajinan anyaman plastik contohnya tas belanja, tas sekolah dan dompet. 2.4.4.2. Bahan Kertas Sugiarti (1982:9-10) menjelaskan bahwa kertas adalah suatu barang yang diciptakan manusia berwujud lembaran-lembaran tipis yang dapat dirobek, digulung, dilipat, direkat, dicoret. Walaupun demikian kertas bisa digunakan sebagai bahan anyaman dan paling mudah didapatkan. Menurut Sofyan (1997:10) cara kerja anyaman kertas ini sama halnya dengan anyaman plastik, hasil dari anyaman kertas tidak hanya dibuat sebagai hiasan dinding, bisa dibuat juga sebagai tempat bertutup dan keranjang. 2.4.4.3. Bahan Mendong Gerbono dan Djarijah (2009: 9-27) menjelaskan bahwa mendong merupakan tanaman asli Asia Tengara termasuk Indonesia yang kini tersebar luas dari kawasan Asia Selatan (India) sampai Asia Timur (Cina). Tanaman mendong
24
banyak dijumpai di dataran rendah ataupun di dataran tinggi (pada ketinggian 300-700 m dpl), di pinggiran sawah, danau, waduk atupun lebak dan rawa dengan panjang kurang lebih 1 meter. Menurur Sugiarti (1982:9) bahwa mendong memiliki sifat yang lemas dan kuat. Sehingga mendong dapat dianyam untuk dijadikan suatu kerajinan seperti tikar, tas, topi, sandal, tempat tisu dan sajadah. 2.4.4.4. Bahan Bambu Menurut Margono (1997: 1-6), bambu adalah tumbuhan yang sebangsa dengan rumput, tetapi bukan rumput sembarang rumput. Tumbuhan bambu juga dapat digunakan untuk bahan kerajinan tangan, terutama untuk barang anyaman. Bahan bambu yang digunakan sebaiknya tidak terlalu tua dan muda sehingga mudah untuk dianyam. Karena bambu yang terlalu tua mudah patah dan pecah. Menurut Anton dan Abbas (2005: 58) bahwa hasil kerajinan anyaman bambu yang paling banyak dan disukai konsumen adalah kipas, bakul nasi, dan topi koboi. 2.4.4.5. Bahan Rotan Menurut G. Margono (1997: 5) rotan adalah jenis “palm” yang merambat panjangnya sampai 100 meter. Dengan nama latin rotan yaitu “calamus sp” itu termasuk suku Nibung-nibung bangsa Palmae. Pengertian lain menurut Sanusi (2012: 3), rotan merupakan tumbuhan khas daerah tropis dengan penyebaran terbanyak di Kalimantan, Sulawesi, Sumatera, Jawa, dan Irian Jaya. Januminro (200: 25-166) mengemukakan bahwa tumbuhan rotan mempunyai akar serabut, berwarna keputih-putihan atau kekuningkuningan serta kehitam-hitaman. Batang tanaman rotan selalu tumbuh keatas dan berusaha menuju kearah sinar matahari, beruas banyak dan panjang, tidak berongga dan berbentuk silinder. Tanaman rotan berdaun
25
majemuk dan pelepah daun yang duduk pada buku dan menutupi permukaan ruas batang. Daun rotan ditumbuhi duri yang berfungsi sebagai alat pertahanan diri dari herbivora, sekaligus membantu pemanjatan, karena rotan tidak dilengkapi dengan sulur. Tumbuhan rotan siap panen apabila daun dan durinya sudah patah, warna duri sudah berubah menjadi hitam atau kuning kehitaman, dan sebagian batangnya sudah tidak dibalut oleh pelepah daun dan telah berwarna hijau. Rotan yang baru saja ditebang memiliki kadar air tinggi, batang berwarna hijau daun dan mudah diserang oleh jamur biru. Tumbuhan rotan merupakan jenis tanaman yang elastis dan kenyal, memiliki keunikan dan ciri khas yang berfungsi sebagai tali pengikat yang ulet dan kuat yang ternyata tidak dimiliki oleh jenis tumbuhan lainnya. Sugiarti (1982: 8) mengemukakan bahwa rotan memiliki sifat yang kuat dan kokoh, sehingga sangat awet untuk bahan anyaman atau meubel. Menurut Sanusi (2012: 5), penanganan rotan yang lepas panen melalui pembersihan pelepah,
pengorengan,
pencucian,
pengosokan,
dan
pengeringan
untuk
memperbaiki warna rotan menjadi kuning terang dan mutu rotan menjadi baik. Adapun proses pengolahan rotan menurut Januminro (200: 123-146) adalah sebagai berikut: Proses pertama adalah pengolahan bahan rotan asalan dengan beberapa langkah seperti pemotongan, perendaman dalam air, pencucian disertai penggosok an, peruntian, pengikisan, penjemuran, pengawetan/pemutihan rotan, pengasapan, sortasi kualitas, pengikatan, penimbangan dan pembungkusan. Adapun hasil dari pengolahan rotan tersebut adalah rotan bulat, rotan belahan, dan kulit rotan yang masih memiliki ukuran lebih kecil dari ukuran sebelumnya. Dari hasil pengolahan tersebut maka dapat digunakan sebagai bahan kerajinan, melalui proses pembuatan yaitu perakitan dan pengikatan bahan baku dan diakhiri dengan finishing.
26
Proses kedua adalah pengolahan bahan rotan setengah jadi yang merupakan proses pengolahan lanjutan dari pengolahan rotan mentah/asalan. Pengolahan ini melalui olahan rotan amplas, olahan kulit rotan, hingga menjadi rotan fitri. Adapun proses pembuatannya dengan mengikat ataupun dianyam untuk selanjutnya melakukan finishing. Hasil pengolahan rotan ini lebih mudah untuk dibentuk dari hasil pengolahan sebelumnya. Proses ketiga adalah pengolahan bahan rotan jadi/siap pakai. Dimana hasil dari pengolahan bahan mentah maupun bahan setengah jadi ini selanjutnya diproses dengan melakukan perancangan, pembentukan/pembuatan dan finishing kemudian menjadi produk yang siap dipasarkan. 2.4.4.6. Bahan Eceng Gondok Eceng gondok merupakan salah satu tumbuhan air yang mengapung dan kadang-kadang berakar dalam tanah. Tinggi tumbuhan ini sekitar sekitar 0,4-0,8 meter. Tidak mempunyai batang, daunnya tunggal dan berbentuk oval. Tumbuhan ini memiliki ciri khusus, yaitu memiliki tangkai daun yang menggelembung (berongga) yang berfungsi untuk mengapung di permukaan air. (Rita Maria, dalam Www.Eceng Gondok.com, diakses Sabtu 11 Mei 2013). Marianto
(Dalam
Seminar
Nasional
Seni
Kriya,
2009:151-152)
mengemukakan bahwa: Tanaman eceng gondok adalah tanaman gulma atau jenis tanaman liar di air. Orang lebih mengenal eceng gondok (Eichhornia Crassipes) dari suku Pontederianceae sebagai gulma air atau tanaman penggangu yang mudah sekali tumbuh dan sangat sulit untuk diberantas. Tanaman eceng gondok jika dilihat secara sekilas merupakan tanaman pengganggu dan tidak berguna. Keberadaan tanaman ini yang tumbuh di rawa-rawa dan danau yang menyebabkan perairan air dapat tersumbat. Namun jika tanaman itu
27
berada di tangan orang kreatif dengan adanya sentuhan seni, maka tanaman tersebut dapat berguna dan memiliki nilai jual. Tanaman eceng gondok setelah berada ditangan orang yang kreatif dengan sentuhan seni dapat dibuat menjadi suatu produk kerajinan. Produk kerajinan tersebut seperti tas, sandal, tempat tisu, alas duduk bahkan kursi. Tumbuhan ini bila berada ditangang orang yang kreatif dengan sentuhan seni maka dapat menghasilkan suatu produk kerajinan dengan nilai jual yang cukup tinggi. Selain itujuga bisa menjadi suatu mata pencaharian bagi pengrajin dan dapat membantu mengurangi tingkat pengangguran serta tersumbatnya perairan air di danau maupun dirawa-rawa. Berdasarkan macam-macam bahan anyaman tersebut di atas, maka peneliti menggunakan hal tersebut sebagai dasar untuk mengamati bahan anyaman yang digunakan oleh industri kerajinan Aneka Rotan dalam memproduksi produkproduk kerajinan.