13
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1
Konsep dan Definisi
2.1.1 Kemiskinan Istilah kemiskinan sangat mudah diucapkan tetapi tidak gampang untuk menentukan yang miskin itu yang seperti apa, siapa yang tergolong miskin, dan seterusnya (Sumedi, 2004). Miskin tidak dapat dibicarakan secara mutlak (absolut) melainkan bersifat relatif (nisbi) seperti perbedaan antara miskin dan kaya (Heriyanto, 2000). Kemiskinan dapat dilihat dari berbagai segi, baik dari pendapatan, pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, laju pertumbuhan ekonomi, inflasi, ketahanan pangan, pembangunan infrastruktur sosial ekonomi wilayah (PISEW), perkembangan usaha ekonomi kerakyatan, ketimpangan struktur usaha, ketidakberdayaan, kesejahteraan sosial, ketimpangan gender, kesenjangan antar golongan dan wilayah, pembangunan sumber daya manusia. Menurut Bank Dunia, kemiskinan merupakan ketidakmampuan seseorang untuk memperoleh standar hidup yang minimal atau kemiskinan dapat juga diartikan mengenai keadaan melarat dan ketidakberuntungan atau suatu keadaan minus (deprivation). Kemiskinan juga berkaitan dengan rendahnya tingkat pendapatan dan kepemilikan harta, kelemahan fisik, isolasi, kerentanaan dan ketidakberdayaan (Chambers, 1987). Kondisi kemiskinan sampai saat ini diukur dengan kriteria dan standar yang berbeda-beda. Namun pada prinsipnya ada dua kategori kemiskinan, yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif (Todaro &
14
Smith, 2006). Kemiskinan absolut adalah suatu kondisi dimana tingkat pendapatan seseorang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, seperti kebutuhan pangan, sandang, papan, kesehatan dan pendidikan. Kemiskinan relatif adalah perhitungan kemiskinan yang didasarkan pada proporsi dan distribusi pendapatan dalam suatu daerah, karena lebih berkaitan dengan distribusi pendapatan antar berbagai lapisan masyarakat. Menurut Friedman (2004), kemiskinan juga berarti ketidaksamaan kesempatan untuk mengakumulasikan basis kekuasaan sosial. Basis kekuasaan sosial ini meliputi modal produktif seperti tanah, alat produksi, perumahan, kesehatan. sumber keuangan, organisasi sosial dan politik yang dapat digunakan untuk kepentingan bersama seperti koperasi, partai potitik, organisasi sosial, jaringan sosial, pengetahuan dan ketrampilan, serta informasi yang berguna untuk kemajuan hidup (Friedman dalam Suharto, dkk., 2004). Syahyuti (2006), menyatakan bahwa miskin adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai sengan taraf kehidupan kelompoknya dan tidak mampu memanfaatkan tenaga, mental dan pikirannya dalam kelompok itu. Kemiskinan juga dapat diartikan sebagai kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan secara layak dan bermartabat (TKPK Provinsi Bali, 2006). Kemiskinan adalah suatu kondisi penduduk, seseorang yang tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan keluarga yang menjadi tanggung
15
jawabnya secara optimal karena kurangnya kepemilikan faktor faktor pendukung baik yang bersifat materi , non materi, fisik dan juga non fisik.. Menurut Bank Dunia (2003), penyebab dasar kemiskinan adalah kegagalan kepemilikan terutama tanah dan modal, terbatasnya ketersediaan kebutuhan dasar pelayanan dan prapelayanan, kebijakan pembangunan yang bias perkotaan dan bias sektor, adanya perbedaan kesempatan diantara anggota masyarakat dan sistem yang kurang mendukung, adanya perbedaan sumber daya manusia dan perbedaan antara sektor ekonomi, rendahnya produktivitas dan tingkat pembentukan modal dalam masyarakat, budaya hidup yang dikaitkan dengan kemampuan mengelola sumber daya alam dan lingkungan, tidak adanya tata pemerintahan yang baik dan bersih, dan pengelolaan sumber daya alam yang berlebihan dan tidak berwawasan lingkungan. Pendekatan penanggulangan kemiskinan berakibat pada perubahan cara pandang terhadap hubungan negara dan masyarakat, khususnya masyarakat miskin. Pelaksanaan kewajiban negara untuk mendahulukan, menghormati, melindungi, dan memenuhi hak-hak dasar masyarakat miskin akan membuat proses tersebut lebih progresif dan tidak terhalang oleh ketersediaan sumber daya dan sumber dana. Pemerintah dapat memilih alat -alat kebijakan dalam bentuk program dan kegiatan melalui penetapan anggaran maupun aturan perundangundangan untuk melaksanakan kewajiban dalam pemenuhan hak-hak dasar secara bertahap. Pemerintah juga dapat menentukan skala prioritas agar anggaran dapat lebih efisien dan berpihak kepada masyarakat miskin.
16
Kemiskinan di Indonesia terjadi akibat adanya budaya miskin yang terlihat seolah dipelihara oleh masyarakat, contohnya seperti kurang berusaha dan berinovasi untuk mendapatkan pendapatan tambahan. Kebijakan-kebijakan ekonomi di Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan seluruh lapisan masyarakat. Kebijakan ini mengakibatkan penduduk miskin tidak mampu mengakses modal awal untuk melakukan usaha sampingan agar memperoleh pendapatan tambahan. Lokasi kemiskinan yang terdapat di Indonesia terdiri atas dua jenis, pertama adalah kemiskinan di kawasan perkotaan, kedua adalah kemiskinan di kawasan perdesaan. Kedua kemiskinan ini memiliki karakteristik yang berbeda dan memerlukan strategi pengentasan kemiskinan yang berbeda. Fenomena ini terjadi baik oleh penduduk asli kota yang tidak mampu bersaing dengan penduduk pendatang atau sebaliknya. Kemiskinan di kawasan perdesaan merupakan kemiskinan yang terjadi di desa-desa yang ada di Indonesia. Penduduk miskin di desa pada umumnya terjebak dalam kondisi kemiskinan akibat tidak memilikinya modal, baik fisik maupun non fisik, atau dengan kata lain tidak memiliki faktor produksi. Sebagai contoh, petani-petani yang ada di desa-desa kebanyakan petani penggarap. Dikarenakan hanya petani penggarap, para petani tersebut memiliki sistem pendapatan bagi hasil dengan pemilik lahan dan pada umumnya pendapatan yang didapat tidak mampu memenuhi kebutuhan seharihari. Petani penggarap juga pada umumnya tidak memiliki lahan sehingga tidak memiliki jaminan ketika akan meminjam modal ke bank. Dengan kata lain, kebijakan kredit bagi usaha mikro kecil dan menengah (umkm) masih belum menyentuh seluruh lapisan masyarakat. Selain itu, pada umumnya, penduduk di
17
desa kurang memiliki keahlian khusus selain bertani. Hal ini menyulitkan penduduk desa untuk memiliki keahlian lain sebagai modal untuk usaha. Fakta lain yang terdapat dalam kemiskinan di perdesaan adalah penduduk usia muda banyak yang merantau, sehingga secara komposisi penduduk, penduduk miskin di desa pada umumnya penduduk dengan usia cenderung tua dan sudah tidak produktif. Dalam penanggulangan masalah kemiskinan melalui program bantuan langsung tunai (BLT) BPS telah menetapkan 14 (empat belas) kriteria keluarga miskin, seperti yang telah disosialisasikan oleh Departemen Komunikasi dan Informatika (2005), rumah tangga yang memiliki ciri rumah tangga miskin, yaitu: 1) Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang 2) Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan. 3) Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa diplester. 4) Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain. 5) Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik. 6) Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan. 7) Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah. 8) Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu. 9) Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun. 10) Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.
18
11) Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik. 12) Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 0, 5 ha. Buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp 600.000 per bulan. 13) Pendidikan tertinggi kepala kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya SD. 14) Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai Rp 500.000, seperti: sepeda motor (kredit/non kredit), emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya. 2.1.2 Morbiditas Morbiditas sangat erat kaitannya dengan tingkat kemiskinan di suatu daerah karena apabila penduduk banyak dalam kondisi yang tidak sehat maka mereka akan tidak bisa melaksanakan aktifitas dan bekerja sehingga pemenuhan terhadap hak dasarnya tidak dapat terlaksana. Untuk dapat mengetahui lebih jauh lagi tentang morbiditas maka perlu diketahui lebih jauh tentang arti dari morbiditas itu sendiri. Morbid berasal dari bahasa Latin yang berarti kondisi sakit atau menjadi sakit. Pada pengobatan dan epidemiologi, kata morbiditas dapat merujuk kepada pernyataan terkena penyakit (dari bahasa Latin ) morbidus berarti sakit, tidak sehat, derajat kerasnya penyakit, meratanya penyakit, jumlah kasus pada populasi, insiden penyakit, jumlah kasus baru pada populasi. Cacat terlepas dari akibat (contoh cacat disebabkan oleh kecelakaan), (www.kingsasaqi65 .blogspot.com, 2013).
19
Menurut kamus kesehatan, morbiditas adalah keadaan sakit, terjadinya penyakit
atau
kondisi yang
(www.kamuskesehatan.com,
mengubah kesehatan dan kualitas
2014).
Di
Indonesia
pengertian
hidup
morbiditas
(kesakitan) adalah kondisi seseorang dikatakan sakit apabila keluhan kesehatan yang dirasakan mengganggu aktivitas sehari-hari yaitu tidak dapat melakukan kegiatan seperti bekerja, mengurus rumah tangga dan kegiatan lainnya secara normal sebagaimana biasanya (BPS RI, 2009). Morbiditas (kesakitan) merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur derajat kesehatan penduduk. Semakin tinggi angka morbiditas, menunjukkan derajat kesehatan penduduk semakin buruk. Sebaliknya semakin rendah angka morbiditas (kesakitan) menunjukkan derajat kesehatan penduduk yang semakin baik (BPS RI, 2009). Morbiditas juga merupakan suatu penyimpangan dari status sehat dan sejahtera, atau keberadaan suatu kondisi sakit. Morbiditas juga mengacu pada
angka
kesakitan,
jumlah
orang
yang sakit
dibandingkan
dengan populasi tertentu yang sering kali merupakan kelompok yang sehat atau kelompok orang yang berisiko (www.scribd.com, 2013). Morbiditas dapat juga diartikan sebagai suatu kondisi tubuh yang tidak dapat mempergunakan anggota tubuhnya secara maksimal baik fisik maupun mental karena menurunnya fungsi dari anggota tubuh akibat menderita gangguan tertentu. National Association of State Mental Health Program Directors (NASMHPD)(2006), menyatakan bahwa setiap penduduk yang menderita sakit khususnya
yang menderita sakit jiwa atau serious mental illness (SMI),
meninggal pada usia rata-rata 25 tahun lebih muda daripada orang pada
20
umumnya. Sakit jiwa ini disebabkan oleh faktor kemiskinan, dan faktor lingkungan yang kumuh. Ukuran atau angka morbiditas adalah jumlah penderita yang dicatat selama 1 (satu) tahun per 1000 jumlah penduduk pertengahan tahun (www.epidemiolog.wordpress.com, 2011). Angka morbiditas dihitung untuk menggambarkan kondisi kesehatan di masyarakat secara umum serta untuk mengetahui keberhasilan program program pemberantasan penyakit, penggunaan air minum yang layak dan kondisi sanitasi lingkungan yang layak serta memberikan gambaran secara umum mengenai pemahaman, pengertian dan pengetahuan penduduk tentang kesehatan. Angka morbiditas digunakan sebagai indikator status kesehatan. Pada tahun 1959, WHO menetapkan tiga ukuran morbiditas dalam laporan the expert committee on health statistics, yaitu: ju m l a h
orang yang
s a k i t , periode atau lama sakit yang dialami,
durasi (waktu : jam, hari, minggu, bulan) penyakit (www.epidemiolog. wordpress.com, 2011) Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh ahli kesehatan, morbiditas (kesakitan) disebabkan karena sakit sindrom gawat napas neonatus, tuberkulosis dan diare (Pediatri, 2012). Penyakit asma, tuberkulosis dan diare juga dapat menimbulkan dampak negatif pada kehidupan pasien, serta menyebabkan anak sering tidak masuk sekolah, membatasi aktivitas pribadi maupun keluarga dan penurunan produktivitas kerja (Pediatri, 2009). Penyakit-penyakit tersebut muncul karena gaya hidup dan pola makan yang salah, serta lingkungan yang kotor semua bermula dari minimnya pengetahuan mengenai masalah kesehatan itu sendiri baik tentang gizi maupun lingkungan. Secara umum dapat dikatakan
21
bahwa terwujudnya derajat kesehatan masyarakat secara optimal yang merupakan salah satu unsur kesejahteraan dari tujuan nasional adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk (Pediatri, 2009). Derajat kesehatan dipengaruhi oleh empat faktor yaitu lingkungan, perilaku,
kesehatan dan
keturunan. Salah satu indikator untuk mengukur derajat kesehatan yang optimum diantaranya dengan melihat indikator-indikator morbiditas atau kesakitan (Depkes RI, 2003). Ada tiga dimensi yang menunjukkan indikator-indikator morbiditas (kesakitan) yaitu dimensi umur panjang & sehat, dimensi pengetahuan dan dimensi kehidupan yang layak. Untuk dimensi umur panjang & sehat diukur berdasarkan lingkungan. Untuk dimensi pengetahuan diukur berdasarkan pendidikan (dewasa). Dimensi kehidupan yang layak diukur berdasarkan keturunan dan kesehatan (Depkes RI, 2003). Ukuran utama morbiditas adalah angka insidensi & prevalensi dan berbagai ukuran turunan dari kedua indikator tersebut. Setiap kejadian penyakit, kondisi gangguan atau kesakitan dapat diukur dengan angka insidensi dan angka prevalensi 2.1.3
Lingkungan Kesehatan sangat penting artinya bagi setiap manusia karena dengan
kondisi tubuh yang sehat maka setiap aktifitas dapat dilaksanakan dengan optimal. Kesehatan tubuh adalah salah satu hal yang penting untuk dijaga selain kesehatan mental, dalam hal menjaganya tidak cukup hanya berolahraga yang rutin dan menjaga pola makan, namun diperlukan juga lingkungan yang sehat. Dampak lingkungan yang sehat terhadap kesehatan sangat besar. Menciptakan lingkungan
22
yang sehat tentunya diperlukan pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan lingkungan. Menurut Undang-Undang Rl Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, menyatakan bahwa lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan
perilakunya
kesejahteraan
yang
manusia
mempengaruhi serta
makhluk
kelangsungan hidup
perikehidupan
lainnya.
Ahmad
dan
(1987)
mengemukakan bahwa lingkungan hidup adalah sistem kehidupan di mana terdapat campur tangan manusia terhadap tatanan ekosistem. Menurut Darsono, (1995), segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung juga merupakan pengertian lingkungan. Menurut Sutomo (1991), kesehatan lingkungan adalah suatu upaya yang dilakukan untuk melindungi kesehatan manusia melalui pengelolaan, pengawasan dan pencegahan terhadap faktor-faktor lingkungan yang dapat mengganggu kesehatan manusia. Menurut Soenhadji (1994 ), kesehatan lingkungan adalah ilmu & seni dalam mencapai keseimbangan, keselarasan dan keserasian lingkungan hidup melalui upaya pengembangan budaya, perilaku sehat dan pengelolaan lingkungan sehingga dicapai kondisiyang bersih, aman, nyaman, sehat dan sejahtera sehingga terhindar dari gangguan penyakit, pencemaran dan kecelakaan, sesuai dengan harkat dan martabat manusia.
23
UU No. 36 Tahun 2009, tentang upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkunganyang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Pasal 163 (1) menyatakan bahwa pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat menjamin ketersediaan lingkungan yang sehat dan tidak mempunyai risiko buruk bagi kesehatan, sedangkan pasal (2) menyebutkan lingkungan sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup lingkungan permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, serta tempat dan fasilitas umum. Lingkungan sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bebas dari unsur-unsur yang menimbulkan gangguan kesehatan, antara lain limbah cair, limbah padat, limbah gas, sampah yang tidak diproses sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan pemerintah, binatang pembawa penyakit, zat kimia yang berbahaya, kebisingan yang melebihi ambang batas, radiasi sinar pengion dan non pengion, air yang tercemar, udara yang tercemar, dan makanan yang terkontaminasi. Air bersih dan sanitasi yang baik merupakan elemen penting yang menunjang kesehatan manusia. Sanitasi berhubungan dengan kesehatan lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Sanitasi adalah menciptakan keadaan lingkungan yang baik atau bersih untuk kasehatan. Sanitasi biasa disebut juga kebersihan lingkungan. Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia. Definisi lain dari sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi
24
yang memenuhi persyaratan kesehatan Sementara beberapa definisi lainnya menitik beratkan pada pemutusan mata rantai kuman dari sumber penularannya dan pengendalian lingkungan Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 965/MENKES/SK/XI/1992,(1992), pengertian sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Notoadmojo (2003), mengemukakan bahwa sanitasi itu sendiri merupakan perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia, sedangkan untuk pengertian dari sanitasi lingkungan, sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyedian air bersih dan sebagainya. Menurut Azwar, (www.gagaje.blogspot.com, 2013) sanitasi adalah cara pengawasan masyarakat yang menitikberatkan kepada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mungkin mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Menurut Ehler & Steel, (www.gagaje.blogspot.Com, 2013 ), sanitation is the prevention od diseases by eliminating or controlling the environmental factor which from links in the chain of tansmission. Menurut Hopkins,(www.gagaje. blogspot.com, 2013), sanitasi adalah cara pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan yang mempunyai pengaruh terhadap lingkungan. Batasan
pengertian
sanitasi
menurut
WHO,
(www.publichealth-
journal.helpingpeopleideas.com/sanitasi-industri), sanitasi adalah pengawasan
25
penyediaan air minum masyarakat, pembuangan tinja dan air limbah, pembuangan sampah, vektor penyakit, kondisi perumahan, penyediaan dan penanganan makanan, kondisi atmosfer dan keselamatan lingkungan kerja. Menurut pengertian umum, sanitasi adalah pencegahan
penyakit dengan
mengurangi
atau mengendalikan faktor – faktor lingkungan fisik yang berhubungan dengan rantai penularan penyakit. Pengertian lain dari sanitasi adalah upaya pencegahan penyakit melalui pengendalian faktor lingkungan yang menjadi mata rantai penularan penyakit. Menurut Entjang (2000), bahwa sanitasi lingkungan adalah pengawasan lingkungan fisik, biologis, sosial dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan manusia, dimana lingkungan berguna ditingkatkan dan diperbanyak sedangkan yang merugikan diperbaiki atau dihilangkan. Pada prinsipnya usaha sanitasi bertujuan untuk menghilangkan sumber – sumber makanan (food presences), tempat.
Berdasarkan
Peraturan
Menteri
Kesehatan
RI
No.
416/MenKes/Per/IX/1990, yang di maksud air minum adalah air bersih yang digunakan untuk keperluan sehari hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Menurut Kusnoputranto (1986), ruang lingkup dari kesehatan lingkungan meliputi, penyediaan air minum, pengolahan air buangan dan pengendalian pencemaran air, pengelolaan sampah padat, pengendalian vektor penyakit, pencegahan/pengendalian pencemaran tanah, hygiene makanan, pengendalian pencemaran udara, pengendalian radiasi, kesehatan kerja, terutama pengendalian dari bahaya-bahaya fisik, kimia dan biologis, pengendalian kebisingan,
26
perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan masyarakat dari perumahan penduduk, bangunan-bangunan umum dan institusi, perencanaan daerah dan perkotaan, aspek kesehatan lingkungan dan transportasi udara, laut dan darat, pencegahan kecelakaan, rekreasi umum dan pariwisata, tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin agar lingkungan pada umumnya bebas dari resiko gangguan kesehatan serta tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi, bencana alam, perpindahan penduduk dan keadaan darurat. Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait dengan masalah air minum, higiene dan sanitasi masih sangat besar. Hasil studi Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP) (2006), menunjukkan 47 persen masyarakat masih berperilaku buang air besar ke sungai, sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka. Berdasarkan studi Basic Human Services (BHS) di Indonesia tahun 2006, perilaku masyarakat dalam mencuci tangan adalah. a) Setelah buang air besar 12 persen, b) Setelah membersihkan tinja bayi dan balita 9 persen, c) Sebelum makan 14 persen, d) Sebelum memberi makan bayi 7 persen, dan e) Sebelum menyiapkan makanan 6 persen. Salah satu tujuan pembangunan prasarana penyediaan air baku untuk memastikan komitmen pemerintah terhadap Millenium Development Goals (MDGs) yaitu memastikan kelestarian lingkungan hidup dengan menurunkan target hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan
27
terhadap air minum layak dan sanitasi dasar hingga tahun 2015. Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Proporsi penduduk atau rumah tangga dengan akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak adalah perbandingan antara rumah tangga yang memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak dengan rumah tangga seluruhnya, dalam persen. Proporsi penduduk atau rumah tangga dengan akses terhadap fasilitas air minum yang layak adalah perbandingan antara rumah tangga yang memiliki akses terhadap fasilitas air minum yang layak dengan rumah tangga seluruhnya, dalam persen. 2.1.4
Pendidikan Pendidikan di Indonesia diselenggarakan sesuai dengan sistem pendidikan
nasional yang ditetapkan dalam UU No. 20 Tahun 2003 sebagai pengganti UU No. 2 Tahun 1989 yang tidak memadai lagi serta perlu disempurnakan sesuai amanat perubahan UUD 1945. Undang-undang tersebut merupakan dasar hukum penyelenggaraan dan reformasi sistem pendidikan nasional. Undang-undang tersebut memuat visi, misi, fungsi, dan tujuan pendidikan yang bermutu, relevan, dan kebutuhan masyarakat yang berdaya saing dalam kehidupan global. UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara, sedangkan menurut Pusat Bahasa
28
Departemen Pendidikan Nasional (2002), menjelaskan bahwa pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik. Menurut Notoatmodjo (2003), pendidikan dapat pula dikatakan sebagai suatu upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Pendidikan juga dikatakan sebagai suatu aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi–potensi pribadinya, yaitu rohani (pikir, karsa, rasa, cipta dan budi nurani). Pendididkan juga berarti lembaga yang bertanggungjawab menetapkan cita–cita (tujuan) pendidikan, isi, sistem dan organisasi pendidikan. Lembaga–lembaga ini meliputi keluarga, sekolah dan masyarakat (Ihsan, 2005), sedangkan menurut Rousseau, pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa anak-anak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa (Ahmadi, 2003). Pendidikan berdasarkan sifatnya dibedakan menjadi. 1) Pendidikan informal Pendidikan informal yaitu pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman
sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar sepanjang hayat.
Pendidikan ini dapat berlangsung dalam keluarga dalam pergaulan sehari-hari maupun dalam pekerjaan, masyarakat, keluarga, organisasi. Pendidikan formal, yaitu pendidikan yang berlangsung secara teratur, bertingkat dan mengikuti syarat-syarat tertentu secara ketat.pendidikan ini berlangsung di sekolah.
29
Pendidikan non formal, yaitu pemdidikan yang dilaksanakan secara tertentu dan sadar tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan yang kekal (Ahmadi, 2003). 2) Pendidikan menengah Pendidikan menengah adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal-balik dengan lingkungan sosial budaya, dan alam sekitar, serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi. Pendidikan menengah terdiri dari pendidikan menengah umum dan
pendidikan
menengah
kejuruan.
Pendidikan
menengah
umum
diselenggarakan selain untuk mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan tinggi, juga untuk memasuki lapangan kerja. Pendidikan menengah kejuruan diselenggarakan untuk memasuki lapangan kerja atau mengikuti pendidikan keprofesian pada tingkat yang lebih tinggi. Pendidikan menengah dapat merupakan pendidikan biasa atau pendidikan luar biasa. Tingkat pendidikan menengah adalah SMP, SMA dan SMK. 3) Pendidikan tinggi Pendidikan tinggi adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk menjadi anggota masyarakat yang memiliki tingkat kemampuan tinggi yang bersifat
akademik
dan
atau
profesional
sehingga
dapat
menerapkan,
mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam rangka pembangunan nasional dan meningkatkan kesejahteraan manusia (Ihsan, 2005).
30
2.1.5 Ekonomi Istilah kata ‘ekonomi’ berasal dari bahasa Yunani yaitu ‘oikos dan namos’ atau oikonomia’ yang dapat diartikan sebagai manajemen urusan rumah-tangga, khususnya pada penyediaan dan administrasi pendapatan (Sastradipoera, 2001). Kamus Bahasa modern juga mengartikan istilah ekonomi suatu prinsip usaha maupun metode untuk mencapai tujuan dengan alat-alat sesedikit mungkin. Bapak Ekonomi yakni Adam Smith (Sastradipoera, 2001) memberikan definisi secara sistematis bahwa ilmu ekonomi adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam usahanya untuk mengalokasikan sumber-sumber daya yang terbatas guna mencapai tujuan tertentu (teori ekonomi klasik) dengan istilah-istilah normatif seperti nilai (value), kekayaan (welfare), dan utilitas (utility) . Wykstra (Sastradipoera, 2001), mengartikan ekonomi sebagai studi tentang cara-cara alternatif manusia dalam melakukan pilihan untuk menggunakan sumber daya yang langka dengan produktif untuk menghasilkan barang dan jasa yang dapat mengurangi keinginan. Meyers (Abdullah, 1992), memberikan definisi bahwa ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempermasalahkan tentang kebutuhan dan alat pemuasan kebutuhan manusia. Menurut Meyers (Abdullah, 1992), kebutuhan diartikan sebagai suatu keperluan manusia terhadap barang-barang dan jasa-jasa yang sifat dan jenisnya sangat bermacam-macam dalam jumlah yang tidak terbatas, sedangkan pemuas kebutuhan yang memiliki ciri-ciri terbatas. Menurut Lipsey (1981), masalah dalam ekonomi timbul karena adanya kesenjangan antara kebutuhan manusia terhadap barang dan jasa yang jumlahnya
31
tak terbatas, sedangkan di lain pihak barang-barang dan jasa-jasa sebagai alat pemuas kebutuhan sifatnya langka ataupun terbatas. Menurut Meiji (Abdullah, 1992), ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari tentang usaha manusia untuk meningkatkan kemakmuran. Usaha manusia sangat realistis, karena ditinjau dari aspek ekonomi di mana manusia sebagai mahluk ekonomi (homo economicus) pada hakekatnya mengarah kepada pencapaian kemakmuran. Secara ekonomi, kemakmuran menjadi tujuan utama dalam kehidupan manusia. Berdasarkan tulisan Adam Smith dalam buku “An Inquiry into the Nature and Cause of the Wealth of Nations” tahun 1976. Samuelson dan Nordhaus (1990), menjelaskan bahwa ilmu ekonomi merupakan suatu studi yang mempelajari tentang perilaku orang dan masyarakat dalam memilih cara menggunakan sumber daya yang langka dan memiliki beberapa alternative penggunaan, dalam rangka memproduksi berbagai komoditi, untuk kemudian menyalurkannya baik saat ini maupun di masa depan kepada berbagai individu dan kelompok yang ada dalam suatu masyarakat. lmu ekonomi adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari dan memberikan kajian tentang bagaimana masyarakat menggunakan sumber daya yang sudah langka untuk memproduksi barang barang yang berharga dan mendistribusikannya pada masyarakat luas dan dapat memperoleh tanbahan nilai. Inti dari ilmu ekonomi adalah mengakui realitas kelangkaan, lalu memikirkan cara mengorganisir masyarakat dalam suatu cara yang menghasilkan pemanfaatan sumber daya yang paling efisien dan mendistribusikannya untuk kebutuhan konsumsi sekarang dan dimasa depan.
32
2.2
Teori Yang Digunakan
2.2.1
Teori Mosley dan Chen (1984) Menurut Mosley dan Chen (1984), variabel yang berpengaruh terhadap
kelangsungan hidup anak meliputi variabel eksogenous atau sosial ekonomi (seperti sosial, ekonomi, budaya, masyarakat dan faktor regional) dan variabel endogenous atau faktor biomedical (seperti pola pemberian ASI, kebersihan, sanitasi dan nutrisi). 2.2.2
Teori H.L Blum H.L. Blum, menyatakan bahwa derajat kesehatan masyarakat sangat erat
dengan angka kematian (mortalitas) dan angka kesakitan (morbiditas). Konsep paradigma sehat H.L. Blum memandang pola hidup sehat seseorang secara holistik dan komprehensif. Masyarakat yang sehat tidak dilihat dari sudut pandang tindakan penyembuhan penyakit melainkan upaya yang berkesinambungan dalam menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. H.L Blum menjelaskan ada empat faktor utama yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Keempat faktor tersebut merupakan faktor determinan timbulnya masalah kesehatan. Keempat faktor tersebut terdiri dari faktor perilaku/gaya hidup (life style), faktor lingkungan (sosial, ekonomi, politik, budaya), faktor pelayanan kesehatan (jenis cakupan dan kualitasnya) dan faktor genetik (keturunan). Keempat faktor tersebut saling berinteraksi yang mempengaruhi kesehatan perorangan dan derajat kesehatan masyarakat.
33
2.3 Keaslian Penelitian Hakimi (1990), dengan judul penelitian An Evaluation Of A Maternal And Child Health Village Health Workers Program In Central Java. Teknik analisis data yang dipergunakan analisis regresi digunakan untuk mengestimasi pengaruh perlakuan dengan penyesuaian terhadap pengaruh pengubah. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa program KKD-KIA meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku yang lebih baik terhadap perawatan antenatal dan memperbaiki hasil kehamilan pada ibu-ibu berisiko rendah. Menurut Octavianus (2003), dengan penelitian berjudul Pengaruh Ketersediaan Sarana dan Prasarana Terhadap Kemiskinan Di Kabupaten Lima Puluh Kota, Padang. Teknik Analisis menggunakan Momen Produk Pearson. Hasil uji korelasi Momen Produk Pearson menunjukkan hubungan yang negatif antara ketersediaan sarana dan prasarana dengan tingkat kemiskinan. Artinya semakin baik ketersediaan sarana dan prasarana (persentase keluarga yang menggunakan listrik) maka tingkat kemiskinan akan semakin rendah, dan semakin buruk ketersediaan sarana dan prasarana maka tingkat kemiskinan akan semakin tinggi dan semakin buruk ketersediaan sarana dan prasarana maka tingkat kemiskinan akan semakin tinggi. Asmoro, Joyo, (2006), dengan judul penelitian Pengaruh Sanitasi Lingkungan Permukiman terhadap Tingkat Morbiditas Balita di Kelurahan Kotalama Kecamatan Kedung kandang Kota Malang. Teknik Analisis data yang dipergunakan dengan metode tabulasi silang dan regresi ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar balita tingkat morbiditasnya termasuk dalam
34
kategori sedang, sanitasi lingkungan permukiman yang meliputi sumber air bersih, pembuangan sampah, pembuangan limbah rumah tangga, MCK, sarana peranginan, dan kebersihan rumah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkatmorbiditas balita baik secara parsial maupun simultan. Pengaruh sanitasi lingkunganpermukiman secara simultan terhadap morbiditas balita di Kelurahan KotalamaKecamatan Kedung kandang Kota Malang sebesar 53,2 persen. Nikijuluw (2007), dengan judul penelitian Kemiskinan Dan Kerusakan Lingkungan, Penelitian ini menggunakan teknik analisis bivariat. Hasil dari penelitian ini menunjukan kemiskinan dan kerusakan lingkungan berkorelasi positif, bahkan keduanya memiliki hubungan kausalitas derajat polynomial dimana pada derajat pertama, kemiskinan terjadi karena kerusakan lingkungan atau sebaliknya kerusakan lingkungan terjadi akibat dari kemiskinan. Min Hua dkk (2008), dengan judul penelitian “International Variation in Life Expectancy : A Spatio-Temporal Analysis” . Teknik analisis data yang dipergunakan analisis komparasi keruangan dan temporal. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa lingkungan negara-negara di dunia mempunyai variasi baik menurut ruang maupun waktu. Variasi lingkungan tersebut secara umum disebabkan oleh perbedaan kondisi politik, sosial dan ekonomi Negara bahwa lingkungan negara-negara di dunia mempunyai variasi baik menurut ruang maupun waktu. Variasi lingkungan tersebut secara umum disebabkan oleh perbedaan kondisi politik, sosial dan ekonomi Negara. Mahfuz (2008), dengan judul “Determinants of Life Expectancy in Developing Countries”. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data regresi
35
linier ganda dengan variabel pendapatan per kapita, pendidikan, akses terhadap air minum, anggaran untuk kebutuhan kesehatan dan urbanisasi. Hasil penelitian bahwa kondisi sosial ekonomi yang baik tidak sepenuhnya menjamin lingkungan tinggi. Peningkatan pendapatan per kapita, pendidikan, anggaran kesehatan per kapita dan urbanisasi tidak menjamin terjadinya peningkatan AHH di negaranegara berkembang. Datrini (2009), dengan judul penelitin Dampak Investasi dan Tenaga Kerja Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi
Serta
Pengaruhnya
Terhadap
Tingkat
Kimiskinan di Provinsi Bali. Teknik analisis dengan menggunakan dua jenis model pengolahan data yaitu regresi linier berganda dan regresi linier sederhana/fungsi cobb-douglas (log-linier atau double log / log ganda). Hasil penelitiannya menyatakan pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di provinsi Bali tahun 1990 –2007 dan hipotesis yang menyatakan bahwa besarnya koefisien elastisitas pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan adalah lebih dari satu dan bersifat elastis tidak dapat diterima hasil penelitian menunjukkan bahwa elastisnya secara absolut adalah kurang dari satu atau bersifat inelastis artinya pertumbuhan ekonomi tidak dengan serta merta akan mengurangi jumlah penduduk miskin Pane (2009), dengan judul penelitiannya Pengaruh Pendidikan Terhadap Perilaku Warga Menggunaka Jamban. Teknik penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Hasil Penelitian ini menjelaskan pendidikan ibu dan pengetahuan ibu tentang jamban merupakan variabel confounder (perancu). Faktor pemungkin (enabling factor) yakni kepemilikan jamban sebagai faktor dominan yang
36
berhubungan dengan perilaku keluarga terhadap penggunaan jamban, dimana keluarga yang memiliki jamban akan mempunyai peluang 27,04 (5,224 – 139,912) kali untuk menggunakan jamban dibandingkan dengan keluarga yang tidak memiliki jamban. Kyte and Wells ( 2010), dalam penelitian yang berjudul “Variations in Life Expectancy between Rural and Urban Areas of England 2001-2007”. Teknik analisisnya mempergunakan analisis regresi linier. Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa lingkungan (AHH) penduduk perdesaan lebih tinggi daripada penduduk perkotaan di Inggris. Hal itu disebabkan oleh tingkat kesehatan masyarakat perdesaan yang lebih baik daripada masyarakat perkotaan dan pinggiran di Inggris. Masyarakat perdesaan lebih memahami pola hidup sehat daripada masyarakat perkotaan. Saragih ( 2010 ), dengan judul penelitian “Analisis Kebijakan Penanganan Masalah Gizi di Kalimantan Timur berdasarkan Pengalaman Berbagai Negara”. Penelitian ini teknik analisisnya hanya menggunakan metode perbandingan kondisi antar Negara. Hasil penelitiannya adalah bahwa masalah gizi di Kalimantan Timur rentan dengan kemiskinan dan pola pengasuhan anak oleh keluarga termasuk asuh makan, kesehatan, kebersihan dan bermain. Djannata dan Dwi Atmanti( 2011 ), judul penelitiannya “Analisis program-program penanggulangan kemiskinan menurut SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) di Kota Semarang” dengan metode analisis mempergunakan metode analisis hierarki proses (AHP). Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa prioritas utama dalam upaya mengurangi kemiskinan ditinjau dari kelompok
37
program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat adalah program pembangunan infrastruktur sanitasi dengan bobot sebesar 0,544. Hasegawa, dkk (2011), dengan judul penelitian The Effect of Socioeconomic Status and Lifestyle on Life Expectancy : A Structural Analysis of an Elderly Japanese Population. Teknik analisis data yang dipergunakan Variasi AHH dikaji berdasarkan klasifikasi daerah RUAC (Rural and Urban Area Classification) 2004 dan IMD (Index of Multiple Deprivation) 2007. Data penduduk dan kematian diperoleh dari publikasi instansi terkait yaitu ONS (Office for Nation Statistics). Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa lingkungan penduduk lansia di Jepang sangat dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi dan kesehatan. Sementara itu, faktor gaya hidup hanya berpengaruh kecil terhadap lingkungan penduduk lansia di Jepang. Nugroho (2011), dengan judul “Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Agrishare (AG), Rata-Rata Lama Sekolah (RLS), dan Angka Melek Huruf (AMH) terhadap Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia”. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis regresi linear panel data dengan metode Fixed Effect Model (FEM) dengan waktu penelitian tahun 2006-2009. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Agrishare (AG), dan Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap jumlah penduduk miskin sedangkan variabel Angka Melek Huruf (AMH) tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah penduduk miskin di Indonesia.
38
Nurdyana, Budiono, Fahmi, (2012), dengan judul penelitian Pendidikan dan Kemiskinan Studi Kasus Provinsi Maluku Utara. Teknik analisis yang diperguanakan adalah teknik regrersi probit.Hasil penelitiannya menunjukan bahwa tingkat pendidikan yang dihitung melalui tahun sekolah kepala rumah tangga mempunyai pengaruh negatif terhadap kemiskinan pada tingkat signifikan si 1 persen. Hal ini mengindikasikan pentingnya pendidikan dalam mengurangi kemiskinan di Provinsi Maluku Utara. Marginal effect pendidikan sebesar -0,0090, ditafsirkan bahwa penambahan satu tahun sekolah kepala rumah tangga dari nilai rata-ratanya akan menurunkan peluang rumah tangga jatuh dalam kemiskinan sebesar 0,90 persen. Syarif Hidayat dan Abas Basuni Jahari ( 2012 ), dengan judul penelitian “Perilaku Pemanfaatan Posyandu Hubungannya dengan Status Gizi dan Morbiditas”. Penelitian ini mempergunakan teknik analisis data yang dilakukan secara bivariat dengan Chi-Square dengan hasil analisis memberikan informasi bahwa balita yang tinggal dengan sanitasi lingkungan sehat serta menggunakan air minum yang dimasak ternyata lebih banyak yang status gizi baik berdasarkan BB/U dan berbeda sangat nyata (P <0.001) dibandingkan dengan balita yang menggunakan air minum yang tidak dimasak. Nasir ( 2012 ), dalam penelitiannya dengan judul “Indikator dan strategi penanggulangan kemiskinan daerah Kabupaten Aceh Utara”. Teknik analisisnya menggunakan pendekatan deskriptif dan kuantitatif. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa semakin banyak anggota rumah tangga, semakin parah tingkat kemiskinannya. Sebanyak 8,46 persen individu usia 5-14 tahun (anak-
39
anak) turut bekerja; 62,35 persen individu usia 60+ (lansia) masih bekerja sementara
28,05
persen
individu
usia
produktif
(15-49
th),
tidak
bekerja/menganggur. Sebanyak 54,56 persen rumahtangga tidak mempunyai Pelayanan buang air besar/WC dengan sebaran di Kecamatan Sawang 80,87 persen rumahtangga tidak punya dan di Kecamatan Baktiya Barat 79,47 persen di Kecamatan Baktiya 76,10 persen. Hanum dan Purhadi (2013), dengan judul penelitian “ Faktor-faktor yang mempengaruhi
morbiditas
penduduk
Jawa
Timur
dengan
Multivariate
Geographically Weighted Regression (MGWR). Teknik analisis datanya memper gunakan teknik analisis regresi multivariate. Hasil analisisnya, variabel lingkungan, pendidikan, persentase penduduk dengan sumber air minum sumur terlindungi, persentase penduduk berobat jalan di praktek nakes, persentase penduduk dengan jarak sumber air minum ke tempat penampungan kotoran > 10 meter dan persentase penduduk dengan pengeluaran perkapita sebulan 200.000 s/d 299.999 untuk membeli makanan yang bergizi berpengaruh signifikan terhadap persentase penduduk yang mengalami morbiditas dan variabel lingkungan yang berpengaruh signifikan terhadap indeks kesejahteraan rakyat di Jawa Timur. Faisal (2013), dengan judul penelitian Pengaruh Tingkat Pendidikan, Kesehatan Terhadap Produktivitas Dan Jumlah Penduduk Miskin Di Provinsi Kalimantan Barat. Teknik analisis yang dipergunakan model regresi dengan teknik Least Squre Dummy Variable (LSDV). Hasil analisisnya bahwa faktor pendidikan dan kesehatan tidak begitu dominan mempengaruhi produktivitas tenaga kerja, namun terhadap tingkat kemiskinan melalui produktivitas
40
pengaruhnya sangat dominan. Jika dilihat di lapangan, kondisi pendidikan ,kesehatan, produktivitas tenaga kerja di Kalimantan Barat. Muzakir (2013), dengan penelitian berjudul Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Pengetahuan Kepala Keluarga Terhadap Prilaku Hidup Bersih Sehat Di Lingkungan Pangden Wilayah Kerja Puskesmas Tikala Toraja Utara. Penelitian deskriptif analitik dengan desain cross sectional uji statistik Univariat. Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan yang bermakna (signifikan) antara tingkat pendidikan dengan perilaku hidup bersih dan sehat (p=0,000), dan terdapat pula hubungan yang bermakna (signifikan) antara pengetahuan dengan perilaku bersih dan sehat dilingkungan pangden wilayah puskesmas Tikala Toraja utara (p=0,000). Nizar dkk (2013), dengan penelitian berjudul Pengaruh Investasi Dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Serta Hubungannya Terhadap Tingkat Kemiskinan di Indonesia. Teknik analisis menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) dan diolah dengan menggunakan software ekonometrik Eviews 6.1 dan SPSS. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh pertumbuhan ekonomi (PDB) terhadap tingkat kemiskinan secara langsung sangat kecil namun hubungannya negatif dan signifikan. Nuradita, Mariyam (2013), penelitiannya berjudul Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Tentang Bahaya Rokok Pada Remaja Di SMP Negeri 3 kendal. Hasil analisis uji statistik dengan menggunakan uji McNemmar. disimpulkan bahwa hasil penelitian ini menunjukan ada pengaruh Pendidikan
41
Kesehatan Terhadap Pengetahuan Tentang Bahaya Rokok Pada Remaja Di SMP Negeri 3 Kendal dengan nilai p value = 0,000. Songjanan (2013), dengan judul penelitian Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Hipertensi Kehamilan Terhadap Sikap Pemeliharaan Tekanan Darah Ibu Hamil Di Puskesmas Debut Kabupaten Maluku Tenggara, STIKES Nani Hasanuddin Makassar. Teknik analisis dengan menggunakan uji statistik wilcoxon signed rank test dengan tingkat signifikan p< 0,05. Hasil penelitiannya menunjukan ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang hipertensi kehamilan terhadap sikap pemeliharaan tekanan darah ibu hamil di Puskesmas Debut Kabupaten Maluku Tenggara” dengan tingkat signifikan atau kemaknaan p = 0,000 Suharwati (2013), dengan penelitian berjudul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Morbiditas Balita Di Desa Klampar Kecamatan Proppo Kabupaten Pamekasan Teknik analisis yang dipergunakan yakni Analisis Deskriptif yaitu Tabulasi Tunggal, Silang, dan Chi-Square. Hasil penelitiannya menyatakan lingkungan biofisik desa Klampar tergolong sedang. Hasil ChiSquare menunjukkan bahwa tidak ada keterkaitan antara lingkungan biofisik dengan morbiditas balita. Ekawati
(2014), dengan penelitian berjudul
Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi Kejadian Diare Di Ruang Rawat Inap Di RSUD Kota Makassar. Teknik analisis mempergunakan uji statistik analisis bivariat. Hasil analisis didapatkan ada pengaruh antara pengetahuan terhadap kejadian diare, pengaruh
42
pola makan terhadap kejadian diare dan ada pengaruh antara lingkungan terhadap pasien kejadian diare di RSUD Kota Makassar Prabowo (2014), dengan judul penelitian Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum, dan Tingkat Pengangguran Terhadap Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten Brebes Tahun 1997-2012. Teknik analisis yang dipergunakan adalah regresi linier berganda (Ordinary Least Square), menggunakan alat bantu software eviews 7. Hasil penelitannya menunjukan bahwa upah minimum dan tingkat pengangguran terbuka memiliki pengaruh yang signifikan terhadap jumlah penduduk miskin di Kabupaten Brebes selama periode 1997-2012, akan tetapi pertumbuhan ekonomi memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap jumlah penduduk miskin di Kabupaten Brebes selama periode tahun 1997-2012. Informasi yang diperoleh dari penelitian-penelitian sebelumnya yang telah dipaparkan di atas memberikan banyak informasi serta masukan dan menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti dalam penyusunan penelitian yang dilakukan yaitu “Peningkatan Angka Morbiditas di Provinsi Bali”. Pada Penelitian sebelumnya apabila dibandingkan dengan penelitian ini terdapat beberapa kesamaan antara lain mengenai topik dan permasalahan yang akan dibahas serta metodeloginya, tetapi yang membedakan adalah mengenai daerah objek penelitian, periode waktu penelitian dan analisis yang dipergunakan. Pada penelitian ini, penulis lebih memfokuskan pada indikator – indikator morbiditas dari dimensi yang menunjukan peningkatan angka morbiditas. Dimensi dimensi itu antara lain dimensi umur panjang & sehat yang diukur melalui lingkungan.
43
Dimensi pengetahuan diukur berdasarkan variabel pendidikan (dewasa), serta dari sisi ekonomi. Penulis juga mengukur pengaruh tingkat kemiskinan melalui dimensi dimensi yang ada. Penulis dalam menganalisis mengambil data sekunder dari TNP2K dan beberapa sumber yang berbeda dengan penelitian terdahulu. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Persamaan Struktural (Struktural Equation Modeling)