BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) adalah lembaga swadaya masyarakat, yang artinya lembaga keuangan yang didirikan dan dikembangkan oleh masyarakat. Sejak awal berdirinya, BMT dirancang sebagai lembaga ekonomi. Dapat dikatakan bahwa BMT merupakan suatu lembaga ekonomi rakyat, yang secara konsepsi dan secara nyata memang lebih fokus kepada masyarakat bawah yang miskin dan nyaris miskin (poor and near poor).1 BMT berupaya membantu pengembangan usaha mikro dan usaha kecil, terutama dalam hal permodalan. Untuk melancarkan usaha dengan membantu permodalan tersebut, yang biasa dikenal dengan istilah pembiayaan (financing) dalam khazanah keuangan modern, maka BMT juga berupaya menghimpun dana, terutama sekali berasal dari masyarakat lokal disekitarnya.
Dengan
kata
lain,
BMT
pada
prinsipnya
berupaya
mengorganisasi usaha saling menolong antar warga masyarakat suatu wilayah (komunitas) dalam masalah ekonomi.2 Krisis ekonomi yang melanda masih dirasakan dampaknya oleh seluruh rakyat di Indonesia hingga saat ini. Kondisi hidup yang amat berat terlebih dirasakan oleh kelompok miskin dan tertinggal yang berpenghasilan rendah. Rendahnya tingkat kualitas hidup akibat minimnya fasilitas dasar, 1
Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam Penguatan Peran Lkm dan Ukm di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2009), hlm. 83. 2 Ibid.
1
2
buruknya mutu sumber daya manusia, etos kerja yang lemah dan sulit berkembang, terbatasnya kemampuan mencari pekerjaan yang layak, sulitnya mengakses sumber-sumber permodalan adalah beberapa permasalahan yang dihadapi oleh kelompok masyarakat miskin dan tertinggal.3 Salah satu strategi yang harus dilakukan masyarakat untuk meningkatkan ekonominya yaitu dengan cara mencari pinjaman modal untuk berwirausaha. Pinjaman modal bisa diperoleh masyarakat melalui lembagalembaga keuangaan mikro yang sekarang sudah berkembang pesat di masyarakat, khususnya lembaga keuangan mikro syariah yang bisa menjadi alternatif bagi masyarakat, sehingga masyarakat bisa dengan mudah memperoleh modal dari pinjaman lembaga keuangan mikro mmaupun lembaga keuangan mikro syariah. Lembaga keuangan mikro syariah adalah lembaga keuangan yang melakukan kegiatan penyediaan jasa keuangan untuk usaha mikro dan masyarakat berpenghasilan rendah. Lembaga keuangan mikro syariah telah berkembang sebagai alat pembangunan ekonomi yang bertujuan untuk memberikan manfaat bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Tujuan dari lembaga keuangan mikro, yaitu sebagai organisasi pembangunan adalah untuk melayani kebutuhan financial dari pasar yang tidak terlayani atau yang tidak dilayani dengan baik, sebagai salah satu upaya untuk mencapai tujuantujuan pembangunan seperti menciptakan lapangan kerja, mengurangi
3
Sukron, Strategi Lembaga Keuangan Mikro Syariah dalam Mengembangkan dan MeningkatkanPembiayaan Usaha Kecil dan Menengah, Jakarta : Skripsi. di akses pada tanggal 3 September 2014.
3
kemiskinan, membantu usaha-usaha yang telah ada untuk meningkatkan atau mendiversifikasikan kegiatanya dan mendorong pengembangan usaha baru.4 BMT Bahtera Pekalongan, sebagaimana lembaga keuangan mikro syariah yang dalam kegiatannya menghimpun dan menyalurkan dana kepada masyarakat dengan menggunakan prinsip bagi hasil, dimana bentuk usaha yang menggunakan prinsip bagi hasil adalah dengan menggunakan akad mudharabah dan musyarakah.5 Pembiayaan usaha yang dilakukan BMT Bahtera Pekalongan dalam memberikan pembiayaan atau pinjaman dana kepada UMKM dapat digunakan untuk membiayai usaha produktif atau memperkuat usaha yang sudah ada, untuk membentuk usaha baru atau untuk memperoleh sarana produksi secara terus menerus dalam rangka meningkatkan pendapatan yang diperoleh sebagai akibat tambahan modal dalam usaha produktifnya.6 BMT Bahtera Pekalongan telah mengalami perkembangan dalam menjalankan kegiatan usahanya, hal ini terbukti dari banyaknya produkproduk yang diluncurkan oleh BMT Bahtera Pekalongan dan berdirinya cabang-cabang
baru
yang
diluncurkan
BMT
Bahtera
Pekalongan.
Perkembangan pembiayaan yang dilakukan BMT Bahtera Pekalongan juga terbukti dengan peningkatan jumlah nasabah pembiayaan di BMT Bahtera Pekalongan yaitu dari tabel di bawah ini:
4
Lincolin Arsyad, Lembaga Keuangan Mikro, (Yogyakarta: Andi Offset, 2008), hlm. 1. Wawancara dengan Bapak Wisanto, selaku Deputy Manager Marketing di BMT Bahtera Pekalongan, pada tanggal 10 Oktober 2014. 6 Ibid. 5
4
Tabel 1.1 Peningkatan jumlah nasabah pembiayaan di BMT Bahtera Pekalongan dari Tahun 2010-2013 Tahun 2010 2011 2012 2013 Jumlah Nasabah
2.163
2.240
2.261
2.610
Sumber : Data BMT Bahtera Pekalongan Tabel di atas menjelaskan bahwa BMT Bahtera Pekalongan mengalami peningkatan jumlah nasabah pembiayaan setiap tahunnya. Dan dari peningkatan jumlah nasabah pembiayaan tersebut, maka BMT Bahtera Pekalongan telah mengalami perkembangan dalam menyalurkan pembiayaan kepada nasabah/anggotanya.
No
Tabel 1.2 Jumlah nasabah usaha mikro, kecil dan menengah di BMT Bahtera Pekalongan dari Tahun 2010-2013 Tahun 2010 2011 2012 2013
1
Usaha Mikro
896
940
950
1.171
2
Usaha Kecil
721
747
751
870
3
Usaha Menengah
546
553
560
569
BMT Bahtera Pekalongan melakukan penyaluran dana pembiayaan dengan menggunakan prinsip bagi hasil kepada UMKM. Adapun bentuk bagi hasil yang diperkenalkan di BMT Bahtera Pekalongan antara lain Mudharabah dan Musyarakah. Pembiayaan usaha BMT Bahtera Pekalongan merupakan aktivitas usaha BMT dalam memberikan pinjaman dana pada UMKM yang dapat digunakan untuk membiayai usaha produktif maupun memperkuat usaha yang telah ada, untuk membentuk usaha baru atau
5
memperoleh
sarana
produksi
secara
terus-menerus
dalam
rangka
meningkatkan pendapatan yang diperoleh sebagai akibat tambahan modal dalam usaha produktifnya.7 Pembiayaan yang disalurkan BMT Bahtera Pekalongan kepada pelaku UMKM cukup mampu membantu dalam mengembangkan usahanya. Adapun jumlah pembiayaan yang di salurkan kepada anggota/nasabahnya yaitu maksimal Rp. 2.000.000.000., dan cara BMT Bahtera Pekalongan dalam mengetahui
dan
menilai
bahwa
usaha
yang
dijalankan
oleh
anggota/nasabahnya telah mengalami perkembangan yaitu dengan cara membandingkan kapasitas usaha sebelum dan sesudah mendapatkan pembiayaan dan melihat ketepatan anggota/nasabah dalam membayar angsuran pembiayaan.8 Bedasarkan latar belakang tersebut, maka penulis mengkaji lebih dalam tentang perkembangan pembiayaan usaha mikro, kecil dan menengah di BMT Bahtera Pekalongan dengan judul “Strategi BMT Bahtera Pekalongan dalam Mengembangkan Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)”.
7 8
Dokumen BMT Bahtera Pekalongan. Ibid.
6
B. Rumusan Masalah 1. Apa saja strategi BMT Bahtera Pekalongan dalam mengembangkan pembiayaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM)? 2. Bagaimana perkembangan pembiayaan yang dilakukan BMT Bahtera Pekalongan kepada usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM)?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah antara lain: a. Untuk mengetahui strategi BMT Bahtera Pekalongan dalam mengembangkan pembiayaan UMKM. b. Untuk mengetahui perkembangan pembiayaan yang dilakukan oleh BMT Bahtera Pekalongan kepada UMKM. 2. Kegunaan Penelitian a. Secara Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan pada umumnya, dan khususnya keilmuan perbankan syariah. b. Secara Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rujukan dalam rangka pengembangan dan evaluasi bagi lembaga keuangan syariah, khususnya BMT Bahtera Pekalongan.
7
D. Penegasan Istilah 1. Strategi Merupakan kebijakan dan keputusan kunci yang digunakan oleh manajemen, yang memiliki dampak besar bagi kinerja keuangan.9 2. BMT Merupakan lembaga keuangan berorientasi sosial keagamaan yang kegiatan utamanya menampung serta menyalurkan harta masyarakat berupa zakat, infaq, dan shadaqah (ZIS) berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan al-qur’an dan sunnah Rasul-Nya.10 3. Mengembangkan Merupakan memajukan dan meluaskan usaha dagang, dsb.11 4. Pembiayaan Merupakan penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.12
9
Panji Anoraga, Manajemen Bisnis, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), hlm. 339. Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, (Yogyakarta: UII Press, 2004), hlm. 187. 11 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia, 2008), hlm. 661 edisi ke empat. 12 Sultan Remy Syahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukanya dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia, (Jakarta: Pustaka Grafiti, 2005), hlm. 251. 10
8
5. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Merupakan keuangan mikro sebagai penyediaan layanan keuangan untuk masyarakat berpendapatan rendah.13
13
Lincolin Arsyad, Lembaga Keuangan Mikro, (Yogyakarta: Andi Offset, 2008), hlm. 8.
9
E. Telaah Pustaka Dalam penelitian Tugas Akhir (TA) ini, penulis telah menela’ah penelitian terdahulu yang dijadikan acuan dalam pembahasan masalah, yaitu sebagai berikut: Tabel 1.3 Penelitian sebelumnya No
Nama (tahun)
Judul
Metode
Hasil Penelitian
Perbedaan
Sumber
1
Arinil Khusna, (2010)
Strategi KJKS BMT Bahtera Pekalongan dalam Memberikan Pinjaman Modal Bagi Pengembangan UKM.14
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan yaitu suatu bentuk pengumpulan data dan informasi yang ditemukan di BMT Bahtera Pekalongan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa BMT Bahtera mempunyai peranan penting dalam mengembangkan UKM yaitu pemerataan kredit (pembiayaan) dengan lingkage program dan peningkatan SDM para pelaku UKM. Strategi KJKS BMT Bahtera dalam memberikan
Perpedaan dengan penelitian sebelumnya adalah terletak pada strategi BMT Bahtera dalam mengembangkan pinjaman modal bagi UKM, walaupun lokasi penelitian sama namun penulis meneliti tentang strategi BMT Bahtera
Tugas Akhir STAIN Pekalongan.
14
Arinil Khusna, Strategi KJKS BMT Bahtera Pekalongan dalam Memberikan Pinjaman Modal Bagi Pengembangan UKM, (Pekalongan : STAIN Pekalongan, 2010), TA tidak diterbitkan.
10
No
2
Nama (tahun)
Judul
Sita Nurul Pengaruh Amalia, (2012) Pembiayaan Musyarakah Terhadap Peningkatan pendapatan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di BMT SM NU 15 Buaran.
15
Metode
Metode penelitian lapangan (Field Risearch) dengan menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan angket atau kuesioner yang dijukan kepada para usaha kecil dan menengah yang telah mendapatkan pembiayaan
Hasil Penelitian
Perbedaan
pinjaman modal kepada UKM ada 2 yaitu prinsip penilaian, aspek kelayakan usaha dan unsur 5C. Keberadaan BMT SM NU Buaran sangat membantu usaha kecil dan menengah (UKM) yang kekurangan modal dengan pembiayaan musyarakah yang diberikan. Pembiayaan musyarakah di BMT SM NU Buaran sudah dapat dikatakan berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan usaha kecil dan menengah (UKM).
dalam mengembangkan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Perbedaan dengan penelitian sebelumnya terletak pada lokasi, pada Penelitian terdahulu memaparkan tentang pemberian pembiayaan dengan menggunakan akad musyarakah untuk peningkatan UKM. Sedangkan penulis memaparkan tentang strategi yang dilakukan BMT
Sumber
Tugas Akhir STAIN Pekalongan.
Sita Nurul Amalia, Pengaruh Pemberian Pembiayaan Musyarakah terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha kecil dan menengah (UKM) di BMT SM NU Buaran, (Pekalongan : STAIN Pekalongan, 2012), TA tidak diterbitkan.
11
No
Nama (tahun)
Judul
Metode musyarakah BMT SM Buaran.
3
Rizka Dewi Peranan BMT Afida, (2007) dalam Pengembangan Usaha Kecil (Studi Kasus: BMT Mitra Sejahtera Kandang Panjang Pekalongan).16
16
Hasil Penelitian dari NU
Menggunakan metode lapangan yang dilakukan dengan peranan BMT Mitra Sejahtera Kandang Panjang Pekalongan yang berkenaan dengan peranan BMT Mitra Sejahtera dalam pengembangan usaha kecil dan bagaimana pemberian pinjaman atau pembiayaanya.
Peran BMT dalam memberikan modal yang diberikan oleh BMT guna mengembangkan usaha-usaha para nasabah sangat bermanfaat, terutama bagi usaha yang baru berjalan. Dari hasil temuan-temuan menunjukkan bahwa terjadi perubahan baik di tingkat usaha, rumah tangga, maupun individu.
Perbedaan Bahtera Pekalongan dalam mengembangkan pembiayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Perbedaan dengan penelitian terdahulu adalah pada penelitian terdahulu meneliti peranan BMT dalam mengembangkan UKM. Sedangkan penulis meneliti tentang strategi BMT Bahtera dalam mengembangkan pembiayaan UMKM.
Sumber
Tugas Akhir STAIN Pekalongan.
Rizka Dewi Afida, Peranan BMT dalam Pengembangan Usaha Kecil (Studi Kasus : BMT Mitra Sejahtera Kandang Panjang Pekalongan), (Pekalongan : STAIN Pekalongan, 2007), TA tidak diterbitkan.
12
No 4
5
Nama (tahun)
Judul
Metode
Wahyuni, (2009)
Pemberdayaan UKM (usaha kecil menengah) melalui Pembiayaan Murabahah di KJKS BMT Bahtera Pekalongan.17
Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakkan metode pendekatan penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriptif.
Ana Yulistriana, (2011)
Warung Mikro PT. Bank Syariah Mandiri (BSM) Cabang Pekalongan
17
Hasil Penelitian
BMT Bahtera Pekalongan dalam menganalisis nasabah ketika menyalurkan pembiayaan murabahah telah sesuai dengan prinsip dasar yang telah sesuai dengan prinsip dasar yang diterapkan perbankan syariah dalam menganalisis nasabah. Dampak dari penyaluran pembiayaan murabahah di KJKS BMT Bahtera terhadap UKM sangat dirasakan manfaatnya dalam peningkatan usaha nasabah. Metode yang Warung mikro PT. Bank digunakan dalam Syariah Mandiri (BSM) penelitian ini adalah telah memberdayakan penelitian kualitatif. usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM)
Perbedaan
Sumber
Penelitian terdahulu meneliti tentang pemberdayaan UKM melalui pembiayaan murabahah. Sedangkan penulis meneliti tentang strategi BMT Bahtera Pekalongan dalam mengembangkan pembiayaan UMKM.
Tugas Akhir STAIN Pekalongan.
Perbedaan dengan penelitian sebelumnya terletak pada lokasi, pada penelitian terdahulu
Tugas Akhir STAIN Pekalongan.
Wahyuni, Pemberdayaan UKM (usaha kecil menengah) melalui Pembiayaan Murabahah di KJKS BMT Bahtera Pekalongan, (Pekalongan : STAIN Pekalongan, 2009), TA tidak diterbitkan.
13
No
Nama (tahun)
Judul dalam Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).18
18
Metode
Hasil Penelitian
Perbedaan
dalam hal pembiayaan. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya pembiayaan serta nasabah nasabah PT. Bank Syariah Mandiri (BSM).
memaparkan tentang pemberdayaan UMKM, sdangkan penulis memaparkan tentang strategi BMT dalam mengembangkan pembiayaan UMKM.
Sumber
Ana Yulistriana, Warung Mikro PT. Bank Syariah Mandiri (BSM) Cabang Pekalongan dalam Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), (Pekalongan : STAIN Pekalongan, 2011), TA tidak diterbitkan.
14
F. Kerangka Teori 1. Pengertian Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) BMT merupakan lambaga keuangn mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil (syariah), menumbuh kembangkan bisnis usaha mikro dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin, ditumbuhkan atas prakarsa dan modal awal dari tokoh-tokoh masyarakat setempat dengan berlandaskan pada sistem ekonomi yang salaam: keselamatan (berintikan keadilan), kedamaian dan kesejahteraan.19 BMT berorientasi pada upaya peningkatan kesejahteraan anggota dan masyarakat. Anggota harus diberdayakan (empowering) supaya mandiri. Dengan sendirinya, tidak dapat dibenarkan jika para anggota dan masyarakat dapat meningkatkan taraf hidup melalui peningkatan usahannya.20 BMT memiliki fungsi sebagai suatu lembaga keuangan syariah yang melakukan upaya penghimpunan dan penyaluran dana berdasarkan prinsip syariah. Prinsip syariah yang paling mendasar dan yang paling sering digunakan adalah sistem bagi hasil yang adil, baik dalam hal penghimpunan
maupun
penyaluran
dana.21
Dalam
menyalurkan
pembiayaan yang di lakukan BMT dapat membantu dalam hal pengembangan usaha nasabah/anggotanya. 19
Buchari Alma, Manajemen Bisnis Syari’ah, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 18. Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), (Yogyakarta: UII Press, 2004), hlm. 126-128. 21 Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam Penguatan Peran Lkm dan Ukm di Indonesia, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009), hlm. 86. 20
15
2. Pengertian Pembiayaan Pembiayaan atau financing adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang lain.22 Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang direncanakan. Adapun jenis-jenis pembiayaan dapat dibedakan sebagai berikut:23 a. Pembiayaan modal kerja. b. Pembiayaan dengan prinsip jual beli. c. Pembiayaan dengan prinsip sewa. d. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil. 3. Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Pada tanggal 4 Juli telah ditetapkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut: a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak 50 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak 300 juta.24
22
Muhammad, Managemen Bank Syariah, (Yogyakarta : UPPAMPYKN, 2002), hlm.
259. 23
Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), Yogyakarta : UII Press, 2004), hlm. 167. 24 http://akuntansifreeline.blogspot.com/2014/05/definisi-pengertian-usaha-mikro-usaha .html. di akses pada tanggal 3 November 2014.
16
Usaha kecil adalah usaha yang integral dalam dunia usaha nasional yang memiliki kedudukan, potensi, dan peranan yang signifikan dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional pada umumnya dan pembangunan ekonomi pada khususnya. Selain itu
usaha kecil juga
merupakan kagiatan usaha dalam memperluas lapangan pekerjaan dan memberikan pelayanan ekonomi yang luas, agar dapat mempercepat proses pemerataan dan pendapatan ekonomi masyarakat.25 Sementara yang disebut dengan usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil dan usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut: a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari 500 juta sampai dengan paling banyak 10 miliar tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari 2,5 miliar sampai dengan paling banyak 50 miliar.26
25
http://restafebri.blogspot.com/2014/03/pengertian-dan-kriteria-usaha-mikro_08.html. di akses pada tanggal 3 November 2014. 26 Ibid.
17
Ciri-ciri usaha mikro secara umum:27 a. Modal terbatas, tidak memiliki jaminan yang bankable. b. Kemampuan SDM terbatas, perencanaan usaha, produksi dikelola secara tradisional. c. Tidak memiliki administrasi usaha, laporan keuangan. d. Sulit berkembang. Usaha kecil yang menjadi sasaran BMT pada umumnya berskala kecil dan mikro. Hal ini terutama terlihat dari nilai asset, omset, bentuk usaha serta jumlah tenaga kerja yang dimiliki asset di bawah 200 juta rupiah dan omset tahunan di bawah 50 juta rupiah serta antara 50 juta rupiah sampai 500 juta rupiah.28 G. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian a. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field research). Field research adalah penelitian yang dilakukan di tempat terjadinya gejala-gejala yang diselidiki.29 Artinya data-data yang digunakan dalam Tugas Akhir ini diperoleh melalui studi kasus lapangan mengenai strategi BMT Bahtera Pekalongan dalam mengembangkan pembiayaan UMKM dengan cara 27
Panji Anoraga, Manajemen Bisnis, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), hlm. 45. Nurul Widyaningrum, Model Pembiayaan BMT dan Dampaknya bagi Pengusaha Kecil, (Bandung: Akatiga, 2002), hlm. 104. 29 Suharmin Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rieneka Cipta, 2002), hlm. 62. 28
18
interview, mencatat, mengumpulkan berbagai data dan informasi yang ditemukan di lapangan serta dibantu dengan literatur lain yaitu bukubuku, karya tulis ilmiah, dan lain sebagainya. b. Pendekatan dalam penelitian Penelitian dalam proposal ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang pemecahan masalahnya dengan menggunakan data empiris.30 Pendekatan kualitatif ini digunakan untuk memberikan suatu gambaran mengenai strategi BMT Bahtera Pekalongan dalam mengembangkan pembiayaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). 2. Sumber Data a. Sumber Data Primer Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber yang diamati, dicatat untuk pertama kalinya.31 Adapun sumber data primer yang dikumpulkan dan diolah oleh penulis secara langsung dari lapangan melalui, observasi dan interview beberapa informasi kepada pihak BMT Bahtera Pekalongan, yaitu manager pembiayaan, manager marketing, CS BMT Bahtera serta nasabah yang memperoleh pembiayaan dari BMT Bahtera Pekalongan. b. Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder merupakan sumber data pendukung yang diperoleh dari pihak lain yang bertujuan untuk menganalisis data 30
Masyhuru dan M. Zainudin, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif, Edisi Revisi (Bandung: PT. Refika Aditama, 2011), hlm. 20. 31 Marzuki, Metodologi Riset, (Yogyakarta: BPEE UII, 1689), hlm. 55.
19
primer.32 Data sekunder biasanya berwujud data dokumentasi atau data laporan yang tersedia serta arsip resmi. Data tersebut berupa literatur buku, buku ilmiah dan buku bacaan lainnya yang ada kaitanya dengan penelitian. 3. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki.33 Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan pelaksanaan proses strategi BMT Bahtera pekalongan dalam mengembangkan pembiayaan UMKM. Dalam hal ini penelitian akan melakukan observasi dengan datang langsung ke tempat penelitian selama 2 hari. Penulis melakukan pengamatan dan melakukan wawancara langsung kepada nasabah pembiayaan di BMT Bahtera Pekalongan sebanyak 6 nasabah, untuk mengetahui bagaimana perkembangan usaha setelah mendapatkan pembiayaan dari BMT Bahtera Pekalongan. b. Wawancara (Interview) Suatu bentuk komunikasi verbal jadi semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi.34 Wawancara dilakukan pada pihakpihak yang dijadikan sumber data dalam penelitian. Dalam hal ini penulis melakukan wawancara (interview) secara langsung kepada 32
Mudrajat Kuncoro, Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi, (Yogyakarta: Erlangga, 2003), hlm. 127. 33 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 1991), hlm. 46. 34 S. Nasution, Metode Research (penelitian ilmiah), (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), hlm. 113.
20
Bapak Isro’i selaku Manager Pembiayaan di BMT Bahtera Pekalongan, dan Bapak Wisanto selaku manager marketing di BMT Bahtera Pekalongan, yang bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang strategi yang dilakukan BMT Bahtera Pekalongan dalam mengembangkan pembiayaan UMKM. Kemudian dilanjut wawancara dengan
CS
BMT
Bahtera
Pekalongan
untuk
mengetahui
perkembangan pembiayaan yang ada di BMT Bahtera Pekalongan. c. Dokumentasi Dokumentasi yaitu pengumpulan data melalui laporan tertulis dari suatu peristiwa yang isinya terdiri penjelasan dan pemikiran peristiwa tersebut dan ditulis sengaja untuk mengumpulkan dan meneruskan keterangan tersebut.35 Metode ini digunakan untuk memperoleh datadata, dokumen dan brosur yang diperlukan dari BMT Bahtera Pekalongan yang berkaitan dengan strategi dalam mengembangkan pembiayaan UMKM. 4. Teknik Analisis Data Analisis data adalah suatu usaha mengetahui tafsiran terhadap data yang terkumpul dari hasil penelitian. Data yang terkumpul tersebut kemudian diklasifikasikan dan disusun, selanjutnya diolah dan dianalisa. Analisa data tersebut merupakan temuan-temuan di lapangan.36 Untuk menganalisa data yang ada, akan digunakan analisis data kualitatif dengan metode deskriptif analisis. 35
Moh. Hazir, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), hlm. 63. Anas Sudjiono, Pengantar Statistik pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 192. 36
21
Metode deskriptif analisis adalah prosedur pemecahan masalah yang diteliti dengan menggambarkan atau melukiskan subyek dan obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana mestinya.37 Dalam penelitian ini penulis berusaha untuk menjelaskan dan memaparkan terhadap rumusan masalah yang ada yaitu, strategi BMT Bahtera Pekalongan dalam mengembangkan pembiayaan UMKM dan perkembangan pembiayaan yang dilakukan BMT Bahtera pekalongan terhadap UMKM.
H. Sistematika Pembahasan Dalam penulisan Tugas Akhir yang disusun sebagai hasil penelitian ini terdiri dari 5 (lima) bab, yaitu: BAB I
: PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, penegasan istilah, tela’ah pustaka,
kerangka
teori,
metode
penelitian,
sistematika
pembahasan. BAB II
: LANDASAN TEORI Bab ini terdiri dari pengertian, proses pemberian pembiayaan, manfaat pemberian pembiayaan dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
37
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1998), hlm. 63.
22
BAB III : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Bab ini menjelaskan tentang sejarah berdirinya BMT Bahtera Pekalongan, Visi dan Misi BMT Bahtera Pekalongan, Struktur Organisasi BMT Bahtera Pekalongan, Uraian Tugas dan Wewenang BMT Bahtera Pekalongan, serta Produk dan Jasa BMT Bahtera Pekalongan. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini memaparkan tentang strategi BMT Bahtera Pekalongan dalam mengembangkan pembiayaan UMKM dan perkembangan pembiayaan yang dilakukan BMT Bahtera kepada UMKM. BAB V : PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dan saran yaitu penulis berusaha mencoba menarik kesimpulan dari penjelasan dan pembahasan dalam penulisan penelitian ini.