BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan bahan acuan yang dipakai dalam penelitian sekaligus sebagai sumber ide untuk menggali pemikiran dan gagasan baru. Kajian pustaka memuat hasil penelitian terdahulu yang dapat membantu penelitian yang akan dilakukan. Penelitian ini menggunakan kajian pustaka berupa skripsi, pemapararannya sebagai berikut : 1) Bonita (2014), dengan judul skripsi Penokokohan dan Amanat dalam pupulan Satua I Nengah Tinggen, yang berisi 24 pupulan Satua, tetapi peneliti mengambil 3 Satua, meliputi Satua Crukcuk Kuning, I Pucung, dan I Botol teken I Samong. Struktur Satua yang dianalisis menyangkut struktur naratifnya, meliputi, insiden, alur, tokoh dan penokohan, latar, tema. Dilanjutkan menganalisis amanat dan penokohan pada bab yang berbeda Amanat yang terkandung di dalam Satua Crucuk Kuning, I Pucung, dan I Botol teken I Samong adalah amanat tentang kelicikan, amanat tentang rasa persaudaraan, amanat tentang etika moral yang baik dan amanat tentang kepemimpinan. Analisis penokohan ditinjau dari tiga aspek yaitu; aspek sosiologis, aspek psikologis, aspek fisikologis, ketiga aspek tersebut memberikan
gambaran
tentang ciri
karakter tokoh.Teknik
alurnya
menggunakan alur lurus. Kajian penelitian ini menggunakan teori struktural menurut Nurgiyanto, Ratna dan Teeuw. Perbedaan dengan penelitian ini adalah dalam penelitian ini lebih memfokuskan struktur dan amanat. Objek yang digunakan juga berbeda. Dalam penelitian ini objek yang digunakan
Satua Bali modern (cerpen). Kesamaan terletak pada teori struktural yang digunakan. 2) Adi Gunawan (2013), dengaan judul skripsi" Pupulan Cerpen Bor Kajian Amanat". Struktur Pupulan Cerpen yang dianalisis menyangkut unsur-unsur naratifnya, yaitu Insiden, Alur, Tokoh dan Penokohan, Latar, dan Tema. Amanat di analisis dengan Sub Bab yang berbeda. Dalam Pupulan Cerpen ini amanat yang dibahas yaitu di bagi dua amanat secara umun dan khusus. Amanat secara umum yang terkandung dalam Pupulan Cerpen ini dan Amanat secara khusus yang meliputi : Amanat tentang Tattwa (Filsafat), Amanat Tentang Tentang Etika (Susila), Amanat Tentang Upacara (Ritual), Amanat Tentang Kesetian, dan Amanat tentang Kritik sosial. Penelitian tersebut membantu membedah struktur naratif pada Satua Bali Modern yang digunakan penulis. Kesamaan analisis amanat dan objek pada pupulan cerpen Bor dapat memberikan inspirasi terhadap penelitian yang dilakukan pada teks Satua Bali Modern Sundel Tanah. 2.2 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses ataupun apapun yang ada di luar bahasa, dan dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut (Kridalaksana, 2008:132). Konsep yang digunakan pada penelitian ini yakni konsep Satua Bali modern (Cerpen) dan Amanat. 2.2.1 Cerpen Cerpen memiliki pengertian cerita yang pendek atau short story dan merupakan suatu kebulatan ide. Cerpen juga memiliki ciri-ciri lain, yaitu sifatnya rekaan. Walaupun hanya rekaan, namun cerpen ditulis berdasarkan kenyataan
kehidupan. Semua bagian dari sebuah cerpen mesti terikat pada kesatuan jiwa, yaitu pendek, padat, dan lengkap serta tidak ada bagian-bagian yang boleh dikatakan lebih dan bisa dibuang. Cerpen memiliki unsur-unsur struktur yang membangun, yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur instrinsik antara lain: insiden, tema, alur, latar, tokoh dan penokohan, dan amanat, sedangkan unsur ekstrensik antara lain: budaya, jenis kelamin, pekerjaan, dan lain-lain (Tarigan, 1984: 176). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 211) cerpen adalah salah satu ragam dari jenis prosa. Sesuai dengan namanya cerpen adalah cerita yang relative pendek, yang selesai dibaca sekali duduk. Proses sekali duduk dapat diartikan sebagai memahami isinya. Artinya, pada saat itu isi cerpen dapat kita pahami. Berhubungan dengan istilah ini, cerita pendek masih dapat dibagi pula dengan tiga kelompok, yakni cerita pendek, cerita pendek yang panjang, dan cerita pendek yang pendek (Sumardjo dan Saini, 1988: 30). Cerpen dalam Satua Bali modern ini merupakan cerita pendek yang pendek yang di dalamnya berisi 13 Satua Bali modern. 2.2.2 Amanat Dalam kamus istilah sastra dinyatakan bahwa amanat adalah pesan yang disampaikan pengarang kepada pembaca atau pendengarnya lewat karyanya (Sudjiman, 1986: 5). Amanat merupakan bagian keseluruhan dialog dan pokok cerita. Sebuah karya sastra ada kalanya dapat memberikan suatu ajaran moral, atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang. Amanat terdapat pada sebuah karya sastra secara implisit atau secara eksplesit. Implisit, jika jalan keluar atau ajaran moral itu disiratkan dalam tingkah laku tokoh menjelang cerita berakhir. Eksplesit,
jika pengarang pada tengah atau akhir cerita menyampaikan seruan, saran peringatan, nasehat, anjuran, larangan dan sebagainya berkenaan dengan gagasan yang mendasari cerita itu (Sudjiman, 1986 :24). Pendapat di atas hampir mirip dengan apa yang dikatakan oleh Esten (1987: 22-23) menyatakan amanat merupakan pemecahan persoalan yang terkandung dalam tema yang menyebutkan amanat merupakan unsur yang dominan dalam sebuah cerita dan memberikan arti kepada seluruh cerita di dalamnya . Hal ini tentunya dapat terlihat melalui pandangan hidup dan cita-cita pengarang. Amanat dapat diungkapkan secara eksplesit (terang-terangan) dan dapat pula secara implisit (tersirat). Bahkan ada amanat yang tidak tamak sama sekali.
2.3 Landasan Teori Teori berasal dari kata theoria (bahasa latin). Secara etemologis teori berarti kontemplasi terhadap kosmos dan realitas. Pada tataran yang lebih luas, dalam hubungannya dengan dunia keilmuan teori berarti perangkat pengertian, konsep, proposisi yang mempunyai kolerasi, dan telah teruji kebenarannya (Ratna, 2004: 1). Penelitian ilmiah memerlukan suatu teori yang dipakai sebagai landasan ataupun dasar acuan unntuk membahas permasalahan yang ada dan sebagai penunjuk jalan agar penelitian tidak kehilangan arah. Untuk itu teori yang digunakan adalah teori struktural. Secara definitif strukturalisme memberikan perhatian terhadap analisis unsur-unsur karya. Setiap karya sastra baik karya sastra jenis yang sama ataupun berbeda, memiliki unsur-unnsur yang berbeda. Perlu dikemukakan unsu -unsur
pokok yang terkandung dalam tiga jenis karya sastra, yaitu prosa, puisi, dan drama. Unsur-unsur prosa diantaranya tema, peristiwa, latar, penokohan, alur, sudut pandang, dan gaya bahasa. Unsu-unsur puisi diantaranya tema, gaya bahasa, daya bayang, irama, persajakan, fiksi, symbol, nada, dan enjabemen. Unsur-unsur drama, dalam hubungan ini drama teks, diantaranya tema, dialog, peristiwa, latar, penokohan, alur, dan gaya bahasa. Atas dasar hakikat otonom karya sastra seperti di atas, maka tidak ada aturan yang baku terhadap suatu kegiatan analisis. Artinya, unsu-unsur yang dibicarakan tergantung dari dominasi unsur-unsur karya sastra di satu pihak dan tujuan analisis di pihak yang lain. Dalam analsis akan selalu terjadi tarik menarik antara struktur global, yaitu totalitas karya itu sendiri dengan unsurunsur yang diadopsi ke wilayah penelitian (Ratna, 2004: 93-94). Menurut Endraswara (2008: 51-52), struktur adalah memandang karya sastra sebagai teks yang mandiri, penelitian dilakukan secara objektif, yaitu menekankan aspek intrinsik karya sastra. Unsur-unsur itu tidak jauh berbeda dengan sebuah artefak (benda seni) yang bermakna. Artefak tersebut terdiri dari unsur dalam teks, seperti ide, plot (alur), latar, watak, tokoh, dan sebagainya yang jalin menjalin rapi. Jalinan antar unsur tersebut akan membentuk makna yang utuh pada sebuah teks. Analisis struktur bertujuan membongkar dan memapaparkan secermat, seteliti, sedetail, dan sedalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua anasir dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh (Teeuw, 1984: 135-136). Analisis struktur memang suatu langkah, suasana sarana, atau alat dalam proses ppemberian makna dan dalam usaha ilmiah untuk memahami proses itu dengan sempurna mungkin. Secara tegas dikatakan bahwa
analisis struktur adalah mutlak dan tidak boleh dihindarkan (Teeuw, 1984: 154). Analisis struktural karya sastra dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antar unsur intrinsik fiksi yang bersangkutan. Pada dasarnya analisis struktural bertujuan memaparkan secermat mungkin fungsi dan keterkaitan antar berbagai unsur karya sastra yang secara bersama menghasilkan sebuah kemenyelurahan (Nurgiyantoro, 1995: 37). Berdasarkan beberapa pendapat teori yang digunakan dalam mengkaji Pupulan Satua Bali modern Krématorium, Anggota Déwan, Sundel Tanah, Nyingnying, dan Lulus. Adalah teori struktural menurut Ratna, Endraswara, Teeuw dan Nurgiantoro. Teori tersebut digunakan untuk saling melengkapi antara teori yang satu dengan teori yang lainnya agar nantinya dapat memperoleh hasil yang baik. Kajian mengenai struktur pada Teks Krématorium, Anggota Déwan, Sundel Tanah, Nyingnying, dan Lulus. Adalah mengenai struktur naratif yang terdiri dari insiden, alur, tokoh, latar, tema dan amanat.