BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI
1.1
Kajian Pustaka Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, terdapat beberapa
penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini yang kemudian dijadikan sebagai pembanding. Adapun penelitian-penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut : Padmawati (2012) dalam skripsinya yang berjudul “Penggunaan setsuzokushi Shikashidan Demo dalam novel Norwei no Mori karya Haruki Murakami”. Metode dan teknik yang digunakan dalam penelitian Padmawati ialah pada tahap pengumpulan data menggunakan metode agih dibantu dengan teknik sadap. Teknik dasar yang digunakan dalam penelitian Padmawati adalah teknik bagi unsur langsung yang membagi satuan lingual datanya menjadi beberapa bagian atau unsur. Untuk teknik lanjutan yang dipakai adalah teknik baca markah yang digunakan untuk mengetahui makna setsuzokushi shikashi dan demo setelah itu dilanjutkan dengan teknik baca markah yang digunakan untuk mengetahui makna setsuzokushi shikashi dan demo.Metode yang digunakan pada tahap penyajian hasil analisis data yaitu metode informal dan metode formal. Teori yang digunakan oleh Padmawati ialah teori yang dikemukakan oleh Yuriko (1998). Hasil dari penelitian Padmawati adalah setsuzokushi demo lebih banyak digunakan untuk menyampaikan hal-hal atau pendapat yang bersifat pribadi yang menyatakan perasaan pembicara itu sendiri. Sedangkan setsuzokushi shikashi
9
10
lebih sering digunakan pada saat menceritakan tokoh dan digunakan dalam bahasa tulisan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Padmawati ialah penelitian padmawati hanya memfokuskan dua setsuzokushi yang menyatakan kalimat berlawanan sedangkan penelitian ini mengangkat tujuh setsuzokushi yang menyatakan kalimat berlawanan atau yang disebut dengan gyakusetsu no setsuzokushi. Selain itu, penelitian dari Padmawati hanya menjelaskan perbedaan penggunaan dari dua setsuzokushi yang menyatakan hal berlawanan yaitu setsuzokushi shikashi dan demo, sedangkan penelitian ini membahas mengenai struktur dari penggunaan gyakusetsu no setsuzokushi yang terdiri dari tujuh setsuzokushi, serta membahas mengenai makna dari masing-masing setsuzokushi tersebut. Manfaat yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini yaitu dapat mengetahui cara menganalisis setsuzokushi yang memiliki arti yang hampir sama dengan menggunakan teori makna, sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap penelitian yang akan dilakukan. Dwita (2011) dalam skripsinya yang berjudul “ Analisis Penggunaan Setsuzokushi Ga danKeredomo dalam Novelet Kappa karya Akutagawa Ryuunosuke”. Dalam penelitian Dwita membahas mengenai fungsi dan makna serta perbedaan penggunaan yang terkandung dalam setsuzokushi ga dan keredomo. Penelitian Dwita, menggunakanmetode simak dan teknik catat dalam pengumpulan datanya, kemudian dilanjutkan dengan penganalisisan data dengan metode agih dan teknik lanjutan yaitu teknik baca markah, dalam penyajian analisis penelitian Dwita menggunakan metode formal dan informal. Penelitian
11
Dwita mengambil teori dari beberapa ahli diantaranya teori gramatikal dari Abdul Chaer dan teori setsuzokushi ga dan keredomo
menggunakan teori yang
dikemukakan oleh Takayuki. Dalam penelitian Dwita dapat disimpulkan bahwa fungsi dari setsuzokushi keredomo dan ga ada empat fungsi yang sama yaitu menggabungkan
dua
peristiwa
yang
berlawanan,
menggabungkan
dan
menjajarkan dua peristiwa, menyatakan ekspresi, dan menunjukkan kalimat yang belum selesai. Setsuzokushi keredomo memiliki fungsi yang tidak dimiliki oleh setsuzokushi ga yaitu saat menyatakan dua hal yang berbeda. Setsuzokushi ga lebih sering digunakan dalam bentuk tulisan. Setsuzokushi ga juga bisa digunakan dalam bentuk biasa maupun bentuk hormat. Sedangkan setsuzokushi keredomo tidak dapat digunakan dalam bentuk hormat. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Dwita hanya mengangkat dua setsuzokushi yang menyatakan kalimat berlawanan, sedangkan penelitian ini mengangkat tujuh setsuzokushi yang menyatakan kalimat berlawanan. Selain itu penelitian ini juga
membahas
mengenai struktur dan makna dari penggunaan gyakusetsu no setsuzokushi tersebut. Melalui penelitian yang telah dilakukan oleh Dwita dapat dipahami cara menggunakan metode agih, cara membandingkan setsuzokushi yang memiliki padanan kata yang sama dengan teori makna, sehingga dapat dijadikan referensi dalam penelitian ini. Shihhatul (2008) dalam skripsinya yang berjudul “ Analisis penggunaan kata sambung (setsuzokushi) ~temo dan ~keredomo dalam wacana tulis bahasa Jepang”. Teori yang digunakan dalam penelitian Shihhatul adalah teori yang dikemukakan oleh Moleong tentang penelitian bahasa jenis kualitatif. Hasil
12
penelitian Shihhatul adalah kata sambung temo dan keredomo kedua-duanya mempunyai fungsi yang menyatakan pertentangan. Perbedaan kata sambung temo dan keredomo bahwa penggunaan keduanya bukan hanya pertentangan, tetapi ada juga penggunaan yang lainnya. Temo berfungsi sebagai penekanan dan batas jumlah, keredomo berfungsi sebagai penghalusan dan pengharapan. Kedua kata sambung tersebut dapat disubstitusikan penggunaanya sesuai dengan konteks kalimat dari setsuzokushi tersebut. Kelebihan penelitian ini dengan penelitian Shihhatul pada jumlah objek penelitiannya. Penelitian Shihhatul hanya meneliti dua kata sambung yang menyatakan kalimat berlawanan yaitu temo dan keredomo sedangkan penelitian ini membahas tujuh setsuzokushi yang menyatakan kalimat berlawanan. Melalui penelitian Shihhatul dapat diketahui cara membandingkan dua buah setsuzokushi yang memiliki makna hampir sama sehingga dapat dijadikan bahan referensi dalam penelitian kali ini. 1.2 Konsep Dalam penelitian ini ada beberapa konsep yang digunakan diantaranya adalah sebagai berikut : 2.2.1 Setsuzokushi Menurut Nagayama Isami (dalam Sudjianto, 1996:100) setsuzokushi ialah kelas kata yang dipakai untuk menghubungkan atau merangkaikan kalimat dengan kalimat atau merangkaikan bagian-bagian kalimat. Setsuzokushi hanya berfungsi menghubungkan beberapa kata, menghubungkan dua klausa atau lebih, menggabungkan bagian-bagian kalimat, juga menggabungkan kalimat dengan kalimat. Selain itu, setsuzokushi juga berfungsi mengantarkan makna pada kalimat
13
yang dihubungkan dan berfungsi untuk mengembangkan ungkapan berikutnya. Pendapat ini didukung oleh Ogawa (dalam Soni,1985:272) yang menjelaskan bahwa : 接続詞はひんしのいっしゅ、ようほじょうは二ついじょうの語か、ぶ んせつ、く、文、文のれんさしたものなどの間にたて、りょうしゃを むすびつけ、いみじょうはせんぎょうの表現をてんかんされる動きを もつごである。 Setsuzokushi wa hinshi no isshu, youhojyou wa futatsu ijyou no goka, bunsetsu, ku, bun, bun no rensashita mono nado no aida nitate, ryousha wo musubitsuke, imijyou wa sengyou no hyougen wo tankan sareru ugoki wo motsugo de aru. „Setsuzokushi merupakan kelas kata dalam bahasa Jepang yang digunakan untuk menggabungkan dua kata atau lebih, klausa dengan klausa, dimana penggabungan tersebut untuk menunjukan hubungan antara isi ungkapan kalimat pertama dengan kedua, juga berfungsi untuk mengembangkan kalimat yang dirangkaikan oleh setsuzokushi tersebut‟. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa setsuzokushi ialah salah satu kelas kata yang digunakan untuk menghubungkan kalimat dengan kalimat sehingga kalimat menjadi lebih luas. 2.2.2 Jenis – jenis Setsuzokushi Masao dalam Sudjianto (1996:102) menyatakan bahwa setsuzokushi dibagikan menjadi 7 jenis sesuai dengan fungsinya masing-masing. Di antaranya ialah sebagai berikut : 1. Sentaku no setsuzokushi (Setsuzokushi ini merupakan setsuzokushi yang menyatakan pilihan terhadap suatu hal).
14
Contoh : お菓子がいいか、それとも果物がいいか。 Okashi ga ii ka, soretomo kudamono ga ii ka. Apakah mau permen ,kalau buah bagaimana? 2. Heiritsu no setsuzokushi (Setsuzokushi yang menyatakan hubungan yang setara). Contoh : 字を書き、また本を読む。 Ji wo kaki, mata hon wo yomu. Menulis huruf, dan juga membaca buku.
3. Tenka no setsuzokushi ( Setsuzokushi yang menyatakan hubungan tambahan).
Contoh : 彼は英語ができて、しかも日本語もできる。 Kare wa eigo ga dekite, shikamo nihon mo dekiru. Dia bisa bahasa Inggris, dan juga bisa bahasa Jepang. 4. Gyakusetsu
no
setsuzokushi
(setsuzokushi
yang
menyatakan
hubungan berlawanan. Contoh : 春が来た。だが、まだ風は冷たい。 Haru ga kita. Daga, mada kaze wa tsumetai. Musim semi sudah datang. Akan tetapi angin masih dingin. 5. Jouken no setsuzokushi (setsuzokushi yang menyatakan hubungan sebab akibat).
15
Contoh : 彼は体がよわい。それで、よくけっせきする。 Kare wa karada ga yowai. Sorede, yoku kesseki suru. Dia tubuhnya lemah. Oleh karena itu, sering bolos sekolah. 6. Tenkan no setsuzokushi (setsuzokushi yang menyatakan suatu perubahan atau peralihan). Contoh : ところで、このごろ映画をみますか。 Tokorode, kono goro eiga wo mimasuka. Ngomong-ngomong saat ini mau menonton film kah?
7. Setsumei no setsuzokushi (setsuzokushi yang menyatakan hubungan penjelasan). Contoh : 日本はしき、すなわち春、夏、秋、冬、冬のへんかがある。 Nihon shiki,sunawachi haru,natsu,aki, fuyu no henka ga aru. Di Jepang ada perubahan empat musim,diantaranya ialah musim semi, panas,gugur dan dingin. 2.2.3 Gyakusetsu no setsuzokushi Gyakusetsu no setsuzokushi ialah setsuzokushi yang menyatakan hubungan yang berlawanan dari pernyataan sebelumnya. Berikut pendapat dari Takanashi dkk (2000:230) yang menyatakan mengenai gyakusetsu no setsuzokushi sebagai berikut : 逆接とは、広い意味で、前件から予想されるのとは反対ことがらが 後件に来るような関係のことを言います。 Gyakusetsu to wa, hiroi imi de,zenken kara yosou sareru no to wa hantai koto gara ga kouken ni kuru youna kankei no koto o iimasu.
16
Kata sambung yang menyatakan hubungan yang berlawanan dari kalimat sebelumnya atau tidak sesuai dengan suatu hal yang dikatakan sebelumnya.
Selain itu, Masao dalam Sudjianto (1996:103) juga menyatakan mengenai gyakusetsu no setsuzokushi yang dipakai untuk menyatakan hubungan yang berlawanan diantaranya ialah: ga „tapi, tetapi, namun‟, keredo/keredomo „tapi, tetapi, akan tetapi, meskipun, walaupun‟, shikashi „tetapi, walaupun demikian, namun‟, tadashi„namun, tetapi‟, to wa ie„meskipun begitu, walaupun demikian, tetapi‟, daga/desu ga „tetapi, akan tetapi, walaupun demikian‟, demo „walaupun begitu, biarpun, tetapi, akan tetapi‟, mottomo„tetapi, sebaliknya, padahal, melainkan‟,dan sebagainya. Setsuzokushi yang termasuk kelompok ini berfungsi untuk merangkaikan beberapa kata atau kalimat dan menyatakan bahwa pernyataan yang disebutkan pertama berlawanan dengan pernyataan yang disebutkan kemudian. 1. Ga Makino dan Tsutsui (1994:122) menjelaskan mengenai ga dengan menyatakan bahwa : Struktur dari setsuzokushi ga ialah sebgai berikut : Kalimat1 Ga + kalimat 2 Contoh : 自動車の輸出は今のところ好調だ。が、これがいつまで続くか、少 し心配だ。 Jidousha no yushutsu wa ima no tokoro koushou da. Ga, kore ga itsu made tsudukuka, sukoshi shinpai da. „Ekspor mobil sekarang memuaskan. Namun sampai kapankah hal itu terjadi saya sedikit cemas‟.
17
(SNT,1998:98) Makino dan Tsutsui juga menyatakan mengenai setsuzokushi ga sebagai berikut : A disjunctive coordinate conjunction that combines two sentences „Kata sambung yang mengkombinasikan dua kalimat yang menyatakan hubungan berlawanan‟. (ADBJG,1989:120)
Contoh : ジョンさんは来たがメアリーさんは来なかった。 Jon san wa kita ga Meari san wa konakatta „Saudara Jon datang tetapi saudara Meari tidak datang‟. (ADBJG,1994:122) Yuriko dkk (1998:69) menyatakan mengenai setsuzokushi gaadalah sebagai berikut : 対立的な二つのことがらを結びつけるのに用いる。前半と後半の 内容が対立したり、前半のことから予想される結果と反対のこと が後半に述べられたりする。 Tairitsu tekina futasu no koto gara wo musubitsukeru no ni mochiiru. Zenhan to kouhan no naiyou ga tairitsu shitari,zenhan no koto kara yosou sareru kekka to hantai no koto ga kouhan ni noberaretari suru. „Digunakan untuk menghubungkan dua hal yang bertentangan. Kalimat pertama dan kalimat kedua berlawanan,kalimat kedua merupakan kebalikan dengan hasil yang diharapkan dari kalimat pertama‟. (NBZ,1998:69) Contoh : 朝から何も食べない。が、食べたいという気も起こらないんだ Asa kara nani mo tabenai. Ga, tabetai to iu ki mo okoranainda. Dari pagi tidak makan apapun. Namun, rasa ingin makanpun tidak ada. (SNT,1998:98)
18
2. Demo Yuriko dkk(1998:277) menyatakan mengenai demo ialah sebagai berikut : Struktur dari setsuzokushi demo ini ialah sebagai berikut : Kalimat1 + Kalimat2 文頭に用いて、それより前に述べられたことと相反することが続 くことを表す。 Buntou ni mochiite, sore yori mae ni noberareta koto to souhan suru koto ga tsuduku koto o arawasu. „Kalimat kedua menunjukkan bahwa kalimat tersebut bertentangan dengan kalimat sebelumnya‟. (NBZ,1998:277) Contoh : 友達はプールへ泳ぎに行った。でも、私はアルバイトでいけなか った。 Tomodachi wa puuru e oyogi ni itta. Demo, watashi wa arubaito de ikenakatta. „Teman pergi ke kolam renang untuk berenang. Akan tetapi, saya di tempat kerja paruh waktu tidak bisa pergi‟. (NBZ,1998:277) 3. Keredomo Makino dan Tsutsui menyatakan mengenai keredomo sebagai berikut : Struktur dari setsuzokushi keredomo ialah sebagai berikut : a. Kata kerja+ keredomo Contoh : 字を読めるけれども、書けない。 Ji wo yomeru keredomo, kakenai Bisa membaca huruf, tetapi tidak bisa menulis. (GBJM Seri A, 1996:108)
19
b. Kata sifat I + keredomo Contoh : この本は高いけれども、いい本ですよ。 Kono hon wa takai keredomo, ii hon desuyo. Buku ini mahal, tetapi bagus lo. (ADBJG, 1989:187 c. Kata sifat na + da keredomo
Contoh : 静かだけれども、頭が悪だと思います。 Shizuka da keredomo, atama ga waru da to omoimasu. Cantik, tetapi saya pikir kurang pintar. (ADBJG,1989:187) d. Kata benda + da keredomo Contoh : 大野さんは九十歳だけれどもとても元気だ。 Oono san wa kyuujussai da keredomo totemo genki da. Saudara oono berumur 50 tahun. Tetapi sangat sehat. (ADBJG,1989:187)
Katsumi dan Y. Shinichi (1998:52) mengungkapkan mengenai setsuzokushi keredomo sebagai berikut : 二つの事柄を並べて、単に結びつける時使う。 Futatsu no kotogara wo narabete, tan ni musubi tsukeru toki ni tsukau. „Digunakan untuk menghubungkan atau menjajarkan dua peristiwa‟. Contoh : 彼はもともと声がいいかめしれない。けれども、練習もよくするから歌 がうまいんだな。 Kare wa moto moto koe ga ii kamoshirenai. Keredomo, renshuu mo yoku suru kara uta ga umaindana. „Pada dasarnya mungkin suara dia bagus. Namun karena sering berlatih maka suaranya terdengar lebih bagus‟. (SNT,1998:52)
20
Selain itu Yuriko dkk (1998: 109) menyatakan mengenai setsuzokushi keredomo sebagai berikut : 文頭に用いて、その前に述べられたことから予想されるのとは異なっ た展開で次に続くことを表す。「しかし」にくらべて、やや話しこと ば的。ただし、くだけた文頭でも使う。 Buntou ni mochiite, sono mae ni noberareta koto kara yosou sareru no to wa kotonatta tenkai de tsugi ni tsuzuku koto wo arawasu. “shikashi” ni kurabete, yaya hanashi kotoba teki. Tadashi kudaketa buntou demo tsukau. „Digunakan pada pokok kalimat, hal yang dipikirkan dan telah dijelaskan sebelumnya berbeda, lalu berlanjut ke titik selanjutnya. Dibandingkan dengan “shikashi” bersifat lebih pada bahasa percakapan. Akan tetapi, digunakan dalam percakapan sehari-hari juga‟. (NBZ,1998:108) Contoh : 字を読める。けれども、かけない。 Ji wo yomeru. Keredomo, kakenai. Bisa membaca huruf. Namun, tidak bisa menulisnya. (GBJM Seri A, 1996:108)
4. Shikashi Yuriko dkk (1998) menyatakan mengenai setsuzokushi shikashi sebagai berikut : Struktur dari setsuzokushi shikashi ini ialah sebagai berikut : 1.Kalimat 1+ Kalimat 2 Contoh : 手紙を出した。しかし返事はこなかった。 Tegami wo dashita. Shikashi henji wa konaktta. Suratnya sudah di kirim. Tetapi, balasannya tidak datang. (NBZ,1998: 138)
21
2.~ , shikashi ~ Contoh : 顔にはずいぶんたくさんしわがあって、それがまず目につくのだけれど 、しかしそのせいで考えて見えるというわけでなく、かえって逆に年齢 を超越した草々しさのようなものがしわによって強調されていた。 Kao ni wa zuibun takusan shiwa ga ate, sore ga mazu me ni tsuku no dakeredo, shikashi sono sei de kangaete mieru to iu wake de naku, kaette gyaku ni nenrei wo chouetsu shita sousou shisa no youna mono ga shiwa ni yotte kyouschousarete ita. „Wajahnya penuh dengan keriput, dan sekilas pandang kita segera mengetahuinya, tetapi tidak berarti ia terlihat tua, sebaliknya dengan keriput tersebut keremajaan yang melampaui usianya muncul dengan jelas.‟ (Noruwei no Mori, 1987: 194) Yuriko dkk (1998) menyatakan mengenai pemahaman setsuzokushi shikashi sebagai berikut : 前半の文で予想されることと反対のことが後半に続くことを表す。書き ことば的な表現。話し言葉ではうろんかい、講演などの改まった場面で 使われる。会話では相手の意に反論する時の前置き話題の転換にも使わ れる。 Zenhan no bun de yosou sareru koto to hantai no koto ga kouhan ni tsudzuku koto wo arawasu. Kaki kotoba tekina hyougen.hanashikotoba de wa uronnkai,kouen nado no maratamatta bamen de tsukawareru. Kaiwa de wa aite noi ni hanron suru toki no mae oki wadai notenkan ni mo tsukawareru. „Menjelaskan bahwa kalimat sebelumnya berlawanan dengan kalimat selanjutnya. Dalam bahasa tertulis. Juga bisa digunakan dalam situasi perdebatan yang formal seperti ceramah dalam bentuk lisan. Dalam percakapan digunakan ketika hendak menolak pembicaraan dari pihak lain‟. (NBZ,1998:138)
Contoh : 彼は頭がいい.。しかし運度はだめです。 Kare wa atama ga ii. Shikashi undo wa dame desu. Dia pintar. Namun, tidak di olahraga. (Sudjianto, 1996:100)
22
5. Daga Makino dan Tsutsui menyatakan mengenai setsuzokushi daga sebagai berikut : Struktur dari setsuzokushi daga : Kalimat 1 + Kalimat 2 Contoh : あの人には才能がある。だが、その才能をつかっていない。 Ano hito ni wa sainou ga aru. Daga, sono sainou wo tsukatte inai. Orang itu memiliki bakat. Akan tetapi, bakatnya tidak digunakan. (ADIJG,1994:18) Selain pendapat dari Makino dan Tsutsui, Yuriko dkk (1998:69) juga menyatakan mengenai struktur gyakusetsu no setsuzokushi daga sebagai berikut : Klausa pertama, klausa kedua Contoh : 彼は学生だが、私は社会人だ。 Kare wa gakusei daga, watashi wa shakaijin da. Dia adalah mahasiswa, tetapi saya pegawai perusahaan. (NBZ,1998:69) Selain itu Makino dan Tsutsui juga mengatakan mengenai pengertian dari setsuzokushi daga sebagai berikut : A conjunction that express something that is contrasted with what is expressed in the previous sentences. „Konjungsi yang mengekspresikan sesuatu yang kontras dengan apa yang dinyatakan dalam kalimat sebelumnya‟. (ADIJG,1994:18)
23
Contoh : 私は彼女とは始めて会った。だが、前から知っていたようなしたし みを感じた。 Watashi wa kanojo to wa hajimete atta. Daga, mae kara shitte itayouna shitashimi wo kanjita. „Saya bertemu dengan dia untuk pertama kali. Akan tetapi, saya merasa dekat dengannya seolah-olah sudah mengenalnya dalam waktu yang lama‟. (ADIJG,1994:18) 6. Mottomo
Makino dan Tsutsui juga mengungkapkan mengenai setsuzokushi mottomo sebagai berikut : Struktur dari setsuzokushi mottomo ini ialah sebagai berikut : Kalimat1 + Kalimat 2 Contoh : 息子はよく病気をする。もっとも大病をしたことはない。 Musuko wa yoku byouki wo suru. Mottomo taibyou wo shita koto wa nai. Putra saya sering sakit. Tetapi sakit parah tidak pernah. (ADAJG,2008:288) Makino dan Tsutsui juga menyatakan mengenai setsuzokushi mottomo sebagai berikut : A conjunction used to add a comment indicating that what the speaker/writer has just expressed is not sufficient. „Sebuah kata sambung yang digunakan untuk menambahkan komentar yang mengindikasikan tentang apa yang pembicara atau penulis telah ekpresikan adalah tidak cukup‟. (ADAJG,2008:288)
24
Selain itu untuk mendukung pendapat dari Makino dan Tsutsui, Yuriko dkk (1998) juga menyatakan mengenai setsuzokushi mottomo sebagai berikut : 前の文の内容を部分的に訂正したり、その内容から聞き手が予想しそ うなことを否定したりするのに用いる。 Mae no bun no naiyou o bubun teki ni teisei shitari, sono naiyou kara kikite ga yosou shisouna koto o hitei shitari suru noni moshiiru. „Digunakan untuk memperbaiki kalimat sebelumnya, atau menyangkal kalimat sebelumnya yang tidak sesuai harapan‟. (NBZ,1998:588) Contoh : 彼は女性にとても親切だ。もっとも、それには下心がある場合が多い ようだ。 Kare wa josei ni totemo shinsetsuda. Mottomo, soreni wa shitagokoro ga aru baai ga ooiyouda. Dia sangat baik kepada wanita. Namun, sepertinya ada banyak maksud tersembunyi. (ADAJG,2008:288) 7. To wa ie Makino dan Tsutsui menyatakan mengenai to wa ie sebagai berikut : Struktur dari setsuzokushi to wa ie adalah sebagai berikut : 1. Kata kerja + to wa ie , S2 Contoh : 退職したとはいえ、毎日やることがたくさんあるので忙しい。 Taishokushita to wa ie, mainichi yaru koto ga takusan aru node isogashii. Walaupun telah melakukan pegundurkan diri, setiap harinya menyibukkan diri dengan melakukan banyak kegiatan.
25
2. Kata sifat I + to wa ie S2 Contoh : 安いとはいえ、都会の高級マンションだ。普通の者が簡単に買える代物 ではない。 Yasui to wa ie, tokai no koukyuu mansion da. Futsu no mono ga kantan ni kaeru shiromono dewa nai. Meskipun saya mengatakan murah, itu adalah kota apartemen yang mewah. Orang-orang biasa tidak bisa mendapatkan barang-barang dengan mudah. 3. Kata sifat na / Kata benda + to wa ie Contoh : 夏とはいえ、ここはまだちょっと肌寒いくらいのすずしさだ。 Natsu to wa ie, koko wa mada chotto hadasamui kurai no suzushisa da. Meskipun sekarang musim panas, tapi disini masih dingin, sampai batas yang dapat dikatakan sedikit dingin. 4.
Kalimat 1. To wa ie kalimat 2
Contoh : 今度の学会が楽しみだ。とはいえ、まだ発表準備は全然できてい ない。 Kondo gakkai ga tanoshimida. To wa ie, mada happyou junbi wa zenzen dekite inai. Saat ini konferensi akademik sangat menyenangkan. Meskipun dikatakan demikian, saya sama sekali belum siap presentasi. Selain itu, Yuriko dkk (1998:356) juga
menyatakan mengenai to wa ie
sebagai berikut : 前の文を受けて、「それはそうなのだが、しかし」といった意味を表 す。前のがらから予想。期待されることと結果が食い違うような場合 に用いられる。 Mae no bun wo ukete, [sore wa souna no daga,shikashi] to itta imi wo arawasu. Mae no gara kara yosou. Kitai sareru koto to kekka ga kuichigau youna baai ni mochai rareru. „Menanggapi dari pernyataan sebelumnya [meskipun begitu, tetapi] maksud dari artinya. Digunakan dalam situasi seperti apa yang diinginkan tidak sesuai dengan harapan‟.
26
Contoh : 夏とはいえ、ここはまだちょっと肌寒いくらいのすずしさだ。 Natsu to wa ie, koko wa mada chotto hadasamui kurai no suzushisa da. Meskipun sekarang musim panas, tapi disini masih dingin, sampai batas yang dapat dikatakan sedikit dingin. (ADAJG,2008:665) 8.
Tokoro ga Makino dan Tsutsui (1994:503) mengungkapkan mengenai gyakusetsu no setsuzokushi tokoroga sebagai berikut : Struktur dari setsuzokushi Tokoro ga ialah sebagai berikut : Kalimat 1Tokoro gakalimat 2 Contoh : 私の娘はアメリカにいる時きれいな英語を話していた。ところが、日本 へ帰って一年もたたないうちにきれいに忘れてしまった。 Watashi no musume wa Amerika ni iru toki kirei na eigo wo hanashite ita. Tokoroga, nihon e kaette ichi nen mo tatanai uchi ni kirei ni wasurete shimatta. Anak perempuan saya pada saat ada di Amerika, bahasa Inggrisnya bagus. Namun, ia benar-benar lupa dalam waktu setahun setelah kembali ke Jepang. Selain iu Makino dan Tsutsui juga mengatakan mengenai setsuzokushi tokoroga sebagai berikut : A conjunction which is used to present what in fact happened or what is in fact the case when something else was/is expected. „Sebuah konjungsi yang digunakan untuk menjelaskan mengenai apa yang sebenarnya terjadi atau apa yang terjadi ketika sesuatu hal lain yang diharapkan‟. (ADIJG,1994:503) Contoh : 日本式の部屋に泊まりたいと思って旅館を予約した。ところが、通され た部屋は洋式だった。 Nihon shiki no heya ni tomaritai to omotte ryokan wo yoyaku shita. Tokoroga, toosareta heya wa youshiki data.
27
„Saya ingin menginap di sebuah penginapan bergaya Jepang. Tetapi setelah diperlihatkan ternyata ruangan itu bergaya barat‟. (ADIJG, 1994:503)
9.
Tadashi Makino dan Tsutsui mengungkapkan mengenai gyakusetsu no setsuzokushi tadashi sebagai berikut : Struktur dari setsuzokushi tadashi ialah sebagai berikut : Kalimat 1Tadashi kalimat 2 Contoh : この部屋にある雑誌や本はどれを見てもいいです。ただし、部屋からは 待ち出さないで下さい。 Kono heya ni aru zasshi ya hon wa dore wo mite mo iidesu. Tadashi, heya kara wa machi desanai de kudasai. Anda mungkin melihat salah satu majalah atau buku di ruangan ini. Namun, jangan membawanya keluar dari ruangan ini. (ADAJG:2008,573) Selain itu Makino dan Tsutsui juga mengatakan pemahaman mengenai setsuzokushi tadashi sebagai berikut : A conjunction indicating that there is a condition, restriction, proviso,etc to the preceding statement. „Konjungsi atau kata sambung yang menunjukkan bahwa ada kondisi, pembatasan, syarat dll dari pernyataan sebelumnya‟. Contoh : 発表のトピックは何でもかまいません。ただし、発表時間は 20 分以内 です。 Happyou no topikku wa nan demo kamaimasen. Tadashi, happyou jikan wa 20 pun inai desu. Anda bisa memilih apapun topik untuk presentasi anda. Namun, presentasi dilakukan dalam waktu 20 menit. (ADAJG:2008,573)
28
1.3 Kerangka teori Dalam melakukan penelitian tentunya memerlukan sebuah teori. Dalam penelitian analisis struktur dan makna serta perbedaan penggunaan gyakusetsu no setsuzokushi pada novel Tobu ga Gotoku karya Ryoutaro Shiba digunakan teori sebagai berikut : 1.3.1 Sintaksis Dalam menganalisis struktur kalimat digunakan teori sintaksis. Teori sintaksis ini menggunakan teori sintaksis dari Verhaar. Verhaar (2012:161) mendefinisikan sintaksis sebagai ilmu yang membahas hubungan antar kata dalam tuturan. Hubungan antar kata tersebut meliputi satuan gramatikal yang meliputi frasa, klausa dan kalimat. Terdapat tiga poin penting dalam menganalisis klausa secara sintaksis yaitu dengan menganalisis fungsi. Fungsi tersebut meliputi subjek, predikat dan objek yang terkandung dalam sebuah kalimat, kemudian menganalisis kategori-kategori. Kategori tersebut adalah nomina, verba dan preposisi. Contoh : Ayah membeli beras ketan untuk saya Fungsinya adalah Ayah sebagai (subjek), membeli (predikat) beras ketan (objek), saya (keterangan). Kata keterangan bukan merupakan fungsi. Kategorinya adalah Ayah dan beras ketan merupakan (nomina), membeli (verba), untuk (preposisi), saya (pronomina) (Verhaar, 2012: 163). Fungsi-fungsi dalam sebuah kalimat diisi dengan berbagai kelas kata, salah satunya yang paling
29
sering digunakan dalam sebuah kalimat adalah kata penghubung. Dalam bahasa Jepang kata penghubung atau konjungsi disebut dengan istilah setsuzokushi. Nagayama dalam Sudjianto (1996:100) menjelaskan bahwa setsuzokushi adalah kelas kata yang digunakan untuk merangkaikan atau menghubungkan kalimat dengan kalimat atau menghubungkan kalimat dengan bagian-bagian kalimat. Teori sintaksis ini akan digunakan untuk menganalisis struktur dari kalimat penggunaan gyakusetsu nosetsuzokushi yang terdapat pada novel Tobu ga Gotoku karya Ryoutarou Shiba yang selain itu penelitian ini juga mengacu pada pendapat Makino dan Tsutsui (1989). 1.3.2
Semantik Dalam bahasa Jepang semantik disebut dengan imiron. Imiron ialah salah
satu cabang linguistik yang mengkaji mengenai makna yang terkandung dalam sebuah kalimat. Semantik memegang peranan penting dalam bahasa karena digunakan dalam berkomunikasi tiada lain untuk menyampaikan kalimat yang memiliki makna. Pada penelitian ini, untuk lebih jelasnya menganalisis mengenai makna dalam penggunaan gyakusetsu no setsuzokushi mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Pateda (2001). Pateda membagi makna tersebut dalam 29 jenis yaitu diantaranya ialah sebagai berikut makna afektif, makna denotatif, makna deskripstif, makna ekstensi, makna emotif, makna gereflekter, makna gramatikal, makna ideasional, makna intensi, makna, khusus, makna kiasan, makna kognitif, makna kolokasi, makna konotatif, makna konseptual, makna konstruksi, makna kontekstual, makna leksikal, makna lokusi, makna luas, makna pictorial, makna
30
proposisional, makna pusat, makna referensial, makna sempit, makna stilistika, makna tekstual, makna tematis dan makna umum. Dari jenis-jenis makna yang dipaparkan, dalam penelitian ini hanya memfokuskan pada makna gramatikal. Makna gramatikal adalah makna yang muncul sebagai akibat berfungsinya kata dalam kalimat. Makna sebuah kata, baik kata dasar maupun kata jadian, sering sangat bergantungan pada konteks kalimat atau konteks situasi, maka makna gramatikal itu juga sering disebut dengan makna struktural atau makna situasional.