BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI
2.1
Kajian Pustaka Berdasarkan data-data yang diperoleh dari studi pustaka, terdapat beberapa
penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini, antara lain : Aninda (2015) dalam skripsinya yang berjudul “Ekspresi Cinta Pada Tokoh Utama dalam Film The Classic” berisi tentang ekspresi cinta pada tokoh utama dalam film The Classic serta hal-hal yang melatarbelakangi ekspresi cinta tersebut. Film The Classic merupakan film dengan genre melodrama yang bertema percintaan sehingga terdapat banyak ekspresi cinta yang ditunjukan oleh tokoh utama. Penelitian ini dilakukan dengan cara observasi yakni menonton film The Classic kemudian mengklasifikasi percakapan tokoh utama yang relevan, dan menganalisis percakapan tokoh utama berdasarkan teori kebutuhan Henry Murray. Pada teori kebutuhan Henry Murray terdapat 20 macam kebutuhan, namun pada akhir analisis penelitian Aninda hanya terdapat 6 kebutuhan Murray. Hasil penelitian dari Aninda adalah terdapat empat macam ekspresi cinta yang ditunjukkan oleh tokoh utama yaitu berseminya cinta, kecemburuan, kekhawatiran, kejujuran, keputusasaan dan kemarahan, serta kesetiaan cinta. Ekspresi cinta tersebut muncul dilatarbelakangi oleh kebutuhan memiliki pasangan, menjalin hubungan dengan bebas, kebutuhun memperbaiki masalah, memperlakukan orang dengan baik, kebutuhan menghindari masalah, dan kebutuhan memahami pasangan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut merupakan faktor-faktor munculnya ekspresi cinta pada tokoh utama film The Classic. Perbedaan penelitian Aninda dengan penelitian ini adalah bahan kajian dan teori
yang digunakan dalam penelitian berbeda, sedangkan persamaannya yaitu sama-sama mengangkat mengenai ekspresi cinta dalam suatu karya sastra. Manfaat yang dapat dari penelitian ini yaitu bagaimana pengekspresian cinta dalam suatu karya sastra, sehingga penelitian Aninda dapat menjadi acuan dalam penelitian ini. Damayanti (2012) dalam tesisnya yang berjudul “Ekspresi Cinta Dalam Puisi-Puisi Shuntaro Tanikawa dan W.S. Rendra” menggunakan teori semiotik Riffaterre dengan menggunakan pendekatan sastra bandingan dan sosiologi sastra. Dalam penelitian Damayanti dibahas ekspresi cinta dalam puisi Jepang dan Indonesia dan perbandingan ekspresi cinta dari dua negara yang terdapat dalam kumpulan teks puisi cinta. Pengekspresian cinta dalam puisi-puisi Shuntaro memang tidak seromantis puisi-puisi Rendra, tetapi pengekspresian dilakukan secara bebas karena cinta merupakan kebutuhan dasar
setiap
manusia.
Pengekspresian
cinta
dalam puisi-puisi
karya
Rendra
mencerminkan budaya “cinta yang santun” dalam masyarakat Indonesia. Perbedaan cara pengekspresian cinta dalam puisi-puisi Shuntaro dan Rendra yang ditemukan dipengaruhi oleh budaya penyairnya. Perbedaan penelitian Damayanti dengan penelitian ini adalah bahan kajian dan teori yang digunakan dalam penelitian berbeda, sedangkan persamaannya yaitu samasama mengangkat mengenai ekspresi cinta dalam suatu karya sastra. Manfaat yang dapat dari penelitian Damayanti yaitu bagaimana pengekspresian cinta dalam suatu karya sastra, sehingga penelitian Damayanti dapat menjadi acuan dalam penelitian ini. Rifai (2010) dalam skripsinya yang berjudul “Romantisme Dalam Novel Bintang Tertusuk Cinta karya Reni Hapsari” permasalahan yang dibahas dalam penelitian Rifai adalah Romantisme dalam novel Bintang Tertusuk Cinta karya Reni Hapsari. Penelitian Rifai menggunakan pendekatan kualitatif, metode yang digunakan metode perpustakaan dan metode analisis. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa unsur-unsur
novel yang meliputi
tokoh,
penokohan
dan
latar,
serta
menggunakan
teori
Romantisme. Hasil penelitian Rifai diketahui bahwa Bintang dan Daniel adalah tokoh utama dalam novel Bintang Tertusuk Cinta. Romantisme ditemukan dalam novel ini diungkapkan melalui tokoh Bintang dan Daniel. Berawal dari sebuah persahabatan Bintang dan Daniel sudah berjalan begitu lama dan akhirnya muncul perasaan cinta. Bintang rela melakukan apa saja, atas nama cinta pula Bintang berikan keperawanannya kepada Daniel. Persaman peneliian Rifai adalah membahas tentang romantisme, perbedaan penelitian Rifai adalah teori dan objek penelitian yang berbeda. Manfaat dari penelitian Rifai dapat dijadikan sebagai acuan dalam penelitian ini.
2.2
Konsep Dalam sebuah penelitian, sangat diperlukan sebuah konsep, karena konsep
memiliki pengertian yang menunjuk pada sesuatu. Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 2.2.1 Manga Manga dapat berarti komik, berupa rangkaian gambar sederhana yang mengetengahkan humor, lelucon, atau hal-hal lain yang menarik. Sejenis cerita yang mengandung ironi, sindiran, atau kritikan terhadap manusia dan masyarakat atau lingkungan sekitarnya (Sudjianto, 2002:60). Osamu Tesuka dikenal sebagai bapak
legendaris dari manga. Beliau pertama kali membuat manga terinspirasi dari animasi Disnney yang kemudian dikombinasikan dengan tradisi dan seni dari Jepang. Osamu Tesuka adalah orang yang melahirkan manga kontemporer seperti sekarang ini dan banyak memberi pengaruh kepada mangaka lain hingga akhirnya manga terkenal dan digemari di dunia. Berdasarkan jenis pembacanya, manga dapat dibagi menjadi lima, yaitu kodomo manga (manga untuk anak-anak), seinen manga (manga untuk pria), josei manga (manga untuk wanita), shonen manga (manga untuk remaja laki-laki), dan shojo manga (manga untuk remaja perempuan) (Gracia, 2008:101-103). 2.2.2 Cinta Menurut Robert Stemberg (dalam Muwhereenee, 2009) cinta merupakan sebuah kisah yang ditulis oleh setiap orang. Kisah tersebut merefleksikan kepribadian, minat, dan perasaan seseorang terhadap suatu hubungan. Kisah tersebut telah ada pada manusia dan proses pembentukkannya terbentuk melalui pengalaman, dan cinta. Kisah ini pula yang akan membentuk bagaimana seseorang bersikap dan bertindak dalam suatu pola hubungan. Dalam bahasa Jepang kata Koi (恋) dan Ai (愛) dapat berarti cinta. Dua kata tersebut sama-sama menggambarkan perasaan cinta seseorang kepada lawan jenis. Namun perbedaannya, Koi (恋) merupakan perasaan cinta yang menginginkan seseorang, dapat dideskripsikan sebagai “passionate love” atau cinta yang penuh dengan gairah. Koi (恋) dapat menjadi sebuah perasaan egois, yang selalu menginginkan cinta. Sedangkan Ai (愛) lebih dimaksudkan sebagai cinta sejati yang selalu memberi perasaan cinta pada pasangannya (Abe, 2012). 2.2.3 Hubungan Personal Hubungan secara kejiwaan di antara manusia biasanya dinamakan hubungan insani (human relations). Untuk hubungan insani yang bersifat umum biasanya digunakan
istilah (interpersonal relations) “hubungan antar personal”. Hubungan antar personal tersebut sangat banyak jenisnya. Karena dalam prakteknya dibedakan menurut tingkat keakraban, ada atau tidak adanya hubungan keluarga, dan peranannya, menyebabkan hubungan antar personal memiliki sifat sangat kompleks. Di Jepang hubungan personal disebut dengan istilah ningen kankei. Konsep ningen kankei lebih banyak diaplikasikan di dalam hubungan insani yang sifatnya khusus terutama di dalam teknik manajemen perusahaan Jepang. Untuk hubungan insani yang bersifat umum biasanya digunakan istilah interpersonal relations, “hubungan antar personal” (Soepardjo, 1998;62). Yoneyama (dalam Soepardjo, 1998;63-64) menjelaskan bahwa, struktur hubungan insani ala Jepang bila dilihat dari sudut antropologi budaya Jepang dapat dibagi menjadi empat kategori. Empat kategori tersebut ialah :
1. Miuchi (身内) ialah kelompok kecil yang memiliki pertalian saudara. 2. Nakama (仲間) ialah kelompok kecil yang tidak memiliki pertalian saudara, kurang lebih memiliki arti “kerabat karib”. 3. Dohou (同胞) ialah kelompok besar yang dapat diidentikkan dengan kelompok masyarakat tertentu atau “bangsa Jepang”. 4. Seken (世間) ialah sama sekali tidak ada kaitannya dengan kegiatan hubungan perorangan, istilah itu akan lebih tepat bila diartikan sebagai dunia kehidupan manusia atau masyarakat. Diantara keempat katagori tersebut, hubungan percintaan tokoh Akane dan tokoh Aogi dapat digolongkan ke dalam kelompok Nakama. Nakama yang merupakan istilah untuk menyebutkan hubungan pertemanan yang saling mendukung dalam situasi atau keadaan apapun dan memiliki tujuan yang sama. 2.2.4 Romansa
Romansa dapat diartikan sebuah kisah percintaan yang dapat ditampilkan dengan perasaan kasih sayang yang mendasari dan menentukan pola utama hubungan antara perorangan dan pengenalan diri. Romansa adalah kisah prosa lainnya yang berdiri khas tindakan kepahlawanan, kehebatan, dan keromantisan dengan latar historis atau imajiner (Alwi, 2005:961). Dalam bahasa Jepang kata ren’ai kankei ( 恋愛関係) dapat berarti romansa (Funabashi, 2010:461). Berbeda dengan orang Indonesia, orang Jepang bukanlah orang yang
memiliki kisah pecintaan yang romantis, kasih sayangnya bisa diekspresikan
dengan berpengangan tangan dan tatapan mata hangat selayaknya orang yang lagi kasmaran. 2.2.5 Ekspresi Secara sederhana, ekspresi adalah pengungkapan,
memperlihatkan atau
menyatakan maksud, gagasan dan perasaan. Pandangan muka yang memperlihatkan perasaan seseorang (Alwi, 2005:291). Pengungkapan segala sesuatu perasaan yang datangnya dari lubuk hati manusia dapat bermacam-macam tergantung dari peristiwa dan apa yang dialaminya, bahagia, sedih, senang, terharu, kecewa, kesal, dan lain sebagainya. Dalam bahasa Jepang ekspresi dapat diartikan dengan kata hyougen yang merupakan ungkapan yang dipergunakan menunjukkan berbagai maksud atau keinginan pembicara kepada lawan bicara (Funabashi, 2010;343). Ekspresi (hyougen) dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu ekspresi verbal dan nonverbal. Ekspresi verbal merupakan suatu bentuk ekspresi ketika pesan disampaikan secara lisan atau tertulis menggunakan suatu bahasa yang mengandung arti. Contohnya berbicara. Sedangkan ekspresi nonverbal merupakan kumpulan isyarat, gerak tubuh, intonasi suara dan sikap yang memungkinkan seseorang untuk berekspresi tanpa kata-kata. Contohnya ekspresi wajah, sentuhan dan bahasa isyarat (Dewi, 2007:7-9).
2.3
Kerangka Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga teori, yaitu teori
sosiologi sastra, teori cinta dan teori semiotik, pembahasannya sebagai berikut :
1.3.1 Teori Sosiologi Sastra Dalam kegiatan ilmiah, teori diperlukan untuk memecahkan permasalahan yang diangkat dan sekaligus sebagai acuan untuk mengarahkan penelitian untuk mencapai hasil yang ingin dicapai. Dalam Penelitian ini digunakan teori sosiologi sastra dari Wellek dan Warren karena penelitian ini membahas romansa tokoh Aogi dan tokoh Akane dalam manga Motto Kokoro Ni Hoshi No Kagayaki Wo karya Hiro Matsuba. Sastra adalah lembaga sosial, yang digunakan sebagai bahasa perantara untuk penciptaan sosial. Mereka adalah konvensi dan norma-norma yang bisa muncul hanya dalam masyarakat tetapi, lebih jauh lagi, sastra mewakili “hidup” dan “hidup” dalam skala yang luas adalah sebuah realitas sosial. Sastra mencerminkan dan mengapresiasikan pengalaman dan pandangan tentang hidup. Tetapi tidak benar bila dikatakan bahwa pengarang secara konkret dan menyeluruh mengapresiasikan perasaannya (Wellek dan Werren, 1976: 94). Sosiologi sastra adalah suatu telaah sosial terhadap sastra. Sosiologi sastra dapat diartikan sebagai pendekatan terhadap sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan. Sosiologi sastra mempermasalahkan sesuatu di sekitar sastra dan masyarakat yang bersifat eksternal mengenai hubungan sastra dan situasi sosial tertentu, sistem ekonomi, sosial, adat istiadat, politik. Pendekatan sosiologi sastra umum di
lakukan terhadap hubungan sosial sastra dan masyarakat sebagai dokumen sosial, sebagai praktik kenyataan (Wellek dan Werren, 1976: 94-95). Wellek dan Werren (1976: 95-96) juga membagi sosiologi sastra menjadi tiga bagian yaitu:
1. Sosiologi pengarang yang mempermasalahkan latar belakang sosial, status pengarang, dan ideologi pengarang yang terlihat dari berbagai kegiatan pengarang di luar karya sastra. 2. Sosiologi karya sastra yang mempermasalahkan isi karya sastra, tujuan serta hal-hal lain yang tersirat dalam karya sastra itu sendiri yang berkaitan dengan masalah sosial, situasi tertentu, atau dengan sistem politik, ekonomi, sosial, dan budaya. 3. Sosiologi sastra yang mempermasalhkan pembaca dan dampak sosial karya sastra terhadap masyarakat. Berdasarkan pembagian teori Wellek dan Werren tersebut, penelitian ini memfokuskan pada butir kedua, yaitu sosiologi karya satra yang digunakan untuk menganalisi ekspresi cinta dan romansa tokoh Akane dan Aogi manga Motto Kokoro Ni Hoshi No Kagayaki Wo karya Hiro Matsuba. 2.3.2 Teori Cinta Robert Stemberg Teori cinta yang dikemukakan oleh Robert Stemberg (dalam Muwhareenee, 2009) berpendapat bahwa cinta merupakan salah satu atau gabungan dari tiga komponen berikut, keintiman (intimacy), gairah (passion), dan komitmen (commitment). Dari tiga komponen tersebut cinta dapat dibagi menjadi tujuh jenis, yaitu:
1.
Liking Liking atau perasaan suka adalah bentuk cinta yang hanya diikuti oleh rasa
keintiman tanpa adanya gairah atau komitmen. Jenis cinta ini diperlihatkan dalam bentuk pertemanan, dimana dalam antar individu memiliki perasaan yang dekat, terikat, dan nyaman, namun tanpa adanya gairah atau komitmen. 2.
Infatuated Love Infatuated love merupakan jenis yang ada pada cinta pandangan pertama (biasa
disebut infatuasi) atau pada ketertarikan fisik yang mudah menghilang. Bentuk cinta ini dapat muncul secara cepat dan hilang dengan cepat, karena hanya dilandasi oleh gairah tanpa adanya keintiman maupun komitmen. 3.
Empty Love Cinta jenis ini biasa ditemukan dalam pasangan yang telah menikah dalam jangka
waktu yang panjang. Hubungan jangka panjang yang telah kehilangan keterlibatan emosional satu sama lain dan tidak adanya ketertarikan fisik diantara mereka. Namun, dalam pasangan tertentu jenis cinta ini justru dimulai hanya dengan komitmen dan perlahan-lahan mulai tumbuh perasaan intim atau dekat diikuti dengan ketertarikan fisik dalam hubungan mereka.
4.
Romantic Love Romantic love merupakan cinta dengan komponen keintiman dan gairah yang kuat
di dalamnya. Pasangan dalam jenis cinta ini tidak hanya tertarik secara fisik tetapi ada ketertarikan emosional di dalamnya. 5.
Companionate Love
Cinta jenis ini merupakan sebuah hubungan jangka panjang yang tidak melibatkan unsur gairah. Biasanya terdapat pada hubungan persahabatan. Perbedaan dengan Liking yaitu, hubungan ini merupakan hubungan pertemanan dengan adanya komitmen. Layaknya hubungan pernikahan yang tanpa didasari ketertarikan fisik. 6.
Fatous Love Cinta ini adalah cinta yang di dalamnya terdapat gairah dan komitmen namun tanpa
keintiman. Keintiman merupakan komponen penting dalam hubungan, apabila tidak ada maka hubungan yang didasarkan pada jenis ini tidak akan bertahan lama. 7.
Consummate Love Bentuk cinta yang ideal, yang terdapat ketiga komponen cinta di dalamnya, yaitu
intimacy, passion, dan commitment. Karena itu banyak orang yang berusaha untuk mendapatkan cinta ini. 2.3.3 Semiotik Semiotik adalah ilmu yang mengkaji tanda dalam kehidupan manusia, artinya semua yang hadir dalam kehidupan kita dilihat sebagai tanda yaitu sesuatu yang harus kita beri makna. Dalam menganalisis komik, maka diperlukan adanya teori semiotik untuk menganalisis tanda-tanda seperti posture, gerak badan, pakaian, dan lain-lain. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori semiotik yang dikemukakan oleh (Danesi, 2010:223-224) yang menjelaskan bahwa komik adalah narasi yang diceritakan melalui sejumlah gambar yang diatur di dalam garis-garis horizontal, strip, kotak yang disebut dengan panels. Dalam komik, dialog direpresentasikan oleh kata-kata yang dilingkari di dalam balon, yang dikeluarkan dari mulut atau kepala karakter yang berbicara. Sebagaian besar gerakan diilustrasikan melalui penggunaan garis, simbol, dan kata.
Teori ini didukung oleh teori menggambar manga yang dikemukakan oleh (Acolyte, 2011:44-45) yang menjelaskan bahwa dalam dunia gambar, mempelajari ekspresi dan bahasa tubuh sangat penting. Sebab, kita dapat mengetahui parasaan tokoh dalam gambar berdasarkan raut wajah atau bahasa tubuh yang ditampilkan, meskipun tidak ada keterangan yang menjelaskan gambar tersebut. Dalam setiap manga selalu terdapat ekspresi dasar yang sering dapat ditemukan sehari-hari yaitu sedih, marah, bahagia, takut, terkejut, dan bingung. Contohnya ekspresi sedih, secara umum ekspresi ini ditandai dengan keluarnya air mata. Ciri-ciri lainnya adalah wajah atau kepala yang tertunduk lesu, tatapan mata yang kosong dan mulut yang terkatup rapat (ada juga yang menggambarkan dengan mengigit bibir.