BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.
Landasan Teori
2.1.1
Singnalling Theory Signalling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang
dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi. Isyarat atau signal adalah tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan dimana manajemen mengetahui informasi yang lebih lengkap dan akurat mengenai internal perusahaan dan prospek perusahaan di masa depan daripada pihak investor (Besley dan Brigham, 2008:517). Oleh karena itu, manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada para stakeholder. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti publikasi laporan keuangan. Teori signalling berakar pada teori akuntansi pragmatik yang memusatkan perhatiannya kepada pengaruh informasi terhadap perubahan perilaku pemakai informasi. Salah satu informasi yang dapat dijadikan sinyal adalah pengumuman
11
yang
dilakukan
oleh
suatu
emiten.
Pengumuman
ini
nantinya
dapat
mempengaruhi naik turunnya harga sekuritas perusahaan emiten yang melakukan pengumuman (Suwardjono, 2006). Manajer melakukan publikasi laporan keuangan untuk memberikan informasi kepada pasar. Umumnya pasar akan merespon informasi tersebut sebagai suatu sinyal good news atau bad news. Sinyal yang diberikan akan mempengaruhi pasar saham khususnya harga saham perusahaan. Jika sinyal manajemen mengindikasikan good news, maka dapat meningkatkan harga saham. Namun sebaliknya, jika sinyal manajemen mengindikasikan bad news dapat mengakibatkan penurunan harga saham perusahaan. Oleh karena itu, sinyal dari perusahaan merupakan hal yang penting bagi investor guna pengambilan keputusan. Pada penelitian ini perusahaan yang berkualitas baik nantinya akan memberi sinyal dengan cara menyampaikan laporan keuangannya dengan tepat waktu, sedangkan perusahaan yang berkualitas buruk akan cenderung tidak tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya. Manfaat utama teori ini adalah akurasi dan ketepatan waktu penyajian laporan keuangan ke publik, sinyal dari perusahaan akan adanya informasi yang bermanfaat dalam kebutuhan untuk pembuatan keputusan dari investor. Semakin panjang audit delay menyebabkan ketidakpastian pergerakan harga saham. Investor dapat mengartikan lamanya audit delay dikarenakan perusahaan memiliki bad news sehingga tidak segera mempublikasikan laporan keuangannya, yang kemudian akan berakibat pada penurunan harga saham perusahaan.
12
2.1.2
Teori Agensi (Agency Theory) Teori agensi menjelaskan hubungan antara si agen (pihak manajemen
suatu perusahaan) dengan si principal (pemilik). Principal merupakan pihak yang memberikan amanat kepada agen untuk melakukan suatu jasa atas nama principal, sementara agen adalah pihak yang diberi mandat. Dengan demikian agen bertindak sebagai pihak yang berkewenangan mengambil keputusan, sedangkan principal ialah pihak yang mengevaluasi informasi. Dalam penelitian ini, perusahaan bertindak sebagai principal, sementara auditor independen merupakan agen. Agency theory dapat diwujudkan dengan kontrak kerja yang mengatur proporsi hak dan kewajiban masing-masing pihak dengan memaksimumkan utilitas, sehingga diharapkan agen melakukan dengan menggunakan cara-cara yang sesuai dengan kepentingan principal. Di sisi lain, principal akan memberikan insentif yang layak pada agen sehingga tercapai kontrak kerja optimal (Sebayang, 2014). Salah satu elemen dari teori agensi yaitu terdapatnya asimetri informasi dimana si agen lebih mengetahui tentang informasi lingkungan internal perusahaan secara detail dibandingkan dengan si prinsipal atau stakeholder yang hanya mengetahui informasi eksternal perusahaan yaitu mengenai hasil kinerja dari seorang manajemen. Penyampaian laporan keuangan auditan secara tepat waktu nantinya yang dapat meminimalisir terjadinya asimetri informasi antara pihak manajemen dan stakeholder karena si agen dapat menginformasikan keadaan perusahaan secara transparan kepada si principal.
13
2.1.3
Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan
dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan
ekonomi.
pertanggungjawaban
Laporan manajemen
keuangan atas
juga
penggunaan
menunjukkan
hasil
sumber
yang
daya
dipercayakan kepada mereka. Laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi : aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian, kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik, dan arus kas. Informasi tersebut beserta informasi lainnya terdapat dalam catatan atas laporan keuangan, membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas masa depan dan khususnya dalam hal waktu dan diperolehnya kas dan setara kas (PSAK No. 1 ; revisi 2009). Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban
manajemen
atas
penggunaan
sumber
daya
yang
dipercayakan kepada mereka. Komponen laporan keuangan yang lengkap menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1 (Revisi 2009) yang disahkan tanggal 15 Desember 2009 dan mulai efektif berlaku untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2011, laporan keuangan yang lengkap harus meliputi komponen-komponen berikut: 1. Laporan posisi keuangan pada akhir periode
14
2. Laporan laba rugi komprehensif selama periode 3. Laporan perubahan ekuitas selama periode 4. Laporan arus kas selama periode 5. Catatan atas laporan keuangan 6. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya. Informasi lain tetap disajikan untuk menghasilkan penyajian yang wajar walaupun pengungkapan tersebut tidak diharuskan oleh standar akuntansi (PSAK No.1, par.10). Karakteristik kualitas laporan keuangan sebagaimana yang dinyatakan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK: 2009) No.1 adalah : 1. Dapat dipahami Kualitas penting informasi dalam laporan keuangan adalah kemudahannya
untuk
dapat
dipahami
oleh
pengguna.Pengguna
diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. 2. Relevan Informasi
harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pengguna
dalam proses pengambilan keputusan. Informasi disebut relevan ketika dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna, dengan membantu mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini dan masa depan.
15
3. Keandalan Informasi yang bermanfaat adalah yang memiliki keandalan (reliable). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang
menyesatkan,
kesalahan
material,
dan
dapat
diandalkan
penggunaannya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. 4. Dapat dibandingkan Pengguna harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasikan kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pengguna juga harus dapat memperbandingkan
laporan
keuangan
antar
perusahaan
untuk
mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan secara relatif.
2.1.4
Audit Definisi auditing pada umumnya yang banyak digunakan adalah definisi
audit yang berasal dari ASOBAC (A Statement Basic Of Auditing Concepets) dalam (Abdul Halim, 2001) yang mendefinisikan Auditing sebagai : “Suatu proses sistematik untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara objektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersiasersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan”. Pengertian auditing menurut Mulyadi (2002: 9) adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai 16
pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan. Tujuan auditing pada umumnya adalah memberikan suatu pernyataan pendapat mengenai apakah laporan keuangan klien telah disajikan secara wajar, dalam segala hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Kewajaran laporan dinilai berdasarkan asersi yang terkandung dalam setiap unsur yang disajikan dalam laporan keuangan. Sedangkan auditor bekerja dengan cara menarik sebuah kesimpulan dari suatu proses auditing. Berkualitas atau tidaknya hasil pekerjaan auditor akan mempengaruhi kesimpulan akhir auditor dan secara tidak langsung juga akan mempengaruhi tepat atau tidaknya keputusan yang akan diambil oleh pihak luar perusahaan. 2.1.5
Audit Delay (Audit Report Lag) Audit delay sering disebut audit report lag dalam beberapa penelitian
didefinisikan sebagai rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan, diukur berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan auditor independen atas audit laporan keuangan tahunan perusahaan, sejak tanggal tahun tutup buku perusahaan yaitu per 31 Desember sampai tanggal yang tertera pada laporan auditor independen (Rachmawati, 2008). Keterlambatan waktu laporan keuangan auditan yang disampaikan oleh auditor kepada perusahaan dapat mempengaruhi kualitas informasi dari laporan tersebut karena panjangnya waktu tunda audit menunjukkan bahwa informasi
17
yang diberikan tidak out of date dan informasi yang lama menunjukkan bahwa kualitas dari laporan keuangan auditan tersebut buruk. Kerelevansian suatu laporan keuangan auditan dapat diperoleh apabila laporan keuangan auditan tersebut dapat diselesaikan secara tepat waktu pada saat dibutuhkan (Estirni, 2013).
2.2.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay
2.2.1
Profitabilitas Salah satu tujuan akhir yang ingin dicapai oleh suatu perusahaan adalah
memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal, di samping hal-hal lainnya. Untuk mengukur tingkat keuntungan suatu perusahaan, digunakan rasio keuntungan atau rasio profitabilitas. Rasio profitabilitas merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dan juga memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasinya. Efektifitas manajemen disini dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal (Sartono, 2010:122) dalam Damayanti (2013). Bagi perusahaan masalah profitabilitas sangat penting. Bagi pimpinan perusahaan, profitabilitas digunakan sebagai tolak ukur berhasil atau tidak perusahaan yang dipimpinnya, sedangkan bagi karyawan perusahaan
18
semakin tinggi profitabilitas yang diperoleh oleh perusahaan, maka ada peluang untuk meningkatkan gaji karyawan. Dalam penelitian ini tingkat profitabilitas diukur dengan menggunakan ROA (Return on Asset) atau disebut sebagai tingkat pengembalian atas total aktiva. Rasio ini digunakan untuk
mengukur efektivitas perusahaan dengan
keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang akan digunakan untuk operasi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (Munawir, 2002:89) dalam Estrini (2013), karena jika suatu perusahaan memiliki kinerja yang baik dalam menghasilkan laba bersih untuk pengembalian total aktiva yang dimilikinya maka akan berdampak terhadap pergerakkan harga saham, yaitu harga saham akan mengalami kenaikan. ROA yang diukur dengan membagi laba bersih (Net Income After Tax) dengan total aktiva (Average Total Assets), dapat dirumuskan sebagai berikut:
=
2.2.2
Laba besih setelah pajak Total asset
Ukuran Perusahaan Besar (ukuran) perusahaan dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan,
dan kapitalisasi pasar. Semakin besar total aktiva, penjualan, dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaan itu. Ketiga karakteristik ini digunakan untuk menuntukan ukuran perusahaan karena dapat mewakili seberapa besar perusahaan tersebut. Semakin besar aktiva maka semakin banyak modal yang ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang,
19
dan semakin banyak kapitalisasi pasar maka semakin besar pula perusahaan dikenal oleh masyarakat. Dari ketiga karakteristik ini, nilai aktiva relativ lebih stabil dibandingkan dengan nilai market capitalized dan penjualan dalam mengukur ukuran perusahaan. Keputusan Ketua Bapepam-LK No. Kep. 11/PM/1997 menyebutkan perusahaan kecil dan menengah berdasarkan aktiva (kekayaan) adalah badan hukum yang memiliki total aktiva tidak lebih dari seratus milyar, sedangkan perusahaan besar adalah badan hukum yang total aktivanya diatas seratus milyar. Ukuran perusahaan pada dasarnya terbagi menjadi tiga kategori, yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium firm), dan perusahaan kecil (small firm). Menurut mas’ud Machfoedz dalam Hendrich (2012) penentuan ukuran perusahaan didasarkan pada total aset perusahaan. Kategori ukuran perusahaan, yaitu : 1. Perusahaan Besar Perusahaan besar adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 10 Milyar termasuk tanah dan bangunan. Memiliki penjualan lebih dari Rp 50 Milyar/tahun. 2. Perusahaan Menengah Perusahaan menengah adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih Rp 1-10 Milyar termasuk tanah dan bangunan. Memiliki hasil penjualan lebih besar dari Rp 1 Milyar dan kurang dari Rp 50 Milyar.
20
3. Perusahaan Kecil Perusahaan kecil adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan dan memiliki hasil penjualan minimal Rp 1 Milyar/ tahun.
2.2.3
Kepemilikan Publik Struktur kepemilikan perusahaan atau dapat juga disebut sebagai struktur
kepemilikan saham, struktur kepemilikan (Ownership Structure) adalah komposisi kepemilikan perusahaan yang mempengaruhi kinerja perusahaan. Struktur kepemilikan terdiri dari : 1. Kepemilikan publik, merupakam porsi saham yang beredar (Outstanding share) yang dimiliki masyarakat atau publik domestik (Degree public ownership). 2. Kepemilikan asing, merupakan porsi outstanding share yang dimiliki oleh investor atau pemodal asing (Foreign Investor). Menurut Wijayanti dalam Yovita (2012), kepemilikan perusahaan oleh pihak luar mempunyai andil yang besar dalam perusahaan karena dapat mempengaruhi perusahaan melalui media massa baik berupa kritikan maupun komentar yang semuanya dianggap sebagai suara publik atau masyarakat. Suatu struktur kepemilikan yang memiliki proporsi besar untuk kepemilikan publik dapat menekan manajemen agar menyajikan informasi secara tepat waktu karena ketepatan waktu pelaporan keuangan dapat mempengaruhi pengambilan keputusan ekonomi.
21
Kepemilikan saham oleh pihak luar menyebabkan gerak perusahaan dalam melakukan pengelolaan menjadi terbatas karena adanya tekanan yang diberikan oleh pasar terkait dengan peningkatan kinerja dari perusahaan tersebut serta ketaatannya pada peraturan yang berlaku. Semua kegiatan akan perusahaan akan dipantau dan diawasi sehingga setiap tindakan yang diambil oleh perusahaan akan direspon melalui kritikan ataupun komentar (Yovita, 2012). 2.2.4
Reputasi KAP Untuk memenuhi kewajiban dalam hal publikasi laporan keuangan, suatu
perusahaan akan membutuhkan jasa Kantor Akuntan Publik (KAP). Selain itu untuk menjamin kredibilitas dari laporan keuangan tersebut, perusahaan cenderung akan menggunakan jasa Kantor Akuntan Publik (KAP) yang besar dan mempunyai nama baik. Kantor akuntan publik besar ini sering disebut the big four. Perusahaan yang menggunakan jasa KAP the big four cenderung lebih dipercaya bila dibandingkan dengan perusahaan yang menggunakan jasa KAP non the big four. Kategori KAP the big four di Indonesia yaitu : 1.
KAP Price Waterhouse Coopers, yang bekerjasama dengan KAP Haryanto Sahari & Co Tanudiredja,Wibisana&Co;
2.
KAP KPMG (Klynveld Peat Marwick Goerdeler), yang bekerjasama dengan KAP Sidharta, Sidharta dan Wijaya;
3.
KAP Ernts dan Young, yang bekerjasama dengan KAP Purwanto, Sarwoko & Sandjaja;
4.
KAP Deloitte Touche Thomatsu, yang bekerjasama dengan Oesman Bing Satrio & Co.
22
2.2.5
Opini Auditor Opini auditor merupakan simpulan dari proses audit yang dilakukan
auditor independen atas laporan keuangan perusahaan klien mengenai kewajaran laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen dalam semua hal yang material sesuai prinsip akuntansi yang berterima umum. Opini auditor atas laporan keuangan perusahaan menjadi tolak ukur para penggunanya dalam mengambil keputusan. Opini auditor merupakan pendapat yang dikeluarkan oleh auditor independen atas kewajaran suatu laporan keuangan. Opini auditor digunakan oleh pengguna intern dan ekstern laporan keuangan untuk mengetahui kinerja perusahaan selama periode tertentu sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Auditor sebagai pihak yang independen di dalam pemeriksaan laporan keuangan suatu perusahaan, akan memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan yang diauditnya. Ada lima kemungkinan pernyataan pendapat auditor independen (Mulyadi, 2002 : 19) yaitu : a.
Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion) Laporan keuangan dianggap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha suatu organisasi, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia jika memenuhi kondisi berikut ini : 1.
Prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia digunakan untuk menyusun laporan keuangan.
23
2.
Perubahan penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia dari periode ke periode telah cukup dijelaskan.
3.
Informasi
dalam
catatan-catatan
yang
mendukungnya
telah
digambarkan dan dijelaskan dengan cukup dalam laporan keuangan, sesuai dengan akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. b.
Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan tambahan bahasa penjelasan (Unqualified Opinion Report With Explanatory Language) Pendapat ini diberikan apabila audit telah dilaksanakan atau telah sesuai standar auditing. Penyajian laporan keuangan sesuai prinsip akuntansi yang diterima umum, tetapi terdapat keadaan tertentu yang mengharuskan auditor menambahkan suatu paragraf penjelasan pada laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualiaan atas laporan keuangan.
c.
Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion) Pendapat wajar dengan pengecualian akan diberikan oleh auditor jika dijumpai hal-hal sebagai berikut: 1.
Lingkup audit dibatasi oleh klien.
2.
Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi yang berada di luar kekuasaan klien maupun auditor.
3.
Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
24
4.
Prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten.
d.
Pendapat tidak wajar (Adverse Opinion) Auditor akan memberikan pendapatr tidak wajar jika laporan keuangan klien tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas perusahaan klien. Selain auditor memberikan pendapat tidak wajar jika ia tidak dibatasi lingkup auditnya, sehingga auditor dapat mengumpulkan bukti kompeten yang cukup untuk mendukung pendapatnya. Jika laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar, maka informasi yang disajikan oleh klien dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya, sehingga tidak dapat dipakai oleh pemakai informasi untuk pengambilan keputusan.
e.
Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer Opinion) Jika auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit, maka laporan audit ini disebut dengan laporan tanpa pendapat (no opinion report). Kondisi yang menyebabkan auditor tidak memberikan pendapat adalah : 1.
Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkup audit.
2.
Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya.
25
Perbedaan antara pernyataan tidak memberikan pendapat dengan pendapat tidak wajar adalah pendapat tidak wajar diberikan dalam keadaan auditor mengetahui adanya ketidakwajaran laporan keuangan pendapat karena ia tidak cukup memperoleh bukti mengenai kewajaran laporan keuangan yang diaudit. 2.2.6
Audit Tenure Audit tenure adalah Jangka waktu sebuah kantor akuntan publik
melakukan perikatan terhadap kliennya dalam memberikan jasa audit laporan keuangan. Definisi lain audit tenure adalah lamanya hubungan auditor dan klien yang diukur dengan jumlah tahun. Regulasi yang mengatur audit tenure berdasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia PMK no.17 tahun 2008 yang menjelaskan tentang pembatasan lamanya penugasan auditor dengan perusahaan kliennya. Pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari perusahaan publik oleh KAP paling lama 5 tahun berturut-turut dan oleh seorang akuntan publik paling lama tiga tahun buku berturut-turut. Pembatasan lamanya masa penugasan audit dipandang sangat penting untuk pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan untuk tetap menjaga independensi auditor dalam melaksanakan tugasnya. Penelitian khusus mengenai pengaruh tenure audit terhadap jangka waktu penyelesaian audit, atau audit report lag (ARL), sudah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti namun jumlahnya tidak banyak yang meneliti mengenai topik ini. Dalam penelitian Lee, Mande dan Son (2011) mengenai pengaruh audit tenure terhadap audit report lag (ARL), pada perusahaan yang menjadi klien KAP di
26
Amerika Serikat dengan menambahkan lingkup penelitian yang lebih luas, dari tahun 2000 hingga 2005. Dalam penelitian tersebut menemukan bahwa audit tenure yang panjang terkait dengan efisiensi audit yang lebih tinggi, yang berupa audit report lag yang lebih pendek. Dalam penelitian ini hubungan audit tenure terhadap audit report lag memiliki hubungan yang negatif. Hal ini dikarenakan auditor pada masa awal melakukan perikatan audit dengan klien yang baru memiliki pemahaman dan pengetahuan yang rendah dan membutuhkan waktu untuk beradaptasi terhadap perusahaan baru yang diauditnya. Hal ini mengakibatkan resiko dan kesulitan yang dihadapi auditor lebih besar sehingga jangka waktu penyelesaian audit jauh lebih lama atau audit report lag (ARL) semakin panjang. 2.3
Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi audit delay diantaranya:
No 1
Peneliti
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Judul Variabel
Dwi Hayu
Analisis Faktor-
a. Profitabilitas,
Estrini dan
Faktor Yang
b. ukuran
Herry
Mempengaruhi
Laksito
Audit Delay
(2013)
Hasil a. profitabilitas, gender
auditor,
perusahaan,
dan
reputasi
c. gender auditor,
KAP
d. reputasi KAP
berpengaruh signifikan terhadap
audit
delay. b. ukuran
27
perusahaan tidak berpengaruh signifikan audit
terhadap delay. 2
Andi
Faktor-Faktor
a. total aset,
Kartika
Yang
b. kerugian
(2011)
Mempengaruhi
operasi
Audit Delay
keuntungan,
Pada
a. total
dan
solvabilitas dan
Perusahaan c. solvabilitas,
Manufaktur Yang d. profitabilitas, Terdaftar Di Bei
aset,
berpengaruh signifikan audit
terhadap delay.
e. opini auditor, b. operasi kerugian dan f. reputasi auditor
dan keuntungan, profitabilitas, opini auditor, dan reputasi tidak
auditor memiliki
pengaruh audit
terhadap delay. 3
a. ukuran
a. ukuran
Esynasali
Analisis Faktor-
Violetta
Faktor Yang
Sebayang
Mempengaruhi
b. profitabilitas,
gender
(2014)
Audit Delay
c. kualitas
perpengaruh
perusahaan,
(Studi Empiris
auditor,
perusahaan
d. opini auditor,
terhadap
Perusahaan
e. gender auditor
delay.
Yang
auditor
signifikan
Pada Perusahaan-
Perbankan
dan
audit
b. profitabilitas,
Terdaftar Di Bursa
kualitas
auditor
Efek
dan opini auditor
28
Indonesiatahun
tidak
2010-2012)
berpengaruh signifikan terhadap
audit
delay. 4
Greata
Pengaruh Ukuran
a. laba rugi,
Juanita
Kantor Akuntan
b. ukuran
(2012)
Publik,
perusahaan,
Kepemilikan, Laba c. ukuran KAP, Rugi, Profitabilitas d. struktur Dan Solvabilitas
kepemilikan,
a. pelaporan laba rugi berpengaruh terhadap audit report lag. b. ukuran perusahaan,
Terhadap
e. profitabilitas,
ukuran KAP,
Audit Report Lag
f. DER, dan
struktur
g. DTA
kepemilikan, profitabilitas, DER, dan DTA tidak berpengaruh terhadap audit report lag.
5
Haryani
Pengaruh Ukuran
a. ukuran
dan
Perusahaan,
Wiratmaja
Komite Audit,
b. komite audit,
publik
(2014)
Penerapan
c. penerapan
berpengaruh
perusahaan,
a. komite audit dan kepemilikan
International
International
Financial
Financial
Reporting
Reporting
perusahaan
Standards,
penerapan
Standards
Dan
Kepemilikan Publik Pada Audit
d. kepemilikan publik.
pada audit delay. b. ukuran dan
International Financial
29
Delay
Reporting Standards tidak berpengaruh pada audit delay.
6
Meylisa
Faktor-Faktor
a. total asset,
dan
Yang
b. klasifikasi
Estralita
Mempengaruhi
(2010)
Audit Report Lag c. laba atau rugi,
berjalan,
dan
Pada
besarnya
KAP
industri,
Perusahaan d. opini audit,
Yang Terdaftar Di e. besarnya KAP, Efek f. debt
Bursa Indonesia
proportion.
a. klasifikasi industri,
laba
rugi
tahun
berpengaruh audit
terhadap report lag.
b. total asset, opini audit, dan debt proportion tidak mempunyai pengaruh audit
terhadap report lag. 7
Fanie
Analisis Faktor-
Ardianti
Faktor Yang
(2013)
Berpengaruh Terhadap Audit Delay
a. ukuran perusahaan, b. jenis opini auditor, c. kompleksitas
a. jenis auditor
berpengaruh negatif signifikan
( Studi Pada
operasi
terhadap
Perusahaan
perusahaan,
delay
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek
d. jumlah komite audit,
Indonesia e. profitabilitas,
Tahun 2009-2012 f. solvabilitas,
opini
audit
b. kompleksitas perusahaan, profitabilitas dan audit
tenure
30
)
g. audit tenure
berpengaruh positif signifikan audit
terhadap delay c. ukuran perusahaan, jumlah
komite
audit
dan
solvabilitas tidak berpengaruh audit
terhadap delay 8
Rustiarini
Pengaruh
dan
Karakteristik
Sugiarti
Auditor, Opini
(2013)
Audit, Audit Tenure,
a. reputasi auditor b. spesialisasi auditor c. opini auditor
Pergantian Auditor d. audit tenure Pada Audit Delay
e. pergantian auditor
a. spesialisasi auditor berpengaruh negatif
pada
audit delay b. pergantian auditor berpengaruh positif
pada
audit delay c. reputasi auditor, opini audit, dan lamanya
waktu
penugasan (audit tenure)
tidak
berpengaruh pada audit delay 9
Dewi dan Pengaruh Kualitas
a. audit tenure
a. audit
tenure
31
Yuyetta
Audit Dan Tenure b. spesialisasi
berpengaruh
(2014)
Audit Terhadap
industry
signifikan
Audit Repot Lag
(variabel
terhadap
(Arl)
moderasi)
delay
Dengan
audit
b. spesialisasi
Spesialisasi
auditor
yang
Auditor Industri
menjadi variabel
Sebagai Variabel
moderasi
Moderasi
mempengaruhi hubungan
audit
tenure, mempunyai pengaruh signifikan terhadap delay
audit (audit
report lag). Sumber : Penelitian Terdahulu
2.4
Hipotesa Penelitian Berdasarkan teori-teori yang telah dijelaskan sebelumnya, maka penelitian
ini mencoba untuk menguji pengaruh profitabilitas, ukuran perusahaan, kepemilikan publik, reputasi KAP, opini auditor, dan audit tenure terhadap audit delay. Dengan demikiandapat ditentukan hipotesis alternatif sebagai berikut : 2.4.1
Pengaruh Profitabilitas Terhadap Audit Delay Profitabilitas menunjukan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan. Tingkat profitabilitas yang tinggi merupakan good news bagi
32
perusahaan. Perusahaan yang dalam pelaporan keuangannya memiliki profit yang tinggi cenderung tidak akan menunda penyampaian informasinya kepada publik. Apabila suatu perusahaan menghasilkan tingkat profitabilitas yang lebih tinggi maka audit delay akan lebih pendek dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang rendah (Lianto dan Kusuma, 2010). Teori ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Christian dan Yulius (2012) yang menyimpulkan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap audit delay. Berdasarkan penelitian sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut H1: Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap audit delay 2.4.2
Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Audit Delay Ukuran perusahaan dapat dilihat dari seberapa banyak perusahaan tersebut
mempunyai sejumlah informasi mengenai dirinya (kompleksitas operasional dan intensitas transaksi perusahaan) sehingga akan lebih banyak disorot oleh publik dibandingkan perusahaan yang berukuran kecil. Dyer dan Mc Hugh (dalam Estrini, 2013) menyatakan bahwa manajemen perusahaan besar memiliki dorongan untuk mengurangi penundaan audit (audit delay) dan penundaan laporan keuangan yang disebabkan adanya pengawasan yang ketat dari investor, asosiasi perdagangan dan agen regulator. Selain itu perusahaan besar juga memiliki sistem pengendalian intern yang memadai karena pengendalian intern merupakan proses yang dilakukan perusahaan guna menjaga keandalan laporan keuangan perusahaan dan kepatuhan terhadap hukum sehingga dapat memudahkan auditor dalam melakukan proses audit.
33
Pernyataan diatas didukung oleh penelitian Kartika (2011) yang mengungkapkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap audit delay. Berdasarkan penelitian sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H2: Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap audit delay.
2.4.3
Pengaruh Kepemilikan Publik Terhadap Audit Delay Kepemilikan perusahaan yang dimiliki oleh pihak luar akan memberikan
dampak pada pengelolaan perusahaan, dimana pengelolaan perusahaan yang semula berjalan sesuai keinginan perusahaan itu sendiri menjadi memiliki keterbatasan. Hal tersebut dikarenakan kurangnya keterlibatan pemilik perusahaan dari luar yang ingin mengetahui tingkat pengembalian atas investasi mereka. Dengan demikian akan membuat perusahaan akan lebih tepat waktu dan teliti dalam menyampaikan laporan
keuangannya (Hilmi dan Ali, 2008). Semua
kegiatan akan perusahaan akan dipantau dan diawasi sehingga setiap tindakan yang diambil oleh perusahaan akan direspon melalui kritikan ataupun komentar. Audit delay dapat mempengaruhi ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan yang berpengaruh terhadap kualitas informasi yang disajikan. Keterlambatan publikasi laporan keuangan
dapat mengindikasikan adanya
masalah dalam laporan keuangan perusahaan, sehingga memerlukan waktu yang lebih lama dalam penyelesaian audit (Febrianty, 2011). Para pemilik investasi akan mengindikasikan adanya bad news jika perusahaan terlambat mempublikasi yang akan berpengaruh pada keputusan investasi yang akan datang. Jadi dapat disimpulkan bahwa kecenderungan manajemen menginginkan auditor cepat
34
menyelesaikan tugasnya agar dapat mempublikasikan laporan keuangan dengan segera terjadi pada perusahaan yang memiliki proporsi kepemilikan publik yang besar. Penelitian yang dilakukan Haryani dan Wiratmaja (2014) bahwa kepemilikan publik berpengaruh negatif terhadap audit delay. Berdasarkan penelitian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H3: Kepemilikan publik berpengaruh negatif terhadap audit delay. 2.4.4
Pengaruh Reputasi KAP Terhadap Audit Delay Reputasi KAP yang disewa oleh perusahaan untuk mengaudit laporan
keuangan akan berpengaruh terhadap kepercayaan masyarakat mengenai kredibilitas laporan keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Selain itu Kantor Akuntan Publik yang besar pastinya memiliki akuntan-akuntan yang lebih berkualitas dan berpengalaman dibandingkan dengan Kantor Akuntan Publik yang kecil sehingga dapat bekerja lebih cepat dan tepat waktu. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Iskandar dan Trisnawati (2010), yang menunjukkan bahwa reputasi KAP berpengaruh negatif terhadap audit delay. Berdasarkan atas penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang menggunakan jasa KAP besar akan cenderung lebih tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya karena memiliki kualitas dan mutu audit yang baik. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut: H4: Reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP) berpengaruh negatif terhadap audit delay.
35
2.4.5
Pengaruh Opini Aditor Terhadap Audit Delay Publikasi laporan keuangan melalui media massa akan mempengaruhi
keputusan investasi para calon investor. Hal ini disebabkan informasi yang terkandung di dalam laporan keuangan dianggap berita terbaru mengenai keadaan perusahaan di pasar modal. Informasi yang berisi berita baik seperti profitabilitas meningkat, kinerja manajemen efektif dan efisien, serta pemberian pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) akan menarik minat calon investor untuk melakukan investasi. Opini audit dalam perspektif informasi memberikan gambaran tentang kondisi suatu perusahaan dari pihak yang independen sehingga informasi ini merupakan
informasi
yang
ditunggu-tunggu
investor.
Perusahaan
yang
mendapatkan pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) dari auditor untuk laporan keuangannya cenderung akan tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya karena pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) merupakan berita baik dari auditor. Sebaliknya perusahaan cenderung tidak akan tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya apabila menerima opini selain wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) karena hal tersebut dianggap berita buruk. Sehingga dapat di indikasikan suatu perusahaan akan mengalami audit delay yang lebih panjang apabila tidak menerima opini audit wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ardianti (2013) menunjukkan bahwa jenis opini auditor berpengaruh negatif signifikan terhadap audit delay.
36
Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang dapat disusun adalah sebagai berikut: H5 : Opini auditor berpengaruh negatif terhadap terhadap audit delay. 2.4.6
Pengaruh Audit Tenure Terhadap Audit Delay Berdasarkan hasil penelitian Batu (2012), tenure audit KAP berpengaruh
signifikan terhadap audit report lag (ARL). Penelitian menurut Batu (2012), variabel audit tenure dibagi menjadi 2 kategori yaitu pertama, tenure pendek adalah apabila tenure auditor selama kurang dari atau sama dengan 9 tahun. Hasil statistik deskriptif bahwa rata–rata audit report lag (ARL) adalah selama 59.36 hari sedangkan rata–rata tenure auditor perusahaan selama 10 tahun. Hasil uji hipotesis menunjukan tenure audit dan pelayanan non–audit memiliki hubungan negatif dengan audit report lag (ARL). Berdasarkan bukti empiris yang telah didapatkan dalam penelitian tersebut menjelaskan bahwa koefisien tenure pendek bersifat signifikan dan secara statistik bersifat negatif selama 4 tahun dalam kurun waktu 6 tahun penelitian. Sehingga audit tenure yang pendek dapat menyebabkan terjadinya audit delay (audit report lag). Habib dan Bhuiyan (2011) menyatakan audit tenure yang lebih pendek akan memberikan pengaruh terhadap terjadinya audit delay yang lebih panjang. Berdasarkan penelitian tersebut maka dibuat hipotesis sebagai berikut: H6 : Audit tenure berpengaruh negatif terhadap audit delay (audit report lag).
37
2.5
Kerangka Pemikiran Teoritis Secara sistematis, kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Profitabilitas (-) Ukuran Perusahaan (-) Kepemilikan Publik (-)
Audit Delay (Audit Report Lag)
Reputasi KAP (-) Opinoi Auditor (-) Audit Tenure (-)
38