A. Teori Pesinyalan (Signalling Theory) Signalling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi.
Menurut Jogiyanto (2000: 392), informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar.
Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai signal baik (good news) atau signal buruk (bad news). Jika pengumuman informasi tersebut sebagai signal baik bagi
Universitas Sumatera Utara
investor, maka terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham.
Menurut Sharpe (1997: 211) dan Ivana (2005:16), pengumuman informasi akuntansi memberikan signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa mendatang (good news) sehingga investor tertarik untuk melakukan perdagangan saham, dengan demikian pasar akan bereaksi yang tercermin melalui perubahan dalam volume perdagangan saham. Dengan demikian hubungan antara publikasi informasi baik laporan keuangan, kondisi keuangan ataupun sosial politik terhadap fluktuasi volume perdagangan saham dapat dilihat dalam efisiensi pasar.
Salah satu jenis informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dapat menjadi signal bagi pihak di luar perusahaan, terutama bagi pihak investor adalah laporan tahunan. Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat berupa informasi akuntansi yaitu informasi yang berkaitan dengan laporan keuangan dan informasi non-akuntansi yaitu informasi yang tidak berkaitan dengan laporan keuangan. Laporan tahunan hendaknya memuat informasi yang relevan dan mengungkapkan informasi yang dianggap penting untuk diketahui oleh pengguna laporan baik pihak dalam maupun pihak luar. Semua investor memerlukan informasi untuk mengevaluasi risiko relatif setiap perusahaan sehingga dapat melakukan diversifikasi portofolio dan kombinasi investasi dengan preferensi risiko yang diinginkan. Jika suatu perusahaan ingin sahamnya dibeli oleh investor maka perusahaan harus melakukan pengungkapan laporan keuangan secara terbuka dan transparan.
Universitas Sumatera Utara
B. Teori Keagenan (Agency Theory) Agency Theory,
merupakan konsep
yang
menjelaskan hubungan
kontraktual antara principals dan agents. Pihak principal adalah pihak yang memberikan mandat kepada pihak lain, yaitu agent, untuk melakukan semua kegiatan atas nama principal dalam kapasitasnya sebagai pengambil keputusan (Sinkey, 1992:78; Jensen dan Smith, 1984:7). Dalam hubungan keagenan manajer sebagai pihak yang memiliki akses langsung terhadap informasi perusahaan, memiliki asimetris informasi terhadap pihak eksternal perusahaan, seperti kreditor dan investor. Dimana ada informasi yang tidak diungkapkan oleh pihak manajemen kepada pihak eksternal perusahaan, termasuk investor. Untuk memperkecil asimetris informasi, maka pengelolaan perusahaan harus diawasi dan dikendalikan untuk memastikan bahwa pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan kepada berbagai peraturan dan ketentuan yang berlaku. Upaya ini menimbulkan apa yang disebut sebagai agency costs, yang menurut teori ini harus dikeluarkan sedemikian rupa sehingga biaya untuk mengurangi kerugian yang timbul karena ketidakpatuhan setara dengan peningkatan biaya enforcement-nya. Agency costs ini mencakup biaya untuk pengawasan oleh pemegang saham; biaya yang dikeluarkan oleh manajemen untuk menghasilkan laporan yang transparan, termasuk biaya audit yang independen dan pengendalian internal; serta biaya yang disebabkan karena menurunnya nilai kepemilikan pemegang saham sebagai bentuk ‘bonding expenditures’ yang diberikan kepada manajemen
Universitas Sumatera Utara
dalam bentuk opsi dan berbagai manfaat untuk tujuan menyelaraskan kepentingan manajemen dengan pemegang saham.
Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio leverage yang lebih tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi, karena biaya keagenan perusahaan dengan struktur modal seperti itu lebih tinggi (Jensen dan Meckling, 1976:354). Tambahan informasi diperlukan untuk menghilangkan keraguan pemegang obligasi terhadap dipenuhinya hak-hak mereka sebagai kreditur [Schipper dalam Marwata (2001:18) dan Meek, et al dalam Fitriani (2001:14)]. Oleh karena itu perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi memiliki kewajiban untuk melakukan
ungkapan yang lebih luas daripada
perusahaan dengan rasio leverage yang rendah.
Pendapat lain mengatakan bahwa semakin tinggi leverage, kemungkinan besar perusahaan akan mengalami pelanggaran terhadap kontrak utang, maka manajer akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi dibandingkan laba di masa depan. Dengan laba yang dilaporkan lebih tinggi akan mengurangi kemungkinan perusahaan melanggar perjanjian utang. Manajer akan memilih metode akuntansi yang akan memaksimalkan laba sekarang. Kontrak utang biasanya berisi tentang ketentuan bahwa perusahaan harus menjaga tingkat leverage tertentu (rasio utang/ekuitas), interest coverage, modal kerja dan ekuitas pemegang saham [Watts and Zimmerman dalam Scott (1997:92)]. Oleh karena itu semakin tinggi tingkat leverage (rasio utang/ekuitas)
semakin besar
kemungkinan perusahaan akan melanggar perjanjian kredit sehingga perusahaan
Universitas Sumatera Utara
akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi [Belkaoui & Karpik dalam Marwata (2001:25)]. Supaya laba yang dilaporkan tinggi maka manajer harus mengurangi biaya-biaya (termasuk biaya untuk mengungkapkan informasi).
C. Pengungkapan (Disclosure) Laporan Keuangan Setiap perusahaan publik diwajibkan membuat laporan tahunan sebagai sarana pertanggungjawaban terutama kepada pemegang saham. Laporan tahunan (annual report) merupakan laporan yang diterbitkan oleh pihak manajemen perusahaan setahun sekali yang berisi informasi keuangan dan non keuangan perusahaan yang berguna bagi pihak stakeholders untuk menganalisis kondisi perusahaan pada periode tersebut. Laporan keuangan yang diungkapkan dalam laporan tahunan meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan ini wajib diaudit oleh auditor independen sebagai wujud dari transparansi keuangan perusahaan. Laporan non keuangan yang diungkapkan dalam laporan tahunan meliputi laporan manajemen yang berisi informasi penting mengenai perusahaan seperti laporan dewan komisaris, laporan direksi, kinerja perusahaan selama satu periode, profil perusahaan, strategi perusahaan, prospek perusahaan, dan informasi penting lainnya yang berhubungan dengan perusahaan. Informasi yang dimuat dalam laporan tahunan ini lebih dikenal dengan istilah
pengungkapan
laporan
tahunan
atau
annual
report
disclosure.
Pengungkapan secara sederhana dapat diartikan sebagai pengeluaran informasi.
Universitas Sumatera Utara
Pengungkapan dapat berkaitan dengan laporan keuangan utama, contohnya metode akuntansi yang diterapkan dalam laporan keuangan; dan tidak berkaitan dengan laporan keuangan contohnya analisis manajemen dan ramalan atas operasi perusahaan di tahun mendatang (Sudarmadji, 2007:54). Evan dalam Suwardjono (2005:578) mengartikan pengungkapan sebagai berikut: Disclosure means supplying information in the financial statements, including the statements themselves, the notes to the statements, and the supplementary disclosures associated with the statements. It does not extend to public or private statements made by management or information outside the financial statements. Hendriksen
(1994:203)
mengatakan
bahwa
pengungkapan
dalam
pelaporan keuangan merupakan penyajian informasi yang diperlukan untuk operasi optimal pasar modal yang efisien. Hal tersebut mengandung arti bahwa informasi yang memadai harus disajikan untuk memungkinkan pengambilan keputusan yang tepat bagi pihak pemakai informasi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengungkapan yaitu : (1) untuk siapa informasi didisclose ?, (2) apa tujuan informasi tersebut ?, (3) berapa banyak informasi yang harus didisclose ? (Hendriksen, 2001:205). Berapa banyak informasi yang harus didisclose tidak hanya tergantung pada keahlian pembaca, namun juga tergantung pada standar yang dianggap cukup. Tiga konsep disclosure yang umumnya dikemukakan yaitu adequate, fair, full disclosure (Hendriksen, 2001:205). Adequate disclosure mengandung arti disclosure yang minimal harus ada sehingga laporan tidak menyesatkan. Fair disclosure menyatakan tujuan-tujuan
Universitas Sumatera Utara
etis untuk memberikan perlakuan yang sama bagi semua pembaca potensial. Full dislcosure berarti penyajian semua informasi yang relevan. Bagi beberapa orang, full disclosure berarti penyajian informasi secara melimpah, sehingga disclosure menjadi tidak tepat. Informasi yang terlalu melimpah akan menyembunyikan informasi yang penting dan membuat laporan keuangan sulit diintepretasikan. Di samping itu, tersebarnya informasi penting dalam hal strategi dan rencana perusahaan dapat merugikan posisi persaingan perusahaan itu sendiri. Perusahaan akan selalu mempertimbangkan biaya dan manfaat yang diperolehnya dengan melakukan disclosure informasi terutama voluntary disclosure. Menurut Suripto dalam Sudarmadji (2007:56), biaya pengungkapan yang harus dipertimbangkan adalah biaya pengungkapan langsung dan tidak langsung adalah sebagai berikut ini: 1. Biaya langsung meliputi biaya pengumpulan data, biaya pemrosesan informasi, biaya pengauditan, dan biaya penyebaran informasi. 2. Biaya tidak langsung meliputi biaya litigasi atau biaya hukum, biaya kerugian persaingan, dan biaya politik. Biaya litigasi timbul akibat pengungkapan informasi yang tidak memadai atau informasi yang menyesatkan. Biaya kerugian persaingan terjadi apabila informasi yang diungkapkan melemahkan daya saing perusahaan karena informasi tersebut digunakan oleh pesaing untuk memperkuat daya saing mereka. Biaya politik terjadi ketika praktik pengungkapan perusahaan memicu regulasi pemerintah. Lebih lanjut, Sudarmadji (2007:56) menyatakan bahwa selain biaya-biaya, ada beberapa alasan yang melandasi perusahaan enggan menambah disclosure informasi keuangan yaitu: 1. Disclosure akan membantu para pesaing dan merugikan pemegang saham. 2. Disclosure yang lengkap akan memberikan keuntungan kepada serikat pekerja dalam hal tawar-menawar upah.
Universitas Sumatera Utara
3. Adanya keraguan terhadap kemampuan investor dalam memahami kebijakan dan prosedur akuntansi sehingga full disclosure akan menyesatkan mereka. 4. Tersedianya sumber-sumber informasi lain selain laporan keuangan yang tersedia dengan biaya yang lebih murah. 5. Kurangnya pengetahuan terhadap kebutuhan investor juga merupakan alasan bagi disclosure yang terbatas. Sehingga
voluntary
disclosure
akan
diungkapkan
hanya
apabila
pengungkapan tersebut memberikan manfaat bagi perusahaan melebihi biaya yang dikeluarkan perusahaan.
D. Jenis-Jenis Pengungkapan Menurut Hendriksen (2001:205), ada tiga jenis pengungkapan yang didasarkan pada luas pengungkapan laporan, yaitu: a. Adequate disclosure. Adequate disclosure mengandung arti disclosure yang minimal harus ada sehingga laporan tidak menyesatkan. b. Fair disclosure Fair disclosure menyatakan tujuan-tujuan etis untuk memberikan perlakuan yang sama bagi semua pembaca potensial. Hal ini berarti bahwa pengungkapan dalam laporan tahunan diharapkan dapat dimengerti oleh semua pihak yang berkepentingan dengan laporan tersebut. c. Full disclosure Full dislcosure berarti penyajian semua informasi yang relevan. Artinya, semua informasi yang berhubungan secara relevan terhadap perusahaan harus diungkapkan. Berdasarkan sifatnya, Suwardjono (2005:583), menyatakan ada dua macam jenis pengungkapan. Yang pertama pengungkapan sukarela dan kedua pengungkapan wajib. Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang dilakukan perusahaan di luar apa yang diwajibkan. Sebaliknya, pengungkapan
Universitas Sumatera Utara
wajib adalah pengungkapan yang dimandatkan oleh standard setter kepada manajemen dalam membuat pelaporan keuangan. Teori yang melandasi pengungkapan sukarela adalah teori pensinyalan (signaling theory). Teori ini menggambarkan tindakan yang lebih suka diambil oleh manajer tipe tinggi daripada manajer tipe rendah (Scott, 2003:423). Manajemen selalu berusaha untuk mengungkapkan informasi privat yang menurut pertimbangannya sangat diminati oleh calon investor dan pemegang saham khususnya kalau informasi tersebut merupakan berita baik (good news). Di samping itu, manajemen berminat menyampaikan informasi yang dapat meningkatkan kredibilitasnya dan kesuksesan perusahaan meskipun informasi tersebut tidak diwajibkan.
E. Tujuan Pengungkapan Secara umum tujuan pengungkapan adalah menyajikan informasi yang dipandang perlu untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan dan untuk melayani berbagai pihak yang mempunyai kepentingan berbeda-beda (Suwardjono, 2005:580). Untuk melayani pihak yang mempunyai kepentingan berbeda-beda, Tenaya (2005:13) menyatakan tujuan pengungkapan dibagi menjadi sebagai berikut: a. Tujuan untuk melindungi terhadap perlakuan manajemen yang mungkin kurang adil dan kurang terbuka (unfair). Tujuan ini biasanya menjadi pertimbangan badan pengawas yang mendapat otoritas untuk melakukan pengawasan terhadap pasar modal seperti SEC atau Bapepam. b. Tujuan informatif merupakan tujuan yang diarahkan untuk menyediakan informasi yang dapat membantu keefektifan pengambilan keputusan pengguna laporan keuangan. Biasanya tujuan
Universitas Sumatera Utara
ini digunakan sebagai landasan penyusunan standar akuntansi untuk menentukan keluasan pengungkapan c. Tujuan kebutuhan khusus merupakan gabungan dari tujuan perlindungan dan tujuan informasi. Artinya apa yang harus diungkapkan kepada publik dibatasi dengan apa yang dipandang berguna bagi pemakai yang dituju.
F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Dalam pencapaian efisiensi dan sebagai sarana akuntabilitas publik, pengungkapan laporan tahunan menjadi faktor yang signifikan. Pengungkapan laporan keuangan tidak lepas dari pengaruh karakteristik perusahaan tempat dimana pengungkapan itu dikeluarkan. Pengungkapan laporan tahunan, terutama pengungkapan sukarela, sangat dipengaruhi oleh biaya dan manfaat dari pengungkapan tersebut, dan perbandingan antara manfaat dan biaya tersebut akan sangat ditentukan oleh karakteristik-karakteristik tertentu dari perusahaan yang bersangkutan (Almilia, 2007:2). Terdapat beberapa metode yang berbeda-beda untuk pengungkapan laporan keuangan, pemilihan metode yang terbaik dari pengungkapan ini pada setiap kasus tergantung pada sifat informasi yang bersangkutan dan sesuai dengan kepentingan yang dibutuhkan perusahaan. Metode yang biasa dari pengungkapan ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut: bentuk dan susunan laporan yang formal, terminologi dan penyajian yang terinci, informasi selipan, catatan kaki, ikhtisar tambahan dan skedul, komentar sertifikat auditor, dan pernyataan direktur utama atau ketua dewan komisaris. Selain itu terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pengungkapan laporan keuangan perusahaan yang menjadi
Universitas Sumatera Utara
acuan dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, return on equity, debt to equity ratio, return on assets, dan net profit margin. 1. Pengaruh Ukuran Perusahaan Secara umum, perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil. Terdapat beberapa penjelasan mengenai hal tersebut. Agency theory menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki biaya keagenan yang lebih besar daripada perusahaan kecil [Jensen dan Meckling dalam Marwata (2001:25)]. Perusahaan besar mungkin akan mengungkapkan informasi yang lebih banyak sebagai upaya untuk mengurangi biaya keagenan tersebut. Menurut Meek, Roberts dan Gray dalam Fitriani (2001:20) perusahaan besar mempunyai kemampuan untuk merekrut karyawan yang ahli, serta adanya tuntutan dari pemegang saham dan analis, sehingga perusahaan besar memiliki insentif untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas dari perusahaan kecil. Perusahaan besar merupakan entitas yang banyak disorot oleh pasar maupun publik secara umum. Mengungkapkan lebih banyak
informasi
merupakan
bagian dari upaya
perusahaan
untuk
mewujudkan akuntabilitas publik. Penjelasan lain yang juga sering diajukan adalah karena perusahaan besar memiliki sumber daya yang besar, sehingga perusahaan perlu dan mampu untuk membiayai penyediaan informasi untuk keperluan internal. Informasi tersebut sekaligus menjadi bahan untuk keperluan pengungkapan informasi kepada pihak eksternal, sehingga tidak perlu ada tambahan biaya yang besar untuk dapat melakukan pengungkapan dengan lebih lengkap.
Universitas Sumatera Utara
Sebaliknya, perusahaan dengan sumber daya yang relatif kecil mungkin tidak memiliki informasi siap saji sebagaimana perusahaan besar, sehingga perlu ada tambahan biaya yang relatif besar untuk dapat melakukan pengungkapan selengkap yang dilakukan perusahaan besar. Perusahaan kecil umumnya berada pada situasi persaingan yang ketat dengan perusahaan yang lain. Mengungkapkan terlalu banyak tentang jati dirinya kepada pihak eksternal dapat membahayakan posisinya dalam persaingan sehingga perusahaan kecil cenderung tidak melakukan pengungkapan selengkap perusahaan besar [Singhvi dan Desai dalam Fitriani 9 (2001:21); Buzby dalam Marwata (2001:26)]. 2. Pengaruh Return on Equity Dalam hal ini termasuk salah satu jenis dari rasio profitavibilitas. Menurut Kasmir (2008:196) ”Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menilai kemampuan perusahaan di dalam mencari keuntungan”. Tingkat profitabilitas yang tinggi akan mendorong para manajer untuk memberikan informasi yanag lebih terinci, sebab mereka ingin meyakinkan para investor, bahwa perusahaan mampu menghasilkan profitabilitas yang baik, yang pada akhirnya akan meningkatkan kompensasi terhadap manajemen. 3. Pengaruh Debt to Equity Ratio Debt to equity ratio merupakan proporsi total hutang terhadap rata-rata ekuitas pemegang saham. Rasio tersebut digunakan untuk memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat resiko tak tertagihnya suatu utang. Struktur permodalan
Universitas Sumatera Utara
perusahaan biasanya terdiri dari modal internal dan eksternal. Modal yang diperoleh dari pihak eksternal berupa pinjaman dari kreditor. Penggunaan pinjaman tersebut tentunya menuntut adanya pertanggungjawaban perusahaan baik dalam pemakaian maupun pengembalian pinjaman. Pihak kreditor akan selalu memantau dan memerlukan informasi mengenai keadaan finansial debitor untuk meyakinkan bahwa debitor akan dapat memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo. Seiring dengan tuntutan kreditor akan informasi tersebut, maka perusahaan dengan rasio hutang (leverage) yang tinggi akan melakukan disclosure yang lebih luas Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio leverage yang lebih tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi, karena biaya keagenan perusahaan dengan struktur modal yang seperti itu lebih tinggi [Jensen dan Meckling dalam Marwata (2001:26)]. Menurut Schipper dalam Marwata (2001:26), tambahan informasi diperlukan untuk menghilangkan keraguan pemegang obligasi terhadap dipenuhinya hak-hak mereka sebagai kreditur. Oleh karena itu perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan informasi kreditur jangka panjang, Sehingga perusahaan akan menyediakan informasi secara lebih komprehensif. 4. Pengaruh Return on Assets Return
on
assets
mengukur
kemampuan
perusahaan
dalam
menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. ROA yang positif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk beroperasi,
Universitas Sumatera Utara
perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan. Sebaliknya apabila ROA yang negatif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan, perusahaan mendapatkan kerugian. Jadi jika suatu perusahaan mempunyai ROA yang tinggi, maka perusahaan tersebut berpeluang besar dalam meningkatkan pertumbuhan modal sendiri. Tetapi jika total aktiva yang digunakan perusahaan tidak memberikan laba maka perusahaan akan mengalami kerugian dan akan menghambat pertumbuhan modal sendiri. Perusahaan yang menghasilkan laba cenderung akan melakukan disclosure yang lebih luas. Hal ini disebabkan karena manajemen perusahaan ingin meyakinkan bahwa perusahaan dalam posisi persaingan yang kuat dan memperlihatkan bahwa kinerja perusahaan juga bagus. Selain itu, perusahaan juga ingin agar investor dan kreditor yakin bahwa perusahaan berada dalam posisi persaingan yang kuat dan operasi perusahaan berjalan efisien. Semakin tinggi return on assets suatu perusahaan maka semakin tinggi tingkat pengungkapan laporan keuangannya. 5. Pengaruh Net Profit Margin Net Profit Margin (NPM), salah satu fungsi laba bersih adalah untuk meramalkan penghasilan jangka panjang, mengevaluasi resiko investasi. Informasi ini dianggap penting untuk diungkapkan kepada publik sebagai dasar untuk meramalkan kinerja masa yang akan datang, menarik investor, serta untuk mengukur harga saham di pasar modal. Harga saham tersebut adalah informasi yang penting yang dibutuhkan oleh investor sebagai dasar penilaian atas perusahaan. Dimana perusahaan yang ingin mensejahterakan
Universitas Sumatera Utara
investor cenderung akan mengungkapan informasi net profit margin secara luas dalam laporan keuangan.
G. Tinjauan Penelitian Terdahulu Seperti yang telah dikemukakan pada latar belakang, penelitian ini berbentuk replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Ivana (2005) yang judul penelitiannya
adalah
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Kelengkapan
Pengungkapan Laporan Tahunan pada Perusahaan-perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Ivana menggunakan
variabel independen yaitu sektor
perusahaan, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan Rasio Leverage.. Serta menggunakan pengungkapan laporan tahunan sebagai variabel dependen. Sampel yang digunakan adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007 sebanyak 125 sampel. Hasil penemuan Ivana menemukan bahwa variabel independent sector perusahaan memiliki pengaruh terhadap luas pengungkapan laporan tahunan sedangkan variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, dan rasio leverage tidak memiliki pengaruh terhadap luas pengungkapan laporan keuangan. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian irawan bahwa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi luas pengungkapan laporan keuangan tahunan antar perusahaan yang terdaftar di BEI. Noviani (2006) meneliti pengaruh solvabilitas, likuiditas, ukuran perusahaan terhadap tingkat pengungkapan laporan tahunan pada 41 perusahaan manufaktur di bursa Efek Jakarta tahun 2002-2004. Penelitian ini berkesimpulan bahwa berdasarkan analisis regresi, variabel devenden likuiditas, solvabilitas, dan
Universitas Sumatera Utara
ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan. Berdasarkan analisis t-test variabel current ratio dan debt to total assets tidak signifikan secara statistik dan secara individual tidak berpengaruh terhadap variabel Tingkat Pengungkapan. Irawan (2006) meneliti pengaruh leverage, likuiditas, profitabilitas, porsi saham publik, ukuran perusahaan, umur perusahaan, status perusahaan, operating profit margin, net profit margin, dan return on equity terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ periode 2001-2004. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial, hanya variabel ukuran perusahaan, umur perusahaan, porsi saham publik dan status perusahaan yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Dan variabel independen leverage, likuiditas, profitabilitas, operating profit margin, net profit margin, dan return on equity tidak memiliki pengaruh terhadap kelengkapan laporan keuangan. Almilia (2007) meneliti mengenai pengaruh karakteristik perusahaan terhadap kelengkapan laporan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Jakarta. Almilia menggunakan analisis deskriptif untuk melihat pengaruh dari ukuran perusahaan, rasio leverage, rasio likuiditas, net profit margin, dan status perusahaan terhadap kelengkapan laporan tahunan perusahaan manufaktur yang ada di Bursa Efek Jakarta pada tahun 2001. Hasil penelitiannya menemukan bahwa ukuran perusahaan, rasio likuiditas, dan status perusahaan berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan tahunan. Dan variabel independen ini berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependennya.
Universitas Sumatera Utara
H. Kerangka Konseptual dan Pengembangan Hipotesis Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian yang telah diungkapkan, maka penulis membuat kerangka konseptual dan hipotesis sebagai berikut: 1.
Kerangka Konseptual Hubungan antara karakteristik-karakteristik perusahaan terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan, digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka konseptual
H1 X1 : Ukuran Perusahaan (SIZE)
H1
H2
X2 : Return on Equity (ROE)
H3
Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan
(Y)
X3 : Debt to Equity Rasio (DER)
X4 : Return On Assets (ROA)
H4
H4 H5
X5 : Net Profit Margin (NPM)
H6 Sumber : Penulis, 2011
Ukuran Perusahan (SIZE), yang dinyatakan dengan market capitalized diharapkan berhubungan positif dengan luasnya tingkat pengungkapan.
Universitas Sumatera Utara
Perusahaan yang berukuran lebih besar cenderung memiliki public demand akan informasi yang lebih tinggi dibanding dengan perusahaan yang berukuran lebih kecil. Alasan lainnya adalah bahwa perusahaan besar mempunyai biaya produksi informasi yang lebih rendah yang berkaitan dengan pengungkapan mereka atau biaya competitive disadvantage yang lebih rendah. Rasio debt to equity (DER) menunjukkan proporsi pendanaan yang dibiayai lewat hutang. Debt to equity ratio yang semakin tinggi mengindikasikan bahwa semakin tinggi pula ketergantungan perusahaan terhadap kreditnya. Hal ini sesaui dengan agency theory, yaitu hubungan keagenan antara principal (kreditur) dengan agent (perusahaan). Perusahaan akan berusaha memberika informasi yang seluas-luasnya mengenai Hertanti kondisi perusahaan kepada kreditur dengan harapan kreditur lebih mengetahui dan memahami perusahaan berkaitan dengan kredit yang diberikan. Menurut Ivana (2005:36), menyatakan bahwa “perusahaan dengan leverage tinggi lebih dipercaya oleh para kreditur dan dianggap lebih berkesempatan dalam menghasilkan laba, dengan demikian perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi akan semakin tinggi pula kelengkapan pengungkapan laporan keuangannya”. Pada umumnya laba yang dihasilkan perusahaan berasal dari penjualan investasi yang dilakukan oleh perusahaan dan berdasarkan retun on equity. Return on equity (ROE) dan Return on assets (ROA) yang tinggi akan mendorong para manajer untuk memberikan informasi yang lebih terinci,
Universitas Sumatera Utara
sebab mereka ingin meyakinkan investor bahwa perusahaan mampu menghasilkan profitabilitas
yang
baik,
yang
pada akhirnya akan
mengingkatkan kompensasi terhadap manajemen. Jadi semakin tinggi return on equity dan return on assets suatu perusahaan maka semakin tinggi tingkat pengungkapan laporan keuangan tahunannya. Net Profit Margin (NPM), salah satu fungsi laba bersih adalah untuk meramalkan penghasilan jangka panjang, mengevaluasi resiko investasi. Informasi ini dianggap penting untuk diungkapkan kepada publik sebagai dasar untuk meramalkan kinerja masa yang akan datang, menaraik investor, serta untuk mengukur harga saham di pasar modal. Pengungkapan laporan keuangan merupakan faktor yang penting bagi sebuah perusahaan dalam hubungannya dengan pihak eksternal perusahaan khususnya
para
investor.
Pengungkapan
laporan
keuangan
sangat
mempengaruhi penilaian investor terhadap kinerja perusahaan. Semua variabel independen yang telah disajikan diatas merupakan variabel-variabel yang secara teori mempengaruhi tingkat pengungkapan laporan keuangan.
2.
Hipotesis Penelitian Menurut Erlina dan
Sri Mulyani (2007:49),”hipotesis menyatakan
hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan proposisi yang dapat diuji secara empiris”. Berdasarkan kerangka konseptual di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah:
Universitas Sumatera Utara
1. H1: Terdapat
pengaruh yang signifikan antara ukuran perusahaan
terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan perusahaan. 2. H2: Terdapat pengaruh yang signifikan antara return on equity terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan perusahaan. 3. H3: Terdapat pengaruh yang signifikan antara debt to equity ratio terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan perusahaan. 4. H4: Terdapat pengaruh yang signifikan antara return on assets terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan perusahaan. 5. H5: Terdapat pengaruh yang signifikan antara net profit margin terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan perusahaan. 6. H6: ukuran perusahaan , retun on equity, debt to equity ratio, return on asset, dan net profit margin, dan berpengaruh secara simultan terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan.
Universitas Sumatera Utara