10 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Pustaka 1. Hakikat Penelitian Tindakan Kelas a. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas Penelitian Tindakan Kelas atau PTK merupakan suatu penelitian yang berasal dari permasalahan
yang terjadi pada kegiatan
pembelajaran. Penelitian tersebut dilakukan sebagai bentuk refleksi guru yang bertujuan untuk memperbaiki praktik pembelajaran. Hal ini sependapat dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Bustari (2011:4) bahwa PTK merupakan suatu bentuk penelaahan melalui refleksi diri yang dilakukan oleh guru yang bertujuan untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran serta keabsahan dari praktik sosial atau kependidikan. PTK menurut Ali dan Asrori (2011:9) merupakan: “Suatu bentuk penelitian yang reflektif dengan melakukan tindakan tertentu untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara lebih berkualitas sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar yang lebih baik.” PTK dapat juga diartikan sebagai suatu bentuk pencermatan atas kegiatan belajar yang dilakukan di kelas. Hal ini sependapat dengan pernyataan Arikunto (2012:3) menyatakan bahwa PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar dan terjadi dalam suatu kelas secara bersama. Lebih lanjut, Arikunto (2012:3) menyatakan makna “kelas” pada PTK tidak terikat pada pengertian ruang kelas saja melainkan dapat diartikan sebagai sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dan dari guru yang sama pula. Berdasarkan ketiga definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa PTK merupakan suatu bentuk penelaahan melalui refleksi diri yang dilakukan oleh guru untuk memperbaiki dan meningkatkan 10
11 praktik pembelajaran di kelas secara lebih berkualitas sehingga peserta didik dapat memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Makna “kelas” pada PTK dapat diartikan sebagai sekelompok peserta didik dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dan dari guru yang sama pula. b. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas menurut Kemendikbud (2011:9) sebagai berikut: 1) PTK Tidak Saja Berupaya Memecahkan Masalah, Tetapi Sekaligus Mencari Dukungan Ilmiah Dukungan ilmiah dalam PTK dapat bersumber dari teori-teori yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Teori tersebut dapat diambil dari buku, artikel maupun jurnal. Dukungan ilmiah juga dapat berasal dari kajian empirik seperti hasil dari penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Kedudukan kajian teoretik dan kajian empirik dalam PTK digunakan sebagai pedoman dan pendukung ilmiah atas pemecahan permasalahan yang dihadapi guru dalam kegiatan pembelajaran. 2) Permasalahan yang Dikaji dalam PTK Bukan Dihasilkan dari Kajian Teoretik dan atau Empirik Permasalahan yang dikaji dalam PTK bukan hasil dari kajian teoretik dan atau penelitian terdahulu. Permasalahan yang dikaji pada PTK berasal dari adanya permasalahan nyata dan aktual yang terjadi di dalam pembelajaran. Atas dasar tersebut maka PTK fokus pada pemecahan masalah praktis bukan masalah teoretis. 3) Dimulai dari Permasalahan yang Nyata, Jelas, dan Tajam Permasalahan yang dikaji dalam PTK merupakan permasalahan yang nyata. Permasalahan tersebut benar-benar terjadi dalam proses pembelajaran. Permasalahan yang dikaji dalam PTK juga bersifat jelas, artinya jelas seperti apa permasalahan yang dihadapi,
12 oleh siapa dan bagaimana cara mengatasi permasalahan tersebut, selain itu PTK juga dimulai dari kepekaan guru dalam mengidentifikasi
permasalahan
yang
terjadi
dalam
proses
pembelajaran. Pada proses identifikasi permasalahan sangat diperlukan kecermatan. Adanya kecermatan ini dapat membantu guru dalam merumuskan solusi yang tepat sehingga dapat mengatasi permasalahan yang terjadi di dalam proses pembelajaran secara optimal. 4) Adanya Kolaborasi Antara Praktisi dengan Peneliti Kolaborasi antara peneliti dengan praktisi dilakukan dalam beberapa hal yaitu pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan dan pengambilan keputusan yang akhirnya menciptakan kesamaan tindakan. Adanya kolaborasi antara praktisi dengan peneliti dapat membantu mengurangi subjektivitas dalam melakukan penelitian serta dapat membagi peran dan tanggungjawab sehingga dapat mengurangi persepsi yang menyatakan bahwa PTK membebani tugas seorang guru. 5) Tujuan Melakukan PTK Salah satu ciri khas dari PTK terletak pada tujuan melakukan PTK. Pada PTK, setidaknya mempunyai tiga tujuan yaitu untuk meningkatkan profesionalisme guru, mengetahui alasan pokok ingin tahu, ingin membantu, ingin meningkatkan dan bertujuan untuk memperoleh pengetahuan serta sebagai upaya pemecahan masalah yang terjadi di dalam proses pembelajaran. 6) PTK Bagian Penting dalam Pengembangan Profesi Guru PTK merupakan bagian penting dalam upaya pengembangan profesi guru. Pengembangan profesi guru meliputi kegiatan melaksanakan pengembangan diri, membuat publikasi ilmiah dan membuat karya inovatif. Salah satu bentuk tindakan reflektif pada publikasi ilmiah dapat dilakukan dengan mengadakan PTK.
13 Selain itu, PTK juga dapat memberikan kontribusi dalam peningkatan dan pengembangan aktivitas berpikir kritis dan sistematis serta membelajarkan guru untuk menulis. Adanya kontribusi tersebut diharapkan dapat lebih mengoptimalkan upaya guru dalam pengembangan profesi. c. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas PTK
merupakan
sebuah
tindakan
penelitian
yang
dapat
memberikan manfaat kepada beberapa pihak yaitu bagi siswa dan pembelajaran, guru dan sekolah. Hal ini sependapat dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Sukardiyono (2015:7) menyatakan bahwa ada tiga komponen yang harus menjadi sasaran utama PTK yaitu: 1) Manfaat Bagi Siswa dan Pembelajaran Adanya
PTK,
kesalahan
dan
kesulitan
dalam
proses
pembelajaran akan lebih cepat dianalisis dan didiagnosis, sehingga kesalahan dan kesulitan tersebut tidak akan berlarut-larut. Jika kesalahan yang terjadi dapat segera diperbaiki, maka pembelajaran akan lebih menarik dan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Hal ini menunjukkan adanya hubungan timbal balik antara pembelajaran dan perbaikan hasil belajar siswa. Keduanya dapat terwujud, jika guru memiliki kemampuan dan kemauan untuk melakukan PTK. 2) Manfaat bagi guru Beberapa manfaat PTK bagi guru menurut Daryanto dalam Sukardiyono (2015:7) yaitu: a. Guru memiliki kemampuan memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang mendalam terhadap apa yang terjadi di dalam proses pembelajaran. Keberhasilan dalam perbaikan akan memberikan kepuasan bagi guru karena telah melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi peserta didik. b. Guru dapat mengembangkan dan meningkatkan kinerjanya secara professional melalui PTK. Hal ini dikarenakan melalui
14 PTK guru mampu menilai, merefleksi diri dan memperbaiki kegiatan pembelajaran yang dilakukan. c. Guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri. Hal ini dikarenakan pada PTK, guru tidak hanya sebagai penerima hasil perbaikan dari orang lain, namun guru juga dapat berperan sebagai perancang dan pelaku perbaikan tersebut sehingga diharapkan dapat menghasilkan perbaikan atas praktik pembelajaran yang dilakukan. d. Guru akan merasa lebih percaya diri dengan melakukan PTK. Hal ini dikarenakan melalui PTK, guru dapat merefleksi diri, melakukan evaluasi diri dan menganalisis kinerjanya sendiri dalam kelas. Hal ini dapat membantu guru untuk menemukan kekuatan,
kelemahan
dan
tantangan
pembelajaran
dan
mengembangkan alternatif dalam kegiatan pembelajaran. 3) Manfaat Bagi Sekolah Manfaat adanya PTK bagi sekolah adalah dapat memperbaiki kualitas
pembelajaran
sehingga
dapat
berkontribusi
pada
peningkatan kualitas pendidikan secara nasional. Sekolah tidak akan berkembang, jika gurunya tidak memiliki kemampuan untuk melakukan PTK. Jika suatu sekolah memiliki guru yang berkompeten dalam melaksanakan PTK maka akan memperoleh manfaat yang besar. Hal ini dikarenakan melalui PTK guru mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran yang dapat mencerminkan kualitas pendidikan di sekolah tersebut. d. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru sebagai peneliti dalam pelaksanaan PTK yaitu (Kemendikbud, 2011:11): 1) Tindakan dan pengamatan dalam proses penelitian yang dilakukan diharapkan tidak mengganggu kegiatan utama guru. Guru tidak diperkenankan mengorbankan kegiatan pembelajaran. Pekerjaan
15 utama guru adalah mengajar, apapun jenis PTK yang diterapkan seharusnya tidak mengganggu tugas guru sebagai pengajar. 2) Masalah penelitian yang dikaji merupakan masalah yang cukup merisaukan
guru
dan
berdasarkan
pada
tanggung
jawab
profesional. Guru harus memiliki komitmen untuk melaksanakan kegiatan yang akan menuntut kerja ekstra dibandingkan dengan pelaksanaan tugas rutin. Pendorong utama PTK adalah komitmen untuk memberikan layanan yang terbaik kepada peserta didik; 3) Metode pengumpulan data yang digunakan dapat menuntut waktu cukup lama sehingga berpeluang menggangu proses pembelajaran. Guru
dalam
hal
ini
perlu
mempertimbangkan
prosedur
pengumpulan data yang dapat ditangani sendiri dan tetap aktif berfungsi sebagai guru yang bertugas secara penuh. Oleh karena itu, perlu dikembangkan teknik perekaman data yang sederhana namun dapat menghasilkan informasi yang bermakna; 4) Permasalahan harus berdasarkan fakta, menarik dan berada dalam jangkauan kewenangan guru sebagai peneliti untuk melakukan perubahan. Guru harus merasa terdorong melakukan PTK untuk meningkatkan kompetensi sebagai tenaga pendidik; 5) Guru ketika berperan sebagai peneliti harus tetap memperhatikan etika dan tata karma penelitian yang berlaku secara umum. Pada penyelenggaraan PTK, guru harus peduli terhadap etika yang berkaitan dengan profesi. Hal ini penting ditekankan karena PTK hadir dalam suatu konteks organisasi sehingga penyelenggaraannya harus memperhatikan tata krama berorganisasi; 6) Kegiatan
PTK
berkelanjutan
pada karena
dasarnya
merupakan
tuntutan
terhadap
kegiatan
peningkatan
yang dan
pengembangan akan menjadi tantangan guru sepanjang waktu; 7) Kelas atau mata pelajaran merupakan tanggung jawab guru namun tinjauan terhadap PTK tidak terbatas dalam konteks kelas atau mata pelajaran tertentu melainkan juga dalam perspektif misi
16 sekolah. Hal ini perlu ditekankan apabila dalam suatu PTK terlibat lebih dari seorang peneliti, misalnya kolaborasi antarguru dalam satu sekolah atau dengan dosen dan pengawas sekolah. e. Tahapan Penelitian Tindakan Kelas Ada beberapa model PTK yang dapat digunakan yaitu model PTK yang dikemukakan oleh Kurt Lewin dan Kemmis serta Taggart. Pada kedua model PTK tersebut terdapat empat tahapan yang dilakukan pada setiap siklus PTK meliputi; 1) tahap perencanaan, 2) tahap pelaksanaan, 3) tahap pengamatan, dan 4) tahap refleksi. Adapun model dan penjelasannya untuk masing-masing tahap menurut Koida N (2013:53) dan Arikunto S (2012:74) dapat digambarkan sebagai berikut: Pelaksanaan
Perencanaan
Pengamatan
Refleksi
Gambar 1. Model PTK Menurut Kurt Lewin
Perencanaan Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan Perencanaan Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan Gambar 2. Model PTK Menurut Kemmis dan Taggart
17 1) Tahap Perencanaan (Planning) Tahap ini adalah tahapan dimana peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan; 2) Tahap Pelaksanaan (Acting) Pada tahap ini peneliti melaksanakan atau mengimplementasikan isi rancangan yang telah dibuat pada tahap perencanaan; 3) Tahap Pengamatan (Observing) Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan pengamatan atas tindakan yang dilakukan; 4) Tahap Refleksi (Reflecting) Pada tahap ini peneliti merefleksikan kembali apa yang sudah dilakukan. f. Bentuk-Bentuk PTK Menurut Oja dan Smulyan dalam Sumini (2016:5) menyatakan bahwa PTK memiliki macam-macam bentuk yaitu: 1) Guru Sebagai Peneliti Pada bentuk yang pertama merupakan bentuk PTK yang memandang guru sebagai peneliti yang utuh. Pada bentuk ini memiliki ciri sangat berperannya guru dalam proses PTK. Tujuan utama PTK bentuk ini ialah meningkatkan praktik pembelajaran di kelas dimana guru terlibat secara penuh dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Pada bentuk penelitian ini, guru mengidentifikasi masalah sendiri untuk dipecahkan melalui PTK. Keterlibatan pihak lain dari luar hanya bersifat konsultatif dalam mempertajam atau mencari problema pembelajaran di kelas. Peran pihak luar sangat kecil dalam proses penelitian. 2) Penelitian Tindakan Kolaboratif Pada bentuk penelitian kedua, PTK kolaboratif melibatkan beberapa pihak baik guru, kepala sekolah maupun dosen secara serentak dengan tujuan untuk meningkatkan praktik pembelajaran,
18 menyumbang pada perkembangan teori dan karier guru. Model penelitian kolaboratif ini dirancang dan dilaksanakan oleh suatu tim yang terdiri dari guru, dosen ataupun kepala sekolah. Hubungan antara ketiga pihak tersebut bersifat kemitraan yang dapat secara bersama-sama memikirkan persoalan-persoalan yang dihadapi untuk diteliti melalui penelitian kolaboratif. Kelebihan dari bentuk ini adalah dapat mengurangi subjektivitas dalam melakukan penelitian. 3) Simultan Terintegratif Tujuan utama dalam bentuk PTK yang ketiga adalah untuk memecahkan persoalan praktis dalam pembelajaran praktis dan untuk menghasilkan pengetahuan yang ilmiah dalam bidang pembelajaran di kelas. Pada bentuk penelitian ini guru dilibatkan pada proses penelitian kelas, terutama pada tahap pelaksanaan dan refleksi terhadap praktik-praktik pembelajaran di kelas. Sedangkan tahap perencanaan (termasuk pada proses identifikasi masalah) dan tahap pengamatan dilakukan oleh peneliti dari luar. Pada PTK jenis ini, kedudukan peneliti dari luar adalah sebagai inovator pada kegiatan pembelajaran yang dilakukan. 4) Administrasi Sosial Eksperimental Pada bentuk PTK yang keempat lebih menekankan dampak kebijakan dan praktik. Pada pelaksanaannya guru tidak dilibatkan baik dalam perencanaan, pelaksanaan, pengamatan maupun refleksi terhadap praktik pembelajarannya. Guru tidak banyak memberikan masukan pada proses penelitian ini. Tanggung jawab penelitian sepenuhnya ada pada pihak luar. Pada bentuk ini peneliti bekerja atas dasar hipotesis tertentu, kemudian melakukan bentuk tes dalam sebuah eksperimen. 2. Pentingnya Guru Melakukan Penelitian Tindakan Kelas Danoebroto (2012:1) menyatakan bahwa PTK penting dilakukan oleh guru. Hal ini dikarenakan melalui PTK guru mampu meningkatkan,
19 memperbaiki, dan mengoptimalkan proses pembelajaran. Tujuan utama PTK yang dilakukan oleh guru adalah untuk membantu siswa belajar dan memberdayakan potensi siswa. Lebih lanjut, Danoebroto (2012:2) mengemukakan bahwa pertimbangan lain jika guru melakukan PTK adalah tindakan penelitian yang dilakukan bersamaan dengan tugas utama guru yaitu mengajar. Atas dasar tersebut sebenarnya sudah tidak ada alasan bagi guru untuk tidak melakukan PTK karena khawatir terganggu tugas mengajarnya. PTK juga dapat memberikan manfaat lain bagi guru. Manfaat tersebut berkaitan dengan adanya peningkatan kualitas pembelajaran yang dapat dicapai dengan melakukan PTK. Hal ini dikarenakan melalui PTK, masalah dalam kegiatan pembelajaran dapat dikaji dan dituntaskan sehingga dapat menciptakan suatu proses pembelajaran yang lebih berkualitas. Hal ini sependapat dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Pulungan (2015:2) yang menyatakan bahwa dengan melaksanakan PTK masalah pendidikan dan pembelajaran dapat dikaji dan dituntaskan sehingga dapat menghasilkan proses pendidikan dan pembelajaran yang inovatif dan hasil belajar yang lebih baik. Lebih lanjut Pulungan (2015:3) menyatakan bahwa guru lebih utama melakukan perbaikan melalui PTK. Hal ini dikarenakan dalam proses pembelajaran yang berlangsung guru mengetahui permasalahan yang dihadapi secara spesifik di kelas. PTK
juga
dapat
memberikan
kesempatan
bagi
guru
untuk
mengembangkan kinerja dan menciptakan sebuah budaya belajar pada kalangan guru. Hal ini dikarenakan pada PTK menempatkan guru tidak hanya sebagai pendidik namun juga sebagai agen perubahan yang mempunyai pola kerja yang kolaboratif. Hal ini sependapat dengan pernyatakan yang dikemukakan oleh Permana (2011:7) menyatakan bahwa PTK diperlukan untuk dapat menciptakan sebuah budaya belajar pada kalangan guru. PTK memberikan peluang sebagai strategi pengembangan
kinerja,
sebab
pada
pendekatan
penelitian
ini
20 menempatkan pendidik dan tenaga kependidikan lainnya sebagai peneliti dan sebagai agen perubahan yang pola kerjanya bersifat kolaboratif. Berdasarkan ketiga pendapat ahli tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pentingnya seorang guru melakukan PTK adalah untuk meningkatkan, memperbaiki dan mengoptimalkan proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan permasalahan yang diteliti adalah masalah yang menjadi perhatian guru dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Guru lebih utama untuk melakukan perbaikan karena mengetahui permasalahan yang sedang dihadapi secara spesifik di kelas. Melalui PTK masalah yang terjadi dalam pembelajaran dapat dikaji dan dituntaskan, sehingga dapat menghasilkan pembelajaran dan hasil belajar yang lebih baik. Selain itu, dengan adanya PTK diharapkan dapat menciptakan sebuah budaya belajar pada kalangan guru dan dapat dilakukan sebagai salah satu upaya yang terkait dengan pengembangan kinerja yang akan berimplikasi pada angka kredit guru. Peningkatan pada angka kredit guru tersebut dapat berkontribusi pada kenaikan pangkat atau golongan dan jabatan fungsional guru. 3. Motivasi Guru Melakukan PTK Motivasi
merupakan
suatu
dorongan
kehendak
yang
dapat
menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan atau tindakan tertentu untuk mencapai sebuah tujuan. Berkaitan dengan motivasi guru untuk melakukan PTK berdasarkan penelitian yang dilakukan Anggraeni (2014:100) diketahui bahwa guru yang memiliki motivasi untuk kenaikan pangkat atau jabatan ternyata melaksanakan PTK, sedangkan guru yang tidak memiliki motivasi untuk naik jabatan ternyata tidak melaksanakan PTK. Motivasi untuk kenaikan pangkat atau jabatan merupakan satusatunya faktor pendukung pelaksanaan PTK. 4. Kompetensi Profesional a. Pengertian Kompetensi Profesional Kompetensi profesional menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 pasal 10 ayat (1) adalah:
21 “Kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang mencakup pada penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materi, penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuan.” b. Indikator Kompetensi Profesional Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 pasal 10 ayat (1) ada beberapa indikator untuk mengukur kompetensi profesional guru. Indikator-indikator tersebut adalah: “(1) menguasai materi pembelajaran dan pola pikir keilmuan yang mendukung pelajaran yang diampu; (2) menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran atau bidang pengembangan yang diampu; (3) mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif; (4) mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif; (5) memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.” Berdasarkan kelima indikator kompetensi profesional tersebut, PTK berhubungan dengan indikator keempat yakni mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) adalah kegiatan melaksanakan pengembangan diri, membuat publikasi ilmiah dan membuat karya inovatif. c. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan PKB menurut Kemendikbud (2012:8) mencakup tiga hal yaitu: 1) Pelaksanaan Pengembangan Diri Pengembangan diri (PD) adalah upaya untuk meningkatkan profesionalisme diri agar memiliki kompetensi yang sesuai dengan peraturan perundangan agar mampu melaksanakan tugas pokok dan kewajiban dalam pembelajaran atau pembimbingan termasuk pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah. Kegiatan PD terdiri atas diklat fungsional dan kegiatan kolektif Diklat fungsional adalah diklat yang dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi yang sesuai dengan jenjang
22 jabatan fungsional guru. Kegiatan diklat fungsional dapat dilakukan dengan mengikuti kursus, pelatihan dan sebagainya. Hasil diklat fungsional digunakan untuk kenaikan jabatan fungsional guru. Kegiatan kolektif adalah kegiatan guru dalam mengikuti kegiatan pertemuan ilmiah atau kegiatan bersama yang dilakukan guru baik di sekolah maupun di luar sekolah dengan tujuan untuk mencapai standar atau di atas standar kompetensi profesi yang telah ditetapkan. Kegiatan kolektif dapat dilakukan dengan mengikuti kegiatan lokakarya atau MGMP, mengikuti kegiatan ilmiah seperti seminar, diskusi panel atau bentuk pertemuan ilmiah yang lain dan mengikuti kegiatan kolektif lainnya yang sesuai dengan tugas dan kewajiban guru. 2) Pelaksanaan Publikasi Ilmiah Publikasi ilmiah (PI) adalah karya tulis ilmiah yang telah dipublikasikan kepada masyarakat sebagai bentuk kontribusi guru terhadap peningkatan kualitas proses pembelajaran di sekolah dan pengembangan dunia pendidikan secara umum. PI mencakup tiga kelompok kegiatan, yaitu: a) presentasi pada forum ilmiah, sebagai narasumber pada seminar, lokakarya ilmiah dan diskusi ilmiah; b) publikasi ilmiah hasil penelitian atau gagasan inovatif pada bidang pendidikan formal mencakup pembuatan laporan hasil penelitian pada bidang pendidikan di sekolah, tulisan ilmiah popular pendidikan formal dan pembelajaran pada satuan pendidikan; c) publikasi buku teks pelajaran, buku pengayaan, buku bidang pendidikan, karya hasil terjemahan dan buku pedoman guru. Dari ketiga kelompok kegiatan pada PI tersebut, PTK berkaitan dengan kelompok kedua yakni publikasi ilmiah hasil penelitian atau
gagasan inovatif pada pendidikan formal mencakup
pembuatan laporan hasil penelitian pada bidang pendidikan di sekolah. Pada kegiatan PI, guru sangat disarankan membuat PTK
23 daripada penelitian lainnya. Hal ini dikarenakan dengan melakukan PTK, guru dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Implikasi lebih lanjut dengan adanya peningkatan kualitas pembelajaran tersebut diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik. Setelah guru melakukan PTK, maka PTK tersebut harus diseminarkan pada tingkat MGMP maupun nasional kemudian setelah diseminarkan, PTK tersebut dibuat jurnal sebagai bentuk kajian ilmiah yang telah dilakukan guru. 3) Pelaksanaan Karya inovatif Karya inovatif (KI) adalah karya yang bersifat pengembangan, modifikasi atau penemuan baru sebagai bentuk kontribusi guru terhadap peningkatan kualitas proses pembelajaran di sekolah dan pengembangan dunia pendidikan, sains atau teknologi, dan seni. Karya inovatif ini mencakup: a) penemuan teknologi tepat guna kategori kompleks atau sederhana; b) penemuan atau penciptaan atau pengembangan karya seni kategori kompleks atau sederhana; c) pembuatan atau modifikasi alat pelajaran, peraga, praktikum kategori kompleks atau sederhana; d) penyusunan standar, pedoman, dan soal pada tingkat nasional maupun provinsi. Karya yang dihasilkan secara bersama, dilaksanakan maksimum oleh empat orang guru, yang terdiri atas peneliti utama dan peneliti pembantu. Jumlah peneliti pembantu paling banyak tiga orang. Besaran nilai angka kredit yang diberikan atas kegiatan PI dan KI yang dilakukan oleh beberapa guru dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Angka Kredit Bagi Guru yang Melakukan Kegiatan PI dan KI Jumlah Guru yang Pemberian Angka Kredit Melakukan Kegiatan Peneliti Peneliti Peneliti Peneliti PI dan KI Utama Pembantu I Pembantu II Pembantu III 1 orang 100% 2 orang 60% 40% 3 orang 50% 25% 25% 4 orang 40% 20% 20% 20% Sumber: Kemendiknas dalam Utomo (2012:3)
24 Besaran nilai angka kredit untuk PKB sebagai syarat kenaikan jabatan guru disajikan dalam tabel berikut ini: Tabel 2. Nilai Angka Kredi untuk PKB Dari Jabatan
Ke Jabatan
Guru Pertama golongan III/a Guru Pertama golongan III/b Guru Muda golongan III/c Guru Muda golongan III/d Guru Madya golongan IV/a
Guru Pertama golongan III/b Guru Muda 4 golongan (empat) III/c Guru Muda golongan III/d Guru Madya golongan IV/a Guru Madya golongan IV/b
Jumlah angka Macam PI/KI yang wajib ada kredit -
6 (enam) 8 (delapan) 12 (duabelas)
Bebas pada jenis karya publikasi ilmiah & karya inovatif Bebas pada jenis karya publikasi ilmiah & karya inovatif Minimal terdapat 1(satu) laporan hasil penelitian
Minimal terdapat 1(satu) laporan hasil penelitian dan 1 (satu) Artikel yang dimuat di jurnal yang ber- ISSN Guru Madya Guru Madya 12 Minimal terdapat 1(satu) golongan golongan (duabelas) laporan hasil pene-litian dan IV/b IV/c 1 (satu) Artikel yang dimuat di jurnal yang ber- ISSN Guru Madya Guru Utama 14 Minimal terdapat 1(satu) golongan golongan (empatbelas) laporan hasil penelitian dan IV/c IV/d 1 (satu) artikel yang dimuat di jurnal yang ber- ISSN dan 1 (satu) buku pelajaran atau buku pendidikan yang ber-ISBN Guru Utama Guru Utama 20 Minimal terdapat 1(satu) golongan golongan (duapuluh) laporan hasil penelitian dan IV/d IV/e 1 (satu) artikel yang dimuat di jurnal yang ber- ISSN dan 1 (satu) buku pelajaran atau buku pendidikan yang ber-ISBN Sumber: Kemendiknas dalam Rahmatiah (2013:4)
25
d. Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Salah Satu Bentuk Kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) adalah kegiatan melaksanakan pengembangan diri, membuat publikasi ilmiah dan membuat karya inovatif. Salah satu bentuk tindakan reflektif
pada
publikasi
ilmiah
dapat
dilakukan
dengan
mengadakan PTK. PTK merupakan salah satu bentuk publikasi ilmiah yang dapat dilakukan guru. Dari berbagai jenis publikasi ilmiah yang ada, guru sangat disarankan untuk melakukan PTK. Hal
ini
dikarenakan
dengan
adanya PTK,
guru
mampu
memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran yang dapat berimplikasi pada peningkatan hasil belajar peserta didik dan kompetensi professional guru sebagai tenaga pendidik (Widoyoko, 2012:4 dan Pulungan, 2015:2). Tujuan utama melakukan PTK adalah untuk memecahkan permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran. Kegiatan penelitian ini tidak saja bertujuan untuk memecahkan masalah tetapi sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan dengan tindakan yang dilakukan (Kemendikbud dalam Widoyoko, 2012:4). Mengingat PTK penting dilakukan guru maka kedudukan PTK diperkuat dengan adanya Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Birokrasi Reformasi Nomor 16 Tahun 2009 dan Peraturan Mendiknas Bersama Kepala BKN Nomor 3 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional dan Angka Kredit Guru. Pada kedua aturan tersebut menegaskan bahwa bagi guru yang ingin naik pangkat dari golongan IIIB ke IIIC harus sudah melakukan publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif. Pada publikasi ilmiah guru sangat disarankan untuk melakukan PTK.
26 Rasionalitas dari adanya kedua peraturan tersebut menurut Kemendikbud (2014:3) dikarenakan mulai golongan IIIB ke IIIC kegiatan PKB guru fokus pada peningkatan kompetensi guru. Salah satu cara untuk meningkatkan kompetensi guru dapat dilakukan dengan mengadakan PTK. Penjelasan lebih lengkap mengenai pengembangan karir guru sesuai dengan golongan kepangkatan dan jabatan fungsional guru dapat dilihat pada gambar kerangka pengembangan karir guru berikut ini:
Gambar 3. Kerangka Pengembangan Karir Guru e. Hubungan Kompetensi Profesional dan Penelitian Tindakan Kelas dengan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Guru profesional adalah guru yang memiliki empat kompetensi pokok yakni kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian. Kompetensi pokok yang harus dimiliki oleh seorang guru profesional dapat ditingkatkan
melalui
beberapa
cara.
Supriatna
(2013:3)
menyatakan bahwa salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan profesionalisme seorang guru dapat dilakukan dengan melakukan PTK. Pernyataan yang dikemukakan oleh
27 Supriatna (2013:3) tersebut diambil dari amanat Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 yang menyatakan bahwa diantara standar isi kompetensi guru berupa kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional terdapat unsur PTK sebagai ciri guru profesional. Berdasarkan keempat kompetensi pokok yang harus dimiliki oleh seorang guru profesional tersebut, PTK dapat berkontribusi terutama pada peningkatan kompetensi profesional guru. Ada beberapa indikator untuk mengukur kompetensi profesional guru. Indikator-indikator
tersebut
adalah:
(1)
menguasai
materi
pembelajaran dan pola pikir keilmuan yang mendukung pelajaran yang diampu; (2) menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran atau bidang pengembangan yang diampu; (3) mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif; (4) mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif; (5) memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri. Berdasarkan kelima indikator kompetensi profesional guru tersebut, PTK berhubungan dengan indikator keempat
yakni
mengembangkan
keprofesionalan
secara
berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. Tindakan reflektif pada PKB terdiri atas tiga hal yaitu mengembangkan diri, melakukan publikasi ilmiah dan karya inovatif. PTK termasuk salah satu tindakan reflektif yang dapat dilakukan pada kegiatan publikasi ilmiah. Pada publikasi ilmiah menurut Kemendikbud (2014:11) terdapat sepuluh tindakan reflektif yang dapat dilakukan oleh guru yaitu presentasi di forum ilmiah, hasil penelitian berupa PTK, melakukan tinjauan ilmiah, menulis ilmiah populer, artikel ilmiah, membuat buku pelajaran, modul/diktat, buku dalam bidang penddikan, membuat karya terjemahan dan buku pedoman guru. Dari kesepuluh tindakan
28 reflektif yang dapat dilakukan guru dalam publikasi ilmiah, guru disarankan untuk melakukan penelitian berupa PTK. Hal ini dikarenakan dengan adanya PTK, guru mampu mendiagnosis permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran yang dapat berimplikasi pada peningkatan kualitas pembelajaran dan hasil belajar peserta didik. Adanya PTK sebagai salah satu bentuk PKB mempunyai dua tujuan yaitu meningkatkan kualitas pembelajaran dan terpenuhinya tujuan administratif guru. Adanya PTK dapat membantu guru untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. Implikasi lebih lanjut dengan adanya perbaikan kualitas pembelajaran tersebut adalah mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik. Tujuan
administratif
adanya
PTK
bagi
guru
adalah
terpenuhinya salah satu syarat kenaikan pangkat pada golongan tertentu. Tujuan administratif lainnya yang dapat didapatkan guru yang melakukan PTK adalah dapat berkontribusi pada penilaian kinerja dan PKB guru. Penilaian kinerja guru dapat diukur melalui kegiatan Uji Kompetensi Guru (UKG). Pada UKG guru yang mempunyai nilai penilaian kinerja di bawah standar minimal maka diwajibkan untuk mengikuti PKB. Kegiatan PKB yang diikuti dapat berupa diklat lanjutan dan diklat pengembangan. Pada kedua diklat tersebut guru dapat mengikuti diklat mengenai PTK yang dapat meningkatkan pemahaman guru terkait dengan PTK. Desain penilaian kinerja dan PKB guru selengkapnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini (Kemendikbud, 2014:22):
29
Gambar 4. Desain Penilaian Kinerja dan PKB Guru 5. Upaya yang Dapat Dilakukan Pihak Sekolah Menurut Anggraeni (2014:45) upaya yang dapat dilakukan pihak sekolah untuk mendorong guru untuk melakukan PTK dapat dilakukan dengan memberikan sosialisasi dan menginformasikan pentingnya pelaksanaan PTK dan mengingatkan serta menggerakkan guru agar bisa melakukan PTK. Pihak sekolah juga dapat berkontribusi dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami guru untuk melakukan PTK. Salah satu cara untuk berkontribusi dalam mengatasi kesulitan tersebut dapat dilakukan dengan mengadakan program PTK di sekolah. Program PTK di sekolah dapat dibimbing langsung oleh pihak yang telah berkompeten melakukan PTK seperti kepala sekolah ataupun bekerjasama dengan instansi lain seperti LPMP dan LPTK. Upaya lebih lanjut yang dilakukan pihak sekolah untuk melancarkan program PTK dapat dilakukan dengan menyelenggarakan pelatihan komputer bagi guruguru yang masih mengalami kesulitan dalam mengoperasikan komputer,
30 mengadakan pelatihan melaksanakan PTK dan bimbingan penyusunan laporan penelitian serta menyediakan buku-buku penelitian. 6. Analisis Kesulitan–Kesulitan yang dialami Guru untuk Melakukan Penelitian Tindakan Kelas Adanya Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Birokrasi Reformasi Nomor 16 Tahun 2009 dan Peraturan Mendiknas Bersama Kepala BKN Nomor 3 Tahun 2010 yang telah resmi berlaku pada 1 Januari 2013 pada kenyataannya justru membuat golongan kepangkatan guru mengalami stagnasi pada golongan IVA. Hal ini dikarenakan untuk naik ke jenjang kepangkatan berikutnya, guru diharuskan menulis karya ilmiah seperti PTK. Selain karena belum melakukan PTK, stagnasi kenaikan pangkat guru juga disebabkan hal lain seperti PTK yang diajukan guru merupakan hasil jiplakan dari skripsi,tesis atau laporan penelitian lainnya (Suhardjono dalam Widoyoko, 2012:3). Atas dasar uraian tersebut, dapat diketahui bahwa masih banyak guru yang mengalami kesulitan untuk melakukan PTK. Berikut peneliti paparkan teori penyebab kesulitan yang dialami guru untuk melakukan PTK. Penyusunan data ini berasal dari artikel ilmiah, jurnal maupun penelitian terdahulu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Anggraeni (2014:100), Pati (2014:67), Drajati (2015:240), Trisdiono (2014:1) dan artikel ilmiah yang ditulis oleh Saipurrahman (2015:1) dapat diketahui bahwa kesulitan yang dialami guru untuk melakukan PTK disebabkan oleh hal–hal berikut: a. Adanya persepsi sibuk di dalam benak guru dan adanya persepsi bahwa PTK dapat membebani tugas seorang guru, memerlukan banyak waktu dan biaya; b. Minimnya pengalaman guru dalam melakukan kegiatan penelitian; c. Belum memiliki pemahaman yang baik mengenai PTK sehingga permasalahan yang dihadapi di kelas tidak mampu guru deskripsikan dalam bentuk tulisan untuk dilakukan penelitian guna memperoleh solusinya. Implikasi lebih lanjut dari kurangnya pemahaman guru
31 adalah terhambatnya proses kenaikan pangkat karena kurangnya komponen penelitian yang dilakukan; d. Adanya pemahaman yang kurang mengenai profesi yang digeluti, utamanya yang berhubungan dengan PKB yang menunjang angka kredit guru; e. Adanya budaya kurang membaca; f. Tidak ada anggaran dana; g. Usia guru yang sudah tidak memungkinkan melakukan PTK; h. Kegiatan penataran atau pelatihan PTK yang belum optimal; i. Sulit menyusun kalimat ilmiah yang disebabkan terbatasnya tulisan ilmiah yang dibaca; j. Sulit menyusun kajian teori yang disebabkan karena tidak cukup tersedianya referensi dalam berbagai bentuk seperti buku, jurnal, akses internet, dan perpustakaan. B. Kerangka Berpikir Berdasarkan latar belakang masalah dan kajian teoritik dapat diketahui bahwa dalam keprofesionalan seorang guru terdapat empat kompetensi pokok yang harus dimiliki yaitu kompetensi pedagogik, professional, sosial dan kepribadian. Kompetensi pokok tersebut dapat ditingkatkan melalui beberapa cara salah satunya dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dari keempat kompetensi pokok tersebut, PTK dapat berkontribusi terutama pada peningkatan kompetensi profesional guru. Ada beberapa indikator untuk mengukur kompetensi profesional guru yaitu (1) menguasai materi pembelajaran dan pola pikir keilmuan yang mendukung pelajaran yang diampu; (2) menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran atau bidang pengembangan yang diampu; (3) mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif; (4) mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif; (5) memanfaatkan
Teknologi
Informasi
dan
Komunikasi
(TIK)
untuk
berkomunikasi dan mengembangkan diri. Berdasarkan kelima indikator
32 kompetensi profesional tersebut, PTK berhubungan dengan indikator keempat yakni
mengembangkan
keprofesionalan
secara
berkelanjutan
dengan
melakukan tindakan reflektif. Tindakan reflektif yang dapat dilakukan oleh guru pada Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) ada tiga yaitu Pengembangan Diri (PD), melakukan Publikasi Ilmiah (PI) dan Karya Inovatif (KI). Pada PI ada sepuluh macam tindakan reflektif yang dapat dilakukan guru yakni presentasi di forum ilmiah,hasil penelitian berupa PTK, melakukan tinjauan ilmiah,tulisan ilmiah populer,artikel ilmiah, buku pelajaran, modul/diktat, buku dalam bidang pendidikan, karya terjemahan dan buku pedoman guru. Dari berbagai tindakan reflektif pada kegiatan publikasi ilmiah, guru sangat disarankan untuk melakukan PTK. Hal ini dikarenakan dengan adanya PTK guru mampu memperbaiki kualitas pembelajaran yang dapat berimplikasi pada peningkatan hasil belajar siswa dan profesional guru. Implikasi lebih lanjut dari peningkatan keprofesionalan seorang guru adalah dapat berpengaruh pada perolehan angka kredit guru. Angka kredit adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan dan akumulasi nilai butir kegiatan yang harus dicapai oleh seorang guru dalam rangka pembinaan karir kepangkatan dan jabatan guru. Angka kredit guru terdiri atas dua komponen yaitu Penilaian Kinerja Guru (PKG) dan PKB. PKG merupakan penilaian terhadap kegiatan tugas utama guru dalam rangka pembinaan karir kepangkatan dan jabatan. Sedangkan PKB merupakan kegiatan pengembangan diri, membuat publikasi ilmiah, dan atau membuat karya inovatif. Nilai yang didapatkan dari PKG dan PKB kemudian diakumulasi menjadi angka kredit guru. Angka kredit tersebut akan berpengaruh dalam kenaikan pangkat dan jabatan fungsional guru. Kedudukan PTK sebagai salah satu komponen yang harus dipenuhi untuk keperluan kenaikan pangkat guru diperkuat dengan adanya Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Birokrasi Reformasi Nomor 16 Tahun 2009 dan Peraturan Mendiknas Bersama Kepala BKN Nomor 3 Tahun 2010. Tujuan adanya kedua peraturan tersebut yaitu mampu mendorong minat
33 dan meningkatkan kemampuan meneliti guru serta menulis Karya Tulis Ilmiah (KTI) terutama pada PTK. Adanya kedua peraturan baru yang telah resmi diberlakukan pemerintah pada 1 Januari 2013 pada kenyataannya justru membuat golongan kepangkatan guru mengalami stagnasi pada golongan IVA. Hal ini dikarenakan untuk naik ke jenjang kepangkatan berikutnya, guru diharuskan menulis KTI terutama berupa PTK. Selain karena belum melakukan PTK, stagnasi kenaikan pangkat guru juga disebabkan hal lain seperti PTK yang diajukan guru merupakan hasil jiplakan dari skripsi, tesis atau laporan penelitian lainnya (Suhardjono dalam Widoyoko, 2012:3). Belum banyaknya guru yang melakukan PTK juga terjadi pada guru yang mengajar mata pelajaran ekonomi pada salah satu SMA di Surakarta, dimana dari lima orang guru ekonomi hanya ada satu guru yang melakukan atau mempublikasikan PTK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab sebagian besar guru ekonomi belum melakukan PTK dan upaya yang telah dilakukan oleh pihak sekolah untuk mendorong dan mengatasi kesulitan yang dialami guru ekonomi untuk melakukan PTK. Berikut disajikan kerangka berpikir dalam bentuk skema agar mempermudah pembaca untuk memahami alur pemikiran pada penelitian ini.
34 Indikator Ke1
Kompetensi Guru
Kompetensi Pedagogik
Indikator Ke 2
Kompetensi Profesional
Indikator Ke 3
PD
Kompetensi Sosial
Indikator Ke 4
PI
Kompetensi Kepribadian
Indikator Ke5
KI
Publikasi ilmiah yang dapat dilakukan guru ada sepuluh. Dari berbagai tindakan reflektif pada publikasi ilmiah tersebut, guru disarankan untuk melakukan PTK.
Memperbaiki kualitas pembelajaran
Peningkatan hasil belajar peserta didik
Peningkatan Keprofesionalan Guru Angka Kredit Guru
Kenaikan Pangkat Guru Kenaikan Jabatan Guru
PKB
PD
PI
PTK
PKG
KI Kedudukan PTK sebagai penunjang kenaikan pangkat guru diperkuat dengan Permenpan-RB No 16 Tahun 2009 dan Permendiknas bersama Kepala BKN No 3 Tahun 2010 yang resmi berlaku secara efektif pada 1 Januari 2013
Belum banyak guru yang melakukan PTK Belum banyak guru yang melakukan PTK juga terjadi pada salah satu SMA di Surakarta, dimana dari lima ekonomi hanya ada satu guru yang telah melakukan PTK.
Penyebab sebagian besar guru ekonomi belum melakukan PTK?
Adanya penemuan hasil PTK yang diajukan guru merupakan hasil jiplakan dari skripsi/tesis atau laporan penelitian lainnya (Suhardjono dalam Widoyoko, 2012:3).
Upaya yang sudah dilakukan pihak sekolah dalam mendorong dan mengatasi kesulitan guru untuk melakukan PTK?
Gambar 5. Skema Kerangka Berpikir