BAB II KAJIAN DATA DAN PUSTAKA
II.1 Multimedia Interaktif Menurut Vaughan (2004), dalam artikelnya bagian pertama menjelaskan multimedia merupakan kombinasi antara teks, seni, suara, gambar, animasi, dan video yang disampaikan dengan komputer atau dimanipulasi secara digital dan dapat disampaikan atau dikontrol secara interaktif. Dalam bukunya Binanto (2010) menjelaskan ada tiga jenis multimedia, yaitu :
Multimedia Interaktif Pengguna multimedia interaktif ini dapat mengontrol apa dan kapan sebuah informasi yang disediakan untuk ditampilkan atau disampaikan ke penggunanya.
Multimedia Hiperaktif Multimedia Hiperaktif ini memiliki struktur dari beberapa elemen yang saling terkait dengan pengguna, sehingga pengguna dapat mengarahkannya. Multimedia
hiperaktif
ini
mempunyai
banyak
tautan
(link)
yang
menghubungkan elemen-elemen multimedia yang ada.
Multimedia Linier Pada multimedia linier pengguna hanya dapat menonton dan menikmati produk multimedia tersebut yang disajikan dari awal hingga akhir. Bentuk interaksi yang digunakan dalam multimedia linier ini bersifat satu arah.
Penggunaan multimedia interaktif saat ini mulai beragam, baik digunakan dalam berbisnis, lingkungan sekolah, dirumah, dan ditempat umum. Karena fungsi dari multimedia menurut Jay Sandom, Einstein & Sandom (yang dikutip oleh Tay Vaughan, 2011) yakni menunjukkan bahwa jika seseorang dirangsang dengan menggunakan audio atau suara menunjukan tingkat efektifitasnya memiliki persentase 20 persen dalam kemampuan untuk mengingat informasi yang disampaikan. Jika pembelajaran menggunakan audio-visual, persentase yang dicapai hingga 30 persen dalam kemampuan untuk mengingat informasi yang
4
disampaikan, dan jika menggunakan multimedia interaktif, yakni menggunakan audio, visual, dan melibatkan pengguna dalam pembelajaran, maka tingkat efektifitasnya hingga 60 persen dalam kemampuan untuk mengingat informasi yang disampaikan. Menurut Suyanto (2004), ada dua jenis multimedia non linier atau biasa disebut dengan
multimedia
interaktif,
yakni
multimedia
interaktif online
dan
offline. Multimedia interaktif online adalah jenis multimedia yang penyajiannnya menggunakan internet dan Multimedia interaktif offline adalah multimedia interaktif
yang
penyajiannya
tanpa
menggunakan
internet
contohnya
menggunakan CD interaktif dan lain-lain. II.2 Perang Badar Perang adalah pertempuran antara dua pasukan atau lebih untuk mencapai tujuan yaitu kemenangan. Dalam peperangan, disitulah penentu antara pasukan yang kalah atau pasukan yang menang. Dalam perang tentu adanya rencana atau strategi bagaimana untuk mengalahkan musuh. Dengan adanya strategi perang yang baik maka perang yang dilakukan dapat berjalan dengan efektif dan akan mendapatkan kemenangan. Jika strategi dalam berperang tidak berjalan dengan baik maka akan berdampak fatal dalam berperang sehingga mendapatkan kekalahan.
Gambar II.1 Ilustrasi pasukan Muslim perang Badar Sumber : http://4.bp.blogspot.com/_yBRBCJRzows/S6OVQyifxsI/AAAAAAAAAEU/9a9N2JZTbRI/s320/t aliban.jpg (17/5/2015)
5
Pandangan peperangan dalam Islam saat ini menimbulkan banyak pertentangan. Mulai dari perang sebagai perebutan tanah kekuasaan, perebutan harta, perebutan tahta, sampai dengan perang sebagai ajang balas dendam. Hakikatnya hal tersebut tidak dibenarkan dalam Islam, walaupun peperangan sendiri diperbolehkan dengan tujuan tertentu. Peperangan dapat dilakukan apabila melibatkan agama untuk mempertahankan kesuciannya. Perang dilakukan untuk menegakan hukum Allah, yang menjamin kesejahteraan dan pengajaran bagi umat manusia. Dalam firman Allah SWT menurunkan wahyu yang mengizinkan orang-orang islam berperang, yang isinya : “Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu.” (Q.S Al-Hajj [22]: 39) “Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui.” (Q.S Al-Baqarah [02]: 216) Dalam hal ini walaupun perang telah diizinkan oleh Allah SWT, perang hanya bertujuan untuk menghilangkan kebatilan dan menegakan ajaran agama Islam. Perang bukan menjadi solusi dalam menyelesaikan sesuatu. Artinya peperangan bisa terjadi dengan alasan dan tujuan yang jelas. Saat ini bentuk penyelesaian masalah tidak dengan berperang, melainkan dengan cara yang lebih baik seperti diselesaikan dengan cara kekeluargaan atau dengan hukum yang berlaku. Berpegang teguhlah dalam kebaikan dalam menyelesaikan masalah dan menghindari perbuatan-perbuatan kemungkaran. Seperti yang tertuang dalam firman Allah SWT : ”(Yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di bumi, niscaya mereka mendirikan solat, menunaikan zakat, menyuruh perbuatan yang ma‟ruf dan mencegah dari perbuatan yang munkar.” (Q.S Al-Hajj [22]: 41) Pada dasarnya Nabi sangat membenci melakukan peperangan, bahkan terhadap orang musyrik sekalipun. Peperangan yang terjadi pada zaman Nabi Muhammad
6
SAW bukanlah keinginan Nabi, melainkan Nabi lebih suka berdamai dan menjadi perjanjian, yang tercantum dalam firman Allah SWT : “Tetapi jika mereka condong kepada perdamaian, maka terimalah dan bertaqwallah kepada Allah. Sesungguhnya, Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (Q.S Al-Anfal [08]: 61) Dengan firman Allah SWT tersebut mengantarkan pada umatnya bahwa nilai-nilai perdamaian, kebaikan, dan ketaqwaan yang senantiasa diprioritaskan dalam menyelesaikan sesuatu. Nabi melakukan peperangan memiliki alasan dan tujuan yang jelas, ada tiga alasan Nabi berperang menurut Nizar Abazhah dalam bukunya yang berjudul Perang Muhammad (2011: h.327) sebagai berikut : “Pertama, melayani serangan musuh, seperti yang terjadi pada Perang Badar, Uhud, dan Khandaq. Nabi meladeni perang-perang itu untuk mempertahankan diri. Kedua, memberi pelajaran terhadap musuh yang mencari gara-gara atau bersengkokol mengganggu kaum muslim meskipun sudah ada nota perjanjian atau kerjasama. Ketiga, menggagalkan rencana musuh yang mengancam kaum muslim.” Dalam tiga alasan tersebut, membuktikan bahwa perang terjadi bukan keinginan Nabi dalam berperang, melainkan untuk mempertahankan diri. Kaum Muslim tidak memicu peperangan, karena sesungguhnya mereka tidak memusuhi siapapun. Bahkan kaum muslim rela untuk menolong serta membantu, musuh yang terluka, sakit, dan tertawan. Kaum Muslim hanya ingin mengedepankan kedamaian. Arti dari Islam sendiri berasal dari kata salam (damai, sejahtera), dan salam adalah salah satu asma Allah SWT. Islam tidak memperbolehkan perang kecuali dalam situasi tertentu. Nabi Muhammad SAW tidak pernah memerangi suatu kaum tanpa menyeru mereka kepada Islam terlebih dahulu. Nabi selalu berpesan kepada pimpinan, pasukan dan segenap anggotanya agar berprilaku baik, khususnya untuk bertaqwa kepada Allah SWT (Nizar Abazhah, 2011: h.337). Pada zaman Nabi Muhammad SAW, telah terjadinya perang yang tidak bisa dihindarkan. Menjadi salah satu perang pertama dalam Islam dengan motif ingin mengembalikan kestabilan ekonomi yang buruk saat itu yakni perang Badar.
7
Perang Badar merupakan peperangan yang terjadi antara kaum Muslimin dan kaum Quraisy. Kaum Quraisy ialah sebagai nama pengganti dengan kaum kafir Makkah. Dimana kaum tersebut yang terus menerus mengegerkan kaum Muslim karena ketidaksukaan dan kedengkian terhadap Nabi Muhammad SAW yang berdakwah untuk penyebaran Islam. Nama Badar adalah mata air yang terkenal yang berada diantara Makkah dan Madinah. Nama Badar sendiri berasal dari seseorang yang bernama Badar, maka mata air tersebut dinamakan sama dengan nama pemiliknya yakni Badar. Badar terkenal karena adanya peperangan yang terjadi pada 17 Ramadhan 2 Hijriah atau 13 Maret 624 Masehi dengan sebutan perang Badar. Dimana perang Badar ialah perang pertama antara kaum Muslim dan kaum Quraisy (Dar Al-Ilm, 2011).
Gambar II.2 Illustrasi perampasan harta kaum Muslimin di Madinah Sumber : http://youtube.com/watch?v=IjvsM89q3mM (14/4/2015)
Perang ini terjadi karena kaum Quraisy mengambil alih secara sepihak harta benda kaum Muslim, mengusir kaum Muslim, dan kaum Muslim juga mendapatkan perlawanan dari kaum Quraisy untuk berperang. Dengan harta yang dijarah oleh kaum Quraisy, hal ini membuat perekonomian kaum Muslimin menjadi tidak stabil. Maka hal inilah yang membuat perang Badar itu terjadi. Seperti wahyu yang di turunkan oleh Allah SWT (Nizar Abazhah, 2011: h.43), yang berisi : “Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang berperang pada bulan haram. Katakanlah : “Berperang pada bulan itu adalah (dosa) besar. Tetapi menghalangi (orang) dari jalan Allah, ingkar kepada-Nya, (menghalangi orang 8
masuk) Masjidil Haram, dan mengusir penduduk dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) dalam pandangan Allah. Sedangkan fitnah lebih kejam dari pada pembunuhan.” (Q.S Al-Baqarah [02]: 217) Wahyu tersebut yang menjadikan perang di bulan suci menjadi dihalalkan oleh Nabi. Walaupun Nabi tetap menyesalinya bahwa memerintahkan pasukannya untuk berperang di bulan suci Ramadhan. Perang Badar ini berlangsung dengan sangat sengit, terjadinya petumpah darahan antara kaum Muslim dan kaum Quraisy. Pada akhirnya perang Badar ini dengan pertolongan Allah SWT dapat di menangkan oleh kaum Muslimin. Sehingga kaum Muslim mendapatkan jarahan harta hasil perang yang membuat ekonominya menjadi stabil kembali. Berikut adalah penjabaran tentang perang Badar mulai dari persiapan hingga berakhirnya perang Badar : 1. Kekuatan Pasukan Kaum Muslimin Dalam Perang Badar Kekuatan pasukan perang Badar, Nabi Muhammad SAW berangkat dengan kekuatan 313 prajurit teridiri dari kaum Muhajirin dan Ansar. Dalam keterangan lain menurut Syekh Syafiur dalam bukunya yang berjudul Sirah Muhammad (1993: h.301) menyebutkan “Rasulullah SAW berangkat dengan 313 pasukan terdiri dari 82 dari kaum Muhajirin, 61 dari Aus, dan 170 dari Khazraj.” Dengan mengiring dan menunggangi tujuh puluh ekor unta, yang ditunggangi secara bergantian dan dua ekor kuda, sedangkan sisanya berjalan kaki (Nizar Abazhah, 2011: h.52). Pengaturan pasukan barisan yang direncankan oleh Nabi Muhammad SAW, yakni Mush’ab bin Umair tampil di depan membawa bendera putih, satu bendera hitam disebut dengan al-Uqab (si Elang) yang dipegang oleh Ali bin Abi Thalib pasukan Muslimin dari kalangan Muhajirin, dan satu bendera lagi dipegang oleh Sa’d bin Mu’adz ialah komandan dari sayap kanan, sayap kiri dipegang oleh Al-Miqdad bin Amr dengan mengunggang kuda. Karena Sa’d ibn Mu’adz dan Miqdad bin Amr yang baik dalam menunggang kuda dalam pasukan tersebut. Pertahanan garis belakang diserahkan kepada Qais bin Sha’sha’ah. Komando tertinggi tetap dipegang oleh Nabi Muhammad SAW sendiri (Syekh Syafiur, 1993: h.301-302).
9
Gambar II.3 Illustrasi pasukan penyerang kaum Muslim di perang Badar Sumber : http://forumkomunikasiremajamasjid.files.wordpress.com/2013/12/perangbadar.jpgFMw/s1600/lokasi+Badar.jpg (16/4/2015)
Kemudian Nabi Muhammad SAW berangkat dari kota Madinah bersama pasukan ini, berjalan melewati jalur menuju Makkah, melewati mata air Badar. Selain itu, kekuatan pasukan kaum Quraisy awal mulanya ada 1300 orang. Dengan seratus kuda, enam ratus baju besi, dan unta yang cukup banyak jumlahnya. Dengan komando tertinggi yang dipegang oleh Abu Jahal bin Hisyam. (Syekh Syafiur, 1993: h.301-302).
Gambar II.4 Illustrasi Pasukan penyerang Kaum Quraisy di perang Badar Sumber : http://takusahrisau.files.wordpress.com/2012/05/800px-myrbachcharge_of_the_mamluks.jpg (16/4/2015)
10
Setelah
persiapan
dianggap
matang,
kaum
Quraisy pun
berangkat
meninggakan Makkah. Sikapnya telah digambarkan dalam firman Allah SWT, yang artinya : “… dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya‟ kepada manusia, serta menghalangi (orang) dari jalan Allah.” (Al-Anfal [08]: 47). Mereka datang seperti yang telah di gambarkan oleh Rasulullah SAW, Dengan membawa kemarahan dan senjata mereka. Kaum Quraisy adalah musuh Allah dan Rasulnya. Kaum ini pergi dengan kemurkaan dan kedengkian terhadap rasulullah SAW serta sahabatnya, disamping untuk menyelamatkan kafilah dagang mereka. Mereka bergerak lurus ke utara menuju Badar (Syekh Syafiur, 1993: h.303). Dalam perjalanan dari pasukan Quraisy terjadinya keraguan, yakni dari Al-Akhnas bin Syariq. Al-Akhnas menyarankan kepada Abu Jahal untuk kembali ke Makkah. Dengan membawa pasukannya dari pasukan Zuhrah yang jumlahnya 300 orang untuk kembali ke Makkah. Namun, Abu Jahal tidak memaksa pasukan Zuhrah untuk kembali. Maka, pasukan Quraisy melanjutkan perjalanan menuju Badar dengan kekuatan 1000 orang. 2. Musyawarah Sebelum Perang Badar Perang Badar ini menjadi situasi yang sulit bagi Nabi. Nabi tidak ingin perang Badar ini terjadi. Musuh dengan segala kedengkian dan permusuhan serta dalam jumlah yang sangat tidak seimbang, yang membuat Nabi bertanyatanya apakah pasukannya dapat menghadapi mereka?”. Nabi meminta pendapat dan pertimbangan kepada sahabat-sahabatnya, Abu Bakar, Umar, dan Miqdad ibn Amr mendukung dengan perang Badar ini dan lebih baik maju terus. Seperti perkataan Miqdad ibn Amr yang tercantum dalam buku Syekh Syafiur dalam bukunya yang berjudul Sirah Muhammad (1993: h.306) dengan isinya : “Wahai Rasulullah, majulah terus seperti yang diperlihatkan Allah SWT kepada engkau. Demi Allah, kami tidak akan berkata kepada engkau sebagaimana Bani Israil yang berkata kepada musa: „pergi engkau bersama Rabbmu, lalu berperanglah kalian berdua. Sesungguhnya kami ingin duduk menanti disini saja‟. Demi yang mengutusmu dengan kebenaran, andai kata
11
engkau membawa kami ke dasar sumur yang gelap, maka kami pun siap bersama engkau hingga engkau mencapai tempat itu”.
Gambar II.5 Illustrasi musyawarah Nabi sebelum perang Badar Sumber : http://youtube.com/watch?v=IjvsM89q3mM (14/4/2015)
Setelah Miqdad berkata seperti itu, Nabi menjawab “bagus” dan mendoakan kebaikan bagi Miqdad. Kemudian Nabi meminta pendapat kepada perwakilan dari kaum Anshar karena kaum Anshar inilah jumlah mayoritas dalam pasukan. Kemudian Sa’ad ibn Mu’adz berdiri dan berkata yang tercantum dalam buku Syekh Syafiur dalam bukunya yang berjudul Sirah Muhammad (1993: h.307) dengan isinya : “Kami sudah beriman kepada engkau. Kami sudah membenarkan engkau. Kami telah bersaksi bahwa apa yang telah engkau bawa adalah benar. Kami sudah memberikan sumpah dan janji kami untuk patuh dan taat. Maka majulah Rasulullah seperti yang engkau kehendaki. Demi yang telah mengutus engkau dengan kebenaran. Tak seorangpun diantara kami yang akan mundur. Sesunguhnya kami dikenal orang-orang sabar dan jujur dalam pertempuran. Semoga Allah memperlihatkan kepada engkau tentang diri kami, bawalah kami bersama berkah Allah”.
12
Gambar II.6 Illustrasi kaum Quraisy mengajak duel di perang Badar Sumber : http://youtube.com/watch?v=IjvsM89q3mM (14/4/2015)
Nabi merasa senang dengan apa yang dikatakan sahabat-sahabatnya yang membuat semangat yang tinggi. Kemudian Nabi bersabda yang tercantum dalam buku Syekh Syafiur dalam bukunya yang berjudul Sirah Muhammad (1993: h.308) dengan isinya : “Majulah kalian dan terimalah kabar gembira, karena Allah telah menjanjikan satu dari dua pihak kepadaku. Demi Allah, seakan-akan saat ini aku bisa melihat tempat kematian mereka.” Berangkat dari situlah kaum Muslimin tetap maju dalam peperangan yang akan terjadi. Dengan pengamatan para sahabat-sahabat Nabi, musuh dari kaum Quraisy berjumlah antara sembilan ratus hingga seribu pasukan. Akan tetapi Nabi Muhammad SAW tetap berpegang teguh, optimis dan meyakinkan kepada para sahabat-sahabatnya dengan sabdanya yang tercantum dalam buku Nizar Abazhah dalam bukunya yang berjudul Perang Muhammad (2011: h.95) mengatakan “Makkah mengerahkan seluruh kekuatannya.” Dari situlah dengan motivasi yang diberikan oleh Nabi, pasukan kaum Muslimin menjadi optimis walaupun jumlah pasukan yang dimiliki kaum Muslimin tidak sebanding dengan pasukan kaum Quraisy. Mereka tetap yakin bahwa jika mereka berjihad kepada Allah SWT, maka Allah SWT pun akan menolong mereka.
13
3. Penyelidikan Rasulullah Sebelum Perang Badar Setelah musyawarah Rasulullah SAW melanjutkan perjalanan menuju suatu tempat yang disebut Ad-Dabbah dan meninggalkan Al-Hannan disebelah kanannya, yaitu sebuah bukit pasir yang menyerupai gunung yang kokoh, kemudian tibalah mereka di dekat Badar. Sesampainya di Badar, Nabi Muhammad SAW melakukan pengintaian untuk mencari informasi tentang pasukan Quraisy. Saat itu, Nabi berpapasan dengan seorang Arab yang sudah tua, Nabi langsung bertanya kepada kakek tersebut untuk diminta informasi. Dengan hasil yang diperoleh Nabi, bahwa pasukan Quraisy sudah sampai di tempat sekitar Badar. Sore harinya, Nabi mengirim beberapa mata-mata lagi untuk mengintai dan mencari informasi tentang musuh.
Gambar II.7 Map lokasi Perang Badar Sumber : http://i1256.photobucket.com/albums/ii484/dionysusxxyyzz/BadarKubra.jpg (15/4/2015)
Nabi memberi tugas kepada Ali bin Abi Thalib, Az-Zubair bin Al-Awwam dan Sa’ad bin Abi Waqqas, dengan beberapa orang lainnya. Mereka mengintai di daerah mata air Badar. Setelahnya mereka sampai di Badar, mereka menemukan dua orang yang diprediksi adalah pesuruh dari kaum Quraisy yang sedang mengambil air di mata air Badar tersebut. Kemudian dua orang tersebut langsung di belenggu dan dibawanya kehadapan Rasulullah SAW. Nabi mencari informasi tentang keberadaan kaum Quraisy dari dua orang pesuruh kaum Quraisy.
14
Gambar II.8 Illustrasi pengintaian antara kedua kaum di perang Badar Sumber : http://youtube.com/watch?v=IjvsM89q3mM (14/4/2015)
Setelah mendapatkan informasi berupa jumlah pasukan yang jumlahnya sekitar ratusan hingga ribuan, dan posisi kaum Quraisy yang berada di balik bukit dari kaum Muslimin berpijak. Nabi Muhammad SAW kemudian menghadap kearah pasukannya dan mengatakan, “Wahai semua orang, inilah Makkah yang telah menghantarkan jantung hatinya kepada kalian” (Syekh Syafiur, 1993: h.310). Pada malam itu Allah menurunkan hujan yang deras, hingga kaum Quraisy basah kuyup yang menghambat langkah mereka untuk maju dipeperangan. Tetapi bagi kaum Muslim hujan itu seakan menjadi simbol keberhasilan mereka dan menghilangkan jiwa-jiwa saitan dalam dirinya. Kondisi padang pasir yang semakin menjadi kasat mata, pasir menjadi kuat, tempat mereka menjadi rata dan hatipun menjadi satu untuk berjihad kepada Allah SWT (Syekh Syafiur, 1993: h.310). 4. Strategi Perang Badar Rasulullah SAW membawa pasukannya ke mata air Badar agar bisa mendahului pasukan dari Kaum Quraisy. Sesampainya pasukan kaum Muslim di Badar ada beberapa strategi perang yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dalam perang Badar, dan strategi perang ini muncul kerena saran dari sahabat-sahabatnya untuk mengantisipasi terhadap perlawanan musuh dari kaum Quraisy yang disetujui oleh Nabi diantaranya : a. Saran dari sahabat Nabi yaitu Hubab ibn al-Mundir yang menyarankan pasukan harus pindah ke mata air Badar terdekat, dan pasukan untuk 15
menetap disana. Selanjutnya, menimbun sumur-sumur kering dan membagun kolam diatasnya dengan berisikan air. Tujuannya agar saat berperang nanti, pasukan kaum Muslimin dapat minum, sedangkan dari kaum Quraisy tidak. b. Saran dari sahabat Nabi yaitu Sa’d ibn Mua’adz yang menyarankan untuk membangun rumah kecil di tengah-tengah kolam sebagai tempat khusus bagi Nabi untuk memberikan komando dan disiapkan tunggangan. Tujuannya saat perang nanti, sahabat-sahabat Nabilah yang akan maju dahulu untuk meladeni musuh, setelah itu Nabi bisa langsung menunggangi
dan
menyusul
peperangan
dari
belakang
sahabat-
sahabatnya. c. Saran dari sahabat Nabi yaitu Ashim ibn Tsabit yang menyarankan jika pasukan kaum Muslimin dikepung oleh musuh, maka lempari mereka dengan batu. Jangan mengancam mereka dengan pedang kecuali dengan terpaksa. Strategi inilah yang dilaksanakan untuk berperang melawan kaum Quraisy. Kemudian, Rasulullah SAW mempersiapkan pasukannya berkeliling disekitar arena yang akan menjadi wilayah pertempuran Badar. Sambil menunjukan jarinya dan bersabda, “Ini tempat kematiannya fulan esok hari InsyaAllah, dan ini tempat kematian fulan InsyaAllah”. Pada malam itu, Nabi Muhammad SAW lebih banyak mendirikan shalat di dekat batang sebuah pohon yang tumbuh di sana. Sedangkan kaum Muslim yang lain istirahat dengan berharap kabar gembira esok hari dari Allah SWT (Syekh Syafiur, 1993: h.312) 5. Pertempuran Perang Badar Perang Badar terjadi pada hari Jum’at, 17 Ramadhan 2 H. Pertempuran di awali dengan duel antara Al-Aswas bin Abdul-Asad, seorang laki-laki yang kasar dan buruk akhlaqnya. Al-Aswas pun keluar dari pasukan Quraisy dengan berkata, “Aku bersumpah kepada Allah. Aku benar-benar akan mengambil air dari kolam kalian, aku akan menghancurkannya, Aku lebih baik mati karenanya” (Syekh Syafiur, 1993: h.316). Hal ini di sambut oleh Hamzah bin Abdul-Muthtalib r.a. setelah saling berhadapan, Hamzah
16
langsung menyabet dengan pedang kepada Al-Aswas hingga kakinya putus dibagian betis dan darahnya keluar hingga mengenai rekan-rekannya. Setelah itu, munculah penunggang kuda dari kaum Quraisy yang handal, yang berasal dari satu keluarga yakni, Utbah bin Rabi’ah, Syaibah bin rabi’ah, dan AlWahid bin Utbah. Mereka adalah salah satu pemimpin pasukan dari kaum Quraisy. Mereka minta untuk adu tanding kemudian disambut oleh tiga utusan Nabi dari kaum Muslimin yakni, Ubaidah bin Al-Harits, Hamzah, dan Ali.
Gambar II.9 Illustrasi tiga pemimpin pasukan kaum Quraisy di perang Badar Sumber : http://youtube.com/watch?v=IjvsM89q3mM (14/4/2015)
Ubaidah yang paling tua diantara mereka, berhadapan dengan Utbah bin Rabi’ah, Hamzah berhadapan dengan Syaiban bin rabi’ah, dan Ali berhadapan dengan Al-Walid. Hamzah dan Ali tidak ada kesulitan untuk melawan pasukan dari Quraisy masing-masing melancarkan serangannya dua kali hingga dua kaum Quraisy itu terbunuh. lain halnya dengan Ubaidah yang sempat tertebas kakinya hingga putus oleh Utbah bin Rabi’ah hingga tergeletak dan lemas. Hamzah dan Ali langsung menghampiri Utbah dan membunuhnya, kemudian memapah Ubaidah kebarisan pasukan dan setelahnya Ubaidah meninggal dunia (Syekh Syafiur, 1993: h.317). Setelah beradu tanding, ini merupakan awal yang buruk bagi kaum Quraisy, karena mereka kehilangan tiga orang penunggang kuda yang handal dan sekaligus komandan pasukan mereka. Kemudian kemarahan mereka memuncak, kaum Quraisy langsung meyerang kaum Muslimin secara
17
serentak. Untuk meluruskan dan menata barisan, Nabi Muhammad SAW mengeluarkan perintah supaya pasukannya tidak memulai pertempuran.
Gambar II.10 Illustrasi tiga pemimpin pasukan kaum Muslim di perang Badar Sumber : http://youtube.com/watch?v=IjvsM89q3mM (15/4/2015)
Nabi juga menyampaikan petunjuk tentang peperangan yang tercantum dalam buku Syekh Syafiur dalam bukunya yang berjudul Sirah Muhammad (1993: h.316) dengan isi sabdanya : “Jika kalian merasa jumlah musuh kalian lebih banyak jumlahnya, maka lepaskanlah anak panah kepada mereka. Dahului mereka dalam melepaskan anak panah. Kalian tak perlu buru-buru menghunus pedang kecuali setelah mereka dekat dengan kalian”. Dengan pertempuran yang berlangsung dengan sengit. Secara bertahap pertempuran diawali dengan lemparan batu, anak panah, menusuk dengan tombak, kemudian bertarung dengan pedang. Nabi pun ikut terjun langsung dan Nabilah yang paling dekat dengan musuh. Tiba-tiba Rasulullah SAW diserang kantuk hanya dalam sekejap saja, kemudian beliau menegapkan kepalanya dengan berkata yang tercantum dalam buku Syekh Syafiur dalam bukunya yang berjudul Sirah Muhammad (1993: h.319) dengan isi “Bergembiralah wahai Abu Bakar, Inilah jibril yang datang di atas gulungangulungan debu.” Dalam waktu singkat, kaum Quraisy mulai berjatuhan menghadapi serbuan dari kaum Muslimin. Atas doa dari Nabi Muhammad SAW yang tercantum dalam buku Syekh Syafiur dalam bukunya yang berjudul Sirah Muhammad (1993: h.318) dengan isi do’anya :
18
“Ya Allah penuhilah bagiku apa yang Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, sungguh aku mengingatkan-Mu akan sumpah dan janji-Mu. Ya Allah, jika pasukan ini hancur pada hari ini, tentu Engkau tidak akan disembah lagi. Ya Allah, kecuali Engkau menghendaki untuk tidak disembah untuk selamalamanya setelah hari ini.” Ketia Nabi Muhammad dalam berdoa, tiba-tiba mantelnya terjatuh dari pundaknya. Abu Bakar sebagai sahabat nabi langsung mengambil mantel yang jatuh dan mengembalikan ke punda Nabi Muhammad SAW.
Gambar II.11 Illustrasi pasukan panah kaum Muslim di perang Badar Sumber : http://youtube.com/watch?v=IF1tDAp7Zoo (14/4/2015)
Pada akhirnya kaum Muslimin memenangkan peperangan Badar ini, dengan pertolongan Allah yang menurunkan para malaikat untuk membantu dalam perang Badar tersebut. Kekalahan yang diterima oleh kaum Quraisy ini menjadikan luka yang mendalam bagi kaum Quraisy dan kaum Kafir yang ada di Madinah. Pasukan Muslim yang wafat saat perang Badar terjadi berjumlah empat belas orang.
Gambar II.12 Illustrasi pertolongan Allah berupa badai debu di perang Badar Sumber : http://youtube.com/watch?v=IF1tDAp7Zoo (14/4/2015)
19
6. Pasca Perang Badar Peperangan telah usai dengan kekalahan telak dari pihak kaum Quraisy dan kemenangan dari kaum Muslimin. Orang-orang kaum Quraisy melarikan diri dari perang Badar, ada pula yang menjadi tawanan. Kemenangan Badar juga memperoleh luka yang sangat mendalam bagi sebagian penduduk Madinah yang belum beriman. Mereka tetap takut kepada kaum Muslimin, yang menjadikan mereka munafik terhadap Nabi, dengan melakukan permusuhan secara diam-diam.
Gambar II.13 Monumen nama-nama sahabat yang gugur di perang Badar Sumber : http://hajiumrahziarah.files.wordpress.com/2010/01/img_1455.jpg (16/4/2015)
Setelah mendapatkan kemenangan, Nabi dan pasukannya menetap di Badar selama tiga hari. Setelah itu pasukan Nabi bergerak menuju Madinah, dengan membawa tawanan dan hasil harta jarahan perang Badar. Saat perjalanan, Nabi membagikan harta tersebut diantara orang-orang Muslim dengan adil setelah mengambil seperlimanya. Kemudian Nabi dan pasukannya memasuki Madinah sebagai pihak yang membawa kemenangan. Sehari setelah di Madinah, para tawanan dibagikan kepada para sahabat Nabi. Tawanan inilah tetap diberlakukan dengan baik oleh Rasulullah. Setelah itu, betapa mengagumkannya shalat Idul fitri, mereka keluar dari rumah dengan meyerukan takbir, tahmid, dan tauhid. Hati mereka dipenuhi kecintaan kepada
20
Allah
yang
telah
memuliakan
umat
Muslim
dengan
nikmat
dan
pertolonganNya (Syekh Syafiur, 1993: h.341). Lalu Allah mengingtakan kepada mereka dengan firmannya : “Dan ingatlah (hai para muhajirin), ketika kalian masih sedikit tertindas di bumi (Makkah). Kalian takut orang-orang Makkah akan menculik kalian, maka Allah memberikan kalian tempat menetap (madinah) dan dijadikannya kalian kuat dengan pertolongan-Nya kalian rezeki dari yang baik-baik agar kalian bersyukur”. (Al-Anfal [08]: 26) II.3
Perang Badar Sebagai Pembelajaran Siswa
Perang Badar sebagai pembelajaran siswa, ini menjadi salah satu materi yang penting. Karena dalam materi ini menjelaskan tentang sejarah perang pertama dalam islam yakni perang Badar. Dalam perang Badar ini memiliki hikmah dan nilai-nilai yang dapat diambil oleh siswa. Salah satunya untuk meneladani sifat dan sikap Nabinya untuk kehidupan sehari-harinya, di antaranya :
Jiwa Yang Teguh Keteguhan hati dalam mempertahankan keimanannya kepada Allah SWT sebagai pondasi yang paling mendasar. Kekuatan inilah yang dapat menegakan dakwah perjuangan seseorang. Ini dicontohkan dalam perang Badar yakni ketika Nabi Muhammad SAW bermusyawarah dengan posisi pasukan harus dipertaruhkan secara mati-matian. Dan sahabat Nabi sama sekali tidak mengendorkan tekadnya untuk mundur dan terus maju. “Demi yang telah mengutusmu dengan kebenaran, andai kata engkau membawa kami ke dasar sumur yang gelap, maka kami pun siap bertempur bersama hingga engkau bisa mencapai tempat itu.” Inilah salah satu bukti keteguhan dalam mempertahankan keimanannya kepada Allah SWT.
Sikap Tabah dan Sabar Dalam setiap perjuangan pasti ada hambatan dan resiko, demikian dengan perjuangan Nabi, beliau menghadapi tantangan yang luar biasa dari para penantangnya. Hal demikian dihadapi oleh Nabi dan para sahabatnya dengan sikap tabah dan sabar. Ini dicontohkan dalam perang Badar yakni kaum Muslim harus tetap berperang pada bulan suci Ramadhan dan menerima
21
bahwa beberapa sahabat mereka terbunuh saat berperang. Hal ini yang menjadi nilai perjuangan mereka agar tetap tabah dan sabar dalam menghadapi sesuatu.
Sikap Bijaksana dan Tegas Bijaksana dalam mengambil keputusan sebelum melakukan sesuatu. Hal ini menjadikan
setiap
umatnya
agar
berhati-hati
dalam
bertindak
dan
merencanakan sesuatu. Ini dicontohkan dalam perang Badar yakni Nabi Muhammad SAW melaksanakan musyawarah untuk membentuk strategi perang. Nabi tidak memutuskan keputusan sendiri bahkan Nabi meminta saran dari sahabat-sahabatnya untuk kebaikan bersama dalam berperang. Dalam menghadapi musuh Islam Rasulullah senantiasa bersikap tegas. Untuk mempertahankan sesuatu yang sudah menjadi hukum Allah. Ini dicontohkan dalam perang dimana Nabi Muhammad dalam menghadapi musuh dengan keteguhan hatinya. Melayani serangan musuh untuk mempertahan diri dan agamanya serta mengagalkan rencana musuh dalam berperang.
Saling Belas Kasihan Sikap belas kasihan ini dapat dilakukan terhadap sesama hamba Allah, khususnya uman Muslim. Bentuknya adalah peduli dengan sesama, dalam penderitaan, kesulitan, bahkan kemenangan. Ini dicontohkan dalam perang Badar yakni memperlakukan baik para tawanan, dengan tetap mengedepankan manusiawinya seperti diberikan makanan, pakaian yang layak, dan tempat tinggal.
Saling Menguatkan dan Menyelamatkan Sikap ini ialah untuk tidak saling mencari kelemahan dan kesalahan antara sesama khususnya. Sebaiknya, saling melindungi, saling menguatkan, dan saling mengamankan dalam bermasyarakat. Ini dicontohkan dalam perang Badar yakni saling melindungi dan menguatkan antar pasukan. Dengan posisi yang sudah ditetapkan oleh Nabi.
Saling Berlomba-lomba Dalam Ketaqwa’an Berlomba-lombalah dalam berbuat baik untuk menuju sikap taqwa kepada Allah SWT. Karena dengan ketaqwa’anlah yang dapat menjamin kebahagiaan bagi setiap Muslim baik di dunia dan di akhirat kelak. Ini dicontohkan dalam
22
perang Badar yakni perang yang terjadi menjadi bentuk perjuangan dalam membela agama Allah dan berjihad untuk mendapatkan kemenangan dunia dan akhirat.
Akhlak Yang Mulia Sikap Nabi dengan kepribadian dan prilaku yang sangat baik. Apapun yang dihadapi dalam kesehariannya menjadi hal positif berperilaku baik, sopan dan santun terhadap sesama dan berkepribadian yang mulia. ini dicontohkan dalam perang Badar yakni mengedepankan musyawarah sebelum berperang, bersikap tenang dalam melakukan sesuatu, bersikap baik terhadap tawanan, berlaku adil dalam membagi sesuatu, meminta pertolongan kepada Allah dan tidak menduakan Allah SWT.
Sifat dan sikap Nabi Muhammad SAW inilah yang perlu di realisasikan dalam kehidupan bermasyarakat. Selain sikap dan sifat Nabi Muhammad SAW dalam perang Badar, ada beberapa hikmah yang dapat di ambil oleh siswa setelah mempelajari materi ini, diantaranya :
Perencanaan yang Matang Perjuangan yang dilakukan Rasulullah SAW, dalam menghadapi berbagai rintangan patut di contoh. Nabi tidak pernah pasrah begitu saja. Beliau membuat perencanaan yang matang dengan bermusyawarah dan selalu mendengarkan pendapat sahabatnya untuk kebaikan, agar halangan dan rintangan dapat di atasi. Hal ini tentunya dengan terus berdoa kepada Allah dan yakin pada pertolongannya Allah SWT.
Kerja Sama yang Baik Kerja sama yang baik dilakukan oleh sahabat Muhajirin dan Anshar. Dengan perintah Rasulullah SAW mereka bahu membahu dalam memperjuangan tegaknya ajaran Allah. Kerja sama ini, menjadi isyarat bahwa perjuangan menegakan Islam dimuka bumi tidak mungkin dilakukan seorang diri. Kerja sama yang dianjurkan oleh Nabi adalah bagaikan satu bangunan yang saling melengkapi. Dengan adanya kerjasama yang baik, tentunya sesuatu yang sulit akan terasa mudah. Menutupi kekurangan sesama dan terus membantum bergotong royong dalam mengedepankan kebaikan.
23
Keikhlasan Keikhlasan sangat diperlukan dalam perjuangan, karena keikhlasan akan memberikan daya dorong kesungguhan dalam berjuang. Dengan demikian, segala pujian, musibah, dan kesukaran dalam berjuang dapat dihadapi dengan sabar dan ikhlas, dan segala nikmat yang di peroleh akan selalu di syukuri.
Pengorbanan yang Besar Dalam berjuang, Nabi dan para sahabatnya tidak hanya mencurahkan pikiran dan tenaga, tetapi juga harta yang mereka punya untuk memperjuangankan agama Allah. Orang-orang yang berkorban penuh dengan keikhlasan dijamin oleh Allah akan terhindar siksa dan dimasukan dalam surga. Dalam berperang tentunya tenaga dan pikiran menjadi pengorbanan yang besar. Dengan pengorbanan yang dikeluarkan dan terus yakin akan pertolongan Allah, tentunya apapun pengorbanan yang kita keluarkan semuanya akan digantikan oleh Allah yang lebih baik.
Menjalin Persaudaraan Menjalin persaudaraan ini untuk saling menopang dan saling bahu membahu dalam melakukan sesuatu. Tanpa persaudaraan, kaum Muslimin tidak berdaya dan mudah dipermainkan oleh kaum Quraisy. Dengan persaudaraan semua berjalin dengan baik.
Kebanggaan sebagai Muslim Persaudaraan yang sedemikian kuat dan kokoh dan berhasil dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya membuat kaum Muslimin semakin memiliki kebanggaan sebagai Muslim, hal ini menjadi modal yang sangat kuat dalam
sebuah
perjuangan.
Setelah
perang
Badar
terjadi,
betapa
mengagumkannya shalat Idul fitri, mereka keluar dari rumah dengan meyerukan takbir, tahmid, dan tauhid. Hati mereka dipenuhi kecintaan kepada Allah
yang
telah
memuliakan
umat
Muslim
dengan
nikmat
dan
pertolonganNya (Syekh Syafiur, 1993: h.341). ini yang menjadi sebuah kebanggan dalam umat Muslim akan kecintaan kepada Allah SWT. Dalam hal inilah yang menjadikan materi ini penting untuk disampaikan kepada siswa untuk mencari jati diri dalam proses berkembang dan pertumbuhannya. Dengan hikmah dan nilai-nilai yang dapat menjadi pedoman siswa dalam 24
menanggapi sesuatu dengan baik, berdambak positif, dan mencerminkan kepribadian yang baik serta dapat memahami dan meneladani sifat-sifat Nabinya dalam kehidupan sehari-harinya. II.4 Opini Masyarakat Tentang Materi Perang Badar Rasa guru kepada siswanya ingin memberikan yang terbaik, baik itu dalam didikan pembelajaran dan didikan emosional. Bagaimana guru bisa lebih dekat kepada siswa, karena tanggung jawab sebagai orang tua di sekolah. Guru memiliki tanggung jawab untuk menuntun atas keberhasilan siswa kelak dimasa depan nanti. Dalam hal ini Tuti sebagai guru agama kelas sepuluh SMA Pasundan 2 Bandung, menjelaskan tentang materi perang Badar yang dipelajari oleh siswa bahwa ini penting untuk disampaikan. Dengan alasan ini adalah salah satu kurikulum
pendidikan
yang
harus
disampaikan
kepada
siswa.
Selain
meningkatkan keimanan, penghayatan, dan pengalaman siswa, hal ini menjadi salah satu tolak ukur pembelajaran siswa untuk kehidupan bermasyarakatnya (Tuti, 2015). Seringkali dengan waktu yang singkat dan fasilitas yang kurang mendukung, menjadi salah satu faktor keterbatasannya dalam metode belajar yang efektif. Termasuk tidak adanya media pembelajaran tambahan, yang mendukung materi khususnya tentang perang Badar. Sehingga pencapaian target pembelajaran tentang perang Badar kurang maksimal (Tuti, 2015). Pendapat lain yang disampaikan oleh Muslim sebagai guru agama kelas sepuluh SMK Al-Falah Bandung, menyampaikan bahwa perang Badar ini penting untuk disampaikan kepada siswa. Karena dalam sejarah perang Badar ini banyak sekali pesan-pesan yang postif, mulai dari nilai-nilai yang terkandung didalamnya dan pesan moral lainnya yang dapat siswa lakukan. Hal ini sebagai bentuk penanaman budi pekerti kepada siswa, agar siswa dapat menjadi pribadi yang berakhlak dan berkarakter (Muslim, 2015). Antusias siswa untuk memahami dan mempelajari materi tentang perang Badar sangat tinggi, hal ini dinilai dari minat siswa yang tinggi untuk mempelajari materi perang Badar. Selain menambah wawasan tentang dunia Islam, siswa dapat meneladani sifat dan sikap Nabi Muhammad SAW untuk kehidupan sehari-hari.
25
Dengan metode pembelajaran yang text book yang digunakan dalam pembelajaran siswa saat ini, berpengaruh terhadap kurangnya daya tarik siswa, untuk menanggapi materi dan kesulitan untuk memvisualisasikan kejadian tentang perang Badar. Dengan metode text book, menjadi salah satu kendala bagi sebagian siswa yang memiliki kecenderungan tidak suka membaca. Selain itu, mempelajari perang Badar menjadi hal yang tabu sebagian kecil siswa seperti menganggap mempelajari materi perang Badar adalah hal yang negatif. Hal ini yang harus diluruskan dan diberikan arahan mengenai betapa pentingnya untuk mempelajari materi perang Badar secara mendalam. II.5 Khalayak Masyarakat Tentang Pembelajaran Perang Badar Khalayak masyarakat tentang pembelajaran perang Badar, dapat diuraikan sebagai berikut: II.5.1 Demografis Jenis Kelamin
: Laki-laki dan perempuan
Usia
: 16 – 18 Tahun Usia 16-18 tahun adalah usia rata-rata anak kelas X (sepuluh). Dimana materi ini diberikan.
Pendidikan
: Sekolah Menengah Tingkat Menengah ini (SMA/SMA-IT/SMK), dipilih sebagai target audien karena objek penelitian berkaitan dengan kurikulum pada pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang ditempuh oleh siswa pada kelas X (Sepuluh).
Tingkat Sosial
: Menengah dan menengah atas Menurut data yang dikeluarkan oleh Janoe dalam persentasinya yang berjudul newlanscape of marketing communication Tingkat sosial kelas menengah ini tingkat konsumtifnya
lebih
tinggi
dan
tingkat
mengakses
pencarian informasi yang berkelanjutan. Untuk menengah atas, tingkat sosial ini cenderung sudah memiliki media
26
elektronik komunikasi baik laptop, komputer, handphone, dan lainnya yang sudah menjadi dasar gaya hidupnya. Agama
: Islam
II.5.2 Geografis Wilayah
: Kota
Lokasi Kota
: Kota-kota besar di Indonesia
Kawasan
: Pendidikan Pemilihan tempat pendidikan di kawasan kota-kota besar, karena pemilihan ini dilihat dari tingkat sosial yang dimiliki target audien.
Studi kasus
: SMA Pasundan 2 Bandung, SMA Al-Falah Bandung, dan SMK Al-Falah Bandung.
II.5.3 Psikografis Usia 16 – 18 tahun ini adalah usia rata-rata anak sekolah kelas X (sepuluh) tingkat Sekolah Menengah. Dalam usia ini adalah fase perkembangan remaja madya atau pertengahan dimana dalam fase ini remaja sudah dapat berhubungan dengan peristiwa-peristiwa menganalisis dan abstrak. Dalam fase ini juga remaja sudah dapat berfikir abstrak dan memecahkan masalah (Yusuf, 2014). Pada masa ini remaja mulai tumbuh dalam dirinya dorongan untuk hidup, kebutuhan untuk memiliki teman yang dapat memahami dan menolongnya. Pada masa ini juga remaja sebagai masa mencari sesuatu yang dapat dipandang bernilai. Pada anak laki-laki sering aktif dalam meniru, sedangkan pada anak perempuan
kebanyakan pasif, mengagumi, dan berimajinasi. Pada keduanya
memiliki rasa keingintahuan pada sesuatu, tetapi tidak mengetahui apa yang diinginkannya (Yusuf, 2014). Dalam sikap remaja menurut Pikunas (1967) yang mengungkapkan pendapat Luella Cole yang dikutip oleh Yusuf dalam bukunya yakni kematangan emosional, pemantapan minat-minat hetero seksual, kematangan sosial, kematangan intelektual, identifikasi diri.
27
II.6 Ringkasan dan Solusi Pembelajaran tentang materi cerita perang Badar merupakan salah satu materi yang penting untuk dipelajari siswa dalam memahami dan meneladani nilai-nilai yang terkandung dalam cerita perang Badar. Dengan metode pembelajaran text book yang digunakan dalam pembelajaran siswa saat ini, yang berpengaruh terhadap kurangnya daya tarik siswa untuk menanggapi materi dan kesulitan untuk memvisualisasikan kejadian tentang materi perang Badar. Dengan hal ini tentu perlu adanya media penunjang pembelajaran bagi siswa untuk memudahkan siswa dalam mempelajari materi cerita perang Badar. Dengan demikian, maka solusi untuk menjawab permasalahan ini dengan membuat media penunjang pembelajaran tentang materi perang Badar yang memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komputer (TIK) yakni melalui multimedia interaktif. Tujuannya untuk merangsang dan mempengaruhi daya tarik siswa dalam belajar untuk memahami, meneladani, dan mempelajarinya secara efektif, dan materi yang disampaikan dapat diterima dengan mudah tanpa adanya kesulitan dalam memvisualisasikan kejadian.
28