BAB II IDENTIFIKASI DATA
A. Profil Insan Trio 1. Sejarah terbentuknya Insan Trio Insan Trio adalah sebuah band asal kota Surakarta ber-genre fusion. Nama Insan Trio diambil dari nama Frontman sekaligus gitaris band tersebut, yakni Insan Priyo Wiguno. Sedangkan Trio yang maksudnya adalah band ini terdiri dari tiga orang personil tetap, yakni Insan pada gitar, Akbar pada bass dan Reza pada drum. Berawal dari kebiasan Jamming tanpa alasan yang jelas, ketiga anak ini mulai membuat sebuah lagu Instrumental ber-genre Fusion. Dari situ ketiganya mulai membuat rekaman demo lagu yang beberapa hasil aransemen sendiri dan dari hasil aransemen ulang lagu yang sudah ada, seperti lagu Wonderful Slippery Things milik gitaris band Aristocrat, Guthrie Govan dan lagu Ready! Go! milik band acoustic instrumental asal Jepang, Depapepe.
2. Genre Fusion Fusion atau Jazz Fusion adalah genre musik yang menggabungkan jazz dengan elemen dari berbagai genre musik terutama funk, rock, R&B, Ska, electronic dan world music. Namun tak jarang elemen pop, klasik dan lagu-lagu rakyat ikut mempengaruhi. Bahkan, sesekali unsur musik metal, reggae, country, hip-hop, juga dicampur dengan jazz. Sehingga album fusion jazz, meski dibuat oleh satu musisi, bisa saja berisi beraneka ragam jenis musik.
5
6
Pada akhir era 1960-an, para musisi jazz mulai menggabungkan bentuk dan teknik improvisasi jazz dengan instrument musik elektrik rock dan ritme soul serta rhythm and blues. Dalam waktu yang sama, beberapa musisi rock bahkan mulai memasukkan unsur jazz ke dalam musik mereka. Dekade 1970-an bisa dianggap masa keemasan fusion, namun gaya fusion tetap muncul hingga kini. (http://www.horizon-line.com/planet-jazz/sejarah-musik-jazz/jazz-fusion/) Mengacu pada namanya, Fusion atau Jazz Fusion adalah tipe jazz yang musisinya dalam mengapresiasikan sampai melewati batas sampai ke daerah rock ataupun jenis musik lain. Fusion mengkombinasikan kebiasaan-kebiasaan dan energi dari musik rock dengan harmonisasi yang sempurna dan kebebasan improvisasi jazz. Jazz fusion berbeda dari konvensional jazz dibeberapa aspek. Pemakaian rhythm yang lebih kaku dan sedikit menggoyang perasaan. Dibeberapa bagian artis tambahan memainkain sesuatu yang berseberangan, dengan pengembangan rhythmic dan bentuk rhythmic yang tidak standar yang ditumpukan pada ekspresi. Penggunaan alat electric/electronic seperti gitar electrik, bass elektrik, synthesizer sering menggantikan alat musik tradisional jazz seperti saxophone, trumpet, dan bass betot. Dua hal utama yang menjadi pembeda dari jazz fusion dengan musik jazz lainnya, adalah peran melodi bass elektrik dan adanya satu figur ritmik yang diulangi secara terus menerus. Tokoh utama musisi jazz fusion adalah Miles Davis.(http://dewara.com/jenis-jenis-aliran-musik-jazz/)
7
3. Sejarah Cover Album
Sampul album merupakan sarana untuk “memvisualisasikan” musik yang hendak kita dengar, terlebih jika kita belum pernah mendengar cuplikan musik yang hendak kita miliki. Sejarahnya, dulu sampul album (untuk piringan hitam) hanyalah berupa sebuah kantong coklat dengan nama artis dan produser album tersebut tertulis diluarnya. Sampai setelah perang dunia ke-1 usai, mungkin sampul album yang bergambar lukisan indah, hanya untuk kasus khusus. Belum ada kemasan sampul dan kemasan album seperti yang kita kenal sekarang. Itu semua berubah berkat peran seorang pengarah artistik jenius bernama Alex Stenweiss di awal 40’an. Sejak revolusi desain Stenweiss itulah perlahan tapi pasti desain grafis mendapatkan tempat dalam strategi besar pemasaran sebuah album musik.
Secara estetika, peran sampul album musik ini kurang lebih serupa dengan fungsi sampul buku cerita, atau poster film, yakni secara visual menarik perhatian pemirsa
yang
dituju,
dan
mampu
merangkum
isi
keseluruhan
dari
musik/buku/film tersebut. Sering keinginan untuk mencoba musik yang sama sekali baru itu muncul dari ketertarikan kita pada sebuah sampul album atau setelah kita menilik secara seksama detil yang nampak pada album tersebut. Semakin keren sampulnya, biasanya berbanding lurus dengan minat orang untuk mencobanya, walau memang selera jugalah pada akhirnya yang menentukan keputsan untuk membeli atau tidak.
8
Dalam desain grafis, pembuatan sampul album (album, buku) merupakan salah satu kegiatan desain yang tingkat kesulitannya cukup tinggi, karena harus membuat conceptual image yakni ‘menerjemahkan’ konten abstrak ke bentuk visual yang ringkas dan menarik. Seperti sebuah bentuk karya seni yang layak dikoleksi, sampul album yang karena dapat memotivasi orang untuk mengoleksi album musik hanya karena sampul/kemasan albumnya keren, walau lagunya mereka belum pernah mendengar sekalipun.
Bagi seorang penyanyi atau grup band, album adalah sebuah pencapaian yang paling ditunggu. Cover album merupakan faktor utama yang harus mereka pikirkan, karena bisa meningkatkan penjualan album musik lewat suguhan visual yang menarik. Pada jaman sekarang cover album nggak hanya sebagai pelindung dari isi album saja, melainkan juga sudah menjadi komoditas, dan fungsinya pun mulai berubah. Bukan rahasia lagi, sebuah cover album menjadi daya tarik tersendiri untuk siapapun yang melihatnya. Kesan visual yang ditampilkan oleh para desainer album, bisa dijadikan pintu utama bagi siapapun yang melihatnya. Desain cover album sendiri sudah berlangsung lama. Walaupun mengalami banyak perubahan tapi konsep sebuah cover album nggak pernah berubah, karena mungkin sudah menjadi karya yang sempurna. Penggabungan antara desainer dan para musisi dan nilai artistik mampu memberikan makna dan persepsi kepada yang melihatnya. Tidak jarang cover album justru mengundang kontroversi. Bahkan diantaranya malah menjadi legenda. The Beatles contohnya, merupakan band yang kerap menuai protes dikarenakan cover album mereka yang cukup kontroversial, yaitu cover album Yesterday and Today yang dirilis pada tahun
9
1966. Banyak yang menyebut album tersebut dengan istilah The Butcher. Maraknya bermacam-macam desain sampul album nggak dapat dipisahkan dari para desainer. Karena perkembangan teknologi komputer saat ini dan ditambah pengalaman visual masyarakat yang semakin maju. Mereka dituntut untuk bisa menjadi kreator yang piawai mengekspresikan berjuta-juta makna, karena itu untuk membuat desain cover album, sangatlah diperlukan sebuah wawasan dan kreativitas yang luas.
Kolaborasi antara desainer dan musisi menjadi sangat penting, karena pada komunikasi semacam ini, penyampaian pesan secara visual hanya berefek oleh indera penglihatan saja. Baik musisi maupun desainer sudah mengalami perubahan hubungan yang saling menguntungkan. Dimana orang dapat menikmati karya senirupa dalam sebuah cover yang dirilis dalam berbagai gaya, dan sekaligus menikmati materi musik di dalamnya. Dan apresiasi semakin menarik karena tertuju pada kolaborasi ilmu yang sangat berbeda ini. Banyak desainer yang berjaya karena desain cover album yang mereka buat menuai kritikan atau juga sangat fenomenal. Diantaranya adalah Dean, yang banyak berkolaborasi dengan kelompok rock progressive. Lalu Thorgerson yang dapat mendefinisikan keinginan Pink Floyd, juga Andy Warhol yang sangat terkenal dan nggak lupa juga Blake, dengan karya fenomenalnya, “Sgt Peppers Lonely Hearts Club Band”, yang tak hentinya dibicarakan dengan banyak penghargaan yang dia dapat. (sumber : uncluster.com)
10
Merujuk pada tulisan Streenk (2009) dalam situs streenk.wordpress.com, perkembangan teknologi rekaman dimulai dari phonograph yang diciptakan oleh Thomas Edison sebagai alat perekam suara pertama, hingga selanjutnya disempurnakan oleh Emile Berliner dan berkembang menjadi gramophone sebagai alat pemutar piringan hitam (plat). Menurut Xie (2008) dalam situs philly4jc.blogspot.com, piringan hitam terdiri dari 3 jenis ukuran dalam hitungan rpm (rotation per minute) yaitu 78, 45 dan 33 1/3. Piringan hitam ukuran 78 dan 45 untuk plat berdiameter 10” (25cm) yang dapat memutar selama 3-6 menit per side, sedangkan piringan hitam ukuran 33 1/3 untuk plat berdiameter 12” (30cm) yang dapat memutar hingga 20 menit per 22 side, atau yang biasa disebut LP (Long Play). Semakin besar diameter plat, maka kecil ukuran untuk memutarnya dan semakin lama pula waktu putarnya.
Gambar 1. Phonograph Sumber https://en.wikipedia.org/VictorVPhonograph.jpg
11
Gambar 2. Phonograph Sumber http://www.northwick.eu/siteimages/gramophone.jpg
Gambar 3. Piringan hitam 12” dan Piringan hitam 10” Sumber http://danjurnal.alziqra.net/wp-content/uploads/2011/05/LP-12-10in.jpg
Piringan hitam sudah dikenal sejak 1948, berbahan dasar Vynil dengan ukuran yang dihitung berdasarkan rpm (rotation per minute) yaitu 78, 45, 33 1/3. Alat ini kerap digunakan oleh musisi era 1950-1970an sebagai alat untuk merekam suara. Besarnya ukuran piringan hitam ini membuat sampul album juga berukuran besar. Umumnya sebuah sampul piringan hitam memiliki ukuran 30cm×30cm. Pada 1970-an desain sampul piringan hitam diwarnai oleh berbagai
12
gaya yang dikembangkan para desainer grafis dan fotografer. Seperti kelompok art desain Hipgnosis asal Inggris yang khusus menciptakan desain sampul untuk album musisi dan grup band rock seperti Peter Gabriel, Led Zeppelin, 10 cc, Wishbone Ash dan Pink Floyd. Hampir semua album Pink Floyd ditangani Hipgnosis. “Era 1970an keberadaan desainer grafis tidak begitu banyak. Sampulsampul album khususnya band rock Inggris didominasi oleh karya Hipgnosis. Mereka menggunakan gaya yang menggabungkan unsur grafis dan fotografi,” tutur Oscar Matuloh, Direktur Galeri Foto Jurnalistik Antara sekaligus kolektor piringan hitam. Hipgnosis juga dikenal sebagai pencipta sampul dengan desain yang mampu membangkitkan ilusi tentang realitas yang mewakili kondisi pecinta musik di masa itu. Guy Peellaert, seorang seniman lukis, illustrator sekaligus komikus asal Belgia, dikenal sebagai pencipta sampul album grup band legendaris The Rolling Stones. Sampul album berjudul It’s Only Rock ‘N Roll milik The Rolling Stones merupakan salah satu desain terunik karya Guy Peellaert, yang menggunakan teknik air brush yang kemudian difoto ulang untuk dijadikan sampul piringan hitam. Berbicara soal kekuatan desain dalam sampul, Itjuk, desainer grafis Artura berujar “Keberadaan suatu desain tentu sangat berpengaruh terhadap sampul album musik. Pesan lewat gambar yang mengandung unsur warna, ilustrasi, fotografi maupun tipografi pada sebuah sampul album, tentu memberi kesan pertama yang kita tangkap mewakili segala isi di dalamnya”. Satu yang menarik dari sampul piringan hitam, selain dibuat sebagai kemasan, di dalam sampulnya terdapat liner notes yang berisi tulisan dari pencipta lirik atau penulis pilihan
13
musisi album. Jadi saat memutar piringan hitam, kita bisa sembari menikmati bacaan liner notes tersebut,” tambah Oscar Matuloh saat berbincang santai di Neo Journalism Cafe, Pasar Baru, Jakarta. Dulu piringan hitam berfungsi sebagai media kolaborasi yang melibatkan beberapa pelaku industri kreatif. Kini, seiring perkembangan zaman, ukuran sampul album pun semakin mengecil mengikuti ukuran CD. Perubahan ukuran ini, rupanya juga mempengaruhi para desainer sampul album yang menjadi sulit menuangkan ide-ide dan gagasan kreatif. (sumber:https://www.mindtalk.com)
Gambar 4. DVD (Digital Versatile Disc) Sumber http://niceinfoh.blogspot.co.id/
14
Maraknya ragam desain sampul album ini tak lepas dari kehadiran para desainernya.
Mereka
harus
benar-benar
menjadi
kreator
yang
piawai
mengkreasikan berjuta-juta makna penuh warna, karena sebuah desain cover yang menarik sangat memerlukan suatu wawasan dan kreativitas tersendiri dari para desainernya dalam menentukan tema desain. Hal ini menjadi sangat penting, karena pada komunikasi semacam ini (visual), penyampaian pesan hanya menggunakan media penggambaran yang hanya terbaca oleh indera penglihatan saja. Orang dapat menikmati karya seni rupa dalam sebuah cover rilisan dengan berbagai gaya dan desain warna yang sangat memikat, dan sekaligus menikmati materi musik di dalamnya, dan apresiasi menjadi semakin menarik karena tertuju pada kolaborasi antara dua disiplin ilmu yang sangat berbeda. Tuntutan akan tampilan cover yang menarik disebabkan karena perkembangan teknologi komputer saat ini dan ditambah pengalaman visual masyarakat yang sudah semakin maju, yang dalam perjalanannya turut mempengaruhi kualitas efek visual, dan ikut menghidupkan kegiatan akademis, sehingga para musisi saat ini dapat berkolaborasi dengan para akademis di bidang seni desain. Kecenderungan memanfaatkan karya desainer untuk sampul cover sebuah rilisan musik menjadi sebuah simbiosis yang menguntungkan keduanya, di satu sisi merupakan kolaborasi kerja antara musisi dan desainer, dan di sisi lain para desainer mendapatkan medium untuk menyalurkan karya-karya mereka. Ada banyak desainer yang karyanya dianggap pionir dalam hal ini, di antaranya adalah Dean, yang banyak berkolaborasi dengan kelompok rock progresive Yes. Lalu
15
Thorgerson yang dapat mendefinisikan keinginan Pink Floyd, juga Andy Warhol yang sangat terkenal, dan tak lupa juga Blake, dengan karya fenomenalnya “Sgt Peppers Lonely Hearts Club Band” yang tak hentinya dibicarakan dengan banyak penghargaan yang dia dapat. Karyanya berhasil masuk masuk ke urutan 16 anugerah Top Fifty Millenium Master Works (50 karya seni terbaik abad ini) versi harian Sunday times. Sampul ini terpilih juga sebagai best album cover versi Grammy Award tahun 1967. Selain itu “Sgt Peppers Lonely Hearts Club Band” terpilih juga di urutan 13 Best Art and Design Masterpiece (maha karya dan design abad ini), yang banyak dijadikan rujukan atau referensi para desainer saat ini. (sumber: http://www.uncluster.com/IN/articles/kenapa-desain-kover-albumsangat-penting-bagi-keberadaan-sebuah-karya/)
Gambar 5. Desain cover album The Beatles, SGT Peppers. Sumber http://jadiberita.com/wp-content/uploads/2014/07/the-beatles-sgt-pepperslonely-hearts-club-band.jpg
16
Cover album ini banyak menimbulkkan kontroversi. Banyak yang beranggapan jika di bagian depan merupakan tanaman ganja namun hanya sejenis tanaman hias biasa, dan John Lennon awalnya ingin menampilkan pula wajah Adolf Hitler dan Mahatma Gandhi. Namun EMI sebagai penerbit menolak gagasan itu karena khawatir mengundang protes .
Gambar 6. Desain cover album Pink Floyd, The Dark Side of The Moon. Sumber http://jadiberita.com/wp-content/uploads/2014/07/pink-floyd-the-darkside-of-the-moon.jpg
Band rock progresif asal Inggris, Pink Floyd, merilis album kedelapan mereka ini pada tahun 1973. Banyak pengamat musik masa itu yang mendapuk The Dark Side of the Moon sebagai album musik rock progresif
terbaik
sepanjang
masa.
Cover
album
dan iconic menjadikan kesuksesan album ini makin lengkap.
yang
simpel
17
Gambar 7. Desain cover album Nirvana, Nevermind. Sumber http://jadiberita.com/wp-content/uploads/2014/07/nirvana-nevermind.jpg
Tadinya, konsep awal sampul album ini adalah proses kelahiran bawah air, namun sang fotografer, Kirk Weddle, tidak kunjung menemukan kata sepakat dalam menyusun gambaran settingnya dengan para anggota band. Akhirnya, rencana pun diubah total ketika salah seorang teman Kirk menawarkan bayi mereka yang masih berusia 4 bulan untuk menjadi model sampul album tersebut.
18
Gambar 8. Desain cover album Yes, Tales of Topographic Oceans Sumber:http://www.progarchives.com/progressive_rock_discography_covers/105/cover_7331527 52011_r.jpg
Sampul depan ini diciptakan pada momen terpenting sejarah Yes, baik secara musikal maupun spiritual, inspirasi dari pembuatan sampul depan album ini adalah dua buku “Autobiography of A Yogi karangan Para Mahansa Yogananda” dan “The View over Atlantis” karya John Michell.
19
Gambar 9. Desain cover album Queen, A Night at The Opera Sumber http://img.pinknet.cz/queen/diskgr/opera.jpg
Gambar 10. Desain cover album Dewa Budjana, Hasta Karma Sumber http://www.wartajazz.com/wp-content/uploads/2015/03/budjana-hastakarma-cover.jpg
20
Gambar 11. Desain cover album The Aristocrats, Tres Caballeros Sumber http://the-aristocrats-band.com/media/2015/04/tres_caballeros_SQ.jpg
Gambar 12. Desain cover album Guthrie Govan, Erotic Cakes Sumber http://www.gnrevolution.com/albums/new/4022.jpg
21
4. Profil Personil a. Insan Pria dengan nama lengkap Insan Priyo Wiguno ini sudah mulai memainkan gitar sejak SMP. Gitaris yang sangat mengidolakan Ronthal ‘Bumblefoot’ ini juga aktif tergabung dalam sebuah kelompok musik di kantor BPPT, Karanganyar dengan membawakan lagu-lagu kenangan dan Top40 hingga saat ini. Dia juga sempat berkuliah di Universitas Sebelas Maret dengan mengambil jurusan Ilmu Komunikasi.
Gambar 13. Insan Priyo Wiguno Sumber https://web.facebook.com/InsanPWiguno/photos
22
b. Akbar Bassis yang satu ini tidak pernah memilih-milih dalam hal bermain dan mempelajari suatu genre musik, baginya semua musik akan terasa indah jika kita memainkan dengan benar dan sepenuh hati. Pria yang saat ini sedang aktif kuliah di UNS FISIP ini , juga tergabung dalam sebuah kelompok musik pada komunitas yang ada di fakultasnya, yakni KMF (Komunitas Musik FISIP) dan kerap bermain di berbagai event musik di kota Solo.
Gambar 14. Akbar Sumber https://web.facebook.com/BathoxCebeIreng/photos
23
c. Reza Reza Putra Islami, lahir di Blora 21 tahun yang lalu. Mengawali karir bermusiknya sejak SMA bersama band bernama Legacy, yang memainkan musik ber-genre progressive rock. Meskipun dalam bermain musik dia memainkan progressive rock, drummer yang sangat mengidolakan Akira Jimbo dan Dave Weckl ini sangat menyukai musik jazz dan blues. Hingga pada saat masuk kuliah baru lah dia mencoba belajar memainkan musik jazz dan fusion yang terinspirasi dari band asal Jepang Casiopea. Reza mengaku sangat kagum dengan Echa Soemantri, dari segi permainan, aksi panggung dan set drum yang sangat kreatif dan menginspirasi.
Gambar 15. Reza Putra Islami Sumber https://web.facebook.com/Reza.Islami/photos
24
5. Logo
Gambar 16. Logo Insan Trio
Logo dari Insan Trio tersebut di desain oleh Reza yang juga drummer dari Insan Trio sendiri. Untuk logo band Insan Trio penulis masih menggunakan font berjenis decorative, yaitu Steamwreck. Font ini berkarakter keras, tegas, dan tebal. Pada font tersebut penulis sedikit mengolah dengan menambah ornamen-ornamen agar terkesan lebih ramai dan ceria tanpa meninggalkan karakter keras dan tegas. Penulis juga mengubah huruf ‘S’ pada kata ‘Insan’ dengan symbol notasi nada ‘G’ yang dibalik sehingga menyerupai huruf S. Yang dimaksudkan adalah, nada G adalah nada mayoritas yang banyak digunakan pada setiap lagu, sehingga dapat memperkuat karakter bahwa logo tersebut adalah logo sebuah grup musik atau band.
25
B. Karya-Karya Insan Trio 1. Sound of The Beginning Pencipta
:
Insan P. Wiguna
Aransemen
:
Insan Trio
Durasi
:
5:03
2. Wonderful Slippery Things (Guthrie Govan Cover) Pencipta
:
Guthrie Govan
Aransemen
:
Insan Trio (Re-Arrangement)
Durasi
:
3:20
3. Ready! Go! (Depapepe Cover) Pencipta
:
Depapepe
Aransemen
:
Insan Trio (Re-Arrangement)
Durasi
:
3:55
Pencipta
:
Insan P. Wiguna
Aransemen
:
Insan Trio
Durasi
:
4:02
4. Freedom of Us
26
C. Target Market 1. Geografis Lagu-lagu dari Insan Trio akan dipasarkan di daerah Joglo Semar (Jogjakarta,Solo,Semarang). Dilihat dari banyaknya komunitas dan event-event musik yang rutin di adakan di kota tersebut. Dimana kota tersebut memiliki pasar yang potensial di bidang musik khususnya beraliran jazz dan fusion. Selain itu Insan Trio juga akan mendistribusikan karya berupa merchandise dibeberapa distro atau took musik di kota Bandung, dimana kota tersebut memiliki potensi di bidang fashion dan musik. 2.Demografis Secara demografis karya-karya Insan Trio dapat diterima oleh kalangan remaja mulai dari sekolah menengah pertama hingga orang dewasa laki-laki maupun perempuan bahkan segala usia khususnya penikmat musik jazz dan fusion.
D. Kompetitor Didalam dunia musik pasti ada beberapa pesaing yang menawarkan musik serupa namun dengan kekurangan dan kelebihan yang berbeda. Di kota Solo pun ada beberapa band beraliran fusion yang benjadi pesaing dari band Insan Trio, salah satunya adalah Bayu Raditya Project. Band beraliran fusion yang digawangi oleh Bayu Raditya sebagai gitarisnya.
27
Gambar 17. Bayu Raditya Project Sumber https://web.facebook.com/bayu.raditya.9
Yang menjadi pembeda adalah disini band Bayu Raditya Project menggunakan beberapa alat musik tradisional dalam setiap penampilannya dan musik Fusion yang ditampilkan pun lebih beragam, namun penulis tidak menemukan packaging untuk karya lagu-lagu mereka. Berbeda dengan Insan Trio, mereka memainkan musik Fusion yang cenderung lebih ke arah modern.
28
E. Aktivitas Marketing Yang Sudah Pernah Dilakukan Insan Trio adalah band yang terbilang masih baru, aktivitas marketing yang sudah dilakukan hanya mempromosikan diri melaui media sosial seperti Facebook dan Twitter, serta bermain di event-event musik yang ada di kota Solo dan sekitarnya.
Gambar 17. Facebook Insan Trio Sumber https://web.facebook.com/InsanTrioMusic
Gambar 18. Twitter Insan Trio Sumber https://web.twitter.com/InsanTrioMusic