BAB II DISKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat Industri Syariah Sejarah perkembangan industri keuangan syariah yang meliputi perbankan, asuransi dan pasar modal pada dasarnya merupakan suatu proses sejarah yang sangat panjang. Lahirnya Agama Islam sekitar 15 abad yang lalu meletakkan dasar penerapan prinsip syariah dalam industri keuangan, karena di dalam Islam dikenal kaidah muamalah yang merupakan kaidah hukum atas hubungan antara manusia yang di dalamnya termasuk hubungan perdagangan dalam arti yang luas. Namun perkembangan penerapan prinsip syariah mengalami masa surut selama kurun waktu yang relatif lama pada masa imperium Negara-negara Eropa. Pada masa tersebut negara-negara di Timur tengah serta Negara Islam lainnya hampir semuanya menjadi wilayah jajahan Negara-negara Eropa (Ngapon, 2005:1). Dalam perkembangan selanjutnya, dengan semakin banyaknya negara Islam yang terbebas dari penjajahan dan semakin terdidiknya generasi muda Islam, maka ajaran Islam mulai meraih masa kebangkitan kembali. Pada kisaran tahun 1960-an banyak cendekiawan Muslim dari negara-negara Islam mulai melakukan pengkajian ulang atas penerapan sistem Hukum Eropa kedalam industri keuangan dan sekaligus memperkenalkan penerapan prinsip Syariah Islam dalam industri keuangannya. Pada awalnya prinsip Syariah Islam diterapkan pada industri perbankan. Mesir adalah negara yang pertamakali mendirikan Bank Islam sekitar tahun 1971
10
11
dengan nama “Nasser Social Bank” yang operasionalnya berdasarkan sistem bagi hasil (tanpa riba). Berdirinya Nasser Social Bank tersebut, kemudian diikuti dengan berdirinya beberapa Bank Islam lainnya seperti Islamic Development Bank (IDB) dan The Dubai Islamic pada tahun 1975, Faisal Islamic Bank of Egypt, Faisal Islamic Bank of Sudan dan Kuwait Finance House tahun 1977. Selanjutnya penerapan prinsip syariah pada sektor di luar industri perbankan, juga telah dijalankan pada industri asuransi (takaful) dan industri pasar modal syariah. Pada industri pasar modal, prinsip syariah telah diterapkan pada instrumen obligasi, saham dan reksa dana (fund). Negara yang pertama kali mengenalkan implementasi prinsip syariah di sektor pasar modal adalah Yordania dan Pakistan. Kedua negara tersebut juga telah menyusun dasar hukum penerbitan obligasi syariah. Pada tahun 1978, pemerintah Yordania melalui Law 13/1978 telah mengijinkan Jordan Islamic Bank untuk menerbitkan Muqaradah Bond. Ijin penerbitan Muqaradah Bond ini kemudian ditindaklanjuti dengan penerbitan Muqaradah Bond Act tahun 1981. Sementara pemerintah Pakistan baru memulai pada tahun 1980 menerbitkan The Madarabas Company dan Madarabas Ordinance (Ngapon, 2005:2).
2.2. Pasar Modal Syariah Dalam arti sempit pasar modal (capital market) dapat diartikan sebagai suatu pasar yang diperuntukkan untuk memperdagangkan saham, obligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang efek. Pasar modal merupakan tempat bertemunya penawaran dan permintaan sekuritas jangka panjang. Pasar modal Indonesia telah diatur dalam UUPM (Undang-undang Pasar
12
Modal) No. 8 tahun 1995. Penawaran dilakukan oleh perusahaan yang mendaftarkan perusahaannya ke Bursa Efek Indonesia (BEI), sedangkan permintaan dilakukan oleh investor yang berperan sebagai pelaku utama karena menyediakan dan memasok dana ke pasar modal. Akan tetapi saat ini masih banyak masyarakat yang tidak ingin melakukan investasi ke pasar modal karena adanya larangan dalam Islam pada aktivitas-aktivitas bisnis tertentu. Investor Muslim diharapkan menghindari investasi yang terlarang yaitu investasi yang haram dan investasi yang syubhat (tercampur antara halal dan haram). Oleh sebab itu dibutuhkan suatu pelaksanaan transaksi yang dilakukan berdasarkan prinsip kehati-hatian serta tidak diperbolehkan melakukan manipulasi dan spekulasi yang di dalamnya mengandung unsur dharar, gharar, riba, maysir, risywah, maksiat dan kezaliman (Nafik, 2009:23). Permasalahan ini kemudian terjawab dengan munculnya Islamic Product yang salah satunya adalah saham syariah.
2.3. Pasar Modal Syariah Indonesia Undang-undang pasar modal di Indonesia tidak membedakan antara pasar modal konvensional dengan pasar modal syariah. Oleh sebab itu, pasar modal syariah bukanlah suatu sistem yang terpisah dari sistem pasar modal secara keseluruhan. Secara umum kegiatan pasar modal syariah tidak memiliki perbedaan dengan pasar modal konvensional, namun terdapat beberapa karakteristik khusus pasar modal syariah, yaitu bahwa produk dan mekanisme transaksi tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah. Karena dijalankan dengan konsep syariah, maka setiap perdagangan saham harus diseleksi supaya mentaati ketentuan transaksi sesuai dengan basis syariah. Tujuan seleksi saham
13
syariah adalah menyediakan instrumen kepada investor untuk berinvestasi pada saham yang sesuai dengan prinsip syariah. Menurut Ngapon (2005:2-13), kriteria pemilihan saham syariah melibatkan Dewan Pengawas Syariah PT. Danareksa Investment Management, dimana dipilihnya emiten dengan syarat sebagai berikut: 1)
Emiten yang bentuk usahanya tidak memproduksi makanan dan minuman non-halal seperti alkohol dan daging babi.
2)
Emiten yang bentuk usahanya tidak mengandung riba, seperti jasa keuangan yang bersifat konvensional ataupun asuransi yang bersifat konvensional.
3)
Emiten yang bentuk usahanya tidak dalam bentuk jasa, seperti hotel.
4)
Emiten yang bentuk usahanya tidak menyebabkan kemudharotan seperti pabrik rokok.
5)
Emiten yang bidang usahanya tidak bergerak dibidang pornografi atau perjudian.
Seleksi berikutnya adalah dengan meneliti kondisi keuangan perusahaan yang hendak menawarkan sahamnya di JII. Rasio keuangan yang diperbolehkan adalah rasio aset likuidnya berkisar antara 17-49%, rasio pendapatan bunganya berkisar antara 5-15%, dan rasio utangnya berkisar antara 30-33%. Khusus untuk penetapan kategori indeks saham syariah, selain ketentuanketentuan syariah di atas yang harus terpenuhi, maka ada ketentuan lain yang ditetapkan DSN dalam menentukan saham mana yang berhak masuk indeks syariah (Jakarta Islamic Index). Menurut Huda dan Nasution (2007:56), ketentuan-ketentuan tersebut adalah sebagai berikut:
14
1)
Jenis usaha; jenis usaha utama tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 (tiga) bulan, kecuali kalau sudah termasuk ke dalam 10 saham berkapitalisasi besar.
2)
Laporan keuangan; laporan keuangan tahunan atau semester memiliki rasio kewajiban terhadap aktiva maksimal 90%.
3)
Kapitalisasi pasar; memilih 60 saham dengan urutan rata-rata kapitalisasi pasar terbesar selama 1 (satu) tahun terakhir.
4)
Likuiditas; memilih 30 saham berdasarkan likuiditas nilai perdagangan terbesar selama satu tahun terakhir.
Lembaga keuangan yang pertama kali menaruh perhatian di dalam mengoperasikan portofolionya dengan manajemen portofolio syariah di pasar modal syariah adalah Amanah Income Fund yang didirikan bulan Juni 1986 oleh anggota The North American Islamic Trust yang bermarkas di Indiana, Amerika Serikat (Yuliana, 2010:46). Beberapa negara yang proaktif dalam menyambut kedatangan para investor Muslim maupun investor yang ingin memanfaatkan pasar modal yang berprinsipkan syariah ini dan yang konsisten di dalam menerapkan Syariah Islam dalam sendi kehidupannya adalah Bahrain Stock di Bahrain, Amman Financial Market di Amman, Muscat Securities Kuwait Stock Exchange di Kuwait dan Kuala Lumpur Stock Exchange di Malaysia. Perkembangan pasar modal syariah di Indonesia dimulai dengan berdirinya Jakarta Islamic Index (JII) pada bulan Juli 2000, bertujuan untuk melakukan transaksi dan mendapatkan keuntungan dengan cara syariah. Mayoritas saham syariah di Indonesia bergerak dalam sektor perdagangan, jasa dan investasi
15
(27,22%), sektor properti, roperti, real estate & konstruksi onstruksi (16,46%), sektor industri dasar dan kimia imia (15,19%), dan sektor lainnya masing-masing masing masing dibawah 10%. Apabila dibandingkan ngkan dengan total saham emiten e dan perusahaan publik, ublik, maka proporsi jumlah saham syariah sampai dengan akhir Desember 2013 mencapai 57,47% dari total jumlah emiten sebanyak 576. Jumlah saham syariah tahun 2013 meningkat 2,79% dibanding tahun sebelumnya yaitu ya sebanyak 322 (LPKS LPKS-OJK, 2013:40). Secara ringkas perkembangan erkembangan saham syariah di Indonesia bisa dilihat di grafik 2.1 berikut:
Grafik 2.1 2 Perkembangan Saham Syariah yariah di Indonesia
195
183 174
191
2007
2008
198
199
2009
228 210
2010
Periode 1
331
337
322 304
310
322
2012
2013
2014
253 234
2011
Periode 2
Sumber: Direktorat Pasar Modal Syariah - OJK 2015:2 per Maret 2015 2.4. Jakarta Islamic ic Index Jakarta Islamic ic Index (JII) adalah indeks yang menggambarkan rata-rata rata berbobot (weighted weighted average) average dari saham-saham saham terpilih yang memenuhi kriteria syariah. Indeks ini adalah salah satu produk dari pasar modal di Indonesia (PT.
16
Bursa Efek Indonesia) bekerja sama dengan PT. Danareksa Investment Management. Indeks JII mulai dipublikasikan sejak tanggal 3 Juli 2000, dengan tanggal dasar 1 Januari 1995. Publikasi indeks ini merupakan persiapan peluncuran pasar modal syariah, yang dimulai sejak tanggal 14 Maret 2003 (www.idx.co.id). Tujuan awal pembentukan JII adalah untuk meningkatkan kepercayaan investor untuk melakukan investasi pada saham berbasis syariah dan memberikan manfaat bagi pemodal dalam menjalankan Syariah Islam untuk melakukan investasi di Bursa Efek. JII juga diharapkan dapat mendukung proses transparansi dan akuntabilitas saham berbasis syariah di Indonesia. JII menjadi jawaban atas keinginan investor yang ingin berinvestasi sesuai syariah. Dengan kata lain, JII menjadi pemandu bagi investor yang ingin menanamkan dananya secara syariah tanpa takut tercampur dengan dana ribawi. Selain itu, JII menjadi tolak ukur kinerja (benchmark) dalam memilih portofolio saham yang halal. Pada pelaksanaanya JII banyak meniru model di negara lain seperti Malaysia yang digabungkan dalam bursa konvensional. Indeks JII menghitung indeks harga rata-rata saham yang memenuhi kriteria investasi dalam Syariah Islam. Saham JII umumnya lebih stabil karena sahamsaham tersebut termasuk kategori saham dengan kapitalisasi besar, dan liquid yang mudah diperjual belikan baik dalam kondisi pasar lemah (bearish) maupun kuat (bullish). Sebagaimana ditunjukkan oleh grafik 2.2, nilai kapitalisasi saham menunjukkan trend kenaikan positif pada periode 2009-2012. Kenaikan ini mengindikasikan bahwa keberadaan saham syariah sangat diminati oleh para
17
investor, dan sekaligus mempertegas bahwa saham syariah memiliki peran dan pertumbuhan yang cukup besar di Indonesia meskipun tergolong saham baru.
Grafik 2.2 Nilai Kapitalisasi Pasar Jakarta Islamic Index Periode 2009 – 2013
2006
Mei 2012
Apr 2013
Des 2013
Sumber: LPKS-OJK, 2013:41
Indeks JII merupakan Indeks yang terdiri 30 saham yang diseleksi oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) per semester, tepatnya setiap bulan Januari dan Juni, mengakomodasi syariat investasi dalam Islam atau Indeks yang berdasarkan prinsip-prinsip dalam syariah Islam. Untuk menetapkan saham-saham yang masuk dalam perhitungan JII dilakukan proses seleksi sebagai berikut (Indonesia Stock Exchange, 2010:13): 1) Saham-saham yang dipilih berdasarkan Daftar Efek Syariah (DES) yang dikeluarkan oleh BAPEPAM-LK. 2) Memilih 60 saham dari Daftar Efek Syariah tersebut berdasarkan urutan kapitalisasi pasar terbesar selama satu tahun terakhir. 3) Dari 60 saham tersebut, dipilih 30 saham berdasarkan tingkat likuiditas yaitu nilai transaksi di pasar reguler selama satu tahun terakhir.
18
Bursa Efek Indonesia (BEI) menetapkan 30 saham syariah yang masuk dalam perhitungan JII untuk setiap periode. Daftar saham syariah periode Desember 2014 – Mei 2015 adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Daftar Saham di Jakarta Islamic Index Desember 2014 - Mei 2015 No.
Kode Perusahaan
Nama perusahaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
IDX : AALI IDX : ADRO IDX : AKRA IDX : ANTM IDX : ASII IDX : ASRI IDX : BMTR IDX : BSDE IDX : CPIN IDX : ICBP IDX : INCO IDX : INDF IDX : INTP IDX : ITMG IDX : KLBF IDX : LPKR IDX : LSIP IDX : MNCN IDX : MPPA IDX : PGAS IDX : PTBA IDX : PTPP IDX : SILO IDX : SMGR IDX : SMRA IDX : SSMS IDX : TLKM IDX : UNTR IDX : UNVR IDX : WIKA
Astra Agro Lestari Tbk Adaro Energy Tbk AKR Corporindo Tbk Aneka Tambang (Persero) Tbk Astra International Tbk Alam Sutera Realty Tbk Global Mediacom Tbk Bumi Serpong Damai Tbk Charoen Pokphand Indonesia Tbk Indofod CBP Sukses Makmur Tbk Vale Indonesia Tbk Indofood Sukses Makmur Tbk Indocement Tunggal Prakasa Tbk Indo Tambangraya Megah Tbk Kalbe Farma Tbk Lippo Karawaci Tbk PP London Sumatra Plantation Tbk Media Nusantara Citra Tbk Matahari Putra Prima Tbk Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk PP (Persero) Tbk Siloam International Hospitals Tbk Semen Indonesia (Persero) Tbk Summarecon Agung Tbk Sawit Sumbermas Sarana Tbk Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk United Tractors Tbk Unilever Indonesia Tbk Wijaya Karya (Persero) Tbk
Sumber: Situs Bursa Efek Indonesia (diakses 14 Februari 2015)