40
BAB II DESKRIPTIF WILAYAH
2.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Gorontalo Utara adalah salah satu wilayah di Provinsi Gorontalo, wilayah ini merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Gorontalo yang disahkan melalui Undang-Undang Nomor 11 tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Gorontalo Utara. Luas wilayah Kabupaten Gorontalo Utara 1.777.03 km2 meliputi wilayah 6 kecamatan dan 56 desa tahun 2010 dan pada tahun 2012 menjadi 11 kecamatan dan 123 Desa. Kecamatan yang paling luas adalah kecamatan Atinggola seluas 264.55 Km2 dan kecamatan terkecil yaitu Kecamatan Ponelo Kepulauan dengan Luas 10.40 Km2. Wilayah Kabupaten Gorontalo utara meliputi bagian utara dan pulau - pulau kecil yang berada ada di wilayah sekitar pantai Utara Gorontalo Utara. Letak geografi, berada di antara 0°53–0,883°’ Lintang Utara dan 122°39’– 122,65° Bujur Timur utara, Dengan batas-batas wilayah: a. Sebelah Utara, berbatasan dengan Laut Sulawesi; b. Sebelah Barat, berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Tengah dan Kab. Pohuwato; c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Boalemo dan Kabupaten Gorontalo; d. dan di sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Utara
40
41
Berdasarkan batas wilayah tersebut, maka Kabupaten Gorontalo Utara selain memiliki wilayah daratan juga memiliki wilayah perairan. Secara geografis lebih dari 75 persen wilayah Kabupaten Gorontalo Utara merupakan wilayah pesisir, dengan panjang garis pantai mencapai 320 Km2, sekaligus merupakan garis pantai terpanjang di Provinsi Gorontalo yang berhadapan dengan Samudera Pasifik.. Wilayah dataran Kabupaten Gorontalo Utara sebagian adalah perbukitan rendah dan daratan tinggi yang tersebar pada ketinggian 0 - 1.800 meter diatas permukaan laut, Keadaan topografi didominasi oleh kemiringan 15-40 ° (60 -70 %). Kondisi dan struktur utama Geologi adalah patahan yang berpotensi menimbulkan gerakan tektonik sehingga menyebabkan Kabupaten Gorontalo Utara rawan bencana alam seperti gempa bumi, gerakan tanah, erosi, abrasi dan gelombang pasang serta pendangkalan dan banjir. Jumlah penduduk Kabupaten Gorontalo Utara pada tahun 2012 adalah 108.079 jiwa. Rata – rata laju pertumbuhan selam kurun waktu 2000-2010 sebesar 1,84%. sedangkan persebaran penduduk yang terbesar adalah Kecamatan Kwandang yaitu 24.89 % sedangkan terendah berada di kecamatan ponelo kepulauan yaitu sebesar 3.23 %. hal ini disebapkan karena Kecamatan kwandang merupakan pusat Kabupaten sedangkan Kecamatan ponelo kepulauan merupakan kecamatan yang baru terbentuk. sedangkan tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Gorontalo Utara pada tahun 2012 rata-rata 61 jiwa/ km2.. untuk lebih jelasnya lihat tabel 4.1.1
42
Tabel 3.1.1: Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Gorontalo Utara tahun 2012 No. Nama kecamatan
Luas Km2
Presentase
1.
Atinggola
264.548
14.89
2.
Gentuma raya
100.336
5.65
3.
Kwandang
190.753
10.73
4.
Tomilito
99.312
5.59
5.
Ponelo kepulauan
7.832
0,44
6.
Anggrek
141.507
7,96
7.
Monano
144.015
8,1
8.
Sumalata
305.59
17,2
9.
Sumalata timur
197.549
11,12
10.
Tolinggula
213.891
12,04
11.
Biau
111.689
6.29
Gorontalo utara
1.777.02
100
Sumber : kantor Pertanahan kab. Gorontalo utara 2012 : Badan Pusat Statistik (BPS) kab. Gorontalo utara 2013 Sedangkan sex ratio Kabupaten Gorontalo Utara pada tahun 2011 rata-rata 1.04 dengan penduduk laki –laki 55.178 jiwa sedangkan penduduk perempuan sebesar 59.901 jiwa. hal ini menunjukan perbandingan antara penduduk laki – laki dan perempuan ada perbedan (Lihat Tabel 4.1.2). Angkatan kerja dan bukan ankatan kerja Kabupaten Gorontalo Utara (data 2012) yaitu penduduk usia (15 tahun keatas) sekitar 70,44% penduduk di Kabupaten Gorontalo Utara termasuk Angkatan Kerja. sedangkan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) mengalami peningkatan dari 64,99% (tahun 2011) meningkat menjadi
43
70,44 % pada tahun 2012. angkatan kerja (bekerja dan pengangguran ) sebanyak 70,44 % sedangkan bukan angkatan kerja yang terdiri dari siswa sekolah, ibu rumah tangga dan lainya sebanyak 29,56 %. Tabel 3.1.2 : Banyaknya Penduduk (Orang) Menurut Kecamatan di Kabupaten Gorontalo Utara 2012 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Nama kecamatan
Atinggola Gentuma raya Kwandang Tomilito Ponelo kepulauan Anggrek Monano Sumalata Sumalata timur Tolinggula Biau Gorontalo utara
Jumlah Penduduk (Orang)
Laki-laki 6.199 5.032 15.934 5.039 2.051 9.217 3.458 5.760 3.855 5.430 2.804 64.777
Perempuan 5.955 4.866 15.708 49.02 2.058 8.587 3.388 5.235 3.717 5.232 2.692 62.340
Jumlah 12.154 9.898 31.642 9.941 4.109 17.804 6.844 10.995 7.572 10.662 5.496 127.117
Rasio Jenis Kelamin
104 103 101 103 100 107 102 110 104 104 104 104
Sumber :Dinas Kepndudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Gorontalo Utara 2012 :Badan Pusat Statistik (BPS) kabupaten Gorontalo Utara 2013.
klasifikasi kesukuan masyarakat Gorontalo Utara dapat digolongkan dalam Suku Gorontalo. Namun ada beberapa suku yang terdapat di daerah ini antara lain suku Atinggola, Minahasa, Tionghoa dan Sangir. hal ini dapat dilihat dari adat istiadat dan kebudayaan masyarakat setempat, seperti masyarakat Atinggola yang dalam sejarah Gorontalo termasuk salah satu kerajaan yang tergabung dalam Limo lo pohalaa. sedangkan suku Sangir dan Minahasa merupakan Daerah Transmigrasi yang berada di kecamatan Gentuma Raya. Namun hal yang menarik adalah keberadaan
44
orang-orang cina di kecamatan sumalata yang tidak lepas dari peristiwa historis pada massa Kolonial. Sedangkan jumlah agama berdasarkan data dari kantor kementrian Agama adalah 96,14 % penduduk Kabupaten Gorontalo Utara beragama Islam, 3,69 % Kristen Protestan, 0,11 % Kristen Khatolik, dan 0,007 % . sedangkan fasilitas tempat ibadah yang terdapat di Kabupaten Gorontalo Utara (data 2012) antara lain ada 237 Masjid, 20 Mushola, 40 Gereja Protestan, 6 Gereja Khatolik. berdasarkan data diatas bahwa penduduk Kabupaten Gorontalo Utara mayoritas bergama Islam. Pada umumnya wilayah Kabupaten Gorontalo Utara termasuk dalam tipe C dengan suhu udara disuatu tempat dintentukan oleh tinggi rendahnya tempat tersebut terhadap permukaan laut dn jarajnya dari pantai. pada tahun 2012 suhu udara maxsimum rata-rata berkisar antara 31.4° C sampai dengan 34.2o C sedangkan suhu udara minimum rata-rata berkisar antara 22.2o C sampai 24.1o C Sedangkan iklim di Indonesia, khusunya daerah Gorontalo Utara yaitu musim kemarau dan penghujan terjadi pada bulan
Juni sampai Desember. Arus angin
berasal dari Australia dan tidak mengandung uap air sehinga mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya pada bulan Desember sampai dengan Maret arus angin banyak berasal dari Asia dan Samudra Pasifik yang mengandung uap air, sehingga menyebapkan Musim Hujan. Keadaan seperti itu berganti setiap stengah tahun melewati masa peralihan pada bulan April-Mei dan Oktober-November.
45
2.2 Kondisi Sosial budaya Seperti daerah lainnya, Kabupaten Gorontalo Utara juga memiliki budaya dan keseniaan daerah yang sangat beragam antara lain: 1. Mandi Safar Mandi safar adalah kegiatan ritual (tradisi) yang dilaksanakan setiap bulan safar. Ritual ini berada di Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara, ritual ini dipercaya oleh masyarakat dapat mengabulkan semua permintaan, seperti dibebaskan dari berbagai penyakit. Adapun prosesi mandi safar yaitu meliputi pembacaan ayat suci al-quran seperti surat Al Kafirun surat yasin dan salawat Nabi dan dilanjutkan dengan mandi-mandi bersama dengan pakaian yang telah disiapkan, sambil membaca niat. Lafal niat tersebut ditulis pada daun lontar atau sejenisnya , yang diikatkan pada seikat kayu dengan posisi ditancapkan didepan orang yang sedang mandi melewati arus sungai. Setelah acara mandi selesai dilanjutkan dengan makan bersama hidangan masakan yang telah disiapkan yang msebelumnya diadakan doa bersama oleh tokoh adat, tokoh masyarakat dan unsur pemerintah kecamatan. Mandi safar menurut cara para pendahulu /leluhur yaitu kegiatanya itu dilakukan di hulu sungai Andagile yang bermuara di pantai minanga. dengan tujuan agar bencana dan mala petaka senantiasa ikut terbawa oleh aliran sungai. Ritual ini semata – mata merupakan perlakuan atas permohonan dan doa yang dihadapkan kepada yang maha kuasa agar manusia, alam, dan mahluk menyertai setiap lankah kehidupan umat manusia. Tradisi mandi safar ini terus berkembang hingga
46
pelaksanaanya menyebar dan dilakukan secara bersama di pinggiran sungai setiap desa khusunya dikecamatan Atinggola. 2. Tulude Tulude merupakan salah satu budaya etnis sangihe talaud yang secara rutin dilaksanakan pada akhir bulan januari, dengan tujuan menolak balaa, oleh sekelompok masyarakat sangihe talaud yang berdomisili di desa kasia dan langke kecamatan gentuma raya. Budaya ini merupakan adat kebiasaan masyarakat etnis sangihe talaud dimana dalam pelaksanaanya seluruh masyarakat akan membawa hasil pertanianya ke lokasi upacara ritual. Dalam satu ritual yang sama juga ada satu budaya yaitu budaya saji yang merupakan prosesi penyajian makanan dengan membentuk kue “tamo” yang berbentuk tumpeng besar yang mengambarkan keadaan masa depan dan harapan , dimana kue “tamo” dan hasil pertanian tersebut sebelum disajikan didahului dengan doa bersama, baik secara islami maupun kristiani. 3. Tombilotohe Tombilotohe (pasang lampu) merupakan tradisi yang berkembang di wilayah Provinsi Gorontalo. tradisi ini dilaksanakan setiap bulan puasa, tepatnya pada anggal 27 ramadhan selama malam berturut-turut menjelang hari raya idul fitri, dimana prosesi pembuatan dari tombilotehe ini antara lain arkus yaitu janur, dayo, tebu dan pisang tanggoloopo yitu bambu setinggi 150 cm diatas permukaan tanah dan menggunakan lampu tradisional.
47
4. Tujai Tujai merupakan puisi adat yang yang diucapkan pada kegiatan peradatan, seperti perkawinan, penobatan dan pemberian gelar yang berisi kan pesan-pesan moral. di wilayah ini juga terdapat bebrapa tradisi masyarakat Gorontalo yang berisikan pesan -pesan dan moral seperti Tinilo, Taleningo, Leningo, Lohidu, Paiya Hunggolopoli,dan Wulito. 5. Tari Garapan Kabali Tari ini diangkat dari kebiasan masyarakat Gorontalo, dalam memperkebal diri (kabali) yang dibentuk dalam satu Tarian Daerah. 6. Tari Garapan “Koloko’o Merupakan salah satu tarian yang diangkat dari tradisi masyarakat Gorontalo, didalam membuat dan menggunakan “koloko”o tarian ini digunakan kedalam jenis tarian garapan dalam bentuk tarian Daerah. Koloko’o ini terbuat dari seruas bambu yang berlubang panjang ditengah dipegang pada ujung kemudian di pukul dengan sepotong kayu sehingga mengeluarkan bunyi yang nyaris dan keras. Koloko’o ini dulu digunakan sebagai alat komunikasi masyarakat bila ada kegiatan penting yang akan disampaiakan seperti rapat.