BAB II DESKRIPSI BURSA EFEK INDONEASIA
2.1. Pengertian dan Peranan Pasar Modal Indonesia Menurut Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, Pasar Modal diartikan sebagai “kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek perusahan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.” Pada dasarnya, pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang (lebih dari satu tahun) yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain misalnya pemerintah, dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya. Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi. Pertama, pasar modal sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain. Kedua, pasar modal sebagai sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrument keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-
10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
lain. Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing instrument. 2.2. Sejarah Pasar Modal Indonesia Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya. Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Pada tahun 2007 pemerintah memutuskan untuk menggabung Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). Hal ini dilakukan demi efektivitas operasional dan transaksi pasar modal di Indonesia. Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia seperti terlihat pada Tabel 2.1 berikut:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
Tabel 2.1. Sejarah Pasar Modal Indonesia TAHUN [Desember 1912] [1914 – 1918] [1925 – 1942] [Awal tahun 1939] [1942 – 1952] [1956] [1956 – 1977] [10 Agustus 1977]
KETERANGAN Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif Perdagangan di Bursa Efek vakum Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara
[1977 – 1987]
Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan Pasar Modal
[1987]
Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia
[1988 – 1990]
Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat
[2 Juni 1988]
[Desember 1988]
Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal
[16 Juni 1989]
Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya
[13 Juli 1992]
Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ
[22 Mei 1995]
Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems)
[10 November 1995]
Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996
[1995]
Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia
[2000] [2002] [2007] [02 Maret 2009]
BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading) Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) Peluncuran Perdana Sistem Perdagangan Baru PT Bursa Efek Indonesia: JATSNextG
[7 Desember 2012]
Pendirian PT Penyelenggara Program Perlindungan Investor Efek Indonesia
[2 Januari 2013]
Perubahan waktu Perdagangan 30 menit lebih awal dan diterapkannya pre-closing dan post-trading di akhir hari perdagangan
[4 Maret 2013]
Peluncuran New IDXnet
Sumber: BEI (2014)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
2.3. Struktur Pasar Modal Indonesia Pasar modal di Indonesia telah diatur oleh UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Secara umum struktur pasar modal Indonesia dapat terlihat pada Gambar 2.1 berikut:
Gambar 2.1. Struktur Pasar Modal Indonesia Sumber: BEI (2015)
Secara garis besar struktur pasar modal Indonesia dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah lembaga negara yang dibentuk berdasarkan UU Nomor 21 Tahun 2011 yang berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan. OJK adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain. OJK telah menggantikan peran
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
Bapepam-LK dalam pengaturan dan pengawasan pasar modal dan lembaga keuangan. 2) Bursa Efek adalah lembaga yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem atau sarana untuk perdagangan efek (surat berharga). Peran Bursa Efek adalah sebagai fasilitator dalam perdaganagan efek, membuat peraturan yang berkaitan dengan perdagangan bursa, mengupayakan likuiditas instrumen, mencegah praktek-praktek yang dilarang bursa seperti insider trading, memberikan informasi yang transparansi, serta menciptakan instrumen dan jasa baru. Sekarang ini, fungsi ini dijalankan oleh Bursa Efek Indonesia. 3) Lembaga
Kliring
dan
Penjaminan
(LKP),
yaitu
lembaga
yang
menyelenggarakan jasa kliring dan penjaminan transaksi di bursa. Proses kliring adalah suatu proses penentuan hak dan kewajiban Anggota Kliring (AK) yang timbul dari transaksi efek yang dilakukannya di bursa efek, dengan tujuan masing-masing pihak mengetahui hak dan kewajibannya baik berupa efek maupun uang yang harus diselesaikan pada tanggal penyelesaian transaksi bursa. Fungsi ini dilakukan oleh KPEI (Kliring Penjamin Efek Indonesia). 4) Lembaga Penyimpan dan Penyelesaian (LPP), yaitu lembaga yang menyelenggarakan kegiatan kustodian sentral di bank kustodian, perusahaan efek dan pihak lain. Fungsi lembaga ini dijalankan oleh KSEI (Kustodian Sentral Efek Indonesia) dengan tugas utamanya adalah menyimpan dan menyelesaikan transaksi efek. 5) Perusahaan Efek, yaitu perusahaan yang menjadi perantara dalam penerbitan efek, pengelolaan investasi, dan perdagangan efek. Setiap pekerjaan di atas
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
dilakukan oleh Wakil Penjamin Emisi Efek (WPEE), Wakil Manajer Investasi (WMI), dan Wakil Perantara Pedagang Efek (WPPE). Kegiatan penerbitan efek adalah kegiatan mendaftarkan surat berharga baik yang bersifat liabilitas atupun ekuitas ke dalam pasar modal untuk pertama kalinya. Kegiatan pengelolaan investasi merupakan kegiatan mengelola dana yang telah disetorkan nasabah dalam berbagai instrumen investasi. Dalam kegiatan ini, WMI dapat memberikan nasihat investasi kepada nasabah untuk memilih instrumen investasi yang sesuai dengan profil risiko nasabah. Kegiatan perdagangan efek adalah kegiatan jual-beli efek antar investor di pasar sekunder. 6) Lembaga Penunjang yang terdiri dari: Biro Administrasi Efek (BAE) yang bertugas mengadministrasikan seluruh kegiatan efek-efek yang ditawarkan oleh emiten, termasuk menyediakan jasa dalam bentuk pencatatan dan pemindahan kepemilikan efek emiten. Bank Kustodian yang memberikan tempat penitipan efek, mengamankan semua penerimaan dan penyerahan efek untuk kepentingan yang diwakilinya, termasuk penagihan deviden kepada emiten. Wali Amanat merupakan pihak yang dipercaya untuk mewakili kepentingan pemegang obligasi atau sekuritas utang. Pemeringkat Efek adalah persahaan swasta yang melakukan peringkat/ranking atas efek yang bersifat utang (seperti obligasi), berperan memberikan informasi atas risiko dan tingkat pengembalian yang wajar atas suatu investasi hususnya sekuritas hutang. 7) Profesi Penunjang yang terdiri dari: Akuntan Publik yang melakukan pemeriksaan atas laporan keuangan persahaan. Notaris berperan untuk membuat Berita Acara RUPS, Akte Perubahan Anggaran Dasar, serta
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
menyiapkan perjanjian-perjanjian dalam rangka emisi efek. Penilai adalah pihak yang menerbitkan dan menandatangani Laporan Penilai yaitu pendapat atas nilai wajar aktiva yang disusun berdasarkan pemeriksaan menurut keahlian penilai. Konsultan Hukum yang melakukan pemeriksaan menyeluruh dari segi hukum (Legal Audit) dan memberikan pendapat dari segi hukum (Legal Openion) terhadap emiten danperusahaan publik. 2.4. Visi, Misi dan Struktur Organisasi BEI Bursa Efek Indonesia (BEI), atau Indonesia Stock Exchange (IDX) merupakan bursa hasil penggabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya (BES). Demi efektivitas operasional dan transaksi, Pemerintah memutuskan untuk menggabung Bursa Efek Jakarta sebagai pasar saham dengan Bursa Efek Surabaya sebagai pasar obligasi dan derivatif. Bursa hasil penggabungan ini mulai beroperasi pada 1 Desember 2007. Visi Bursa Efek Indonesia yaitu “menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia.” Sedangkan misi yang diemban adalah “Menciptakan daya saing untuk menarik investor dan emiten, melalui pemberdayaan Anggota Bursa dan Partisipan, penciptaan nilai tambah, efisiensi biaya serta penerapan good governance” (BEI, 2015). Bursa Efek Indonesia dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang dibantu oleh enam orang Direktur. Masing-masing Direktur membawahi beberapa Devisi seperti terlihat pada Gambar 2.2 berikut ini.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
Gambar 2.2. Bagan Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia Sumber: BEI (2015)
2.5. Instrumen Saham Bentuk instrumen di pasar modal disebut efek, yaitu surat berharga yang dapat berupa saham, obligasi, dan produk turunan (derivatif) yang dapat berupa turunan langsung dari Efek “utama” maupun turunan selanjutnya. Derivatif merupakan kontrak atau perjanjian yang nilai atau peluang keuntungannya terkait dengan kinerja aset lain. Aset lain ini disebut sebagai underlying assets. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Pada dasarnya, ada dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham: 1) Dividen Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Deviden dapat berupa uang tunai atau berupa saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut. 2) Capital Gain Capital Gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Sebagai instrumen investasi, saham memiliki risiko antara lain berupa capital loss dan risiko liquidasi. Capital loss yaitu suatu kondisi dimana investor menjual saham lebih rendah dari harga beli. Risiko liquidasi yaitu suatu kondisi dimana perusahaan yang sahamnya dimiliki, dinyatakan bangkrut oleh Pengadilan, atau perusahaan tersebut dibubarkan. Dalam hal ini hak klaim dari pemegang saham mendapat prioritas terakhir setelah seluruh kewajiban perusahaan dapat dilunasi. Di pasar sekunder atau dalam aktivitas perdagangan saham sehari-hari, harga-harga saham mengalami fluktuasi baik berupa kenaikan maupun penurunan. Pembentukan harga saham terjadi karena adanya permintaan dan penawaran atas
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
saham tersebut. Dengan kata lain harga saham terbentuk oleh supply dan demand atas saham tersebut. Supply dan demand tersebut terjadi karena adanya banyak faktor, baik yang sifatnya spesifik atas saham tersebut (kinerja perusahaan dan industri dimana perusahaan tersebut bergerak) maupun faktor yang sifatnya makro seperti tingkat suku bunga, inflasi, nilai tukar dan faktor lainnya. 2.6. Indeks Harga Saham Indeks harga saham adalah indikator atau cerminan pergerakan harga saham. Indeks merupakan salah satu pedoman bagi investor untuk melakukan investasi di pasar modal, khususnya saham. Saat ini Bursa Efek Indonesia memiliki 11 jenis indeks harga saham, dianataranya adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Indeks LQ45. 2.6.1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atau disebut juga Jakarta Composite Index (JCI) pertama kali diperkenalkan pada tanggal 1 April 1983 sebagai indikator pergerakan harga saham yang tercatat di bursa. Hari dasar perhitungan indeks adalah tanggal 10 Agustus 1982 dengan nilai 100. Sedangkan jumlah emiten yang tercatat pada waktu itu adalah sebanyak 13 emiten. Formula perhitungan IHSG adalah sebagai berikut: IHSGt = (NPt/NDt) x 100 Dimana: IHSGt = Indeks Harga Saham Gabungan pada hari ke-t, NPt
= Nilai Pasar (disebut juga Kapitalisasi Pasar), yaitu adalah kumulatif
http://digilib.mercubuana.ac.id/
(2.1)
20
jumlah saham tercatat (yang digunakan untuk perhitungan indeks) dikali dengan harga pasar pada hari ke-t. NDt
= Nilai Dasar yang berlaku pada hari ke-t. Untuk mengeleminasi pengaruh faktor-faktor yang bukan perubahan harga
saham, maka selalu ada penyesuaian (adjustment) Nilai Dasar pada perhitungan hari ke-t bila terjadi penawaran saham perdana, atau terjadi corporate action seperti stock split, pembagian dividen atau bonus saham, penawaran terbatas atau HMETD (right issue) dan lain-lain. Sehingga dengan demikian indeks akan mencerminkan pergerakan harga saham saja. Penyesuaian Nilai Dasar mengikuti formula berikut: NDB = [(NPS+Adj)/NPS] x NDS
(2.2)
Dimana: NDB = Nilai dasar baru setelah terjadi corporate action NDS
= Nilai dasar sebelumnya
NPS
= Nilai pasar sebelumnya
Adj
= Nilai adjustment karena adanya corporate action, besar nilai adjustment mengikuti formula untuk setiap jenis corporate action yang terjadi. Posisi penutupan tertinggi yang pernah dicapai IHSG sampai bulan
Desember 2014 adalah 5,226.947 poin yang tercatat pada tanggal 30 Desemeber 2014. Gambar 2.3 berikut adalah data historis bulanan Index Harga Saham Gabungan (IHSG) dari Januari 2004 sampai Desember 2014.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
Gambar 2.3. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 2004-2014 Sumber: BEI (2015) 2.6.2. Indeks LQ45 Indeks LQ45 terdiri dari 45 emiten dengan likuiditas tinggi, yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan. Selain penilaian atas likuiditas, seleksi atas emiten-emiten tersebut juga mempertimbangkan kapitalisasi pasar. Sejak diluncurkan pada bulan Februari 1997 ukuran utama likuiditas transaksi adalah nilai transaksi common stock di pasar reguler. Pada bulan Januari 2005, jumlah hari perdagangan dan frekuensi transaksi dimasukkan sebagai ukuran likuiditas. Adapun kriteria LQ45 adalah sebagai berikut: 1) Proses seleksi dimulai dari pemilihan Top 60 common stock dengan nilai ratarata transaksi tertinggi di pasar reguler selama 12 bulan terahir.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
2) Selanjutnya 45 saham dipilih berdasarkan nilai transaksi, kapitalisasi pasar, jumlah hari perdagangan, dan frekensi transaksi di pasar reguler selama periode 12 bulan terahir. 3) Saham harus masuk dalam perhitungan IHSG. 4) Telah tercatat di BEI selama minimal 3 bulan. 5) Saham harus memiliki kondisi keuangan yang sehat, prospek pertumbuhan yang bagus, frekuensi dan transaksi perdagangan yang tinggi di pasar reguler. BEI melakukan evaluasi setiap tiga bulan sekali atas pergerakan urutan saham-saham tersebut. Penggantian saham akan dilakukan setiap enam bulan sekali, yaitu pada awal bulan Februari dan Agustus. Untuk menjamin kewajaran (fairness) pemilihan saham, BEI juga dapat meminta pendapat kepada komisi penasehat yang terdiri dari para ahli dari OJK, Universitas dan profesional di bidang pasar modal yang independen. Walaupun LQ45 diluncurkan pada bulan Febuari 1997, namun untuk mendapatkan data historikal yang cukup panjang, hari dasar yang digunakan adalah tanggal 13 Juli 1994, dengan nilai indeks sebesar 100. Adapun formula indeks LQ45 dihitung sebagai mana ketentuan menghitung IHSG, hanya saja saham emiten yang dihitung terbatas pada anggota kelompok LQ45 yang berlaku pada saat penghitungan tersebut. Demikian pula ketentuan penyesuaian Nilai Dasar bila terjadi corporate action, guna menjamin pergerakan indeks hanya merefleksikan pergerakan harga saham saja. Gambar 2.4 berikut adalah data historis kapitalisasi dan indeks saham LQ45 dari Januari 2011 sampai Desember 2014.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
Gambar 2.4. Kapitalisasi dan Indeks Saham LQ45 2011-2014 Sumber: BEI (2015)
Dari Gambar 2.4 terlihat bahwa LQ45 merupakan kelompok saham yang paling liquid dengan jumlah transaksi (kapitalisasi pasar) terbesar di BEI saat ini dengan nilai indeks yang sangat berfluktuasi. Dipilihnya LQ45 sebagai object pengamatan diharapkan dapat memberikan input perubahan harga saham harian yang lebih berfluktuasi, sehingga lebih dapat mengakomudasi faktor risiko (variability) dalam pembentukan portofolio optimal. 2.7. Mekanisme Perdagangan Saham di BEI Pelaksanaan perdagangan efek di bursa dilakukan dengan menggunakan fasilitas JATS (Jakarta Automated Trading System). Perdagangan Efek di Bursa hanya dapat dilakukan oleh Anggota Bursa (AB) yang juga menjadi Anggota Kliring KPEI dan bertanggung jawab terhadap seluruh transaksi yang dilakukan di bursa baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
Secara garis besar mekanisme perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) disajikan dalam skematik proses pelaksanaan perdagangan pada Gambar 2.5 berikut:
Gambar 2.5. Skematik Proses Perdagangan di BEI Sumber: BEI (2015)
Investor melakukan transaksi melalui Perusahan Efek yang telah menjadi Anggota Bursa yang tercatat pada BEI. Dengan demikian, terlebih dahulu harus menjadi nasabah dan melakukan pembukaan rekening pada Perusahaan Efek yang bersangkutan, serta umumnya nasabah diwajibkan mendepositkan sejumlah uang tertentu sebagai jaminan dalam melakukan transaksi saham. Transaksi di Pasar Reguler akan diselesaikan dalam kurun waktu T+3 Hari Bursa, penyerahan saham dan pembayaran akan diselesaikan melalui KPEI (PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia) dan KSEI (PT Kustodian Sentral Efek Indonesia).
http://digilib.mercubuana.ac.id/