BAB I PENGANTAR
1.1 Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan sektor usaha yang memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi Negara dimana dengan memberdayakannya secara efektif dapat menanggulangi masalah pokok dewasa ini yaitu: kemiskinan, pengangguran, dan penciptaan lapangan kerja (Ali, 2008: 5). Hal ini menurut Ali bukan hanya karena secara teoritis UMKM memiliki keunggulan tetapi di atas itu semua, UMKM memang pantas untuk diandalkan antara lain karena ketangguhan dan kelenturannya dalam merespon perubahan pasar. Secara praktek, usaha mikro dan kecil yang menjadi bagian dari UMKM merupakan kekuatan strategis dan penting untuk mempercepat pertumbuhan pembangunan daerah (BPS, 2012: 19). Hasil survey BPS (2012: 19-20) menunjukkan bahwa jumlah industri mikro dan kecil di Indonesia mencapai 3.218.043 usaha dan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 9.087.606 orang. Pendapatan usaha mikro dan kecil terbesar ada di pulau jawa yaitu sebesar 69,16 persen dari total pendapatan usaha mikro dan kecil triwulan I tahun 2012, sedangkan pendapatan usaha mikro dan kecil di luar jawa hanya sebesar 30,84 persen. Dari data yang ada dapat dilihat bagaimana kontribusi usaha mikro dan kecil dalam pembangunan di Indonesia. Meskipun demikian, masih terdapat beberapa kendala dalam rangka pemberdayaan
usaha mikro dan kecil di
19
antaranya yang paling utama yaitu masalah permodalan. Dari data BPS Triwulan I 2012 menunjukkan bahwa 79,29 persen usaha mikro dan kecil mengalami kesulitan dimana 33,13 persennya mengalami kesulitan dalam permodalan. Pada umumnya 93,86 persen dari usaha mikro dan kecil tidak pernah menerima bantuan dari lembaga non koperasi. Kebanyakan alasan utama usaha mikro dan kecil tidak menerima bantuan dari koperasi maupun non koperasi adalah karena tidak tahu ada bantuan (sebesar 55,95 persen), tidak tahu prosedur (13,99 persen), dan proposal ditolak (1,45 persen). Dari data yang ada ini dapat dilihat bahwa peran lembaga keuangan dalam menyediakan dana dalam rangka pengembangan usaha mikro dan kecil masih belum bisa terlihat. Salah satu lembaga keuangan yang bergerak dalam pemberdayaan usaha mikro dan kecil adalah BMT. BMT merupakan lembaga keuangan non bank dan lebih berorientasi pada pemberdayaan (Ridwan, 2004: 125). Lembaga ini sebenarnya merupakan lembaga swadaya masyarakat yang didirikan dan dikembangkan oleh masyarakat (Rizki, 2007: 3). Dari situs berita online Tempo (November, 2012) dilaporkan bahwa asset BMT tumbuh tiap tahun. Ketua umum dewan Pimpinan Pusat Perhimpunan BMT Indonesia, Joelarso, mengatakan, pertumbuhan aset BMT tersebut seiring tumbuhnya jumlah BMT di daerahdaerah. Joelarso juga menambahkan bahwa hingga akhir tahun 2012, sudah ada 3.900 BMT dengan pertumbuhan aset sebagai berikut:
20
Tabel 1. 1. Pertumbuhan Aset BMT di Indonesia, Tahun 2005-2011 Tahun 2005 2006 2011
Jumlah Aset (Rp Miliar) 364 458 3600
Sumber data: Bisnis, Tempo, http://www.tempo.co/read/news/2012/11/07/089440268
Skema pembiayaan musyarakah telah banyak diterapkan di Indonesia. Meskipun demikian, dari total pembiayaan yang ada, penyaluran dana untuk pembiayaan musyarakah masih tergolong kecil. Data penyaluran dana melalui pembiayaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.2. berikut ini: Tabel 1. 2. Penyaluran Dana melalui Pembiayaan, bulan Oktober 2012 Jenis akad Murabahah Musyarakah Mudharabah Piutang Qardh
Jumlah (Triliun) 80,95 25,21 11,44 11,19
Persentase (%) 59,71 18,59 8,44 8,25
Sumber: Outlook Perbankan Syariah 2013
Menurut Zahra (2010 : 2), pembiayaan dengan skema musyarakah yang diterapkan berdasar sistem kerjasama dan tolong-menolong merupakan salah satu solusi yang dapat dilakukan oleh lembaga keuangan Islam dalam rangka pemberdayaan usaha mikro dan kecil melalui penguatan modal. Dalam dunia usaha / bisnis, prinsip saling tolong-menolong dalam kebaikan ini dapat diterapkan guna meningkatkan usaha / bisnis yang dijalankan salah satunya dengan kerjasama di bidang permodalan. Rasulullah saw. Pernah menyampaikan sistem kerjasama melalui kemitraan dalam sebuah hadits:
ما مل خين, انا ثالث الشريكني: أن اهلل تعاىل يقول: قال,عن اىب ىريرة رفعو فإن خانو خرجت من بينهما,أحدمها صاحبو Diriwayatkan dari Abu Hurairah dalam bentuk Hadits marfu‟, yang mengatakan bahwa Allah SWT. Berfirman: “Aku adalah Orang ketiga dari dua orang yang bermitra, selama salah satu
21
dari kedua orang itu tidak mengkhianati yang lainnya. Bila salah satu berkhianat, Aku keluar dari kedua orang itu.”
Modal merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam kegiatan usaha / bisnis. Dalam kegiatan bisnis Islami, perlu diperhatikan aspek kehalalan modal dimana salah satunya tidak boleh mengandung unsur riba. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT yaitu:
ِ َّ ِِ ِ ِ ني َ ين َآمنُوا اتَّ ُقوا اللَّوَ َو َذ ُروا َما بَق َي م َن اليربَا إِ ْن ُكْنتُ ْم ُم ْؤمن َ يَا أَيُّ َها الذ “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.” Dengan adanya kerjasama di bidang permodalan secara Islami diharapkan dapat membawa berkah yang dapat berdampak pada peningkatan usaha yang dijalankan. Terkait dengan hal ini, secara praktek, belum berubahnya iklim usaha secara umum memberi tanda bahwa kondisi perekonomian Indonesia belum sepenuhnya pulih dari krisis. Data mengenai perubahan kondisi usaha dapat dilihat pada Tabel 1.3. berikut ini: Tabel 1. 3. Perubahan Kondisi Usaha dari Triwulan IV Tahun 2011 ke Triwulan I Tahun 2012 Perubahan Kondisi Usaha Sama Baik Lebih baik Lebih buruk Sama buruk Tidak dapat dibandingkan
Jumlah Persentase (%) 39,49 24,42 18,50 7,17 10,42
Sumber data: Katalog BPS, Triwulan I Tahun 2012
Dari Tabel 1.3. dapat dilihat bahwa hanya sebesar 24,42 persen saja yang kondisi usahanya lebih baik dari triwulan sebelumnya. Sedangkan yang lainnya (kecuali yang tidak dapat dibandingkan) yaitu sebesar lebih dari 50 persen (50,09
22
persen) belum mengalami perubahan yang lebih baik. Oleh karena itu perlu adanya upaya dalam rangka mendorong usaha mikro dan kecil tersebut ke kondisi iklim usaha yang lebih baik, di antaranya yaitu dengan saluran dana dalam rangka penguatan modal usaha. Skema musyarakah dapat sekaligus menjadi wahana lembaga penyedia modal yaitu BMT dalam memaksimalkan perannya sebagai salah satu lembaga swadaya masyarakat serta mencapai tujuan awal dari BMT tersebut. Menurut Ridwan (2011: 127), titik tekan perumusan visi BMT adalah mewujudkan lembaga yang professional dan dapat meningkatkan kualitas ibadah (dalam arti luas). Dari tujuan awal ini, BMT dapat berperan sebagai mitra usaha yang sekaligus dapat menanamkan nilai-nilai Islam kepada mitra terutama dalam pengembangan usaha yang ada baik untuk mencapai keuntungan (profit) usaha, manfaat (benefit) dari usaha tersebut, serta pengalokasian dari pendapatan (keuntungan) yang telah didapat. Yogyakarta merupakan salah satu propinsi dengan potensi usaha mikro dan kecil yang besar. Dari data BPS triwulan I tahun 2012 tercatat bahwa jumlah usaha mikro dan kecil di Yogyakarta adalah sebesar 65.442 usaha (2,03 persen dari total usaha mikro dan kecil di Indonesia) yang mampu menyerap tenaga kerja sebesar 1,91 persen dari total tenaga kerja di Indonesia. Dari segi pendapatan, usaha mikro dan kecil di Yogyakarta menyumbang 1,97 persen dari total pendapatan usaha mikro dan kecil di Indonesia. Sebesar 56,34 persen pendapatan per bulan usaha mikro dan kecil di Yogyakarta adalah kurang dari Rp 5.000.000,00.
23
Dari data BPS tahun 2012, didapat bahwa secara umum sebesar 76,82 persen dari total usaha mikro dan kecil mengalami kesulitan dan sisanya sebesar 23,18 persen tidak mengalami kesulitan. Jenis kesulitan utama yang dihadapi dalam proses pengembangan usaha adalah masalah pemasaran dan modal yaitu masing-masing sebesar 36,36 persen dan 28,47 persen dari total jenis kesulitan yang ada. Dari segi pemanfaatan pinjaman, sebesar 67,89 persen dari total usaha mikro dan kecil yang ada tidak memanfaatkan pinjaman dan hanya 32,11 persen dari total usaha mikro dan kecil saja yang memanfaatkan pinjaman. Sebesar 16,92 persen dari usaha mikro dan kecil yang memanfaatkan pinjaman meminjam ke Bank dan sisanya yaitu sebesar 83,08 persen meminjam ke selain bank. Alasan utama tidak / belum pernah meminjam ke bank dapat dilihat pada Tabel 1.4. berikut ini: Tabel 1. 4. Alasan Utama Usaha Mikro dan Kecil di Yogyakarta Tidak / Belum Pernah Meminjam dari Bank Alasan Utama Tidak tahu prosedur Prosedur sulit Tidak ada agunan Suku bunga tinggi Usulan ditolak Tidak berminat
Persentase (%) 10,99 0,62 14,77 9,69 0,04 63,89
Sumber data: Katalog BPS Triwulan I Tahun 2012
Salah satu lembaga keuangan mikro Islam yang berorientasi pada pemberdayaan usaha mikro dan kecil di Yogyakarta adalah Koperasi Syariah. Pertumbuhan Koperasi Syariah di Yogyakarta pada tahun 2012 cukup signifikan yaitu mengalami pertumbuhan sebesar 19 persen sehingga tercatat sebesar 32 koperasi Syariah yang ada di wilayah ini (Nurwahid, Antara News, 2013). Menurut Nurwahid, sebagian besar koperasi Syariah yang ada berbentuk Baitul
24
Maal wat Tamwiil (BMT) yaitu sebanyak 30 unit sedangkan 2 unit lainnya adalah Koperasi Syariah Serba Usaha (KSU). Meskipun demikian, menurut Nurwahid, sebagian besar dari Koperasi Syariah yang ada tersebut masih bergerak di bidang konsumtif yaitu sebesar 70 persen dan hanya sebesar 30 persen saja yang bergerak di sektor produktif. Salah satu Koperasi Syariah di Yogyakarta yang banyak bergerak di sektor produktif adalah BMT Beringharjo Yogyakarta. Sebesar 62,79 persen dari total pembiayaan BMT Beringharjo merupakan pembiayaan produktif dengan skema musyarakah (data BMT, bulan Maret tahun 2013). Lokasi BMT Beringharjo yang berada di kawasan Pasar Beringharjo dan Malioboro memungkinkan lembaga keuangan ini untuk berperan dalam pengembangan usaha mikro dan kecil yang ada di Yogyakarta. Bantuan modal yang diberikan oleh BMT melalui pembiayaan musyarakah diharapkan dapat memberikan dampak positif pada pendapatan nasabah. Dengan demikian manfaat dari adanya pembiayaan musyarakah tersebut tidak hanya dapat dirasakan oleh nasabah pembiayaan tetapi juga oleh orangorang di sekitarnya. 1.2 Rumusan Masalah Dari data penyaluran dana melalui pembiayaan musyarakah pada outlook perbankan syariah tahun 2013 didapat bahwa persentase penyaluran dana dengan skema musyarakah pada perbankan syariah masih tergolong kecil yaitu sebesar 18,59 persen dari total pembiayaan. Padahal Skema musyarakah merupakan salah satu solusi yang dapat diterapkan lembaga keuangan Islam dalam rangka pengembangan usaha terutama usaha mikro dan kecil. BMT Beringharjo Cabang
25
Pabringan Yogyakarta merupakan salah satu lembaga keuangan mikro Islam yang bergerak di bidang pemberdayaan usaha kecil. Letak BMT Beringharjo Cabang Pabringan Yogyakarta yang strategis dekat dengan para pedagang di kawasan Pasar Beringharjo diharapkan dapat memberi dampak positif pada UMKM terutama usaha mikro dan kecil di kawasan tersebut. Dengan peningkatan modal diharapkan kegiatan usaha yang dijalankan oleh mitra bukan hanya bermanfaat dalam pencapaian keuntungan saja tetapi lebih dari itu yaitu membawa mashlahah bagi umat untuk mencapai tujuan utama seorang muslim yaitu menggapai falah. 1.3 Pertanyaan Penelitian Dari rumusan masalah yang ada maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian yaitu: 1. Bagaimana modal, omset, laba, pendapatan, serta profitabilitas usaha (dalam hubungannya dengan investasi (modal)) responden berdasarkan ukuran usaha sebelum dan sesudah menerima pembiayaan musyarakah? 2. Bagaimana modal, omset, laba, pendapatan, serta profitabilitas usaha (dalam hubungannya dengan investasi (modal)) responden berdasarkan sektor usaha sebelum dan sesudah menerima pembiayaan musyarakah? 3. Bagaimana perbedaan antara pendapatan nasabah sebelum dan sesudah menerima pembiayaan musyarakah? 4. Bagaimana pengaruh pembiayaan musyarakah terhadap pendapatan nasabah pembiayaan musyarakah?
26
1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan pertanyaan penelitian yang ada, tujuan penelitian ini yaitu: 1. Untuk menganalisis modal, omset, laba, pendapatan, serta profitabilitas usaha (dalam hubungannya dengan investasi (modal)) responden berdasarkan ukuran usaha sebelum dan sesudah menerima pembiayaan musyarakah. 2. Untuk menganalisis modal, omset, laba, pendapatan, serta profitabilitas usaha (dalam hubungannya dengan investasi (modal)) responden berdasarkan ukuran usaha sebelum dan sesudah menerima pembiayaan musyarakah. 3. Untuk menganalisis ada tidaknya perbedaan antara pendapatan nasabah sebelum dan sesudah menerima pembiayaan musyarakah. 4. Untuk
menganalisis
pengaruh
pembiayaan
musyarakah
terhadap
pendapatan nasabah pembiayaan musyarakah. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik dari segi teoritis maupun praktis bagi kalangan akademisi, praktisi, maupun pemegang kebijakan yaitu pemerintah. Adapun beberapa manfaat penelitian yang diharapkan tersebut antara lain adalah sebagai berikut: a. Bagi Ilmu Pengetahuan: -
Dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dalam bidang ekonomi Islam khususnya terkait dengan dampak pembiayaan musyarakah yang disalurkan oleh lembaga keuangan mikro Islam berupa BMT terhadap 27
pendapatan pada usaha mikro dan kecil yang dapat dijadikan referensi yang berguna bagi penelitian selanjutnya. -
Dapat bermanfaat bagi penelitian selanjutnya dalam hal
pembiayaan
musyarakah pada BMT dan pengembangan Usaha Mikro dan Kecil. b. Bagi praktisi: 1) Dapat menjadi sumbangan penting bagi para pengkaji dan praktisi lembaga keuangan mikro Islam khususnya BMT terkait dengan hal pembiayaannya. c. Bagi BMT Beringharjo: 1) Menjadi motivasi bagi BMT Beringharjo untuk terus meningkatkan kinerja pembiayaannya agar benar-benar dapat memberdayakan umat melalui kegiatannya sesuai dengan syariah Islam. d. Bagi Pemerintah: 1) Dapat dijadikan sebagai salah satu masukan dalam hal kebijakan guna meningkatkan produktifitas masyarakat melalui pembiayaan produktif terutama pada usaha mikro dan kecil. 2) Dapat menjadi masukan bagi pemegang kebijakan yaitu pemerintah untuk memberikan dukungan
melalui
kebijakan
khusus
terkait
dengan
pengembangan lembaga keuangan mikro Islam seperti Baitul Mal wa Tamwil (BMT). 1.6 Batasan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah ditetapkan di atas, maka kegiatan dari penelitian dan penyusunan tesis ini diberikan batasan antara lain:
28
1. Lingkup penelitian ini terbatas pada Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Beringharjo cabang Pabringan Yogyakarta. 2. Penelitian ini menggunakan data nasabah pembiayaan musyarakah BMT Beringharjo Cabang Pabringan Yogyakarta bulan Mei tahun 2013. 3. Jumlah responden dari nasabah yang digunakan dalam penelitian ini (dengan menggunakan metode purposive sampling) adalah 58 orang. 4. Analisis terkait dengan dampak pembiayaan musyarakah terhadap pendapatan pada penelitian ini meliputi kondisi usaha responden sebelum dan sesudah menerima pembiayaan musyarakah ditinjau dari segi modal, omset, laba, profitabilitas usaha (dalam hubungannya dengan investasi (modal)), alokasi pendapatan untuk tabungan dan sedekah responden, serta pengaruh satu variabel independen yaitu besar pembiayaan terhadap variabel dependen pendapatan nasabah pembiayaan musyarakah. 5. Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah cross-sectional data dimana data dikumpulkan dalam satu kurun waktu yang singkat. 1.7 Keaslian Penelitian Untuk memastikan apakah kajian ini sudah diteliti atau belum dan untuk memposisikan diri dari penelitian-penelitian yang sudah dilakukan, peneliti berusaha menghimpun buku-buku, disertasi, jurnal, dan thesis yang berkenaan dengan pembiayaan musyarakah pada lembaga keuangan mikro Islam berupa BMT serta implementasinya dalam meningkatkan pendapatan pada usaha mikro dan kecil. Adapun penelitian ini merupakan penelitian analitis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.
29
Beberapa penelitian terdahulu tersaji pada Tabel 1.5. berikut ini: Tabel 1. 5. Penelitian Terdahulu No 1.
2.
3.
Peneliti, Tahun Wrih Puji Rarasati, 2007, Tesis: Universitas Gadjah Mada.
Abdul Rahman Abdul Rahim, , 2010, Article: International Journal Emerald.
Handoko, 2012, Tesis: Universitas Gadjah Mada.
Judul Penelitian Pemberdayaan fakir miskin melalui Lembaga Keuangan Mikro (LKM)Kelompok Usaha Bersama (KUBE):: Studi di Lembaga Keuangan Mikro (LKM)-BMT Sejahtera di tlogoadi, Mlati, Sleman.
Islamic Microfinance: an Ethical Alternatif to Poverty Alleviation
Penerapan Akad Musyarakah Dalam Pembiayaan Pada usaha Mikro dan kecil (Studi Kasus BMT Harapan Ummat Sidoarjo)
Metode Penelitian dan Hasil Penelitian Metode Penelitian: Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan purposive sampling dengan unit analisis KUBE BMT Sejahtera Tlogoadi, Mlati sleman Yogyakarta.. Teknik analisa data yang dipakai adalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil Penelitian: Proses pelaksanaan pemberdayaan fakir miskin melalui Lembaga Keuangan Mikro ini berjalan cukup baik dan sesuai dengan rencana yang ditentukan serta mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Desain / metodologi / pendekatan: Makalah ini berpendapat bahwa keuangan Islam memiliki peran penting untuk memberikan kontribusi untuk memajukan social-ekonomi pengembangan (mikro) pengusaha miskin dan kecil tanpa adanya bunga (baca: riba) Hasil penelitian: Keuangan Islam menawarkan skema etika berbagai instrument yang dapat maju dan disesuaikan untuk tujuan keuangan mikro. Skema partisipatif seperti mudarabah dan musharakah, di sisi lain, memiliki potensi besar untuk tujuan keuangan mikro dimana implementasi dari skema ini dapat memenuhi kebutuhan berbagi risiko para pengusaha mikro. Metode Penelitian: Penelitian menggunakan studi kasus dengan pendekatan kualitatif deskriptif berdasar pengumpulan data dengan cara wawancara. Hasil Penelitian: Kebijakan BMT Harapan Ummat Sidoarjo menggunakan realisasi laba kotor usaha sebagai dasar perhitungan bagi hasil sesuai ketentuan syari‟ah Islam, namun metode penghitungan untuk nasabah yang tidak memiliki catatan keuangan dengan menggunakan estimasi laba tidak sesuai dengan fiqh mu‟amalah yang disepakati oleh jumhur ulama.
30
Beberapa penelitian yang ada membahas tentang akad musyarakah dan implementasinya dalam meningkatkan pendapatan usaha mikro dan kecil. Adapun perbedaan penelitian terdahulu tersebut dengan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah bahwa penelitian ini membahas mengenai dampak pembiayaan musyarakah terhadap pendapatan pada usaha mikro dan kecil di lembaga keuangan mikro Islam tepatnya di BMT Beringharjo Cabang Pabringan Yogyakarta yang terletak di kawasan pasar beringharjo Yogyakarta.
31