Jurnal ISEI Jember, Volume 2 Nomor 2, Oktober 2012
PENINGKATAN ENTREPRENEURSHIP DALAM MENCIPTAKAN LAPANGAN KERJA DAN MENGURANGI TINGKAT PENGANGGURAN (ENTREPRENEURSHIP IMPROVEMENT IN CREATING EMPLOYMENT AND REDUCE UNEMPLOYMENT RATE) Deasy Wulandari Staf Pengajar Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Jember Jl. Kalimantan 37 Jember Telp. 0331-337990/HP.08124911786 Abstract This research is held to analyze whether the improvement of entrepreneurship can be one of efforts to create job opportunity and decrease unemployment rate in Indonesia. This research is a descriptive research. In the beginning, it describes number of population and unemployment in Indonesia and the next stage it studies the improvement of entrepreneurship in society related to creating ideas and motivation to be an entrepreneur. Based on the stages it can be analyzed the improvement of entrepreneurship can help the government to create job opportunity and decrease unemployment rate. It is fact that formal sector offer limited job opportunity so it is good for the government to cooperate with the entrepreneur to create job opportunity in informal sector. It can be hardly avoidable, this effort need high motivation and commitment. Not only the government but also stakeholder has the responsibility to decrease unemployment rate. Keywords : entrepreneurship, job opportunity, unemployment.
1. Pendahuluan Tingkat pengangguran yang tinggi di Indonesia menjadi permasalahan serius yang dihadapi pemerintah saat ini. Jumlah penduduk yang semakin meningkat setiap tahunnya semakin menambah tingginya peluang tingkat pengangguran. Hal ini harus dibarengi dengan penciptaan dan penyediaan lapangan pekerjaan baik di sektor formal maupun informal. Pada kenyataannya, pemerintah hanya bisa menyediakan sedikit lapangan pekerjaan di sektor formal. Keterbatasan pemerintah dalam penyediaan lapangan pekerjaan di sektor formal ini menimbulkan banyak penduduk yang bekerja di sektor informal. Berdasarkan kenyataan ini maka harus dipikirkan suatu usaha untuk dapat menciptakan pekerjaan di sektor informal. Tanpa menafikan pekerjaan di sektor formal, lapangan pekerjaan di sektor informal lebih banyak membutuhkan kreativitas dan inovasi individu yang tinggi. Oleh karenanya perlu ditanamkan sejak dini mengenai pentingnya berwirausaha kepada masyarakat. Selain itu juga masyarakat perlu disadarkan agar selalu termotivasi dalam penciptaan ide-ide segar untuk berwirausaha. Peningkatan jiwa wirausaha ini diharapkan dapat membantu keterbatasan pemerintah dalam penyediaan lapangan pekerjaan sehingga 203
Deasy Wulandari, Peningkatan Entrepreneurship dalam Menciptakn Lapangan Kerja
masyarakat tidak lagi harus selalu menunggu untuk mencari pekerjaan tetapi berusaha untuk menciptakan lapangan pekerjaan itu sendiri. Tujuan Penelitin ini adalah untuk mengetahui kebijakan kewirusahaan dalam mengatasi mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia.
2. Metodologi Penelitian ini menganalisis peningkatan jiwa wirausaha sebagai salah satu usaha dalam menciptakan lapangan kerja dan mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif. Pada tahap awal diuraikan gambaran mengenai jumlah penduduk dan tingkat pengangguran di Indonesia. Selanjutnya diuraikan gambaran mengenai pengembangan jiwa wirausaha terkait dengan motivasi dan penciptaan ide dalam berwirausaha. Pada tahap akhir diuraikan gambaran peningkatan jiwa berwirausaha dalam menciptakan lapangan kerja dan mengatasi masalah pengangguran di Indonesia. Data penunjang analisis yang digunakan adalah data sekunder yaitu data yang diambil secara tidak langsung dari sumbernya dan data tersebut sudah ada sebelum penelitian ini berlangsung. Data sekunder dalam penelitian ini bersumber dari jurnal, buku, internet dan sumber-sumber terkait lainnya. Data tersebut antara lain berupa jumlah penduduk di Indonesia dan tingkat pengangguran di Indonesia.
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan Jumlah penduduk di Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan. Menurut data BPS jumlah penduduk di Indonesia pada tahun 2010 sebanyak 237,641 juta jiwa. Jumlah penduduk tersebut terbagi menjadi penduduk dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 119.630.913 jiwa sedangkan jenis kelamin perempuan sebanyak 118.010.413 jiwa. Peningkatan jumlah penduduk mulai tahun 2006 sampai 2010 ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah Penduduk di Indonesia Tahun 2006-2010 No Tahun Jumlah Penduduk 1. 2006 222.747.000 2. 2007 225.642.000 3. 2008 228.523.000 4. 2009 231.370.000 5. 2010 237.641.000 Sumber : BPS, 2012 Jumlah penduduk sebanyak 237,641 juta jiwa tersebut terbagi dalam beberapa provinsi. Provinsi yang memiliki jumlah penduduk terbanyak adalah Provinsi Jawa Barat yaitu sebanyak 43.053.700 jiwa. Selanjutnya berturut-turut disusul oleh Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara dan Banten. Lima provinsi yang memiliki jumlah penduduk terbanyak di Indonesia ditunjukkan pada Tabel 2.
204
Jurnal ISEI Jember, Volume 2 Nomor 2, Oktober 2012
Tabel 2. Jumlah Penduduk Terbanyak Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2010 No Provinsi Jumlah penduduk 1. Jawa Barat 43.053.700 2. Jawa Timur 37.476.800 3. Jawa Tengah 32.382.600 4. Sumatera Utara 12.982.200 5. Banten 10.632.200 Sumber : BPS, 2012 Jumlah penduduk pada tahun 2010 tersebut terbagi menjadi beberapa kelompok umur. Rentang umur 0-29 tahun mempunyai jumlah penduduk terbanyak. Antara rentang tersebut terdapat pembagian kelompok umur dengan jumlah terbanyak yaitu antara umur 5-9 tahun. Tabel 3 menyajikan secara rinci jumlah penduduk menurut kelompok umur di Indonesia. Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Indonesia Tahun 2010 No Kelompok Umur Jumlah 1. 0-4 22.678.702 2. 5-9 23.253.480 3. 10-14 22.671.081 4. 15-19 20.880.734 5. 20-24 19.891.633 6. 25-29 21.310.443 Sumber : BPS, 2012 Data BPS menunjukkan bahwa jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang telah bekerja, paling banyak berada di Provinsi Jawa Timur sebanyak 19.012.225 jiwa. Secara rinci jumlah penduduk usia 15 tahun yang bekerja menurut provinsi ditunjukkan pada Tabel 4. Tabel 4. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Provinsi Per Februari Tahun 2012 Jumlah Penduduk No. Provinsi 1. Jawa Barat 18.169.652 2. Jawa Timur 19.012.225 3. Jawa Tengah 16.116.424 4. Sumatera Utara 6.144.569 5. Banten 4.818.967 Sumber : BPS, 2012 Penduduk yang telah bekerja mempunyai tingkat pendikan tertinggi paling banyak adalah Sekolah Dasar. Penduduk yang bekerja menurut BPS adalah penduduk yang melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan dan lamanya bekerja paling sedikit satu jam secara terus menerus dalam seminggu yang lalu (termasuk pekerja keluarga tanpa upah yang membantu dalam suatu usaha atau kegiatan ekonomi). Tabel 5 menyajikan secara jelas jumlah penduduk yang bekerja menurut tingkat pendidikan tertinggi. 205
Deasy Wulandari, Peningkatan Entrepreneurship dalam Menciptakn Lapangan Kerja
Tabel 5. Jumlah Penduduk yang Bekerja Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun 2012 No. Tingkat Pendidikan Tinggi yang Ditamatkan Jumlah Penduduk 1. Tidak/belum tamat SD 2. SD 3. SLTP 4. SMTA 5. Diploma/Universitas Sumber : BPS, 2011
20.290.000 28.920.000 17.990.000 23.600.000 9.200.000
Berdasarkan jumlah penduduk yang telah bekerja tersebut, paling banyak mempunyai pekerjaan utama di bidang pertanian, kehutanan dan perikanan. Disusul oleh bidang perdagangan besar, eceran, rumah makan, hotel dan jasa kemasyarakatan serta serta industri pengolahan. Tabel 6 menunjukkan jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama. Tabel 6. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama per Februari Tahun 2012 No. Pekerjaan Utama Jumlah Penduduk 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Pertanian, Kehutanan, Perikanan Pertambangan Industri Pengolahan Listrik,Gas dan Air Bangunan Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan dan Hotel Angkutan,Pergudangan,Komunikasi Keuangan,Asuransi,Persewaan Bangunan
9. Jasa Kemasyarakatan Sumber : BPS, 2012
41.205.030 1.620.028 14.211.562 297.805 6.103.457 24.020.934 5.191.771 2.779.201 17.373.017
Pemerintah menargetkan tingkat pengangguran pada 2013 berada di kisaran 5,8 - 6,1 persen, atau lebih rendah dibanding tingkat pengangguran terbuka di Indonesia pada Februari 2012, yang mencapai 6,32 persen atau 7,61 juta orang. Perkiraan tingkat pengangguran di level 5,8- 6,1 persen pada 2013 tersebut cukup realistis dengan asumsi pertumbuhan ekonomi berada di kisaran 6,8-7,2 persen dimana setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi dapat menciptakan lebih dari 350.000 kesempatan kerja. Pengangguran terbuka per Februari 2012 adalah laki-laki sebanyak 4.427.716 sedangkan perempuan sebanyak 3.186.525. Jumlah pengangguran per Agustus 2011 sebanyak 7.700.100 dengan tingkat pengangguran sebesar 6,56%. Jumlah pengangguran per Februari 2012 sebanyak 7.614.200 dengan tingkat pengangguran sebesar 6,32%. 206
Jurnal ISEI Jember, Volume 2 Nomor 2, Oktober 2012
Pengangguran atau pekerja tidak penuh adalah mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu). Tingkat pengangguran terbuka adalah perbandingan antara jumlah pencari kerja dengan jumlah angkatan kerja. Secara rinci tingkat pengangguran terbuka ditunjukkan pada tabel 7 berikut. Tabel 7. Pengangguran Terbuka Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin Februari 2012 Umur Laki-laki Perempuan 15-19 1 203 382 629 679 20-24 1 324 823 921 117 25-29 762 144 533 744 30-34 350 495 371 453 35-39 245 992 293 185 40-44 187 732 230 230 45-49 153 459 132 068 50-54 112 298 35 291 55-59 68 446 22 058 60+ 18 945 17 700 Jumlah 4 427 716 3 186 525 Sumber : BPS, 2012 Angkatan kerja per Februari 2012 adalah laki-laki sebanyak 73.907.357 sedangkan perempuan sebanyak 46.509.689. Pada tahun 2013 diprediksikan tercipta 2,5 - 2,7 juta angkatan kerja baru. Angkatan kerja adalah penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja atau sementara tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan. Berdasarkan data tersebut maka jumlah pengangguran diharapkan turun menjadi 7,2 - 7,4 juta orang. Tingkat partisipasi angkatan kerja adalah perbandingan antara jumlah angkatan kerja dengan jumlah penduduk usia kerja. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Februari 2012 jumlah angkatan kerja di Indonesia mencapai 120,4 juta orang, bertambah sekitar 3 juta orang dibanding angkatan kerja Agustus 2011 sebesar 117,4. Target itu dapat tercapai meskipun beberapa negara Eropa sedang mengalami krisis ekonomi karena Indonesia tidak terpengaruh oleh krisis tersebut. Selain itu, adanya perubahan tren dari pekerjaan di sektor informal menjadi sektor formal di pasar kerja juga dinilai sebagai salah satu faktor pendukung bagi penurunan jumlah pengangguran di Indonesia. Secara rinci data angkatan kerja di Indonesia per Februari 2012 ditunjukkan pada tabel 8 berikut.
207
Deasy Wulandari, Peningkatan Entrepreneurship dalam Menciptakn Lapangan Kerja
Tabel 8. Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin Februari 2012 Umur Laki-laki Perempuan 15-19 4 347 882 2 720 141 20-24 8 728 208 5 577 903 25-29 10 559 769 6 345 410 30-34 10 066 803 5 972 068 35-39 9 466 682 5 926 024 40-44 8 426 528 5 624 547 45-49 7 095 864 4 751 272 50-54 5 710 293 3 700 456 55-59 4 012 428 2 462 091 60+ 5 5 492 900 3 429 777 JUMLAH 73 907 357 46 509 689 Sumber : BPS, 2012 Terdapat kecenderungan membaik kondisi di pasar kerja, misalnya, proporsi tenaga kerja sektor formal sudah mencapai 37,3 persen sedangkan sektor informal kurang dari 63 persen. Hal ini membaik cukup signifikan dibandingkan dengan beberapa tahun lalu. Keterbatasan pemerintah untuk menciptakan lapangan kerja sektor formal merupakan salah satu penyebab tenaga kerja banyak bekerja di sektor informal (Suara Pembaruan, Kamis 21 Juni 2012). Gambaran mengenai jumlah penduduk di Indonesia, jumlah angkatan kerja dan tingkat pengangguran menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat yang tidak terserap kemampuan dan keahliannya dalam lapangan pekerjaan. Masyarakat masih berusaha mencari lapangan pekerjaan di sektor formal yang hanya sedikit ketersediaannya. Sebaliknya, lapangan pekerjaan di sektor informal yang tersedia cukup luas, belum dimanfaatkan secara baik. Lapangan pekerjaan di sektor formal ini membutuhkan wirausaha yang kreatif dan inovatif. Keberanian seseorang untuk berwirausaha seringkali didorong oleh beberapa hal. Secara umum motivasi seseorang untuk menjadi wirausaha (Abas Sunarya, 2011:18) antara lain : a. Laba Dapat menentukan berapa laba yang dikehendaki, keuntungan yang diterima dan berapa yang akan dibayarkan kepada pihak lain atau pegawainya. b. Kebebasan Bebas mengatur waktu, bebas dari supervisi, bebas aturan main yang menekan atau intervensi orang lain, bebas dari aturan budaya organisasi atau perusahaan. c. Impian personal Bebas mencari standar hidup yang diharapkan, lepas dari rutinitas kerja yang membosankan karena harus mengikuti visi, misi dan impian orang lain. Dapat menentukan nasib/visi, misi dan impiannya sendiri.
208
Jurnal ISEI Jember, Volume 2 Nomor 2, Oktober 2012
d. Kemandirian Memiliki rasa bangga karena dapat mandiri dalam segala hal, seperti permodalan, mandiri dalam pengelolaan/manajemen, mandiri dalam pengawasan serta menjadi manajer terhadap dirinya sendiri. Bermodalkan motivasi-motivasi tersebut maka diharapkan dapat menjadi pemicu wirausaha yang sukses. Banyak keuntungan yang didapatkan jika seseorang menjadi wirausaha. Hal ini juga bisa menjadi pendorong untuk lebih menambah keyakinan diri. Berbagai keuntungan menjadi wirausaha (Buchari Alma, 2001:4) yaitu : a) Mendapat peluang untuk mencapai tujuan yang diinginkannya. b) Terbuka peluang untuk mendemonstrasikan potensi diri secara penuh. c) Terbuka peluang untuk memperoleh manfaat dan keuntungan secara maksimal. d) Terbuka peluang untuk membantu masyarakat dengan usaha-usaha yang kongkret. e) Terbuka peluang untuk menjadi bos/pimpinan minimal bagi dirinya sendiri. Sebaliknya, harus diperhitungkan pula kelemahan berwirausaha sebagai resiko yang harus ditanggung. Kelemahan menjadi wirausaha antara lain : a) Memperoleh pendapatan yang tidak pasti dan memilkul berbagai resiko. Jika resiko ini telah diantisipasi dengan baik, wirausaha itu akan mampu menggeser resiko tersebut. b) Harus bekerja keras dan dengan jam kerja yang mungkin lebih panjang. c) Kualitas hidupnya mungkin masih rendah sampai usahanya berhasil. Pada tahap awal, wirausaha harus bersedia untuk berhemat. d) Memiliki tanggung jawab sangat besar. Banyak keputusan yang harus dibuat walaupun ia mungkin kurang menguasai permasalahan itu. Keuntungan dan kelemahan menjadi wirausaha tersebut bisa menjadi bahan pertimbangan seseorang untuk bisa memantapkan diri memilih menjadi wirausaha. Pilihan menjadi seorang wirausaha jelas berbeda jika dibandingkan menjadi seorang karyawan. Beberapa perbedaan mendasar menjadi wirausaha ataupun karyawan ditunjukkan Tabel 9.
209
Deasy Wulandari, Peningkatan Entrepreneurship dalam Menciptakn Lapangan Kerja
Tabel 9. Perbedaan antara Wirausaha dengan Karyawan No Wirausaha Karyawan 1. Penghasilan bervariasi, tidak teratur, Memiliki penghasilan yang pasti dan sehingga pada tahap awal sulit untuk teratur sehingga merasa aman, mengaturnya. Akibatnya merasa tidak aman meskipun gajinya kecil. karena penghasilan yang tidak pasti itu. 2. Memiliki peluang yang lebih besar untuk Peluang kaya relatif (sangat tergantung menjadi orang kaya. Penghasilan sebulan kemajuan karir). mungkin dapat menutupi biaya hidup satu tahun. 3. Pekerjaan bersifat tidak rutin. Pekerjaan bersifat rutin. 4. Kebebasan waktu yang tinggi (tidak terikat Waktu tidak bebas (terikat) pada oleh jam kerja). jadwal/jam kerja perusahaan. 5. Tidak ada kepastian (kepastian tinggi) Ada kepastian (dapat diprediksi) dalam dalam banyak hal, termasuk meramalkan banyak hal. Kekayaan dapat kekayaan. diramalkan/dihitung. 6. Kreativitas dan inovasi dituntut setiap saat. Bersifat menunggu instruksi atau perintah dari atasan. 7. Ketergantungan rendah. Ketergantungan tinggi. 8. Berbagai resiko tinggi (aset dapat hilang Resiko relatif rendah, bahkan dapat bila dijadikan agunan pinjaman dan diramalkan. usahanya bangkrut). 9. Terbuka peluang untuk menjadi Menjadi pimpinan/bos relatif sulit, pimpinan/bos. apalagi bila bekerja pada perusahaan keluarga. 10 Tanggung jawab besar. Tanggung jawab relatif. Sumber : Abas Sunarya (2011:18) Seseorang yang memutuskan untuk berwirausaha mempunyai karakteristik khusus. Beberapa ciri wirausaha (Buchari Alma, 2001:24) yaitu : a) Wirausaha yang memiliki inisiatif Seorang wirausaha harus memiliki ide-ide segar sehingga mampu sebagai bertindak sebagai penggagas/pemrakarsa.Wirausaha harus bersifat mandiri sehingga dalam melakukan pengambilan keputusan tidak tergantung pada orang lain tapi dirinya sendiri mampu memiliki inisiatif untuk menyelesaikan masalah. b) Wirausaha yang mengorganisir mekanisme sosial dan ekonomi untuk menghasilkan sesuatu Kondisi lingkungan sekitar pasti akan mempengaruhi sikap dan tindakan seseorang. Bagi seorang wirausaha, lingkungan sosial dan ekonomi ini mampu diorganisir menjadi faktor pendorong yang positif dalam setiap langkah yang diambil. c) Menerima resiko atau kegagalan Keberanian menanggung resiko dari setiap tindakan yang diambil merupakan ciri wirausaha. Hal ini pasti terjadi dari setiap kebijakan ataupun keputusan yang diambil. 210
Jurnal ISEI Jember, Volume 2 Nomor 2, Oktober 2012
Begitu pula dengan kesiapan menerima kegagalan sebagai suatu hal yang biasa dan ini merupakan titik awal untuk mencapai kesuksesan. Menurut Buchari Alma (2001:27) terdapat tiga tipe utama wirausaha yaitu : a) Wirausaha Ahli (Craftman) Wirausaha ahli atau seorang penemu memiliki suatu ide yang ingin mengembangkan proses produksi sistem produksi dan sebagainya. Dia cenderung bergerak dalam bidang penelitian membuat model percobaan laboratorium dan sebagainya. Dia juga menjual lisensi idenya untuk dijadikan produk komersial. Pengetahuannya lebih banyak di bidang teknis produksi dibandingkan pengetahuan di bidang pengawasan, keuangan dan sebagainya. Wirausaha ahli ini biasanya seseorang yang bekerja pada sebuah perusahaan besar kemudian memutuskan untuk keluar sebagai pegawai dan memulai bisnisnya sendiri. Misalnya seorang tukang mendirikan sebuah perusahaan kontruksi seorang sopir truk membuka perusahaan pengangkutan, seorang dokter membuka sebuah perusahaan klinik kesehatan. Sebagian besar wirausaha berasal dari tipe-tipe individu seperti ini. b) The Promoter The promoter adalah seorang individu yang tadinya mempunyai latar belakang pekerjaan sebagai sales atau bidang marketing yang kemudian mengembangkan perusahaan sendiri. Keterampilan yang sudah ia miliki biasanya merupakan faktor pendorong untuk mengembangkan perusahaan yang baru ia rintis. c) General Manager General manager adalah seorang individu yang ideal yang secara sukses bekerja pada sebuah perusahaan dia banyak menguasai keahlian bidang produksi, pemasaran, permodalan dan pengawasan. Menurut Zimmerer and Scarborough (dalam Buchari Alma, 201 : 28) terdapat beberapa profil wirausaha, yaitu : a) Women entrepreneur Banyak wanita yang terjun ke dalam dunia bisnis. Alasan mereka menekuni bidang bisnis ini didorong oleh faktor-faktor antara lain ingin memperlihatkan kemampuan prestasinya, membantu ekonomi rumah tangga, frustasi terhadap pekerjaan sebelumnya dan sebagainya. b) Minority entrepreneur Kaum minoritas terutama di negara kita Indonesia kurang memilki kesenpatan kerja di bidang pemerintahan sebagaimana layaknya warganegara pada umumnya. Oleh sebab itu, mereka berusaha menekuni kegiatan bisnis dalam kehidupan sehari-hari. Demikian pula para perantau dari daerah tertentu yang menjadi kelompok minoritas pada suatu daerah, mereka juga bergiat mengembangkan bisnis. Kegiatan bisnis mereka ini makin lama makin maju dan mereka membentuk organisasi minoritas di kota-kota tertentu. c) Immigrant entrepreneur Kaum pendatang yang memasuki suatu daerah biasanya sulit untuk memperoleh pekerjaan formal. Oleh sebab itu, mereka lebih leluasa terjun dalam pekerjaan yang bersifat non formal yang dimulai dari bergadang kecil-kecilan sampai berkembang menjadi perdagangan tingkat menengah. 211
Deasy Wulandari, Peningkatan Entrepreneurship dalam Menciptakn Lapangan Kerja
d) Part time entrepreneur Memulai bisnis dalam mengisi waktu lowong atau part time merupakan pintu gerbang untuk berkembang menjadi usaha besar. Bekerja part time tidak mengorbankan pekerjaan di bidang lain misalnya seorang pegawai pada sebuah kantor mencoba mengembangkan hobinya untuk berdagang atau mengembangkan suatu hobi yang menarik. Hobi ini akhirnya mendatangkan keuntungan yang lumayan. Ada kalanya orang ini beralih profesi dan berhenti menjadi pegawai beralih ke bisnis yang merupakan hobinya. e) Home-based entrepreneur Ada pula ibu-ibu rumah tangga yang memulai kegiatan bisnisnya dari rumah tangga misalnya ibu-ibu yang pandai membuat kue dan aneka masakan, mengirim kue-kue ke toko eceran di sekitar tempatnya. Akhirnya usaha makin lama makin maju. Usaha catering banyak dimulai dari rumah tangga yang biasa masak. Kemudian usaha catering ini berkembang melayani pesanan untuk pesta. f)
Family-owned business Sebuah keluarga dapat membuka berbagai jenis dan cabang usaha. Mungkin saja usaha keluarga ini dimulai lebih dulu oleh bapak setelah usaha bapak maju dibuka cabang baru dan dikelola oleh ibu. Kedua perusahaan ini maju dan membuka beberapa cabang lain, mungkin jenis usahanya berbeda atau lokasinya berbeda. Masing-masing usahanya ini bisa dikembangkan atau dipimpin oleh anak-anak mereka. Dalam keadaan sulitnya lapangan kerja pada saat ini maka kegiatan semacam ini perlu dikembangkan.
g) Copreneurs Copreneurs dibuat dengan cara menciptakan pembagian pekerjaan yang didasarkan atas keahlian masing-masing orang. Orang-orang yang ahli di bidang ini diangkat menjadi penanggung jawab divisi-divisi tertentu dari bisnis yang sudah ada. Wirausaha harus peka untuk melihat dan menganalisis lingkungan sekitarnya. Hasil pengamatan terhadap lingkungan akan menginspirasi penciptaan ide-ide segar untuk berwirausaha. Ide segar tersebut membuka terciptanya peluang baru. Peluang berasal dari kata ”PELUANG” itu sendiri (Hendro, 2011) yaitu: a) Perubahan yang terjadi dari yang dilihat dan didengar : teknologi baru, persepsi orang akan suatu nilai, produk baru, gaya baru, tren, peraturan pemerintah, pesaing baru secara tiba-tiba. b) Environment : kesenjangan antara harapan dan kenyataan, masalah yang terjadi, kebutuhan yang besar yang belum terpenuhi, kesulitan yang terjadi, lingkungan keluarga, rumah, tetangga, komplek, pekerjaan, dan lain-lain. c) Lain : melihat sesuatu yang belum sempurna, buatlah berbeda (think and look differently). d) Usaha sendiri : mencoba, memulai, ikut-ikutan, meniru orang lain yang sukses (dari awal) dan bertanya kepadanya. e) Anda sendiri : keahlian, pengalaman, hobi yang tidak dimiliki banyak orang, melihat dari personality. f) Naluri yang kuat dalam melihat momentum, waktu yang tepat, dan intuisi yang tajam, latihlah dan manfaatkan. g) Gagasan : orang lain, anak kecil yang melontarkan pertanyaan, ide teman-teman, gagasan saudara, dan lain-lain untuk diambil inspirasi. 212
Jurnal ISEI Jember, Volume 2 Nomor 2, Oktober 2012
Setelah wirausaha mendapat ide atau gagasan terbaik, maka langkah awal yang perlu dipikirkan dalam membangun usaha adalah dengan mencari produk apa yang akan dijual sehingga bisa menarik pasar/konsumen. Keberhasilan mendapatkan ide bisnis yang baik berarti awal kesuksesan bisnis. Dua pendekatan (Suryana, 2003) yang lazim digunakan untuk memperoleh ide bisnis yang baik ialah: 1) Pendekatan produk Contoh: a) Bisa membuat satu jenis pakaian dan bisa membeli mesin jahit sehingga bisa mulai bisnis dengan membuat jenis pakaian ini. b) Tahu cara membuat kue dan mempunyai alat-alat masak sehingga dapat memulai usaha pembuatan kue. c) Tahu cara memperbaiki komputer sehingga dapat memulai usaha jasa perbaikan komputer. 2) Pendekatan pelanggan Contoh: a) Orang-orang memerlukan pakaian dengan harga dan kualitas tertentu, calon wirausaha mempunyai keterampilan yang diperlukan dan dapat memperoleh peralatan, dengan cara ini calon wirausaha akan dapat memenuhi kebutuhan konsumen. b) Keluarga orang asing perlu membeli kue ulang tahun, calon wirausaha tahu cara membuat kue, calon wirausaha dapat memenuhi kebutuhan konsumen dengan memulai usaha pembuatan kue ulang tahun. c) Perusahaan di suatu kota mempunyai masalah dengan komputer yang harus diperbaiki, calon wirausaha tahu memperbaiki komputer, dengan demikian calon wirausaha akan memulai usaha dalam bidang jasa perbaikan komputer.
4. Kesimpulan Entrepreneurship (kewirausahaan) sangat dibutuhkan untuk mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia. Munculnya wirausaha-wirausaha baru yang kreatif dan inovatif diharapkan mampu membantu keterbatasan pemerintah dalam menyediakan lapangan pekerjaan di sektor informal. Hal ini, tentunya, bukan hanya kewajiban dari pemerintah saja untuk memfasilitasi terciptanya wirausaha baru, tetapi setiap pemangku kepentingan juga terlibat di dalamnya.
213
Deasy Wulandari, Peningkatan Entrepreneurship dalam Menciptakn Lapangan Kerja
Daftar Pustaka
Abas Sunarya, Sudaryono, Asep Saefullah. 2011. Kewirausahaan. Bandung: Penerbit Andi.. Badan Pusat Statistik. Agustus 2012. Perkembangan Beberapa Indikator Utama SosialEkonomi Indonesia. Katalog BPS : 3101015. Jakarta: BPS. Buchari Alma. 2001. Kewirausahaan : Panduan Perkuliahan Untuk Perguruan Tinggi. Bandung: Alfabeta. Hendro. 2011. Dasar-Dasar Kewirausahaan-Panduan Bagi Mahasiswa Untuk Mengenal, Memahami, dan Memasuki Dunia Bisnis. Jakarta: Erlangga. Suara Pembaruan, diakses pada tanggal 21 Juni 2012. Yuyus Suryana dan Kartib Bayu. 2010. Kewirausahaan : Pendekatan Karakteristik Wirausahawan Sukses. Jakarta: Prenadia Media Group.
214