BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Investasi menjadi salah satu kata kunci dalam setiap upayamenciptakan
pertumbuhan ekonomi baru bagi perluasan penciptaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan dan penanggulangan kemiskinan. Melalui peningkatan investasi, baik dalam bentuk akumulasi kapital domestik maupun luar negeri akan menjadi faktor pengungkit yang sangat dibutuhkan bagi suatu negara dalam mengeerakan mesin ekonomi mengawal pertumbuhan yang berkelanjutan. Hampir semua ahli ekonomi berpendapat bahwa modal merupakan faktor yangpenting dalam mewujudkan pembangunan ekonomi suatu negara. Papanek (2004) mengatakan bahwa jika ada satu-satunya faktor tunggal yang penting untuk pembangunan ekonomi suatu negara maka faktor tersebut adalah modal. Modal bisa berasal dari sumber dana domestik atau bantuan dari negara lain. Lembaga perbankan merupakan pemain utama dalam penyediaan sumber dana domestik di Indonesia sehingga memiliki peranan penting dalam pembangunan ekonomi suatu Negara. Lembaga perbankan merupakan lembaga intermediasi yang menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana (pihak surplus) dan menyalurkannya kepada masyarakat yang memerlukan dana (pihak defisit). Salah satu jasa pelayanan perbankan yang utama adalah penyaluran kredit. Kredit merupakan salah satu jasa perbankan yang terkait langsung dengan sektor riil sebagai modal pembiayaan, baik pembiayaan investasi, modal kerja maupun investasi yang pada
1
akhirnya akan mempengaruhi pertumbuhan sektor riil dan peningkatan output nasional. Tahun 2014 kinerja investasi di Sulawesi Selatan cukup baik, meskipun dibayang-bayangi kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan bagi ekspansi peningkatan kegiatan investasi, namun kinerja investasi di sulawesi selatan dalam
tahun-tahun
terakhir
menunjukkan
perkembangan
yang
sangat
menggembirakan. Data yang dilansir Kantor BKPMD Sulsel
(22/10/14), membuktikan hal
tersebut, hal ini terlihat dari kinerja investasi pada triwulan II, yang telah menembus angka Rp 2,6 triliun dan penanaman modal asing bernilai Rp 9,6 milyar. Hal ini berdampak positip terhadap penambahan pendapatan (produk domestik bruto/PDB). Kinerja investasi Rp 2,6 triliun dan modal asing Rp 9,6 milyar tersebut merupakan akumulasi realisasi penanaman modal, baik penanaman modal dalam negeri (PMDN) maupun penanaman modal asing (PMA), pada triwulan 2. PMDN mencapai Rp 2,6triliun dan PMA mencapai Rp 9,6 milyar. Capaian kinerja investasi tersebut di atas, sesungguhnya menunjukkan indikator mulai berhasilnya berbagai upaya perbaikan iklim investasi yang telah dilakukan pemerintah dalam meningkatkan investasi dan memberikan nilai tambah dan daya saing perekonomian, di sisi lain, kinerja investasi menunjukkan meningkatnya kepercayaan dunia usaha kepada provinsi Sulsel, jumlah penduduk yang besar serta meningkatnya jumlah kelas menengah menjadi daya tarik utama bagi kegiatan investasi, disamping terus membaiknya makro ekonomi provinsi Sulsel.
2
Pertumbuhan perekonomian suatu negara juga tidak terlepas dari peranan industri perbankan. Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak” (Perubahan Undangundang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan). Menurut Undang – Undang No10 tahun 1998, Bank merupakan lembaga perntara keuangan, dimana bank bertugas untuk menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak. Salah satu fungsi bank adalah intemediasi Apabila proses intermediasi tersebut berjalan dengan baik, maka semua pihak baik bank, pihak yang kelebihan dana, dan pihak yang kekurangan dana akan memperoleh manfaat dari keberadaan suatu bank (Suseno dan Abdullah, 2004).Kinerja perbankan sebagai lembaga intermediasi dapat dilihat dari rasio total volume kredit dengan Dana Pihak Ketiga (DPK), yakni total dana masyarakat yangdihimpun oleh bank yang disalurkan oleh bank kepada masyarakat, atau biasa disebut Loan to Deposit Ratio (LDR). Kredit dalam perekonomian berfungsi sebagai sumber permodalan untuk menjaga dan meningkatkan kegiatan usaha ekonomi, meningkatkan daya beli masyarakat, meningkatkan kecepatan peredaran, lalu lintas uang dan sebagai jembatan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di satu negara.
3
Tabel 1.1 Penghipunan Dana dan Penyaluran Kredit Bank Umum
Sumber: Bank Indonesia Berdasarkan Tabel 1.1 penyaluran kredit investasi di Sulsel mengalami kenaikan di tahun 2013 triwulan I sekitar Rp. 12,232 milyar dan pada akhir triwulan IV naik mencapai sekitar Rp.14,494 milyar, dan pada tahun 2014 di tiriwulan I kredit investasi 14,642 milyar dan pada akhir triwlulan III naik menjadi 15,457 milyar. Hal ini berarti fungsi Bank sebagai intermediasi mengalami kemajuan. Permintaan kredit investasi di provinsi Sulawesi Selatan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah tingkat suku bunga kredit yang ditetapkan bank umum . Biasanya faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat suku bunga kredit antar bank umum adalah kebijaksanaan pemerintah, target laba yang diinginkan oleh bank dan lain-lain. Jika pada suatu bank memiliki suku bunga kredit
4
yang tinggi, maka permintaan kredit yang dilakukan masyarakat akan menjadi menurun. Di sisi lain, suku bunga yang tinggi pada suatu bank maka pihak bank akan semakin berani dalam menawarkan kredit kepada masyarakat. Suku bunga kredit investasi bank umum di Indonesia sepanjang 2013 cenderung fluktuatif berkisar di angka 11-12%. Dalam permintaan kredit, inflasi juga ikut berperan mempengaruhi permintaan kredit investasi di provinsi Sulawesi Selatan. Naik turunnya inflasi biasanya di sebabkan oleh harga-harga barang dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar Rupiah (Rp) terhadap Dollar Amerika (US$). bila melihat inflasi yang terjadi di Sulsel pada tahun 2011 , inflasi mengalami penurunan dari 6,2 % di triwulan I turun cukup drastis menjadi 3%, di tahun 2012 dan 2013 inflasi cukup stabil antara 4 – 4,5% dan pada tahun 2014 inflasi kembali mengalami penurunandimana tercatat mencapai 3,72% pada triwulan III turun jika dibandingkan triwulan II yang tercatat mencapai angka 5,92%. Gambar 1.1 Inflasi dan BI Rate
Sumber : Badan pusat statistik, diolah
5
Besar kecilnya jumlah penawaran kredit di Sulawesi Selatan sangat dipengaruhi oleh Dana Pihak Ketiga (DPK). Menurut data Bank Indonesia dana pihak ketiga (DPK) jenis giro dan deposito pada triwulan III melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Dana yang dihimpun mencapai Rp. 64,34 triliun atau tumbuh sebesar 12,17% (yoy), menurun dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 14,86% (yoy). Pemberian kredit tanpa analisis terdahulu akan sangat membahayakan bank. Nasabah dam hal ini ada kalanya memberikan data-data fiktif, sehingga mungkin saja kredit sebenarnya tidak layak, akan tetapi tetap diberikan.Suatu resiko akibat kegagalan atau ketidamamapuan nasabah mengembalikan jumlah pinjaman yang diterima dari bank beserta bunganya sesuai dengan jangka waktu yang tlah ditetapkan atau dijadwalkan (Dahan Siamat, 2004 ). Melihat penjelasan diatas bisa dikatakan Salah satu acuan bank dalam memberikan kredit kepada masyarakat adalah Non Performing Loan (NPL). Bank Indonesia sebagai bank sentral menetapkan ratio NPL sebesar 5% dari kredit yang disalurkan oleh bank. NPL merupakan hambatan bagi bank untuk menyalurkan kredit karena pihak bank tidak ingin mengalami kerugian yang dikarenakan ketidaksanggupan debitor untuk membayar kredit. Oleh karena itu bank menerapkan prinsip kehati-hatian atau melakukan penilaian dengan memperhatikan character (watak), capacity (kemampuan), capital (modal), collateral (agunan), dan condition (prospek usaha). Permintaan kredit investasi di Indonesia beberapa tahun terakhir memang mengalami peningkatan namun besarnya masih berada dibawah permintaan kredit
6
konsumsi dan modal kerja, seperti yang terlihat. Faktor-faktor seperti perubahan suku bunga kredit, tingginya resiko investasi, persyaratan untuk mengajukan kredit investasi yang tidak mudah, serta masih besarnya kecenderungan masyarakat berperan sebagai konsumen mempengaruhi besarnya permintaan kredit investasi ini. Pertumbuhan kredit investasi yang rendah ini juga dipengaruhi oleh penawaran kredit perbankan, perilaku penawaran kredit perbankan sendiri dipengaruhi oleh dana yang tersedia yang bersumber dari DPK (Dana Pihak Ketiga), persepsi bank terhadap prospek usaha debitor dan kondisi perbankan itu sendiri seperti permodalan atau CAR (Capital Adequacy Ratio), jumlah kredit macet atau NPL (Non Performing Loans), dan LDR (Loan toDeposit Ratio). Fakta yang ada mengindikasikan bahwa pertumbuhan kredit untuk kegiatan produktif seperti kredit investasi yang sifatnya jangka panjang, tumbuh lebih rendah dibandingkan kredit yang bersifat konsumtif. Padahal pertumbuhan kredit investasi mempunyai hubungan langsung dengan pertumbuhan sektor riil yang merupakan tolak ukur bagi pertumbuhan ekonomi negara. Mengacu pada pemikiran tersebut, penulis bermaksud mengidentifikasi masalah yaitu menganalisis faktor-faktor apakah yang mempengaruhi penawaran dan permintaan kredit investasi pada bank umum nasional dalam keadaan keseimbangan, serta menganalisis faktor apa saja yang dapat memacu peningkatan pertumbuhan kredit investasi. Berdasarkan uraian dan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian skripsi dengan judul “Analisis Permintaan dan Penawaran Kredit Investasi di provinsi sulawesi selatan”.
7
1.2.
Perumusan Masalah Berdasarkan
latar
belakang
yang
ada,
maka
dapat
dirumuskan
masalahyaitu apakah inflasi, bunga kredit,DPK,dan NPL berpengaruh terhadap kredit INVESTASI di Sulawesi Selatan.
1.3
Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah inflasi, suku
bunga, DPK dan NPL berpengaruh terhadap permintaan kredit konsumsi di Sulawesi Selatan. 1.4
Manfaat Penelitian Adapun Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Sebagai bahan studi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi terutama departemen Ilmu Ekonomi yang ingin melakukan penelitian selanjutnya. 2. Sebagai bahan masukan bagi pemangku kepentingan/stakeholder untuk mengambil keputusan dalam pengambilan kredit. 3. Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak bank dalam menawarkan kredit kepada masyarakat.
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Investasi
2.1.1
Pengertian Investasi Teori ekonomi mendefinisikan investasi sebagai pengeluaran pemerintah
untuk membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang-barang modal yang akan digunakan untuk memproduksi barang dan jasa di masa yang akan datang. Investasi adalah suatu komponen dari PDB = C + I + G + (X-M). Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang (Sunariyah, 2003:4) Menurut Samuelson (2004: 198), investasi meliputi penambahan stok modal atau barang disuatu negara, seperti bangunan peralatan produksi, dan barang-barang inventaris dalam waktu satu tahun. Investasi merupakan langkah mengorbankan konsumsi di waktu mendatang. Investasi merupakan salah satu komponen yang penting dalam GNP. Investasi memiliki peran penting dalam permintaan agregat. Pertama bahwa pengeluaraninvestasi lebih tidak stabil apabila dibandingkan dengan pengeluaran konsumsi sehingga fluktuasi investasi dapat menyebabkan resesi. Kedua, bahwa investasi sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi serta perbaikan dalam produktivitas tenaga kerja. Pertumbuhan ekonomi sangat bergantung pada tenaga kerja dan jumlah stok kapital (Eni Setyowati dan Siti Fatimah N: 2007).
9
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwasanya investasi atau penanaman modal merupakan pengeluaran atau pembelanjaan yang dapat berupa jenis barang modal, bangunan, peralatan modal, dan barang-barang inventaris yang digunakan untuk menambah kemampuan memproduksi barang dan jasa atau untuk meningkatkan produktiktivitas kerja sehingga terjadi peningkatan output yang dihasilkan dan tersedia untuk masyarakat.
2.1.2
Teori Investasi Dalam
jangka
panjang
pertumbuhan
investasi
berpengaruh
pada
bertambahnya stok capital dan selanjutnya menaikan produktivitas. Di negara yang tingkat penganggurannya tinggi, seperti Indonesia sekarang, angkatan kerja yang menganggur dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembentukan modal. 1.
Teori Neo Klasik menekankan pentingnya tabungan sebagai sumber investasi. Investasi dipandang sebagai salah satu penggerak utama pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Makin cepat perkembangan investasi ketimbang laju pertumbuhan penduduk, makin cepat perkembangan volume stok kapital rata-rata per tenaga kerja. Makin tinggi rasio kapital per tenaga kerja cendrung makin tinggi kapasitas produksi per tenaga kerja. Tokoh Neo Klasisk, Sollow dan
Swan
memusatkan
perhatiannya
pada
bagaimana
pertumbuhan
penduduk,akumulasi capital, kemajuan teknologi dan output saling berinteraksi dalam proses pertumbuhan ekonomi (Arsyad, 2010: 88-89). 2.
Teori Harrod-Domar. Harrod-Domar mempertahankan pendapat dari para ahli ekonomi sebelumnya yang merupakan gabungan dari pendapat kaum klasik dan Keynes, dimana beliau menekankan peranan pertumbuhan modal dalam
10
menciptakan pertumbuhan ekonomi. Teori Harrod-Domar memandang bahwa pembentukan modal dianggap sebagai pengeluaran yang akan menambah kemampuan suatu perekonomian untuk menghasilkan barang dan atau jasa, maupun sebagai pengeluaran yang akan menambah permintaan efektif seluruh masyarakat. Dimana apabila pada suatu masa tertentu dilakukan sejumlah pembentukan modal, maka pada masa berikutnya perekonomian tersebut mempunyai kemapuan utnuk menghasilkan barang-barang dan atau jasa yang lebih besar (Sadono, 2007: 256-257). 2.1.3
Jenis Investasi Berdasarkan jenisnya investasi dibagi menjadi dua jenis, yaitu: Pertama
investasi pemerintah, adalah investasi yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Pada umumnya investasi yang dilakukan oleh pemerintah tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan; Kedua investasi swasta, adalah investasi yang dilakukan oleh sektor swasta nasional yaitu Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) ataupun investasi yang dilakukan oleh swasta asing atau disebut Penanaman Modal Asing (PMA). Investasi yang dilakukan swasta bertujuan untuk mencari keuntungan dan memperoleh pendapatan serta didorong oleh adanya pertambahan pendapatan. Jika pendapatan bertambah konsumsipun bertambah dan bertambah pula
effective demand. Investasi
timbuldiakibatkan oleh bertambahnya permintaan yang sumbernya terletak pada penambahan pendapatan disebut induced investment. Dana investasi swasta menurut asalnya terdiri dari dua 2 macam, yaitu: PMA (Penanaman Modal Asing), jenis investasi yang sumber modalnya berasal dari
11
luar negeri, sedangkan PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) ialah jenis investasi yang sumber modalnya berasal dari dalam negeri. Penanaman
Modal
Asing
(PMA)
adalah
salah
satu
upaya
untuk
meningkatkan jumlah modal untuk pembangunan ekonomi yang bersumber dari luar negeri. Salvatore (1997) menjelaskan bahwa PMA terdiri atas: 1.
Investasi portofolio (portfolio investment), yakni investasi yang melibatkan hanya aset-aset finansial saja, seperti obligasi dan saham, yang didenominasikan atau ternilai dalam mata uang nasional. Kegiatan-kegiatan investasi portofolio atau finansial ini biasanya berlangsung melalui lembaga-lembaga keuangan seperti bank, perusahaan dana investasi, yayasan pensiun, dan sebagainya.
2.
Investasi asing langsung (Foreign Direct Investment), merupakan PMA yang meliputi investasi ke dalam aset-aset secara nyata berupa pembangunan pabrik-pabrik, pengadaan berbagai macam barang modal, pembelian tanah untuk keperluan produksi, dan sebagainya. Wiranata (2004) berpendapat bahwa investasi asing secara langsung dapat dianggap sebagai salah satu sumber modal pembangunan ekonomi yang penting. Semua negara yang menganut sistem ekonomi terbuka, pada umumnya memerlukan investasi asing, terutama perusahaan yang menghasilkan barang dan jasa untukkepentingan ekspor. Di negara maju seperti Amerika, modal asing (khususnyadari Jepang dan Eropa Barat) tetap dibutuhkan guna memacu pertumbuhanekonomi domestik, menghindari kelesuan pasar dan penciptaan kesempatankerja. Apalagi di negara berkembang seperti Indonesia, modal asing sangatdiperlukan terutama sebagai akibat dari modal dalam negeri yang tidakmencukupi. Untuk itu
12
berbagai kebijakan di bidang penanaman modal perludiciptakan dalam upaya menarik pihak luar negeri untuk menanamkanmodalnya di Indonesia. Dalam upaya untuk menarik minat investor asing menanamkan modalnya di Indonesia, pemerintah terus meningkatkan kegiatan promosi, baik melalui pengiriman utusan ke luar negeri maupun peningkatan kerjasama antara pihak swasta nasional dengan swasta asing. Sementara itu, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) sebagai badan yang bertanggung jawab dalam kegiatan penanaman modal terus mengembangkan perannya dalam menumbuhkan investasi. Masuknya PMA di Indonesia diatur oleh pemerintah dalam UU No 1 Tahun 1967 tentang penanaman modal asing dan dilengkapi serta disempurnakan oleh UU No 11 Tahun 1970 juga tentang penanaman modal asing. UU itu didukung oleh berbagai kemudahan yang dilengkapi dengan berbagai kebijakan dalam paket-paket deregulasi. Hal ini dimaksudkan untuk lebih menarik investasi didalam memenuhi kebutuhan sumber-sumber pembiayaan pembangunan. Sementara itu, rencana PMA yang disetujui pemerintah adalah nilai investasi proyek baru, perluasan, dan alih status, yang terdiri atas saham peserta Indonesia. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) adalah bentuk upaya menambah modaluntuk pembangunan melalui investor dalam negeri. Modal dari dalam negeri inibisa didapat baik itu dari pihak swasta ataupun dari pemerintah. Kebijakan tentangrencana PMDN ditetapkan oleh pemerintah melalui UU No 6 Tahun 1968,kemudian disempurnakan dengan diberlakukannya UU No. 12 Tahun 1970. Rencana PMDN yang disetujui pemerintah adalah nilai investasi baru, perluasan,dan alih status, yang terdiri atas modal sendiri dan modal pinjaman. Jumlahkumulatif rencana PMDN adalah jumlah seluruh rencana PMDN yang 13
disetujuipemerintah sejak tahun 1968 dengan memperhitungkan pembatalan, perluasan,perubahan, penggabungan, pencabutan, dan pengalihan status dari PMDN kePMA atau sebaliknya. Penggolongan investasi berdasarkan pembentukan modal terdiri dari 2 jenis investasi yaitu: investasi bruto, adalah investasi yang dilakukan oleh pemerintah yang belum dikurangi depresiasi. Investasi neto adalah investasi bruto dikurangi depresiasi (jumlah perkiraan sejauh mana barang modal telah digunakan dalam periode yang bersangkutan). Investasi berdasarkan timbulnya: (1) investasi otonomi berarti pembentukan modal yang tidak dipengaruhi pendapatan nasional; (2) investasi terpengaruh (induced investment) investasi yang dipengaruhi oleh pendapatan nasional. Menurut Sadono Sukirno (2003:5) investasi secara luas bahwa dalam perhitungan pendapatan nasional, pengertian investasi meliputi: (1) seluruh nilai pembelian para pengusaha atas barang-barang dan modal dalam pembelanjaan untuk mendirikan industri-industri; (2) pengeluaran masyarakat untuk mendirikan rumahtempat tinggal dan (3) pertumbuhan dalam nilai stok barang perusahaan berupa bahan mentah, barang yang belum selesai diproses dan barang jadi. 2.2.
Bank Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan).
14
Menurut G.M Verryn Stuart yang ditulis Dendiwijaya Bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan ang yang diperoleh dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral. Bank adalah Lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir, 2000:11).
2.3.
Kredit Menurut UU No. 10 Tahun 1998 kredit adalah penyediaan uang atau
tagihanyang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatanpinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Menurut Jhonson yang ditulis Julius Latumerissa, kredit adalah kemampan untuk memperoleh barang-barang atau jasa-jasa dengan memberikan janji akan membayar dengan uang (atau barang) seketika diminta pembayarannya atau pada suatu hari tertentu di kemudian hari. Dalam bahasa latin kredit berasal dari kata “credere” yang artinya percaya. Itu artinya si pemberi kredit percaya kepada si penerima kredit bahwa kredit yang diberikan akan dikembalikan sesuai dengan perjanjian. 2.3.1
Unsur-unsur kredit Unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah
15
sebagai berikut. 1.
Kepercayaan, yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan akan benar-benar diterima kembali di masa tertentu di masadatang.
2.
Kesepakatan, dimana kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masingmasing.
3.
Jangka waktu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati.
4.
Risiko, adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan satuu risiko tidak tertagihnya/macet pemberian kredit.
5.
Balas jasa, merupakan suatu kentungan atas pemberian kredit atau jasa tersebut yang dikenal dengan nama bunga.
2.3.2
Jenis-Jenis Kredit Kredit
yang
diberikan
bank
umum
dan
bank
perkreditan
rakyat
untukmasyarakat terdiri dari, sebagai berikut (Kasmir 2008:103). a)
Dilihat Dari Segi Kegunaan 1.
Kredit Investasi Merupakan kredit jangka panjang yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi.
2.
Kredit Modal Kerja Merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya.
16
b)
Dilihat Dari Segi Tujuan Kredit 1.
Kredit Produktif Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha/produksi/ investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa.
2.
Kredit Konsumtif Kredit yang digunakan untuk konsumsi pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha.
3. Kredit perdagangan Merupakan kredit yang diberikan kepada pedagang dan digunakan untuk membiayai aktivitas perdagangannya seperti untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil kredit ini sering diberikan kepada supplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah besar.
c)
Dilihat Dari Segi Jangka Waktu 1.
Kredit Jangka Pendek Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.
2.
Kredit Jangka Menengah Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun dan biasanya kredit ini digunakan untuk melakukan investasi.
17
3.
Kredit Jangka Panjang Merupakan kredit yang pengembaliannya paling panjang, jangka waktu pengembaliannya di atas 3 tahun atau 5 tahun. Biasanya kredit ini digunakan untuk investasi jangka panjang seperti : perkebunan karet, kelapa sawit, manufaktur atau kredit konsumtif seperti kredit perumahan.
d)
Dilihat Dari Segi Sektor Usaha 1.
Kredit Pertanian Merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau sektor pertanian. Sektor usaha pertanian dapat berupa jangka jangka pendek atau jangka panjang.
2.
Kredit Peternakan Merupakan kredit yang diberikan untuk sektor peternakan, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
3.
Kredit Industri Merupakan kredit yang diberikan untuk membangun sarana, baik industri kecil, industri menengah, dan industri besar.
4.
Kredit Pertambangan Merupakan kredit yang diberikan untuk usaha tambang, jenis tambang yang dibiayai biasanya dalam jangka panjang seperti tambang emas, minyak, dan timah.
5.
Kredit Pendidikan Merupakan kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula kredit untuk para mahasiswa.
18
6.
Kredit Profesi Merupakan kredit yang diberikan kepada para kalangan profesional seperti dosen, dokter atau pengacara.
7.
Kredit Perumahan Yaitu kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian perumahan dan biasanya berjangka waktu panjang.
2.4
Suku Bunga Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank
yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga bagi bank juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dan harga yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman).
2.4.1
Jenis Bunga Ada 2 macam bunga yang diberikan kepada nasabah dalam kegiatan
perbankan konvensional, yaitu: 1. Bunga Simpanan Merupakan harga beli yang harus dibayar bank kepada nasabah pemilik simpanan. Bunga ini diberikan sebagai rangsangan ata balas jasa, kepada nasabah yang menyimpan uangnya di bank. 2. Bunga Pinjaman Merupakan bunga yang dibebankan kepada para peminjam (debitur) atau harga jual yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank.
19
2.4.2
Jenis Pembebanan Suku Bunga Kredit Jenis-jenis pembebanan suku bunga kredit dan rumus perhitungan
1. Suku Bunga Effektif Pengertian effektif/anuitas ini adalah bahwa bunga pinjaman selalu dihitung dari sisa pokok pinjaman dengan demikian jumlah bunga yang dibayar dari bulan ke bulan adalah berbeda (semakin kecil) karena seiring dengan cicilan yang dilakukan sisa pokok pinjaman akan berkurang. Rumus perhitungan: Bunga Angsuran =
Sisa Pokok x Bunga x1 12
Keterangan :
2.
Bunga Angsuran
: bunga bulan yang bersangkutan.
Sisa pokok
: sisa pokok pinjaman.
Bunga
: suku bunga pinjaman efektif per tahun
Suku Bunga Flat Pengertian flat adalah bahwa bunga pinjaman selalu dihitung dari pokokawal pinjaman. Dengan demikian jumlah bunga yang dibayar setiap bulan adalah Rumus perhitungan : Angsuran = pokok+ (pokok x bunga x tahun) Bulan Keterangan : Angsuran
: jumlah angsuran per bulan
20
3.
Pokok
: pokok awal pinjaman
Bunga
: suku bunga pinjaman flat per tahun
Floating rate Jenis ini membebankan bunga dikaitkan dengan bunga yang ada di pasar uangsehingga bunga yang dibayar setiap bulan sangat tergantung dari bunga pasar uangpada bulan tersebut
2.4.3
Teori Klasik Tingkat Bunga Tabungan, menurut teori klasik adalah fungsi dari tingkat bunga. makin
tinggi tingkat bunga makin tinggi pula keinginan masyarakat akan mendorong untuk mengorbankan pengeluaran konsumsi guna menambah tabungan. Investasi merupakan fungsi dari tingkat bunga. makin tinggi tingkat bunga, keinginan untuk melakukan investasi juga makin kecil. seseorang akan menambah pengeluaran investasi apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi lebih besar dari tingkat bunga yang harus dibayar. Keseimbangan tingkat bunga ada ititik I0, dimana jumlah tabungan sama dengan investasi apabila tingkat bunga berada di titik i1, maka jumlah tabungan melebihi
keinginaan
pengusaha
unuk
berinvestasi.
Para
penabung
akan
meminjamkan dananya shigga akan menekan tingkat bunga turun kembali ke titik i0,sebaliknyaapabila tingkat bunga berada di titik i2, maka para pengusaha akan berusaha untuk memperoleh dana yang jumlahnya relatif kecil sehingga persaingan ini akan mendorong tingkat bunga naik ke posisi i0.
21
2.4.4
Teori Keynes Teori penentuan tingkat suku bunga Keynes dikenal dengan teori liquidity
prefence. Keynes mengatakan bahwa tingkat bunga semata-mata merupakan fenomena moneter yang mana pembentukannya terjadi di pasar uang. Artinya tingkat suku bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan akan uang.Dalam Konsep Keynes, alternatif penyimpangan kekayaan terdiri dari surat berharga (bonds) dan uang tunai. Asumsi Teori Keynes adalah dasar pemilikan bentuk penyimpangan kekayaan adalah perilaku masyarakat yang selalu menghindari resiko dan ingin memaksimumkan keuntungan. Keynes tidak sependapat dengan pandangan ahli-ahli ekonomi klasik yang mengatakan bahwa tingkat tabungan maupun tingkat investasi sepenuhnya ditentukan oleh tingkat bunga, dan perubahan-perubahan dalam tingkat bunga akan menyebabkan tabungan yang tercipta pada tingkat penggunaan tenaga kerja penuh akan selalu sama dengan investasi yang dilakukan oleh para pengusaha. Menurut Keynes, besarnya tabungan yang dilakukan oleh rumah tangga bukan tergantung dari tinggi rendahnya tingkat bunga. Ia terutama tergantung dari besar kecilnya tingkat pendapatan rumah tangga itu. Makin besar jumlah pendapatan yang diterima oleh suatu rumah tangga, semakin besar pula jumlah tabungan yang akan diperolehnya. Apabila jumlah pendapatan rumah tangga itu tidak mengalami kenaikan atau penurunan, peubahan yang cukup besar dalam tingkat bunga tidak akan menimbulkan pengaruh yang berarti keatas jumlah tabungan yang akan dilakukan oleh rumah tangga dan bukannya tingkat bunga.
22
Teori permintaan uang Keynes menekankan kepada berapa besar proporsi kekayaan yang dipegang dalam bentuk uang. Berbeda dengan teori klasik, teori Keynes
mengasumsikan
bahwa
perekonomian
belum
mencapai
tingkat full
employment. Oleh karena itu, produksi masih dapat ditingkatkan tanpa mengubah tingkat upah maupun tingkat harga-harga. Dengan menurunkan tingkat suku bunga, investasi dapat dirangsang untuk meningkatkan produksi nasional.
Dengan
demikian, setidaknya untuk jangka pendek, kebijaksanaan moneter dalam teori Keynes, berperan untuk meningkatkan produksi nasional. Setelah perekonomian berada dalam keadaan full employment, barulah kebijaksanaan moneter tidak dapat lagi berperan untuk meningkatkan produksi nasional. Dengan demikian jelaslah bahwa teori Keynes adalah teori ekonomi jangka pendek sebelum mencapai full employment. Dalam teori Keynes dikenal tiga motif yang mendasari permintaan uang masyarakat, yaitu : 1.
Keperluan Transaksi (Transaction Motive). Yaitu motif memegang uang untuk keperluan transaksi sehari-hari. Besarnya uang untuk keperluan ini tergantung kepada besarnya pendapatan.
2.
Keperluan
Berjaga-jaga. Yaitu
motif
memegang
uang
karena
adanya
ketidakpastian mengenai masa datang. Motif transaksi dan motif berjaga-jaga merupakan fungsi positif dari tingkat pendapatan. 3.
Keperluan Spekulasi. Yaitu motif memegang uang untuk keperluan spekulasi dan mencari keuntungan sebagaimana motif berjaga-jaga, motif permintaan uang untuk spekulasi ini timbul akibat adanya ketidakpastian di masa yang akan
23
datang. Keynes mengatakan bahwa motif ini berdasarkan kepada keinginan untuk mendapatkan keuntungan dengan mengetahui apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.
2.5.
Dana Pihak Ketiga (DPK) Dana pihak ketiga (simpanan) yang dijelaskan dalam UU Perbankan RI No.
10 tahun 1998 tentang perbankan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. 2.5.1.
Sumber-sumber Dana Pihak Ketiga Sumber dana pihak ketiga tersebut berupa:
1.
Giro ( Demand Deposit ) Giro adalah simpanan dari pihak ketiga kepada bank yang penarikannya dilakukan
setiap
saat
dengan
menggunakan
cek,
surat
perintah
pembayaran lainnya atau dengan pemindahbukuan. 2.
Deposito Secara garis besar deposito dapat dibagi kedalam tiga jenis, yaitu (Julius, 2011:247) a)
Deposito Berjangka (time deposit) Adalah simpanan pihak ketiga di bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan setelah jangka waktu tertentu menurut perjanjan ntara pihak ketiga dan pihak bank. Deposto berjangka ini diterbitan atas nama
24
deposan tertentu sehingga tidak dapat dipindahtangankan atau diperjual belikan. b)
Deposito Harian (deposit on call) Adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang memiliki jangka waktu 1 sampai 30 hari yang pencairannya dapat dilakukan setiap hari dengan pemberitahuan sebelumnya kepada pihak bank akan maksud tersebut.
c)
Sertifikat Deposito (certificate deposit) Adalah suatu bentuk simpanan berjangka yang diterbitkan oleh bank yang dapat diperjualbelikan ata dipindah tangankan kpada pihak ketiga.
3.
Tabungan (Saving Deposit) Tabungan adalah simpanan dari masyarakat atau pihak ke 3 kepada bank yang penarikannya dapat di lakukan sewaktu-waktu.
2.6
Non Performing Loan (NPL) Non Performing Loan (NPL) merupakan rasio yang dipergunakan untuk
mengukur kemampuan bank dalam mengukur resiko kegagalan pengembalian kredit oleh debitur. Kredit bermasalah atau problem loan dapat diartikan sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesengajaan dan atau karena faktor eksternal di luar kemampuan kendali debitur.Jika tingkat rasio NPL tinggi maka pihak bank akan berhati-hati dalam menyalurkan kredit kepada masyarakat. Kriteria penilaian tingkat kesehatan NPL dapa dilihat pada tabel dibawah ini.
25
Tabel 2.1 Kriteria penilaian tingkat kesehatan rasio NPL Rasio
Predikat
NPL ≤ 5%
Sehat
NPL > 5%
Tidak Sehat
Sumber : Bank Indonesia Berdasarkan Tabel 2.1, Bank Indonesia menetapkan nilai NPL maksimum adalah sebesar 5%, apabila bank melebihi batas yang diberikan maka bank tersebut dikatakan tidak sehat. Meningkatnya NPL akan menggurangi jumlah modal bank, Karena pendapatan yang diterima bank akan digunakan untuk menutupi NPL tersebut. Selain itu, meningkatnya NPL akan mempengaruhi bank dalam menyalurkan kredit kepada masyarakat pada periode selanjutnya. Banyak faktor yang seringkali memicu munculnya masalah ini diantaranya adalah dampak krisis multidimensional yang hingga saat ini membuat banyak dari para debitur bank tidak mampu menyelesaikan masalah kredit mereka yang macet. Faktor lain yang juga seringkali memicu masalah ini adalah tidak adanya itikad baik dari para debitur untuk segera menyelesaikan masalah ini. Akibatnya tidak jarang bank atau lembaga keuangan akan menerima dampaknya dari kondisi ini. Tingginya suku bunga memang seringkali menjadi beban berat bagi para debitor untuk menyelesaikan kewajiban mereka pada bank, Sehingga mereka tidak mampu menyelesaikan kredit sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat. Untuk menjaga bank tetap dalam kondisi yang aman, maka sistem manajemen yang baik memang sangat perlu untuk diterapkan secara maksimal. Melalui manajemen yang baik dalam berbagai kegiatan operasional bank terutama
26
untuk hal-hal yang terkait dengan kredit ini, akan membantu menjaga kestabilan kondisi dalam bank. 2.7.
Inflasi Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan
terus menerus. dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara terus menerus.Menurut Boediono definisi singkat dari inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada sebagian besar dari harga barangbarang lain. 2.7.1
Jenis-jenis Inflasi Berdasarkan asal dari inflasi dibagi menjadi:
1.
Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation) Inflasi yang berasal dari dalam negeri timbul misalnya karena defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan pencetakan uang baru, panenan gagal dan sebagainya.
2.
Inflasi yang beasal dari luar negeri Inflasi yang imbul krena kenaikan harga-harga dilur negeri atau di negaranegara langganan berdagang. Penulran inflasi dari lur negeri ke dalam negeri ini dapat mudah terjadi pada negara-negara yang perekonomianya terbuka.
27
2.7.2
Dampak Inflasi Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu
negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat. 1.
Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Ini dikarenakan pada saat inflasi maka harga barang-barang akan cenderung naik sedangkan pendapatan tidak mengalami kenaikan.
2.
Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin menurun. apabila masyarakat cenderung tidak menabung maka dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Ini dikarenakan dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.
3.
Bagi produsen, inflasi dapat menyebabkan terhentinya kegiatan produksi barang. Ini terjadi dikarenakan biaya produksi yang meningkat dikarenakan inflasi sehingga biaya produksi lebih besar dibandingkan dengan pendapat
2.8
Penelitian Terdahulu Berikut ini beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang kredit
perbankan berikut dengan kesimpulan dari masing-masing penelitian.
28
Tabel 2.2 Studi Empiris Peneliti Ratih Pranita (2008)
Judul Analisis Permintaan dan Penawaran Kredit Investasi
Variabel Permintaan Kredit Investasi, Kredit Ivestasi periode sebelumnya, Suku Bunga, GDP, Inflasi, Penawaran, Kredit Investasi, ROA, LDR, DPK
Gerry (2009)
Analisis FaktorFaktor yang Memengaruhi Permintaan dan Penawaran Kredit UMKM di Indonesia
Permintaan Kredit Investasi, Suku Bunga, GDP, Inflasi, Kurs, Penawaran Kredit Investasi, DPK, CAR, LDR, NPL
Analisis Estimasi Permintaan dan Penawaran Kredit Konsumsi di Sumatera Utara
Permintaan Kredit Investasi, DPK, Suku Bunga, Pendapatan Per Kapita, Penawaran Kredit Investasi, DPK, PDRB, NPL
Danistyo
Martin (2012)
Hasil Penawaran kredit investasi dipengaruhi secara positif oleh suku bunga kredit, ROA, dan LDR. Sedangkan permintaan kredit investasi dipengaruhi secara negative oleh suku bunga kredit dan inflasi, dan juga dipengaruhi secara positif oleh GDP dan kredit investasi periode sebelumnya. Penawaran kredit investasi dipengaruhi secara positif oleh suku bunga kredit, DPK dan LDR. Dan juga di pengaruhi secara negative oleh CAR dan NPL. Sedangkan permintaan kredit investasi dipengaruhi secara negative oleh suku bunga redit dan inflasi, dan juga dipengaruhi secara positif oleh GDP dan Nilai tukar rupiah terhadap dolar Permintaan kredit investasi dipengaruhi secara negative oleh suku bunga dan Pendapatan Per Kapita dan juga dipengaruhi secara positif oleh DPK. Sedangkan penawaran kredit investasi dipegaruhi secara positif. 29
2.9
Kerangka Konseptual.
DPK
Inflasi
Kredit Investasi NPL
Suku Bunga
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penyaluran Kredit Investasi Melalui Gambar 2.1 ini dapat dilihat bahwa kredit investasi dipengaruhi oleh Inflasi, Bunga kredit, dana pihak ketiga (DPK) dan non performing loan (NPL). 2.10
Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka penulis membuat hipotesis
sebagai berikut: 1. Diduga
Inflasi, bunga kredit dan NPL berpengaruh negatif terhadap Kredit
Investasi. 2. Diduga
DPK
berpengaruh
positif
terhadap
Kredit
Investasi, 30
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Jenis penelitian Jenis penelitian skripsi ini adalah penelitian deskriptif dan peneltian
kuanitatif. Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpreasikan objek sesuai dengan data yang sebenarnya. Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah dan sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubunganya. tujuan penelitian kuanitatif adalah untuk mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-teori atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam.
3.2
Batasan Operasional Penelitian ini membahas tentang bunga kredit dan inflasi yang
mempengaruhi permintaan kredit investasi di indonesia, dan bunga kredit, Dana pihak ketiga dan Non performing Loan (NPL) terhadap penawaran kredit investasi di indonesia. 3.3
Definisi Operasional
1.
Kredit investasi adalah sejumlah dana yang dipinjam oleh masyarakat kepada pihak bankdi provinsi Sulawesi Selatan dengan tujuan investasi yang dinyatakan dalam rupiah
2.
Suku bunga kredit adalah suku bunga rata – rata kredit investasi yang ditetapkan oleh pihak bank di Provinsi Sulawesi Selatan
31
kepada debitur yang ingin meminjam kredit kepada pihak bank yang dinyatakan dalam presentase 3.
Inflasi adalah suatu kenaikan harga secara terus menerus dalam tingkat harga umum yang dihitung dengan metode year to year dari indeks harga konsumen(IHK)
4.
Dana pihak ketiga (DPK) adalah sejumlah dana yang dihimpun oleh bank dari masyarakat di Provinsi Sulawesi Selatan berupa tabungan, deposito dan giro dalam satuan rupiah
5.
Non Performing Loan (NPL) adalah besarnya presentase tingkat resiko dalam pemberian kredit kepada debitur di provinsi Sulawesi selatan
3.4
Jenis data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
skunder dalam bentuk time series yang bersifat kuantitatif atau data-data yang berbentuk angka-angka dan sumber datanya diperoleh dari Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik (BPS). Disamping itu, data lainya yang diperoleh untuk
penelitian ini bersumber dari buku-buku bacaan,karya-
karya ilmiah serta website-website yang mendukung penelitian. 3.5
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan metode penelitian kepustakaan ( libraray research) yang berasal dari publikasi Bank indonesia berupa tulisan ilmiah, jurnal,artikel dan laporan-laporan penelitian ilmiah lainya.
32
3.6
Model
analisis
yang
akan
digunakan
untuk
menganalisis kredit investasi di Sulawesi Selatan adalah dengan analisis regresi linear berganda. Variabel yang akan diteliti terdiri dari variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Variabel bebas (independent variable) terdiri inflasi, bunga kredit, DPK dan NPL. Sedangkan variabel terikat (dependent variable) adalah jumlah kredit investasi kredit investasi di Sulawesi Selatan dipengaruhi oleh variabel-variabel ekonomi dan fungsinya ditujukan sebagai berikut : Y = f (X1, X2, X3, x4) ……………………………………………………….(1) Secara eksplisit dapat dinyatakan dalam fungsi nonlinear Cobb Douglas dimana persamaan ini melibatkan dua atau lebih variabel. Penyesuaian antara X dan Y biasanya dengan cara regresi, dimana variasi dari Y akan dipengaruhi oleh X. Fungsi ini dinyatakan sebagai berikut : Y = β0 X1
β1
lnX2
β2
X3
β3
μ
X4β4 + e …………………………………………(2)
Untuk mengestimasikan koefisien regresi, sesuai pendapat Feldstein (1988) dilakukan transformasi ke bentuk linear dengan menggunakan logaritma natural (ln) parsial ke dalam model sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut: lnY = ln β0 + β1 X1 + β2 ln X2 + β3 X3 + β4 X4 dimana: Y : Jumlah kredit investasi (Rupiah) β0 : Konstanta β1, β2, β3 : Koefisien
33
X1 : inflasi (Persen) X2 : bunga kredit (Persen) X3 :DPK (Rupiah) X4 : NPL (persen : Error term Teknik Analisis Data
3.7
Pengujian Statistik
3.7.1
Uji t Uji ini digunakan untuk mengetahuiapakah masing-masing variabel
independen (inflasi, bunga kredit,DPK, dan NPL ) secara sendiri-sendiri mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Dengan kata lain, untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen dapat menjelaskan perubahan yang terjadi pada variabel dependen secara nyata. Dimana jika t hitung > t tabel Hi diterima (signifikan) dan jika t hitung < t tabel Ho diterima (tidak signifikan). Uji t digunakan untuk membuat keputusan apakah hipotesis terbukti atau tidak, dimana tingkat signifikan yang digunakan yaitu yaitu 0,05.
3.7.2
2
Koefisien Determinasi (R ) Koefisien determinasi menjelaskan seberapa besar perubahan
suatu variabelterikat bisa ditentukan oleh perubahan pada variable bebas (Satosa & Ashari,05). Akan tetapi ada kalanya dalam penggunaan koefisisen determinasi terjadi bias terhadap satu variabel indipenden yang dimasukkan dalam model. Setiap tambahan satu variabel indipenden akan menyebabkan peningkatan R2, tidak peduli apakah variabel tersebut
34
berpengaruh secara siginifikan terhadap varibel dependen (memiliki nilai t yang signifikan). 3.7.3
Uji F Uji ini digunakan untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh
seluruh variabel independen terhadap variabel dependen. Dimana jika nilai Fhitung> Ftabel maka Ho diterima atau variabel independen secara bersamasama memiliki pengaruh terhadap variabel dependen (signifikan) dengan kata lain perubahan yang terjadi pada variabel dependen dapat dijelaskan oleh perubahan variabel independen, dimana tingkat signifikansi yang digunakan yaitu 0,05.
35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Perkembangan Variabel Penelitian Investasi menjadi salah satu kata kunci dalam setiap upaya
menciptakan pertumbuhan ekonomi baru bagi perluasan penciptaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan dan penanggulangan kemiskinan. Melalui peningkatan investasi, baik dalam bentuk akumulasi kapital domestik maupun luar negeri akan menjadi faktor pengungkit yang sangat dibutuhkan bagi suatu negara dalam mengeerakan mesin ekonomi mengawal pertumbuhan yang berkelanjutan Kredit investasi adalah kredit yang diberikan pada calon debitur untuk membiayai barang – barang modal dalam rangka rehabilitasi, modernisasi, perluasan ataupun pendirian proyek baru. Penyaluran kredit investasi di Sulawesi Sleatan periode 2014 sampai dengan periode 2015 selalu mengalami pertumbuhan tetapi jumlahnya tidak sebesar kredit konsumsi. Padahal pertumbuhan kredit investasi mempunyai hubungan langsung dengan pertumbuhan sektor riil yang merupakan tolak ukur bagi pertumbuhan ekonomi negara. Seperti yang tergambar pada tabel 4.1
36
Tabel 4.1 Perkembangan Pertumbuhan Variabel Penelitian Periode 2006-2015 di Sulawesi Selatan
TAHUN
PENYALURAN KREDIT INVESTASI (%)
SUKU BUNGA %
DPK (%)
INFLASI (%)
NPL (%)
2006
-
-
-
-
-
2007
-3.75%
-13,8%
12%
-20,9%
-41,3%
2008 2009 2010
93,4% 5,05% 32,3%
10,6% -10% -5.24%
12,9% 20,9% 11%
117% -72,6% 101%
121% -60,9% -6,45%
2011
26,3%
-1.95%
22,5%
-57,9%
-9,31%
2012 2013 2014 2015
-11,4% 44,5% 12,5% 26,45%
-6.39% 4,88% 4,56% -1,21%
17,4% 12,5% 9,3% 18,5%
59,2% 14,6% 64,3% -43,7%
0,38% 18,5% 0% 1,96%
Sumber Data: Diolah, 2017 Table 4.1 menunjukkan perkembangan penyaluran kredit investasi di Sulawesi Selatan periode 2006- 2015 yang mengalamai fluktuasi yang sangat beragam mulai dari tahun 2005 hingga di 2008 yang mengalami kenaikan tertinggi hingga 93,4% . Kemudian mengalami penurunan pada tahun 2012 hingga -11,4%. Namun kembali mengalami kenaikan di tahun 2013 sebesar 44,5% dan terus naik di tahun 2014 dan 2015 dengan presentase 12,5% dan 26,4%. 4.1.1
Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) di Sulawesi Selatan Periode 2006-2015 Besar kecilnya jumlah penawaran kredit di Sulawesi Selatan sangat
dipengaruhi oleh Dana Pihak Ketiga (DPK). Karena dana yang akan disalurkan kepada kreditur bersumber dari dana pihak ketiga (DPK). Untuk melihat pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) dapat dilihat pada tabel 4.1,
37
pertumbuhan DPK terus mengalami trend positif diawali pada tahun 2007 sebesar 12 persen dan kembali mengalami penaikan di tahun 2008 sebesar 12,9% kemudian ditahun 2009 mengalami kenaikan yang signifikan sebesar 20,9 persen. Di tahun – tahun berikutnya pun terus mengalami kenaikan di tahun 2010, 2011, 2012, 2013 dan 2014 sebesar 11 persen , 22,5 persen ,17,4 persen , 12,5 persen dan 9,3 persen dan di tahun 2015 kembai mengalami kenaikan yang cukup signifikan sebesar 18,5 persen. 4.1.2
Perkembangan Inflasi di Sulawesi Selatan Periode 2006-2015 Inflasi adalah suatu proses di mana kecenderungan harga-harga
akan naik seperti yang di paparkan oleh teori kuantitas yang menyatakan bahwa inflasi terjadi karena adanya kenaikan jumlah uang beredar. Di Sulawesi Selatan sendiri inflasi menunjukkan fluktuasi yang beragam. Mengenai pertumbuhan inflasi di Sulawesi Selatan periode 2006-2015. Mengalami penurunan signifikan di tahun 2007 sebesar -20,9 persen. Namun di tahun 2008 mengalami kenaikan sebesar 11,7 persen kemudian di tahun 2009 mengalami penurunan sangat signifikan sebesar -72,6 persen . namun di tahun 2010 inflasi mengalami pertumbuhan sangat besar yaitu 101 persen. Di tahun 2011 kembali mengalami penurunan sebesar 57,9 persen. Kemudian tiga tahun berikutnya terus mengalami kenaikan yaitu di tahun 2012, 2013,dan 2014 masing-masing sebesar 59,2 persen , 14,6 persen
dan 64,3 persen dan di tahun 2015 mengalami penurunan
pertumbuhan sebesar -43,7 persen.
4.1.3
Perkembangan Non Performing Loan (NPL) di Sulawesi Selatan Periode 2006-2015
38
Salah satu acuan bank dalam memberikan kredit kepada masyarakat adalah Non Performing Loan (NPL). Bank Indonesia sebagai bank sentral menetapkan ratio NPL sebesar 5 persen dari kredit yang disalurkan oleh bank. NPL merupakan hambatan bagi bank untuk menyalurkan kredit karena pihak bank tidak ingin mengalami kerugian yang dikarenakan ketidaksanggupan debitor untuk membayar kredit. Di Sulawesi selatan sendiri pertumbuhan NPL mengalami fluktuasi di tahun 2007 mengalami penurunan signifikan sebesar -41,3 persen di tahun berikutnya NPL mengalami kenaikan sangat besar sebesar 121 persen , namun di tiga tahun berikutnya yaitu tahun 2009 ,2010 dan 2011 terus mengalami kenaikan masing-masing sebesar -60,9 persen, -6,45% dan -9,31 persen . di tahun 2012 npl kembali naik sebesar 0,38 persen kemudian naik kembali 18,5 persen dio tahun 2013. Sedangkan di tahun 2014 npl tidak mengalami pertumbuhan dan pada tahun 2015 mengaloami sedikit kenaikan sebesar 1,96 persen.
4.1.4
Perkembangan Suku Bunga Periode 2006-2015 di Sulawesi Selatan Suku bunga merupakan acuan atau dasar bagi seseorang yang
akan mengambil kredit atau pinjaman di Bank. Dengan melihat suku bunnga ini maka masyarakat atau konsumen akan memiliki patokan dalam mengambil kredit investasi. Namun masyarakat yang akan meminjam sejumlah dana kepada Bank berkewajiban tidak hanya membayarkan pinjaman pokoknya melainkan disertai dengan sejumlah uang yang disebut bunga.
39
Perkembangan suku bunga kredit investasi
dari periode
2006
sampai dengan periode 2015. Pada tabel 4.1, dapat dilihat bahwa suku bunga mengalami trend yang negatif dalam beberapa tahun terakhir. Dimulai pada tahun 2006 kemudian mengalami penurunan ditahun 2007 sebesar 13,86 persen. Namun pada tahun berikutnya yaitu ditahun 2008 sempat mengalami penaikan sebesar 10,6 persen. Namun di tahun - tahun berikutnya kembali mengalami penurunan berturut- turut yaitu pada tahun 2009, 2010, 2011, dan 2012 yaitu sebesar -10 persen ,-5,24 persen, -1,95 persen,dan terkhir di tahun 2012 sebesar -6,39 persen. Selanjutnya pertumbuhan mulai membaik di tahun 2013 dan 2014 sebesar 4,88 persen dan 4,56 persen dan terkahir kembali mengalami penurunan sebesar -1,21 persen.
4.2
Hasil Estimasi pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), inflasi, Net Performing Loan (NPL), dan suku bunga kredit
investasi
terhadap penyaluran kredit investasi di Sulawesi Selatan periode 2006-2015 Hasil regresi pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), inflasi, Net Performing Loan (NPL), dan suku bunga kredit
investasi terhadap
penyaluran kredit investasi di Sulawesi Selatan periode 2006-2015 dengan metode Ordinary Least Square (OLS) menggunakan program Eviews 8.0 di peroleh hasil regresi sebagai berikut :
40
Tabel 4.2 Hasil Estimasi Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Inflasi, Net Performing Loan (NPL), dan Suku Bunga Kredit Investasi terhadap Penyaluran Kredit Investasi di Sulawesi Selatan Periode 2006-2015 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
DPK
1.449789
0.236756
6.123568
0.0017
INF
0.008440
0.041066
0.205528
0.8453
NPL
0.034245
0.106230
0.322370
0.7602
SB
-0.001014
0.142735
-0.007107
0.9946
C
-6.509285
3.730284
-1.744984
0.1414
R-squared
0.947853
Mean dependent var
9.070547
Adjusted R-squared
0.906136
S.D. dependent var
0.615003
S.E. of regression
0.188420
Akaike info criterion
-0.193438
Sum squared resid
0.177510
Schwarz criterion
-0.042146
Log likelihood
5.967191
Hannan-Quinn criter.
-0.359406
F-statistic
22.72090
Durbin-Watson stat
Prob(F-statistic)
0.002092
1.532795
Hasil estimasi menunjukkan bahwa pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), inflasi, (NPL), dan suku bunga kredit investasi terhadap penyaluran kredit investasi di Sulawesi Selatan periode 2006 – 2015 adalah : lnPK = -6.5092 + 1.4497 lnDPK + 0.0084 INF + 0.0342 NPL 0.0010 SB
41
4.2.1
Intrepretasi Hasil Estimasi Model Berdasarkan hasil regresi pada tabel dengan meliha tmasing
masing koefisien regresi pada jenis variable diketahui dana pihak ketiga (DPK) memiliki nilai koefisien sebesar 1.4497 dan berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit di Sulawesi Selatan yang berarti, bahwa setiap kenaikan 1 persen variabel dana pihak ketiga (DPK) maka akan berpengaruh positif sebesar 144.97persen terhadap jumlah kredit investasi. Selanjutnya, Inflasi memiliki nilai koefisien 0.0084 dan berpengaruh tidak signifikan yang berarti, bahwa setiap kenaikan 1 persen variable inflasi maka, akan berpengaruh sebesar 0.8 persen terhadap penyaluran kredit investasi. Untuk Net Performing Loan (NPL) memiliki nilai koefisien sebesar 0.0342 dan berpengaruh tidak signifikan yang berarti, bahwa setiap kenaikan 1 persen variable Net Performing Loan (NPL) maka akan berpengaruh
sebesar 3.4 persen terhadap penyaluran kredit investasi.
Selanjutnya, suku bunga memiliki nilai koefisien-0.0010 dan berpengaruh tidak signifikan yang berarti, bahwa setiap kenaikan 1 persen variabel suku bunga maka, akan berpengaruh negatif sebesar 0.1 persen terhadap penyaluran kredit investasi.
4.3
Uji t-Statistik Uji signifikansi pengaruh dana pihak ketiga (DPK), inflasi, Net
Performing Loan (NPL), dan suku bunga kredit investasi terhadap penyaluran
kredit investasi di Sulawesi Selatan periode 2006 – 2015
42
dengan menggunakan taraf keyakinan 95% (α=0.05) dan degree of freedom (df=n-k=15-5=10) diperoleh t-tabel sebesar 2.228.
Tabel 4.3 Nilai t-statistik VariabelDana Pihak Ketiga (DPK), Inflasi, Net Performing Loan (NPL), serta Suku Bunga Kredit Variabel
t-statistik
t-tabel, df=10, α=0.05
Dana Pihak Ketiga (DPK)
6.123568
2.228
Inflasi
0.205528
2.228
Net Performing Loan (NPL)
0.322370
2.228
Suku Bunga
-0.007107
2.228
Sumber: Data diolah, 2017 Dengandemikian dijelaskan bahwa variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) dan secara signifikan mempengaruhi penyaluran kredit investasi karena t-statistiknya lebih besar daripada t-tabel. Sedangkan variable inflasi, Net Performing Loan (NPL), dan suku bunga secara tidak signifikan memengaruhi penyaluran kredit investasi karena t-statistiknya kurang dari ttabel. 4.4
Analisis Koefisien Determinasi (R2) Dari hasil regresi pada tabel 4.2, diperoleh R2 sebesar 0.947853.
Ini berarti bahwa variabel-variabel independen yaitu, Dana Pihak Ketiga (DPK), inflasi, Net Performing Loan (NPL), dan suku bunga kredit investasi menerangkan besarnya variasi kontribusi elastisitas terhadap penyaluran
43
kredit investasi di Sulawesi Selatan periode 2006 – 2015 sebesar 94,78 persen. Adapun sisanya ditentukan oleh variabel lain yang tidak teramati dalam model sebesar 5,22 persen.
4.5
Uji F- Statistik Pengujian signifikansi dari pengaruh semua variabel independen
terhadap variabel dependen didalam model dapat dilakukan dengan uji F. Pengaruh suku Dana Pihak Ketiga (DPK), inflasi, Net Performing Loan (NPL), dan suku bunga kredit investasi terhadap penyaluran kredit investasi di Sulawesi Selatan periode 2006 – 2015 dengan menggunakan taraf keyakinan 95% (β=0,05) didapatkan F-tabel (df1=k-1=5-1= 4 dan df2=nk=12-5=8 dengan nilai sebesar 3,84 sedangkan F-statistik sebesar 22,72. Ini menunjukkan F-statistik lebih besar dari F-tabel sehingga disimpulkan bahwa secara bersama-sama variabel Dana Pihak Ketiga (DPK), inflasi, Net Performing Loan (NPL), dan suku bunga kredit investasi berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit investasi di Sulawesi Selatan periode 2006 – 2015atau dengan kata lain persamaan ini adalah fit secara keseluruhan.
4.6
Analisis yang mempengaruhi Penyaluran Kredit Investasi di Sulawesi Selatan Periode 2006-2015
4.6.1 Pengaruh Dana Pihak Tiga (DPK) terhadap Penyaluran KreditInvestasi di Sulawesi Selatan Periode 2006-2015
44
Bank Umum (Commercial Bank) memiliki peranan yang sangat penting dalam menggerakkan roda perekonomian nasional, karena lebih dari 95% Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan nasional yang meliputi Bank Umum (Commercial Bank), Bank Syariah (Sharia Bank), dan Bank Perkreditan Rakyat (Rural Bank) berada di Bank Umum (Sumber : Statistik Perbankan Indonesia, 2014). DPK ini yang selanjutnya digunakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui penyaluran kredit. Bedasarkan hasil estimasi menunjukkan bahwa dana pihak ketiga memiliki hubungan positif dan berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit investasi di Sulawesi Selatan periode 2006 - 2015. Hal ini bisa terlihat dari data yang menunjukkan pertumbuhan dana pihak ketiga pada bank-bank di Sulawesi Selatan. Pertumbuhan dana pihak ketiga akan mengakibatkan pertumbuhan kredit yang pada akhirnya (Loan to Deposit Ratio) LDR juga akan meningkat. Masyarakat yang kelebihan dana dapat menyimpan dananya di bank dalam bentuk tabungan, deposito, giro, dan sertifikat deposit. Penelitian sejenis yang dilakukan Agus Herlambang di tahun 2004.Agus mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit bank umum milik pemerintah di Jawa Tengah adalah jumlah Dana Pihak Ketiga yang berhasil dihimpun oleh bank pemerintah di Jawa Tengah. Begitu halnya penelitian Muammil Sun’an dan David Kaluge (2007) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit investasi di Indonesia adalah Dana Pihak Ketiga (DPK), suku bunga kredit, tingkat inflasi.
45
Kedua penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan yang sama yaitu dana pihak ketiga dan tingkat suku bunga kredit berpengaruh positif terhadap penyaluran kredit, kemudian tingkat inflasi berpengaruh negatif terhadap penyaluran kredit. Artinya apabila dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh bank meningkat maka penyaluran kredit dimasyarakat akan meningkat, begitu pula dengan tingkat suku bunga kredit. Apabila tingkat suku bunga meningkat, maka penyaluran kredit juga meningkat. Sebaliknya dengan tingkat inflasi,apabila tingkat inflasi disuatu wilayah meningkat maka penyaluran kredit perbankan akan menurun. Penelitian Kredit Perbankan Di Indonesia Chaikal Nuryakin dan Perry Warjiyo pada periode Januari 2001- Juli 2005 telah melakukan penelitian “ Perilaku Penawaran Kredit Bank di Indonesia Kasus Pasar Oligopoli”. Penulis mengasumsikan pasar kredit perbankan di Indonesia bersifat oligopoli. Hasil penelitian menyimpulkan perilaku penawaran kredit perbankan di Indonesia secara umum sesuai dengan perilaku bank sebagai banking firm. Dalam hal ini respon penawaran kredit positip terhadap spread suku bunga, kekuatan market share, total kredit bank pesaing, sumber dana (DPK) dan negatip terhadap efisiensi usaha (BOPO) dan CAR. 4.6.2 Pengaruh Inflasi terhadap Penyaluran Kredit Investasi di Sulawesi Selatan Periode 2006-2015 Dari hasil penelitian, ternyata
inflasi memiliki hubungan tidak
signifikan terhadap penyaluran kredit investasi di Sulawesi Selatan periode 2006 - 2015. Pada dasarnya ketika inflasi meningkat maka akan ada
46
kecenderungan bagi perusahaan ataupun masyarakat untuk meminta kredit investasi. Data inflasi di Sulawesi Selatan yang berfluktuatif tentunya menjadi pertimbangan perusahaan ataupun masyarakat untuk meminta kredit investasi. Sehingga hal ini menunjukkan bahwa inflasi tidak terlalu signifikan terhadap penyaluran kredit investasi di Sulawesi Selatan Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Sun’an dan kaluge (2007) yang juga menyimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif antara tingkat inflasi dengan penyaluran kredit investasi. Secara teoritis variabel inflasi mempengaruhi penyaluran kredit secara tidak langsung tetapi melalui berbagai jalur. Inflasi akan mempengaruhi tingkat suku bunga SBI, selanjutnya suku bunga SBI akan mempengaruhi kondisi internal bank. Ketika naiknya suku bunga SBI akan menyebabkan naiknya suku bunga deposito, suku bunga tabungan. Kenaikan suku bunga deposito akan berpengaruh terhadap suku bunga kredit. 4.6.3 Pengaruh Net Performing Loan (NPL) terhadap Penyaluran Kredit Investasi di Sulawesi Selatan Periode 2006-2015 Kelancaran debitur dalam membayar kewajibannya, yaitu pokok angsuran dan bunga, adalah sebuah keharusan. Karena bank merupakan lembaga
intermediasi
perbankan
yang
tugasnya
menampung
dan
menyalurkan dana dari dan ke masyarakat. Sehingga pembayaran kredit oleh debitur merupakan sebuah keharusan agar kegiatan operasional bank tetap dapat berjalan dengan lancar.
47
Apabila terjadi banyak penunggakan pembayaran kredit oleh debitur maka berarti bank tidak bisa mendapatkan kembali modal yang telah dikeluarkannya, dan hal ini tentu saja dapat mempengaruhi tingkat kesehatan bank dan bisa berefek pada penurunan tingkat kepercayaan masyarakat. Menurut Surat Edaran Bank IndonesiaNo.8/30/DPBPR/2006 yang dimaksud Non Performance Loan (NPL) adalah perbandinganantara kredit yang diberikan (kualitas KL, D dan M)dengan jumlah kredit yang diberikan. NPL
yang
tinggi
mengakibatkan
tidak
bekerjanyafungsi
intermediasi bank secara optimal karena menurunkan perputaran dana bank sehingga memperkecil kesempatan bank memperoleh pendapatan. Dengan kata lain NPL menurunkan profitabilitas bank. NPL juga memaksa bank membentuk sejumlah cadangan guna menjaga likuiditas dan solvabilitas bank untuk melindungi deposan. Semakin besar NPL semakin besar opportunity cost yang harus ditanggung oleh bank. Oleh karena itu, NPL harus diupayakan serendah mungkin. BI mengaturnya dengan menetapkan ketentuan bahwa pada Juni 2003, seluruh bank yang beroperasi di Indonesia harus mempunyai rasio NPL max 5 % (Nasiruddin, 2005). Hasil penelitian menyimpulkan bahwa NPL memiliki hubungan yang tidak signifikan terhadap penyaluran kreditinvestasi di Sulawesi Selatan. Seperti halnya inflasi di Sulawesi Selatan yang juga menunjukkan fluktuatif sehingga NPL juga tidak signifikan mempengaruhi penyaluran kredit investasi di Sulawesi Selatan. NPL yang fluktuatif menunjukkan perilaku
48
perbankan yang cenderung netral dalam mengambil resiko. Hal tersebut tentu saja akan mempengaruhi pertumbuhan modal bank. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Budiawan (2008), bahwa ada kecenderungan bank yang mengalami peningkatan penyaluran kredit akan memiliki kemungkinan adanya NPL (Non Performing Loan) yang meningkat sejalan dengan beban. Hal tersebut tentu saja akan mempengaruhi pertumbuhan modal bank. Selain besarnya beban operasional dan meningkatnya NPL yang dapat mempengaruhi pertumbuhan modal, terdapat faktor lain yang mempengaruhi jumlah modal yaitu pembagian deviden yang tidak seimbang dengan laba ditahan karena modal bersih bank mencerminkan jumlah dana yang akan disalurkan kembali kepada masyarakat. 4.6.4 Pengaruh Suku Bunga terhadap Penyaluran Kredit Investasi di Sulawesi Selatan Periode 2006-2015 Menurut Nopirin (1992:176) tingkat bunga memiliki fungsi dalam perekonomian yaitu alokasi faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa yang dipakai sekarang dan di kemudian hari. Hubber (1997) dalam Laksmono (2001) mengatakan, bunga adalah biaya yang harus dibayar peminjam atas pinjaman yang diterima dan imbalalan pemberi pinjaman atas investasinya. Suku bunga mempengaruhi keputusan individu terhadap pilihan membelanjakan uang lebih banyak atau menabung uang tersebut. Lembaga perbankan dalam menetapkan suku bunga memiliki suku bunga acuan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Suku bunga acuan ini
49
membantu pihak bank dalam menentukan suku bunga kredit yang akan ditetapkan pada perbankan yang akan dibayarkan oleh nasabah. Hasil estimasi menunjukkan bahwa tingkat suku bunga berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap penyaluran kredit investasi di Sulawesi Selatan periode 2006 - 2015. Suku bunga pada dasarnya digunakan oleh masyarakat sebagai acuan atau dasar untuk mengambil kredit investasi maupun kredit konsumsi. Dalam mengambil suatu kredit masyarakat tentu mempertimbangkan suku bunga terlebih dahulu untuk mengetahui tingkat suku bunga yang berlaku saat ini, sehingga dapat diketahui besar biaya yang akan dikeluarkan untuk mengambil kredit pada perbankan. Dalam praktiknya, fenomena tersebut kerap berbeda. Sering kali suku bunga kredit tidak sensitif bagi nasabah. Tinggi rendahnya suku bunga kredit tidak selalu berdampak pada naik-turunnya penyaluran kredit investasi. Fenomena tersebut terjadi karena dalam praktiknya untuk jenis penyaluran kredit investasi, suku bunga kredit tidak sensitif. Pada umumnya masalah kecepatan proses administrasi dan kemudahan prosedur justru menjadi pertimbangan masyarakat dalam meminta kredit. Sehingga kecenderungan masyarakat akan menunda untuk meminta kredit. Selain itu, fenomena yang terjadi pada masyarakat di Sulawesi Selatan , diketahui bahwa penyaluran kredit untuk konsumsi memiliki jumlah yang besar dibandingkan dengan penyaluran kredit ditunjukkan oleh pengeluran
konsumsi
untuk investasi. Hal ini
masyarakat
memiliki
posisi
terbesar dalam total pengeluaran agregat di Sulawesi Selatan dan didukung
50
pula dengan perkembangan masyarakat yang pesat mengakibatkan perilakuperilaku masyarakat juga berubah pesat serta didukung dengan zaman sekarang dimana hidup selalu ingin yang serba modern dan instan, hal inilah yang dapat menyebabkan peningkatan pengeluaran konsumsi masyarakat. Hal ini sejalan dengan penilitian Emily (2015) bahwa Perkembangan suku bunga perbankan di Sulawesi Selatan dalam sepuluh tahun terakhir menunjukkan persentase yang beragam, dalam dua tahun terakhir secara berturut-turut suku bunga mengalami penurunan sehingga semakin mendorong masyarakat untuk mengambil kredit konsumsi karena mengingat kecilnya bunga yang akan dibayar pada saat tingkat suku bunga menurun
51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitan dan pembahasan yang telah dilakukan, maka kesimpulan penelitian ini adalah sebagi berikut : 1. dana pihak ketiga memiliki hubungan positif dan berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit investasi di Sulawesi Selatan. Hal ini berarti sesuai teori yang menyatakan bahwa penyaluran kredit investasii akan naikseiring dengan meningkatnya dana pihak ketiga yang di peroleh oleh bank. Karena pada saat dana pihak ketiga meningkat maka akan lebih banyak dana yanmg bisa disalurkan menjadi kredit khususunya kredit investasi 2. inflasi memiliki hubungan positif tetapi tidak signifikan terhadap penyaluran kredit investasi di Sulawesi Selatan periode 2006 - 2015. Secara teoritis variabel inflasi mempengaruhi penyaluran kredit secara tidak langsung tetapi melalui berbagai jalur. Inflasi akan mempengaruhi tingkat suku bunga SBI, selanjutnya suku bunga SBI akan mempengaruhi kondisi internal bank. 3. NPL memiliki hubungan yang positif tetapi tidak signifikan terhadap Penyaluran Kreditinvestasi di Sulawesi Selatan. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Budiawan (2008), bahwa ada kecenderungan bank yang mengalami peningkatan penyaluran kredit akan memiliki kemungkinan adanya NPL (Non Performing Loan) yang meningkat sejalan dengan beban. Hal tersebut tentu saja akan mempengaruhi pertumbuhan modal bank.
52
4. Suku bunga berpengaruh negatif terhadap penyaluran kredit investasi di Sulawesi Selatan periode 2001-2013. Hal ini berarti sesuai teori yang menyatakan bahwa penyaluran kredit investasii akan menurun seiring dengan meningkatnya suku bunga. Karena pada saat suku bunga rendah masyarakat akan cenderung mengambil kredit mengingat kecilnya bunga yang akan dibayar.
5.2 Saran Berdasarkan dari kesimpulan diatas maka adapun saran yang dapat disampaikan sebagai berikut : 1. Permintaan kredit investasi saat ini masih tebilang positif karena suku bunga juga menunjukkan tren menurun. Untuk itu agar tidak menimbulkan masalah yang serius kedepannya, hendaknya otoritas pemerintah mengambil suatu kebijakan
dalam
memudahkan
bagi
pemberian bagi
kredit
masyarakat
investasi
yang
sehingga
lebih
baik
kedepannya
dan
tercipta
permintaan dan penawaran yang seimbang dan tidak terjadi kredit macet dan besaran kredit investasi bias melebihi Kredit koinsumsio 2. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa dana pihak ketuiga memiliki peran yang besar terhadap peningkatan permintaan kredit investasi di Sulawesi Selatan periode 2006-2015, alangkah baiknya bagi peneliti selanjutnya dapat memperluas ruang lingkup penelitian yang akan dilakukan sehingga hasil yang ditemukan lebih baik lagi.
53
3. Mengingat inflasi dan NPL tidak memiliki pengaruh terhadap permintaan kredit investasi di Sulawesi Selatan periode 2006-2015. Untuk itu, bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti dengan judul yang berkaitan dengan penelitian ini, perlu menambah range data menajdi 15 atau 20 tahun dan mempertimbangkan inflasi dan NPL untuk dijadikan variabel penelitian.
54
DAFTAR PUSTAKA Ario
Pratomo, Wahyu dan Paidi Hidayat. 2007. Pedoman PenggunaanEviews dalam Ekonometrika. Medan : USU Press.
Praktis
Abdullah dan Suseno, 2004. Sistem dan kebijakan perbankan di indonesia.Jakarta : pusat Bank indonesia (2014). Penghimpunan dana dan penyaluran kredit Bank Umum Sulawesi Selatan : BI. Biro pusat statistik (2014). Inflasi dan BI rate. Sulawesi selatan : BPS. Boediono, 1996. Ekonomi Moneter, Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta Dawn dan Gujaradi, 2012, Dasar-DasarEkonomitrika. Jakarta : Salemba Empat. Danistyo, Gerry. 2009. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan danPenawaran Kredit UMKM di Indonesia. Fakultas Ekonomi dan ManajemenInstitut Pertanian Bogor. Dendawijaya, Lukman. 2005. Manajemen Perbankan. Ghalia Indonesia : Jakarta Humas Bank Indonesia. 2010. Dinamika Transformasi Bank Di Indonesia. Bank Indonesia. Hansen, Martin. 2012. Analisis Estimasi Permintaan dan Penawaran Kredit Konsumsi di Sumatera Utara. Medan : USU. Kasmir, 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta. Lubis, Irsyad. 2010. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Medan: USU Press. _______ 2002. Manajemen Perbankan. PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta Latumaerissa, Julius R. 1999. Mengenal Aspek-aspek Operasi Bank Umum. BumiAksara : Jakarta. _______. 2011. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Salemba Empat : Jakarta Nopirin, 1992. Ekonomi Moneter. Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta.
55
Pranita, Ratih. 2008. Analisis Permintaan dan Penawaran Kredit Investasi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Papanek, Gustav, 2004. “The poor during Economic Decline, Rapid Growth and Crisis The Case of Indonesia. “ Prepared for the USAID Project on Pro-Poor Growth concluded by Development Alternatives, inc, and BIDE, Bethesda, MD. Rosyidi, Suherman. 1996. Pengantar Teori Ekonomi. PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta. Sukirno, Sadono.2005. Pengantar Teori Makro Ekonomi. Raja Grafindo Persada : Jakarta Siamat Dahlan (2004) . Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta : FE UI. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Widarjono, Agus. 2007. EKONOMETRIKA : Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi danBisnis (Edisi Kedua). Ekonisia : Yogyakarta WEBSITE www.bi.go.id (diakses pada agustus 2015) www.ekonomikro.blogspot.com/2010/09/kebijakan-ekonomi-pada-masordelama.html (diakses pada 29 agustus 2015) http://bugiskha.wordpress.com/2012/04/14/teori-teori-suku-bunga/ (diakses pada 1 agustus 2015) www.bpkmd .sulselprov.go.id (diakses pada september 2015)
56
LAMPIRAN
57
LAMPIRAN
Rekapitulasi Data Asli Variabel Penelitian Periode 2006-2015 di Sulawesi Selatan
Ta hun 20 06 20 07 20 08 20 09 20 10 20 11 20 12 20 13 20 14 20 15
PENYALURA NKredit INVESTASI (Milliar Rupiah) 3460 3330 6443 6769 8960 11324 10025 14494 16241 20538
Suku Bung
Dpk (miliar)
( %)
a (%) 15,10 %
21.952 24.594
%1
27.770
%
33.601
%
37.299
%
45.722
%
14,40 % 12,96 % 12,28 % 12,04 % 11,27 %
53,717
%
60.444
%
66112
%
78407
%
11,82 % 12,36 % 12,21 %
7,21
6,10%
5,7
3,58%
12,4
7,93%
3,39
3,1%
6,82
2,9%
2,87
2,63%
4,57
2,64%
5,24
3,13%
8,61
3,13%
4,84
3,19%
%
13,01 %
NPL
Infl asi
58
PENYALURANKr edit INVESTASI Tahun (Milliar Rupiah) 3460 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
3330 6443 6769 8960 11324 10025 14494 16241 20538
Suku
Dpk (miliar)
Bunga
Inflasi NPL (%)
(%) 15,10%
21.952
7,21 %
13,01%
24.594
5,7 %1
14,40%
27.770
12,4 %
12,96%
33.601
3,39 %
12,28%
37.299
6,82 %
12,04%
45.722
2,87 %
11,27%
53,717
4,57 %
11,82%
60.444
5,24 %
12,36%
66112
8,61%
12,21%
78407
4,84%
6,10% 3,58% 7,93% 3,1% 2,9% 2,63% 2,64% 3,13% 3,13% 3,19%
59
Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Penyaluran Kredit (Miliar) 3460 3330 6443 6769 8960 11324 10025 14494 16241 20538
Suku Bunga(%) 15.1 13.01 14.4 12.96 12.28 12.04 11.27 11.82 12.36 12.21
Dana Pihak Ketiga(Miliar) 21952 24594 2777 33601 37299 45722 53717 60444 66112 78407
Inflasi(%) 7.21 5.71 12.40 3.39 6.82 2.87 4.57 5.24 8.61 4.84
NPL(%) 6.1 3.58 7.93 3.1 2.9 2.63 2.64 3.13 3.13 3.19
ln PK 8.149024 8.110728 8.77075 8.820109 9.100526 9.33468 9.212837 9.58149 9.695294 9.930032
60
ln DPK 9.996614 10.11026 7.929126 10.42231 10.52672 10.73033 10.89148 11.00947 11.09911 11.26967
Hasil perhitungan eviews 8
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
DPK
1.449789
0.236756
6.123568
0.0017
INF
0.008440
0.041066
0.205528
0.8453
NPL
0.034245
0.106230
0.322370
0.7602
SB
-0.001014
0.142735
-0.007107
0.9946
C
-6.509285
3.730284
-1.744984
0.1414
R-squared
0.947853
Mean dependent var
9.070547
Adjusted R-squared
0.906136
S.D. dependent var
0.615003
S.E. of regression
0.188420
Akaike info criterion
-0.193438
Sum squared resid
0.177510
Schwarz criterion
-0.042146
Log likelihood
5.967191
Hannan-Quinn criter.
-0.359406
F-statistic
22.72090
Durbin-Watson stat
Prob(F-statistic)
0.002092
1.532795
61