EFEKTIVITAS PROGRAM BANTUAN DANA BERGULIR PADA KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT DI KOTA DEPOK (Studi Kasus BKM Bina Budi Mulya di Kelurahan Pancoran Mas, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok) Susiana Alamat : Jl. Dewi Sartika No. 1 Depok Lama 16431 Email :
[email protected] ABSTRAK Dalam mengatasi kemiskinan perkotaan, pemerintah perlu mendorong terciptanya pemerataan pembangunan melalui perluasan lapangan kerja dan kesempatan berusaha dengan cara mengembangkan potensi usaha kecil. Kelompok Keswadayaan Masyarakat (KSM) adalah kelembagaan yang dirancang untuk membangun kehidupan masyarakat mandiri yang mampu mengatasi kemiskinannya sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas proses penyaluran dan penerimaan dana bergulir dan dampak program bantuan terhadap penciptaan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat dan potensi pengembangan usaha. Efektivitas proses penyaluran dan penerimaan dana bergulir diperoleh berdasarkan kuesioner. Efektivitas pengelolaan dana pinjaman bergulir pada BKM menggunakan indikator RAR, PAR, CCr, ROI. Kinerja keuangan KSM menggunakan rasio-rasio yaitu, NPM, ROA dan ROE. Metode uji Wilcoxon untuk mengetahui kinerja keuangan KSM sebelum dan sesudah mendapat dana bergulir. Persepsi KSM terhadap kinerja BKM dengan program P2KP yang berkaitan dengan proses seleksi, proses penyaluran dan pencairan dana serta proses pendampingan cukup efektif. Rata-rata KSM merasa efektif dengan kinerja BKM di kelurahan mereka. Dengan uji Wilcoxon hasilnya terdapat perbedaan signifikan sesudah penerimaan dana bergulir. Berdasarkan pengamatan terhadap 80 responden kehadiran KSM di lingkungan kelurahan, terdapat 54% KSM mengalami peningkatan pendapatan, 20% KSM mampu menambah tenaga kerja dari masyarakat sekitarnya, dan 10% termasuk mampu membuka cabang usaha di tempat lain. Kata kunci : Efektivitas, P2KP, BKM, KSM PENDAHULUAN Permasalahan kemiskinan di Indonesia sudah sangat mendesak untuk ditangani khususnya di wilayah perkotaan pinggiran. Salah satu ciri umum dari kondisi fisik masyarakat miskin adalah tidak memiliki akses ke prasarana dan sarana dasar lingkungan yang memadai, dengan kualitas perumahan dan permukiman yang jauh di bawah standar kelayakan, serta mata pencaharian yang tidak menentu.
Dalam rangka mendorong kegiatan dan pertumbuhan ekonomi dan terciptanya pemerataan pembangunan melalui perluasan lapangan kerja dan kesempatan berusaha, perlu dikembangkan potensi usaha kecil dan koperasi. Usaha-usaha tersebut didorong untuk menjadi tangguh dan mandiri sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat. Kelompok Keswadayaan Masyarakat (KSM) adalah kelembagaan yang dirancang untuk membangun kembali kehidupan masyarakat mandiri yang mampu mengatasi kemiskinannya sendiri. Disamping itu kelompok keswadayaan masyarakat mengemban misi untuk menumbuhkan kembali ikatan-ikatan sosial dan menggalang solidaritas sosial sesama warga agar saling bekerjasama demi kebaikan bersama. Kemandirian lembaga masyarakat ini dibutuhkan dalam rangka membangun lembaga masyarakat yang benarbenar mampu menjadi wadah perjuangan kaum miskin, yang mandiri dan berkelanjutan. Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) merupakan program pemerintah yang secara substansi berupaya dalam penanggulangan kemiskinan melalui konsep memberdayakan masyarakat dan pelaku pembangunan lokal lainnya, termasuk Pemerintah Daerah dan kelompok peduli setempat. Sesuai dengan visi dan misi kota Depok, yang mensejahterakan dengan mengembangkan perekonomian masyarakat dan dunia usaha, berbagai program bantuan antara lain P2KP, PPMK, PPMK digulirkan kepada UKM sejak kurang lebih tahun 1992. Seiring dengan perkembangan ekonomi daerah, jumlah UKM di kota depok semakin bertambah. Pertambahan kuantitas ini seharusnya diikuti dengan evaluasi terhadap pengelolaan dana yang diterima. Pengelolaan dana yang baik secara intuitif, akan membuka peluang usaha dan memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitarnya. Dari uraian di atas maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah berbagai program bantuan disiapkan pemerintah guna menunjang keberlangsungan kegiatan KSM. Keberlangsungan usaha tersebut tentunya harus disertai dengan pengelolaan dana yang baik, sehingga apakah dana sudah dikelola sesuai dengan prinsip, tujuan dan rencana penggunaan program bantuan seharusnya menjadi faktor yang perlu mendapat perhatian. Selain itu sejauh mana program dapat memberikan dampak terhadap penciptaan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengembangkan usahanya. Penelitian ini bertujuan untuk 1). Mengetahui efektivitas proses penyaluran dan penerimaan dana bergulir yang dapat dirinci dalam tujuan khusus yaitu a). efektivitas proses seleksi penerimaan dana, b). efektivitas proses pencairan dana, c). efektivitas proses pendampingan, d). efektivitas pengelolaan dana. 2). mengetahui dampak program bantuan terhadap penciptaan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat dan potensi pengembangan usaha. Kajian Penelitian Sejenis Kajian penelitian yang dilakukan oleh Riana Panggabean dengan judul penelitian “Efektivitas Program Dana Bergulir bagi Koperasi dan UKM” penelitian ini dilakukan pada
tahun 2005. Kesimpulan yang diperoleh adalah 1) Tingkat efektivitas dana bergulir di bidang peternakan, perikanan, dan perkebunan digambarkan oleh tingkat kesesuaian antara program dan pelaksanaan dana bergulir termasuk kurang sesuai, produktivitas usaha dana bergulir termasuk pada kategori antara sangat rendah sampai sangat tinggi sedangkan tingkat kepuasan anggota tergolong pada kategori sangat rendah sampai rendah; 2) Tingkat efektivitas dana bergulir dilihat dari pendapatan total koperasi dan anggota termasuk dalam kategori sangat rendah sampai rendah dan negatif; 3) Keadaan ini diduga karena masih terdapat beberapa kelemahan dalam program dan pelaksanaan. METODE PENELITIAN Objek penelitian Objek penelitian ini adalah Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dari BKM Bina Budi Mulya yang berkedudukan di kelurahan Pancoran Mas, kecamatan Pancoran Mas, kota Depok. 3 jenis usaha KSM diambil secara acak, masing-masing yang bergerak pada bidang manufaktur, jasa dan dagang. Populasi penelitian ini adalah anggota penerima bantuan dana bergulir yang terdiri dari KSM kelompok dan perorangan. Sampel penelitian ini ditentukan dengan menggunakan Simple Random sample (sampel acak sederhana). Sebuah sampel dari populasi mempunyai kesempatan sama untuk dipilih sebagai sampel. Dari 5 RT diambil secara acak tiap RT sebanyak 16 responden sehingga sampel dalam penelian ini adalah 80 responden. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data Data yang diperlukan adalah laporan keuangan BKM dapat berupa Neraca dan Laba Rugi selama 3 tahun. Selain itu data primer akan dikumpulkan menggunakan kuesioner dan pedoman wawancara. Data primer yang akan digali berkaitan dengan dampak keberadaan KSM terhadap masyarakat sekitar. Pedoman wawancara dimaksudkan untuk memvalidasi data yang tertera pada laporan keuangan. Metode Analisis Efektivitas proses penyaluran dan penerimaan dana bergulir diperoleh berdasarkan kuesioner dan dinyatakan dalam skala Likert. Dengan skor 1-4, skor 1 = tidak efektif, skor 2 = cukup efektif, skor 3 = efektif dan skor 4 = sangat efektif. Ukuran efektivitas proses seleksi penerimaan dana, proses pencairan dana, proses pendampingan dan pengelolaan dana menggunakan kuartil (Q). Kuartil membagi data (n) yang berurutan atas 4 bagian sama banyak. Jadi, Q1 = 1, Q2 = 2.5 dan Q3 = 4. tidak efektif 1 Q1
cukup efektif 2
efektif 2.5 median Q2
3
sangat efektif 4 Q3
Gambar 1. Efektivitas Proses Penyaluran dan Penerimaan Dana Bergulir
Efektivitas Efektivitas pengelolaan dana pinjaman bergulir pada BKM, sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan Bank Dunia, yaitu : Jumlah KSM menunggak>3bln+jumlah KSM migrasi pinjaman alternatif Loan at Risk (LAR) = Jumlah KSM aktif Saldo pinjaman menunggak > 3 bulan Portofolio at Risk (PAR)
= Realisasi saldo pinjaman Total pendapatan
Cost Coverage (CCr)
= Total biaya Laba rugi bersih
Return on Investment (ROI)
= Modal awal
Sedangkan kinerja keuangan KSM akan dilihat berdasarkan rasio-rasio berikut : Net Profit Margin (NPM) : Laba NPM = Penjualan Return on Asset (ROA) :
ROA =
Laba TotalAsset
ROE =
Laba Modal
Return on Equity (ROE) :
Uji Dua Sampel yang Berhubungan (Two Related Samples Test) Uji dua sampel yang saling berhubungan untuk mengetahui perbedaan antar-kelompok hasil pengukuran yang berpasangan. Dalam penelitian ini untuk menganalisis hasil-hasil pengamatan yang berpasangan dari dua data, apakah berbeda atau tidak digunakan uji Wilcoxon. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah : Ho1 : tidak terdapat perbedaan NPM KSM sesudah penerimaan dana bergulir Ha1 : terdapat perbedaan NPM KSM sesudah penerimaan dana bergulir
Ho2 : tidak terdapat perbedaan ROA KSM sesudah penerimaan dana bergulir Ha2 : terdapat perbedaan ROA KSM sesudah penerimaan dana bergulir Ho3 : tidak terdapat perbedaan ROE KSM sesudah penerimaan dana bergulir Ha3: terdapat perbedaan ROE KSM sesudah penerimaan dana bergulir Pengambilan Keputusan Berdasarkan perbandingan statistik hitung dengan statistik tabel Ho diterima jika : -1,96 ≤ Zh ≤ +1,96 Ho ditolak jika : Zh > +1,96 atau Zh < -1,96 Berdasarkan probabilitas Ho diterima jika : probabilitas > 0,05 Ho ditolak jika : probabilitas < 0,05 Ho diterima
Mean
Luas area
z
Gambar 2. Kurva Normal HASIL DAN PEMBAHASAN Persepsi Umum Sampel terhadap P2KP Sebagian besar dari responden sebelumnya tidak pernah mencari informasi tentang upaya bantuan dari pemerintah tentang pengembangan usaha mereka. Hanya 40% mereka yang sudah mempunyai usaha giat mencari informasi bantuan tersebut. Informasi tentang keberadaan dana bergulir ini mereka peroleh dari RT atau RW setempat, berdasarkan surat edaran dari kelurahan. Tabel 1. Persepsi Umum Responden terhadap Dana Bergulir P2KP No Butir Pertanyaan Persepsi Median Responden 1. Memecahkan masalah modal 3.2 2.5 2. Memecahkan masalah usaha 3.0 2.5 3. Jumlah bantuan sesuai dengan kebutuhan 2.7 2.5 4. Pengembalian sesuai dengan kemampuan 2.4 2.5 Total 2.7 2.5 Sumber : Hasil Kuesioner
Hampir semua responden setuju bahwa keberadaan P2KP dapat membantu memecahkan masalah mereka tentang modal usaha, dan membantu mereka dalam pengembangan usaha. Pada sisi lain masih ada ketidakpuasan terhadap besar bantuan yang diberikan. Pada umumnya mereka menginginkan jumlah bantuan yang lebih besar. Ironisnya besar pengembalian pun menjadi keberatan mereka, padahal seharusnya besar bantuan akan selalu perbanding positif dengan besar pengembalian yang diberikan (Tabel 4.2). Jadi, persepsi umum sampel terhadap P2KP totalnya sebesar 2.7 berarti keberadaan P2KP dapat membantu memecahkan masalah mereka tentang masalah modal, usaha, jumlah bantuan dana dan pengembalian dana cukup efektif. Efektivitas Proses Penyaluran dan Penerimaan Dana Bergulir Proses Seleksi Proses seleksi yang dilakukan oleh BKM secara umum dimulai dengan mengisi formulir permohonan, kemudian UPK memeriksa ke lapangan apakah memang yang bersangkutan mempunyai usaha. Jika hasil temuan positif, permohonan akan di berikan dengan mempertimbangkan besar pengajuan dan kondisi keuangan BKM saat itu. Tabel 2. Persepsi Responden terhadap Proses Seleksi Penyaluran Dana P2KP No Butir Pertanyaan Persepsi Median Responden 1. Proses terbuka 3.2 2.5 2. Proses mudah dimengerti 3.2 2.5 3. Prosedur jelas 3.2 2.5 4. Prosedur sederhana 3.1 2.5 Total 3.2 2.5 Sumber : Hasil Kuesioner
Pada penelitian ini, mengeksplorasi apakah proses ini dilakukan secara terbuka, mudah dimengerti, pemberitahuan jelas dan prosedurnya sederhana. Tabel 4.3 memperlihatkan bahwa secara umum, para KSM memberikan penilaian yang baik terhadap proses seleksi yang dilakukan. Berdasarkan tanggapan KSM terhadap proses seleksi dinyatakan efektif dengan total rata-rata 3.2, dalam hal keterbukaan, mudah dimengerti, jelas dan prosedur yang sederhana. Proses Pencairan dan Penyaluran Dana Bantuan dana diberikan dalam bentuk dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM). Dana ini bersifat stimulant dan sengaja disediakan untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berlatih dengan mencoba melaksanakan sebagian rencana kegiatan penanggulangan kemiskinan yang telah direncanakan.
Tabel 3. Persepsi Responden terhadap Proses Pencairan dan Penyaluran Dana No Butir Pertanyaan Persepsi Median Responden 1. Proses sederhana 2.9 2.5 2. Tepat waktu 2.8 2.5 3. Tepat sasaran 2.9 2.5 Total 2.9 2.5 Sumber : Hasil Kuesioner
Sehubungan dengan proses pencairan dan penyaluran dana tersebut, kesederhanaan prosedur, proses pencairan yang tepat waktu, serta kelompok sasaran yang tepat, menjadi indikator keefektifan proses ini. Secara umum proses pencairan dan penyaluran dana ini masih belum cukup baik tanggapan dari para anggota KSM Bina Budi Mulya (Tabel 4.4). Dalam hal proses pencairan dan penyaluran dana berdasarkan hasil kuesioner yang diperoleh dengan total 2.9 responden dari KSM merasakan kinerjanya cukup efektif. Proses Pendampingan Proses pendampingan ini diwujudkan dalam bentuk penugasan konsultan dan fasilitator beserta dukungan dana operational guna mendampingi dan memberdayakan masyarakat untuk menanggulangi kemiskinan di kelurahan masing-masing. Jenis kegiatan pendamping mencakup pertemuan, musyawarah, diskusi ditingkat komunitas kelurahan/desa dan kecamatan baik dalam pengambilan keputusan maupun penyebarluasan informasi serta survey swadaya, termasuk identifikasi calon penerimaan bantuan, analisis, dan penulisan laporan. Pendamping dapat memberikan pelatihan dan bimbingan pada KSM. Tabel 4. Persepsi Responden terhadap Proses Pendampingan No Butir Pertanyaan Persepsi Median Responden 1. Bermanfaat 2.7 2.5 2. Fasilitator mudah ditemui 2.5 2.5 3. Meningkatkan keterampilan anggota 2.5 2.5 Total 2.6 2.5 Sumber : Hasil Kuesioner
Proses pendampingan pada BKM Budi Mulya masih dirasakan kurang bermanfaat oleh sebagian besar anggota KSM. Kehadiran fasilitator masih dirasakan kurang, dan kegiatan pelatihan yang selama ini dilakukan dirasakan belum dapat meningkatkan keterampilan anggota, baik dari sisi administrasi maupun kemampuan mengelola usaha (Tabel 4.5). Dari hasil tabel di atas persepsi responden terhadap proses pendampingan yang bermanfaat, fasilitator mudah ditemui dan meningkatkan keterampilan cukup efektif.
Kinerja Keuangan BKM Bina Budi Mulya Loans at Risk (LAR) Loan at Risk merupakan indikator yang menunjukkan risiko yang bakal ditanggung oleh pemberi pinjaman (UPK) yang disebabkan adanya KSM yang menunggak angsuran pinjaman 3 bulan atau lebih. Berdasarkan data yang berhasil dihimpun dari lapangan diketahui nilai Loan at Risk selama tahun 2004-2006 sebagai berikut : 34 2004 = x100% = 20% 163
2005 =
194 x100% = 73% 261
2006 =
220 x100 % = 53 % 415
Berdasarkan standar kinerja yang ditetapkan oleh P2KP, jika LAR kurang dari 10% berarti kinerja BKM memuaskan, jika LAR kurang dari 20% kinerja minimum sedangkan jika LAR diatas 40% berarti penundaan. Status kinerja penundaan adalah penghentian sementara perguliran dana oleh BKM. Nilai Loan at Risk pada tahun 2004 sebesar 20 % artinya ada 20% dari KSM yang aktif, mengalami kesulitan untuk membayar angsuran pinjaman. Berdasarkan data angsuran pinjaman BKM Bina Budi Mulya, rata-rata mereka menunggak lebih dari 3 bulan. Pada tahun 2005 nilai LAR ini naik sebesar 73%, yang menunjukkan bahwa jumlah KSM yang menunggak semakin besar, secara kuantitatif terlihat dari 34 KSM yang menunggak pada tahun 2004, pada tahun berikutnya naik cukup signifikan sebesar 194 KSM. Pada tahun 2006 nilai LAR cenderung turun dibandingkan tahun 2005 dengan nilai 53%. Jika dicermati jumlah KSM yang menunggak pada tahun 2006 pertambahannya memang lebih sedikit jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2006 ini proses seleksi pemberian pinjaman dilakukan lebih selektif, mengingat pertambahan jumlah KSM yang menunggak pada tahun sebelumnya cukup besar. Proses seleksi dilengkapi selain dengan peninjauan lokasi, juga dengan wawancara terhadap calon peminjam. Portofolio at Risk (PAR) Portofolio at Risk merupakan indikator yang menunjukkan risiko yang bakal ditanggung oleh pemberi pinjaman (UPK) yang disebabkan adanya saldo pinjaman yang menunggak angsuran pinjaman 3 bulan/kali atau lebih. Nilai PAR selama 3 tahun pengamatan adalah : 2004 =
Rp.62.553.500 = 16.12% Rp.388.000.000
2005 =
Rp .204 .680 .200 = 63,78 % Rp .320 .900 .000
2006 =
Rp.132.773.500 = 60.54% Rp.219.305.000
Berdasarkan hasil perhitungan ratio Portofolio at Risk atau rasio tingkat risiko atas pinjaman yang menunggak menunjukkan angka 16,12 % artinya dari dana yang digulirkan sebesar Rp 388.000.000 terjadi kemacetan sebesar 16,12% jika mengacu pada standar indikator kineja yang ditetap oleh P2KP bahwa BKM Bina Budi Mulya pada tahun 2004 dalam kondisi kinerjanya minimum dgn batasan nilai yaitu <20%. Pada tahun 2005 nilai yang mengunggak sebesar 64% dari dana yang digulirkan, angka ini jauh lebih besar dibandingkan dengan kondisi tahun 2004. Kondisi kinerja tahun 2005 jika dihubungkan dengan standar kinerja yang ditetapkan oleh P2KP yakni dalam kondisi suspen (penundaaan) artinya pengucuran dana berikutnya perlu dilakukan penundaan (tidak ada transaksi pinjaman baru) sampai dengan situasi diperbaiki. Pada tahun 2006 ratio PAR masih diatas 25% artinya kondisi kinerja BKM pada tahun 2005 sama dengan kondisi tahun 2005, meskipun terjadi penurunan nilai 4,54% dibandingkan tahun 2005. Nilai PAR selaras dengan nilai LAR yang telah dikemukakan sebelumnya. Jumlah saldo yang menunggak cukup besar pada tahun 2005, disebabkan oleh jumlah KSM yang menunggak di tahun tersebut. Hal ini akan mempengaruhi kinerja BKM dalam menyalurkan dana bergulir ke masyarakat. Anggota masyarakat lain yang ingin meminjam harus menunggu adanya pembayaran dari anggota yang telah meminjam sebelumnya. Prinsip dari dana bergulir adalah modal yang diberikan pada BKM yang merupakan modal permanen harus dapat dikembalikan dan digulirkan kembali ke masyarakat. Kemacetan yang cukup tinggi tentunya akan menghambat perguliran dana ke masyarakat. Cost Coverage (CCr) Cost Coverage merupakan indikator yang menunjukkan kemampuan pendapatan UPK dalam menutup seluruh biaya operasional UPK.
Berdasarkan data lapangan nilai CCr BKM Bina Budi Mulya adalah :
2004 =
Rp 18 .648 .804 x100 % = 121 % Rp .15 .306 .600
2005 =
Rp .32 .502 .520 x100 % = 296 % Rp .10 .994 .246
2006 =
Rp .34 .673 .938 x100 % = 140 % Rp .24 .758 .300
Pada tahun 2004 nilai Cost Coverage sebesar 121% artinya setiap Rp 1 ,- biaya dikeluarkan dapat menghasilkan pendapatan sebesar Rp 1,21. Mengacu pada standar ratio
yang ditetapkan oleh P2KP bahwa untuk nilai CCr berkisar ≥125% artinya kinerja memuaskan, jika nilai CCr > 100% artiya kinerja minimum dan jika CCr < 100% kinerja dalam kondisi penundaan. Pada tahun 2004 nilai CCr BKM berkisar 107% artinya kinerja dalam kondisi memuaskan. Ini menunjukan bahwa pendapatan yang diperoleh dapat menutupi semua biaya-biaya. Pada tahun 2005 terjadi kenaikan nilai CCr menjadi 296%. Jika dihubungkan dengan standar kinerja, pada tahun 2005 kinerja BKM dikatakan dalam kondisi memuaskan. Nilai ini lebih baik dibandingkan dengan nilai ratio pada tahun 2004. Ratio CCr ini turun pada tahun 2006. Naik turun ratio CCr dipengaruhi oleh pendapatan BKM dan biaya yang dikeluarkan. Pada tahun 2005 pendapatan BKM yang berasal dari bunga pinjaman jauh lebih besar dibandingkan tahun 2004, dan biaya yang dikeluarkan pada tahun 2005 lebih kecil dibandingkan biaya yang dikeluarkan pada tahun 2004. Return on Investment (ROI) Return on Investment merupakan indikator yang menunjukkan kemampuan modal awal dana pinjaman bergulir UPK dalam menghasilkan keuntungan.
2004 =
Rp .3 .378 .204 x100 % = 1,1 % Rp .305 .000 .000
2006 =
Rp .9 .915 .638 x100 % = 3, 2 % Rp .305 .000 .000
2005 =
Rp .21 .508 .274 x100 % = 7 % Rp .305 .000 .000
Pada tahun 2004 ROI BKM sebesar 1,1%, tahun 2005 terjadi kenaikan dibandingkan dengan tahun 2004 dengan ratio sebesar 7%, serta di tahun 2006 terjadi penurunan ratio dibandingkan tahun 2006 dengan ratio sebesar 3,2%. Naik turunnya ratio ini dipengaruhi oleh tingkat laba yang diperoleh serta modal awal. Jika mengacu pada standar ratio yang ditetapkan oleh P2KP bahwa jika ROI >10% kinerja memuaskan, jika ROI >0% kinerja minimum dan ROI ≤0% kinerja penundaan. Nilai ROI tahun 2004 menunjukkan angka 1,1% artinya kemampuan dana bergulir menghasilkan laba sebeasr 1,1%. Pada tahun 2004 kinerja BKM Bina Budi Mulya tergolong minimum. Pada tahun 2005 terjadi peningkatan nilai ROI menjadi 7%. Artinya kemampuan modal awal dalam menghasilkan laba lebih baik dibandingkan dengan tahun 2004. Pada tahun 2006 terjadi penurunan nilai ROI dibandingkan dengan tahun 2005, penurunan ini disebabkan terjadinya penurunan nilai pendapatan yang bersumber dari pendapatan bunga dan denda. Kinerja Keuangan KSM Kinerja keuangan KSM pada berbagai usaha kecil mengacu pada tiga rasio, yaitu Net Profit Margin (NPM), Return on Asset (ROA) serta Return on Equity (ROE).
Tabel 5. Rasio Keuangan KSM Indikator Keuangan
.
NPM
ROA
ROE
0.20
0.99
0.80
Sumber : Hasil Kuesioner
Nilai NPM 20%, jadi peningkatan laba KSM belum terlalu optimal. ROA adalah ratio yang mencerminkan nilai asset yang ditanamkan, yang dapat menghasilkan laba. Hasil perhitungan memperlihatkan nilai ROA sebesar 99%, dari tersebut dapat dikatakan bahwa dari asset yang ditanamkan memberikan keuntungan yang optimal. ROE adalah rasio yang mencerminkan modal yang ditanamkan dapat menghasilan laba. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh ROE sebesar 80%. Jadi, ROE yang diperoleh menunjukkan hasil optimal penggunaan modal. Dalam penelitian ini untuk menganalisis kinerja keuangan KSM yang berpasangan dari dua data, apakah berbeda atau tidak digunakan uji Wilcoxon. Net Profit Margin (NPM)
Tabel 6. Test Statistik NPM NPM_sesudah NPM_sebelum Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Based on positive ranks. Sumber : Output SPSS
-2.634a .043
Hipotesis: Ho1 : tidak terdapat perbedaan NPM KSM sesudah penerimaan dana bergulir Ha1 : terdapat perbedaan NPM KSM sesudah penerimaan dana bergulir Pengambilan Keputusan Dari perhitungan yang ditunjukkan tabel output di atas terlihat nilai Z tabel adalah -2,634. Jadi, nilai Z berada di luar batas kritis penerimaan Ho. Dengan kata lain, Zh (-2,634) < nilai kritis Z (-1,96). Kesimpulannya, Ho1 ditolak dan Ha1 diterima. Jadi, terdapat perbedaan signifikan sesudah penerimaan dana bergulir. Keputusan : Terlihat bahwa pada kolom Asymp. Sig. (2-tailed) untuk uji dua sisi adalah 0,043. Maka Ho1 ditolak atau penerimaan dana bergulir memang mempunyai perbedaan nyata pada NPM KSM sesudah menerima dana bergulir.
Return on Asset (ROA)
Tabel 7. Test Statistik ROA ROA_sesudah ROA_sebelum Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Based on positive ranks. Sumber : Output SPSS
-5.013a .020
Hipotesis Ho2 : tidak terdapat perbedaan ROA KSM sesudah penerimaan dana bergulir Ha2 : terdapat perbedaan ROA KSM sesudah penerimaan dana bergulir Pengambilan Keputusan Berdasarkan perbandingan statistik hitung dengan statistik table Pada tabel 4.7 terlihat nilai Z tabel adalah -5,013. Karena Zh (-5,013) < nilai kritis Z (1,96), maka Ho2 ditolak dan Ha2 diterima. Jadi, terdapat perbedaan signifikan sesudah penerimaan dana bergulir. Keputusan : Pada kolom Asymp. Sig. (2-tailed) untuk uji dua sisi adalah 0,020. Maka Ho2 ditolak atau penerimaan dana bergulir memang terdapat perbedaan nyata pada ROA KSM sesudah penerimaan dana bergulir. Return on Equity (ROE)
Tabel 8. Test Statistik ROE ROE_sesudah ROE_sebelum Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Based on positive ranks. Sumber : Output SPSS
-3.433a .001
Hipotesis Ho3 : tidak terdapat perbedaan ROE KSM sesudah penerimaan dana bergulir Ha3 : terdapat perbedaan ROE KSM sesudah penerimaan dana bergulir Pengambilan Keputusan Perhitungan yang ditunjukkan pada tabel 4.8 angka Z tabel adalah -3,433. Angka Zh < Z tabel (-3,433 < -1,96). Kesimpulannya, Ho3 ditolak dan Ha3 diterima. Jadi, terdapat perbedaan signifikan sesudah penerimaan dana bergulir.
Keputusan : Untuk uji dua sisi terlihat pada kolom Asymp. Sig. (2-tailed) adalah sebesar 0,001. Maka Ho3 ditolak atau penerimaan dana bergulir memiliki perbedaan pada ROE KSM sesudah penerimaan dana bergulir. Dampak P2KP bagi Kehidupan Perekonomian Masyarakat Sekitar Dengan adanya program P2KP berdasarkan pengamatan terhadap 80 responden terdapat 54% KSM yang mengalami peningkatan pendapatan. KSM yang menerima pinjaman dana bergulir P2KP, memperoleh penghasilan yang lebih baik merasakan dampak yang bermanfaat dari P2KP yaitu terdapat 20% mampu menambah tenaga kerja dari masyarakat sekitarnya, dan 10% termasuk mampu membuka cabang usaha di tempat lain (tabel 4.10).
Ya Tidak Total
Tabel 9. Dampak P2KP Pendapatan Tambah Meningkat Karyawan 43 16 37 72 80 80
Buka Cabang 4 76 80
Sumber : Hasil Kuesioner
Peningkatan tersebut dapat memperbaiki kehidupan ekonomi masyarakat dan terciptanya kesempatan usaha. Hal tersebut menumbuhkan semangat berusaha dan masyarakat dapat menjadi mandiri. Oleh karena itu, P2KP diharapkan dapat terus dijalankan agar masyarakat dapat memperoleh ekonomi yang baik. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh yaitu 1). Persepsi KSM terhadap kinerja BKM sehubungan dengan program P2KP yang berkaitan dengan proses seleksi efektif, proses penyaluran dan pencairan dana cukup efektif serta proses pendampingan juga cukup efektif. Kinerja keuangan BKM secara umum berada diantara nilai minimum dan memuaskan, jadi pengelolaan dana BKM juga cukup efektif. Faktor penyebab utamanya adalah jumlah dana yang macet dari KSM. Sedangkan kinerja keuangan KSM berdasarkan tiga rasio hasilnya terdapat perbedaan signifikan sesudah penerimaan dana bergulir, jadi dinyatakan kinerja keuangan KSM efektif. 2). Dengan kehadiran KSM di lingkungan kelurahan, dampak yang diperoleh masyarakat yaitu 54% KSM mengalami peningkatan pendapatan, 20% KSM mampu menambah tenaga kerja dari masyarakat sekitarnya, dan 10% termasuk mampu membuka cabang usaha di tempat lain.
Saran Saran yang dapat diberikan adalah 1). Mengingat terjadinya jumlah penunggakan yang cukup besar, maka proses seleksi hendaknya dilakukan lebih selektif, misalnya dengan tambahan prosedur wawancara yang akan mengeksplorasi apakah KSM yang bersangkutan memang layak mendapatkan bantuan dana bergulir. 2). Selama proses pencarian data pada KSM, dirasakan pada beberapa hal cukup sulit, akibat pencatatan data keuangan yang kurang rapi. Hal ini disebabkan pengetahuan KSM yang sangat minim. Oleh karena itu diperlukan pelatihan yang berkaitan dengan hal tersebut. Pelatihan yang selama ini berlangsung masih bersifat massal, sehingga ada kemungkinan kurang efektif.
DAFTAR PUSTAKA Arifin, Johar. 2008. Menyususn laporan Keuangan untuk UKM. Elekmedia Komputindo. Jakarta.
Hasan, Setia Budi. 2006. Persepsi Anggota Terhadap Kepemimpinan Kelompok dalam Meningkatkan Pendapatan Anggota Kelompok Masyarakat Miskin Kota di Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor. Instruksi Presiden Republik Indonesia. Nomor 10 Tahun 1999. Pemberdayaan UsahaMenengah. www.damandiri.or.id/file/suwandiunairbab2.pdf. Krisnamurthi, Bayu. 2002. RUU Keuangan Mikro : Rancangan Keberpihakan Terhadap Ekonomi Rakyat. www.bmm-online.org. Kwartono, Adi. 2007. Analisis Usaha Kecil dan Menengah. Andi Offset. Yogyakarta. Lupiyo, Rambat Adi. 2004. Entreprenership from Mindset to Strategy. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. McVay, Mary. 1999. Measuring BDS Performance–a summary framework, dalam Small Enterprise Development Vol 10 No. 2 : hal 17 – 29. Panggabean, Riana. 2005. Efektivitas Program Dana Bergulir bagi Koperasi dan UKM. Infokop No. 26 Tahun XX. Jakarta. Prawirosentono, Suryadi. 1999. Kebijakan Kinerja Karyawan. BPFE. Yogyakarta. Purba, Radiks, 1997. Analisis Biaya dan Manfaat (Cost and benefit Analysis). Rinneka Cipta. Jakarta. R, Burhanuddin. 2006. Evaluasi Program Bantuan Dana Bergulir Melalui KSP/USP Kopersi (Pola PKPS-BBM, Agribisnis dan Syariah). Jurnal Pengkajian Kopersi dan UKM Nomor 1 Tahun 1.
Sartika, Tiktik dan Soedjoedono, Abdur Rahman. 2002. Ekonomi Skala Kecil, Menengah dan Koperasi. Ghalia Indonesia. Jakarta. Sumodiningrat, Gunawan. 1999. Pemberdayaan Masyarakat dan JPS. Gramedia. Jakarta. .2003. Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Indonesia 2003 : Agenda kini dan ke Depan. www.bakti.easternindonesia.org. Sutrisno, Joko dan Sri Lestari. 2006. Kajian Usaha Mikro Indonesia. Jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM Nomor 2 Tahun I. Triyono dan Aedah, Siti. 2006. Pengkajian Pemusatan Pengembangan Koperasi Bidang Pembiayaan pada Tingkat Kabupaten/Kota. Jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM Nomor 2 Tahun I. Wahyono, Teguh. 2009. 25 Model Analisis Statistik dengan SPSS 17. Gramedia. Jakarta.