KESEMPATAN KERJA DAN PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA MEDAN Kasyful Mahalli Dosen FE & PWD SPs USU Abstract: This research aimed at examinating worker profile in Medan City. Using the elasticity concept found that employment elasticity coefficient is 0,207% (inelastic), mean that each 1% economic growth cause employment oportunity open for 0,207%. While the most sencitive sector for employment absorbtion is financial sector with 1,023% employmnent elasticity coefficient (elastic). From the demand side the average worker educational level dominaly occupied by Diploma III (40,67%). Followed by graduate level by 30,67% and secondary school (25,33%) up until 2010. Keywords: employment elasticity and ecomnomic growth PENDAHULUAN Masalah ketenagakerjaan di Indonesia sangat luas dan komplek: luas, karena menyangkut jutaan jiwa, dan kompleks, karena masalahnya mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah untuk difahami. Faktor demografis mempengaruhi jumlah dan komposisi angkatan kerja. Indonesia cukup berhasil dalam menurunkan angka kelahiran dan kematian secara berkesinambungan. Hal ini justru berdampak pada pertumbuhan penduduk usia kerja yang jauh lebih cepat dari pada pertumbuhan penduduk secara keseluruhan. Di sisi lain, masalah ketenagakerjaan di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yang penting adalah masih sulitnya arus masuk modal asing, perilaku proteksionis sejumlah negara-negara maju dalam menerima ekspor negara-negara berkermbang, iklim investasi, pasar global, berbagai regulasi dan perilaku birokrasi yang kurang kondusif bagi pengembangan usaha, serta tekanan kenaikan upah di tengah dunia usaha yang masih lesu. Masalah lain, yang tak kalah pentingnya adalah pelaksanaan otonomi daerah yang dalam banyak hal seringkali tidak mendukung penciptaan lapangan kerja atau "tidak ramah" terhadap tenaga kerja. Masalah ketenagakerjaan secara langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan masalah-masalah lainnya termasuk kemiskinan, ketidakmerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, urbanisasi, dan stabilitas politik. Semua ini secara intuitif 127
tampaknya telah dipahami oleh kebanyakan pengambil kebijakan. Yang tampaknya kurang dipahami adalah bahwa masalah ketenagakerjaan di Indonesia bersifat multidimensi, sehingga juga memerlukan cara pemecahan yang multidimensi pula. Tidak ada jalan pintas dan sederhana untuk mengatasinya. Secara teoritis, ada tiga cara pokok untuk menciptakan kesempatan kerja atau berusaha dalam jangka panjang. Cara pertama adalah dengan memperlambat laju pertumbuhan penduduk yang diharapkan dapat menekan laju pertumbuhan sisi penawaran tenaga kerja. Tetapi seperti dikemukakan di atas, cara ini tidak memadai lagi bagi Indonesia karena angka kelahiran memang telah relatif rendah dan dampaknya terhadap pertumbuhan tenaga kerja kurang signifikan dalam jangka pendek. Cara kedua adalah dengan meningkatkan intensitas pekerja dalam menghasilkan output (labour intensity of output). Tetapi dalam jangka panjang, cara ini tidak selalu berhasil karena tidak selalu kondusif bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan. Cara ketiga adalah melalui pertumbuhan ekonomi. Cara ini bukan tanpa kualifikasi karena secara empiris terbukti bahwa pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja tidak terdapat hubungan otomatis atau niscaya, tetapi justru tantangannya menjadi riil, karena hubungan yang tidak otomatis itu, maka peranan Pemerintah menjadi strategis dan crucial untuk merancang strategi pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi juga "ramah"
Kasyful Mahalli: Kesempatan Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi...
terhadap ketenagakerjaan (employment friendly - growth). Kota Medan sebagai salah satu Kota Metropolitan selama 5 tahun terakhir menunjukkan perkembangan yang cukup dinamis termasuk dalam sektor ketenaga kerjaan. Selama tahun 2000 - 2004, keadaan ketenagakerjaan di Kota Medan dipengaruhi oleh 2 (dua) sisi, yaitu sisi permintaan yang didorong oleh dinamika pembangunan ekonomi daerah dan sisi penawaran yang dipengaruhi oleh perubahan struktur umur penduduk Kota Medan. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini mencakup: 1) Bagaimana profil keketenagakerjaan Kota Medan saat ini? 2) Bagaimana kesempatan kerja yang dihasilkan oleh pertumbuhan ekonomi yang dirinci berdasarkan tingkat pendidikan dan kesesuaian pasar tenaga kerja di Kota Medan? METODE Studi ini dilakukan dengan metode expost facto yaitu dalam merancang model proyeksi kesempatan kerja dan tenaga kerja menggunakan data, baik data kuantitatif maupun data kualitatif yang berasal dari data keadaan sebelumnya. Dalam menjabarkan perancangan model dilakukan secara deskriptif yaitu menjelaskan, menguraikan fenomena-fenomena masing-masing faktor/ variabel yang diteliti yang diuraikan dan dianalisis secara deskriftif kuantitatif dan kualitatif. Dari hasil analisis akan menghasilkan serangkaian perhitunganperhitungan yang akan menjadi pedoman dalam penyusunan program ketenagakerjaan di Kota Medan.
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer digunakan untuk memperkirakan kesempatan (peluang) kerja masa depan dan program yang diperlukan dalam mengatasai masalah ketenagakerjaan. Data primer bersumber dari responden dunia usaha yang dipilih berdasarkan lapangan usaha dengan distribusi responden pada Tabel 1. Data sekunder berupa data penduduk, penduduk usia kerja dan angakatan kerja diperoleh dari publikasi Badan Pusat Statistik (BPS). Permintaan tenaga kerja (kesempatan kerja) dilakukan dengan menggunakan metoda elastisitas. Elastisitas tenaga kerja merupakan rasio [erbandingan antara perubahan kesempatan kerja (dalam persentase) dengan perubahan PDRB (dalam persentase). Dengan menggunakan simbol ξi sebagai elastistias kesempatan kerja sektor i, simbol L merupakan kesempatan kerja dan Y adalah PDRB ξi =
dL / L dY / Y
Untuk memperkirakan kesempatan kerja di atas, dilakukan proyeksi pertumbuhan ekonomi yang dalam studi ini dilakukan dari sudut produksi (sektoral). Untuk menganalisis kebutuhan tenaga kerja dari sisi permintaan pasar dilakukan pengumpulan data melalui harian berita yang terbit di Kota Medan yang terdiri dari Harian Waspada, Harian Analisa dan harian Medan Bisnis. Data kemudian diolah dengan menggunakan analisis isi (content analysis).
Tabel 1. Distribusi Responden Penelitian No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Sektor Pertanian
Jlh. Responden 12
Penggalian
0
Industri
27
Utiliti
3
Bangunan
5
Perdagangan
30
Pengangkutan
16
Keuangan
15
Jasa-Jasa Total
22 130
128
WAHANA HIJAU Jurnal Perencanaan & Pengembangan Wilayah, Vol.3, No.3, April 2008
HASIL Pada tahun 2005 jumlah penduduk Kota Medan diperkirakan berjumlah 2.036.185 jiwa dan dengan pertumbuhan penduduk 2000-2006 sebesar 1,42 persen maka jumlah penduduk hingga tahun 2010 diperkirakan menjadi 2.187.435 jiwa.
Proporsi penduduk Kota Medan dalam kelompok umur 14-64 tahun memiliki porsi sebesar rata-rata 71,36% dari jumlah penduduk Kota Medan selama periode 20052010. Kelompok umur penduduk yang dominan di Kota Medan adalah kelompok umur 20-24 dan 25-29 tahun.
Tabel 2. Perkiraan Penduduk Menurut Kelompok Umur Kota Medan Tahun 2005-2010 Kelompok Umur
Tahun
0-4
2005 184.929
2006 185.089
2007 184.987
2008 184.815
2009 184.571
2010 184.255
5-9
174.155
172.459
170.539
168.575
166.568
164.522
10-14
186.168
185.647
184.866
184.019
183.103
182.122
15-19
225.328
225.937
226.228
226.433
226.550
226.578
20-24
220.960
220.783
220.294
219.722
219.068
218.328
25-29
210.585
213.902
216.965
219.988
222.967
225.897
30-34
188.080
193.017
197.803
202.631
207.496
212.394
35-39
159.824
165.185
170.485
175.888
181.391
186.993
40-44
154.415
163.864
173.645
183.939
194.768
206.155
45-49
103.732
107.587
111.427
115.360
119.387
123.505
50-54
64.105
65.074
65.965
66.842
67.705
68.552
55-59
57.215
59.319
61.413
63.558
65.751
67.994
60-64
44.429
45.727
46.995
48.280
49.581
50.898
65 +
62.260
63.699
65.079
66.464
67.852
69.242
Jumlah 2.036.185 Sumber: Hasil perhitungan
2.067.288
2.096.691
2.126.513
2.156.759
2.187.435
Tabel 3. Perkiraan Angkatan Kerja Kota Medan Tahun 2005-2010
Kelompok Umur
2006
2007
2008
2009
2010
15-19
58.237
57.152
64.221
56.341
56.388
56.029
20-24
147.106
143.863
50.205
140.830
140.455
139.073
25-29
151.185
150.301
171.088
152.049
154.155
155.169
30-34
124.067
124.616
143.317
128.683
131.814
134.051
35-39
109.753
111.023
128.591
116.282
119.958
122.862
40-44
106.090
110.187
131.036
121.664
128.866
135.516
45-49
71.868
72.954
84.794
76.946
79.656
81.870
50-54
44.583
44.295
50.390
44.754
45.346
45.616
55-59
34.606
35.115
40.798
37.009
38.298
39.347
60-64
21.830
21.990
25.362
22.838
23.460
23.928
869.324
871.496
889.802
897.396
918.396
933.461
Jumlah Sumber: Hasil perhitungan
129
Tahun 2005
Kasyful Mahalli: Kesempatan Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi...
Proporsi Angkatan Kerja (AK) Kota Medan di antara penduduk dalam kelompok umur 14–64 tahun memiliki porsi rata-rata sebesar 59,50 persen dari jumlah penduduk 14–64 tahun selama periode 2005–2010. Kelompok umur yang dominan dalam angkatan kerja Kota Medan adalah kelompok umur 25–29 tahun. Pertumbuhan angkatan kerja Kota Medan pada periode yang sama mengalami peningkatan rata-rata 1,44 persen per tahun. Secara terperinci kesempatan kerja menurut lapangan usaha menunjukkan bahwa lapangan usaha yang dominan meyerap tenaga kerja adalah perdagangan, hotel dan restoran dan industri pengolahan dengan laju pertumbuhan rata-ratanya masing-masing 3,33% dan 3,05% per tahun atau mengalami penambahan masing-masing sebesar 49.030 dan 17.426 jiwa hingga tahun 2010. Sementara sektor jasa perorangan dan pertanian mengalami penurunan penyerapan tenaga kerja masing-masing sebesar 32.137 dan 6.486 jiwa atau mengalami pertumbuhan sebesar -5,91% dan -4,55% per tahun pada perode 2005-2010. Hal ini mengindikasikan terjadinya perubahan struktur kesempatan kerja, yaitu orang yang bekerja disektor jasa perorangan dan pertanian beralih ke sektor perdagangan, hotel, restoran dan sektor industri pengolahan.
Dilihat dari tingkat pendidikan, kesempatan kerja secara kuantitas yang dominan selama periode 2005-2010 adalah pada jenjang pendidikan SMU yakni rata-rata meningkat 2,69% per tahun atau bertambah 45.613 jiwa. Sedangkan jenjang Diploma dan Sarjana penyerapan rata-ratanya masing-masing sebesar 11,02% dan 5,09% per tahun atau bertambah 26.382 jiwa dan 20.982 jiwa.. Hal menarik untuk dicermati adalah bahwa diperkirakan di tahun 2010, kesempatan kerja untuk jenjang SLT dan SD akan mengalami pengurangan secara signifikan maisng-masing sebanyak 30.495 jiwa dan 49.476 jiwa. Secara umum, status pekerja buruh/karyawan/pekerja dibayar masih dominan kontribusinya dalam kesempatan kerja (rata-rata 56,95% dari total kesempatan kerja) diikuti status pekerja berusaha sendiri tanpa bantuan orang lain rata-rata 28,96% dari total kesempatan kerja.. Sementara bila dilihat dari status pekerja, terdapat kecenderungan adanya peningkatan jumlah orang yang berusaha sendiri tanpa bantuan orang lain diikuti oleh pekerja bebas non pertanian. Di lain pihak, terdapat kecenderungan pengurangan yang cukup signifikan terhadap pekerja yang tak dibayar.
Tabel 4. Perkiraan Kesempatan Kerja Kota Medan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005-2010 Lapangan Usaha 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri 4. Listrik, gas dan air 5. Kontruksi 6. Perdagangan 7. Angkutan dan komunikasi 8. Keuangan 9. Jasa Jumlah Sumber: Hasil perhitungan
2005 29.798 2.141 115.388 4.343 40.844 276.770 92.963 27.437 122.056 711.740
2006 28.492 2.131 109.921 4.408 43.191 284.665 91.845 31.100 115.319 711.072
Tahun 2007 2008 27.248 28.345 2.244 2.306 123.312 120.808 4.879 4.701 44.222 45.030 294.877 298.977 96.254 97.637 32.240 32.595 109.263 103.389 734.539 733.788
2009 27.910 2.279 131.246 4.791 43.382 305.290 101.081 32.627 99.088 747.694
2010 23.312 2.144 132.814 5.412 44.173 325.800 103.664 34.340 89.919 761.578
Tabel 5. Perkiraan Kesempatan Kerja Kota Medan Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2005-2010 Tingkat Pendidikan Tidak Tamat SD SD SLTP SMU Diploma Sarjana Jumlah Sumbe: Hasil perhitungan
2005 44.199 103.700 128.967 321.849 38.505 74.520 711.740
2006 50.700 92.581 121.166 326.026 43.091 77.508 711.072
Tahun 2007 2008 59.057 65.454 84.472 73.452 117.379 109.628 341.340 345.394 49.141 53.786 83.151 86.074 734.539 733.788
2009 73.124 63.928 104.154 356.426 59.292 90.770 747.694
2010 81.032 54.225 98.472 367.461 64.887 95.502 761.578
130
WAHANA HIJAU Jurnal Perencanaan & Pengembangan Wilayah, Vol.3, No.3, April 2008 Tabel 6. Perkiraan Kesempatan Kerja Kota Medan Menurut Status Pekerjaan Tahun 2005-2010 Tahun
Status Pekerjaan Berusaha sendiri tanpa bantuan orang lain Berusaha dgn dibantu angg. RT/ buruh tdk tetap Berusaha dengan buruh tetap Buruh/ karyawan/ pekerja dibayar Pekerja bebas pertanian Pekerja bebas non pertanian Pekerja tak dibayar Jumlah Sumber: Hasil perhitungan
2005
2006
2007
2008
2009
2010
196.582
200.735
211.327
214.853
222.290
229.692
22.135 36.227 421.137 997 19.786 14.876 711.740
31.003 36.122 414.342 996 25.172 2.702 711.072
29.749 37.241 421.258 955 31.291 2.718 734.539
27.517 37.203 414.517 954 36.102 2.641 733.788
26.543 37.833 415.868 972 41.572 2.617 747.694
25.665 38.459 417.346 914 46.913 2.589 761.578
Tabel 7. Perkiraan Angka Pengangguran Kota Medan Tahun 2005-2010 Tahun 2005
2006
2007
2008
2009
2010
Penyerapan TK
711.740
711.072
734.539
733.788
747.694
761.578
Angkatan Kerja
869.324
871.496
889.802
897.396
918.396
933.461
Penganggur
157.584
160.424
155.263
163.608
170.702
171.883
18,13
18,41
17,45
18,23
18,59
18,41
Tingkat Penganggur Terbuka Sumber: Hasil perhitungan
Dengan memperkirakan angka angkatan kerja dan kesempatan kerja, diperkirakan angka pengangguran akan mengalami kenaikan rata-rata sebesar 1,79% per tahun pada periode 2005-2010, atau ratarata bertambah sebesar 2.859 jiwa per tahun. Berarti pertumbuhan angkatan kerja masih lebih besar dari pertumbuhan penyerapan kerja. Dalam hal ini Pemerintah Kota Medan harus mencermati migrasi masuk ke Kota Medan dengan menertibkan pendatang yang bertempat tinggal di jalur hijau seperti daerah aliran sungai dan pinggir rel. PEMBAHASAN Untuk dapat mengarahkan sektor ekonomi mana yang harus diberi stimulus agar kesempatan kerja makin besar, sehingga pengangguran dapat dikurangi dari angka yang diestimasi, maka perlu dilihat bagaimana kaitan antara sektor ekonomi dan kesempatan kerja per sektor. Model yang digunakan sangat sederhana, yakni kita mengasumsikan bahwa Kesempatan Kerja (KK) adalah fungsi dari Nilai Tambah Bruto NTB), atau: KKi = f (NTBi)
131
Dalam hal ini, sektor yang di masukkan adalah sektor industri pengolahan, konstruksi, perdagangan/hotel/restoran, transportasi/telekomunikasi, jasa keuangan/ perusahaan, dan jasa perorangan/ kemasyarakatan. Keenam sektor ini dianggap potensi dalam menyerap tenaga kerja untuk Kota Medan disajikan dari hasil permodelan sebagai berikut: 1. Sektor Industri Pengolahan: ln KK3 = -1,991 + 0,898 ln NTB3 SE (3,772) (0,249) Sign (0,610) (0,006) Persamaan di atas menunjukkan signifikannya pengaruh ln NTB sektor industri pengolahan terhadap penyerapan tenaga kerja atau kesempatan kerja sampai taraf α=1%. Angka 0,898 menunjukkan tingkat elastisitas NBT sektor industri pengolahan terhadap kesempatan kerja. Bila NTB sektor ini meningkat 10 persen maka kesempatan kerja akan meningkat 8,98 persen. 2. Sektor Konstruksi: ln KK5 = 9,504 + 0,078 ln NTB5 SE (1,586) (0,107) Sign (0,000) (0,485)
Kasyful Mahalli: Kesempatan Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi...
Persamaan di atas menunjukkan tidak signifikannya pengaruh ln NTB sektor konstruksi terhadap penyerapan tenaga kerja atau kesempatan kerja. Sehingga elastisitasnya tidak dapat dijadikan alat estimasi. 3. Sektor Perdagangan, Hotel Restoran/Rumah Makan: ln KK6 = 4,565 + 0,507 ln NTB6 SE (1,547) (0,099) Sign (0,016) (0,001)
dan
Persamaan di atas menunjukkan signifikannya pengaruh ln NTB sektor perdagangan, hotel dan restoran/rumah makan terhadap penyerapan tenaga kerja atau kesempatan kerja sampai taraf α=1%. Angka 0,507 menunjukkan tingkat elastisitas NBT sektor perdagangan, hotel dan restoran/rumah makan terhadap kesempatan kerja. Bila NTB sektor ini meningkat 10 persen maka kesempatan akan kerja meningkat 5,07 persen. 4. Sektor Transportasi dan Telekomunikasi: ln KK7 = 4,337 + 0,456 ln NTB7 SE (0,879) (0,057) Sign (0,001) (0,000) Persamaan di atas menunjukkan signifikannya pengaruh ln NTB sektor transportasi dan telekomunikasi terhadap penyerapan tenaga kerja atau kesempatan kerja sampai taraf α=1%. Angka 0,456 menunjukkan tingkat elastisitas NBT sektor transportasi dan telekomunikasi terhadap kesempatan kerja. Bila NTB sektor ini meningkat 10 persen maka kesempatan kerja akan meningkat 4,56 persen. 5. Sektor Jasa Keuangan dan Perusahaan: ln KK8 = -5,158 + 1,023 ln NTB8 SE (2,162) (0,144) Sign (0,041) (0,000) Persamaan di atas menunjukkan signifikannya pengaruh ln NTB sektor jasa keuangan dan perusahaan terhadap penyerapan tenaga kerja atau kesempatan kerja sampai taraf α=1%. Angka 1,023 menunjukkan tingkat elastisitas NBT sektor jasa keuangan dan perusahaan terhadap kesempatan kerja. Bila NTB sektor ini
meningkat 10 persen maka kesempatan kerja akan meningkat 10,23 persen. 6. Sektor Jasa Perorangan Kemasyarakatan: ln KK9 = 28,090 - 1,109 ln NTB9 SE (2,637) (0,179) Sign (0,000) (0,000)
dan
Persamaan di atas menunjukkan signifikannya (negatif) pengaruh ln NTB sektor jasa perorangan dan kemasyarakatan terhadap penyerapan tenaga kerja atau kesempatan kerja sampai taraf α=1%. Angka -1,109 menunjukkan tingkat elastisitas NBT sektor jasa perorangan dan kemasyarakatan terhadap kesempatan kerja. Nilai negatif ini mengindikasikan banyaknya orang yang bekerja di subsektor jasa perorangan lambat laun beralih ke sektor lain, sedangkan pertambahan nilai ekonomi sektor ini digerakkan oleh subsektor jasa kemasyarakatan yang cenderung sudah mapan. Hasil perhitungan hubungan antara PDRb Kota Medan dengan kesempatan kerja diperoleh sebagai berikut: ln KK = 9,937 + 0,207 ln PDRB SE (0,449) (0,026) Sign (0,000) (0,000) Perhitungan di atas menunjukkan signifikannya pengaruh ln PDRB terhadap penyerapan tenaga kerja atau kesempatan kerja sampai taraf α=1%. Angka 0,207 menunjukkan tingkat elastisitas PDRB terhadap kesempatan kerja. Bila PDRB meningkat 10 persen maka kesempatan kerja akan meningkat 2,07 persen. Sementara, hasil survai terhadap pasar tenaga kerja menunjukkan bahwa kelompok umur yang diperlukan pasar adalah pada kelompok umur 25 – 29 tahun (44%) diikuti oleh kelompok umur 30 – 34 tahun dan kelompok umur 35 – 39 tahun masingmasing sebesar 18%. Sementara kelompok umur usia tamat SMA (< 20 tahun) memliki peluang sebesar 14% dari kebutuhan pasar. Bila dilihat dari tingkat penddikan, pasar memerlukan kualifikasi tanaga kerja dengan tingkat pendidikan Diploma 3 (D-3) diikuti dengan tingkat pendidikan SMU dan sarjana (S-1). Kondisi ini menunjukkan bahwa kualifikasi pendidikan terendah yang diperlukan pasar adalah jenjang SMU, 132
WAHANA HIJAU Jurnal Perencanaan & Pengembangan Wilayah, Vol.3, No.3, April 2008
sementara jenjang pedidikan yang lebih rendah akan amat sulit memasuki pasar kerja. Di sisi lain, pasar mengindikasikan hal yang psoitif dari sudut pengalaman kerja. Hal ini terlihat dari adanya pasar kerja yang tidak memerlukan pengalaman bagi tenaga kerja yang ingin memasuki pasar kerja. Namun demikian, signal pasar secara dominan memerlukan tenaga kerja dengan pengalaman minimal 2 (dua) tahun (52,67%) dari total lowongan kerja yang ada. Jenjang jabatan dalam survai dibagi atas dua kelompok yaitu, jabatan manajerial dan jabatan non manajerial. Jabatan manajerial terdiri dari jabatan manajer sedangkan jabatan non manajerial merupakan jabatan staf hingga ke office boy dan satpam. Hasil survai menunjukkan bahwa peluang kerja untuk jabatan non manajerial lebih dominan (73,33%) dibanding dengan jabatan manajerial (26,67%).
Hal yang menarik untuk dicermati adalah bahwa dari 73,33% peluang jenjang jabatan non manajerial, 25,3% diantaranya memerlukan tenaga kerja laki-laki, 18,67% memerlukan tenaga kerja perempuan dan 29,33% tidak memandang kualifikasi gender. Sebaliknya dari 26,67% jenjang jabatan manajerial, non jender (laki-laki maupun perempuan) memiliki peluang 14,0%, sementara laki-laki memiliki peluang 8,67% dan perempuan memiliki peluang hanya 4,0%. Kondisi ni menujukkan bahwa domonasi jender untuk kedua jenjang jabatan bukan merupakan prasyarat yang penting oleh pasar kerja. Hasil survai juga menunjukkan bahwa dari 73,3% peluang jabatan non manajerial memerlukan tingkat pendidikan Diploma 3, sementara untuk jenjang manajerial masih didominasi oleh jenjang sarjana (S-1)
Tabel 8. Kebutuhan Pasar Tenaga Kerja Berdasarkan Kelompok Umur (dalam Tahun) No 1 2 3 4 5 6
Kelompok Umur < 20 20 - 24 25 - 29 30 - 34 35 - 39 > 39 Total Sumber: Hasil pengolahan data
Frekuensi 21 7 66 27 27 2 150
(%) 14.00 4.67 44.00 18.00 18.00 1.33 100.00
Tabel 9. Kebutuhan Pasar Tenaga Kerja Berdasarkan Tingkat Pendidikan No 1 2 3 4
Tkt. Pendidikan SMU D1 D3 S-1 Total
Frekuensi 38 5 61 46 150
(%) 25.33 3.33 40.67 30.67 100.00
Tabel 10. Kebutuhan Pasar Tenaga Kerja Berdasarkan Pengalaman (Tahun) No 1 2 3 4 5 6 7
Pengalaman 0 1 2 3 4 5 >5 Total Sumber: Hasil pengolahan data
133
Frekuensi 25 13 79 26 2 4 1 150
(%) 16.67 8.67 52.67 17.33 1.33 2.67 0.67 100.00
Kasyful Mahalli: Kesempatan Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi... Tabel 11. Kebutuhan Pasar Tenaga Kerja Berdasarkan Jenjang Jabatan dan Jenis Kelamin No 1 2
Jabatan Non Manajerial Manajerial Total
Lk 38 13 51
(%) 25.33 8.67 34.00
Jenis Kelamin Pr (%) 28 18.67 6 4.00 34 22.67
Lk/Pr 44 21 65
(%) 29.33 14.00 43.33
Total 110 40 150
(%) 73.33 26.67 100.00
Tabel 12. Kebutuhan Pasar Tenaga Kerja Berdasarkan Jenjang Jabatan dan Tingkat Pendidikan No
Jabatan
SMU 1 Non Manajerial 37 2 Manajerial 1 Total 38 Sumber: Hasil pengolahan data
(%) 24.67 0.67 25.33
D1 5 0 5
Di samping kualifikasi umur, pendidikan dan pengalaman, pasar juga mengindikasikan diperlukannya kualifikasi tambahan lain bagi tenaga kerja yang ingin memasuki pasar kerja. Kualifikasi tambahan yang diinginkan diantaranya adalah kemampuan untuk mengoperasikan komputer (68,0%), bahasa Inggris (52,0%), dan bahkan bahasa Hokkien (14,67%). KESIMPULAN Penelitian ini pada hakikatnya memberikan gambaran dan pemahaman tentang kesempatan kerja seklaigus pemahaman tentang kebutuhan pasar kerja. SARAN Oleh karenanya diperlukan upaya untuk peningkatan kualitas pasar kerja dari berbagai segi melalui serangkaian kebijakan, diantaranya adalah kebijakan khusus bagi angkatan kerja baru (new entrance) termasuk penyediaan lembaga pendidikan yang memberikan vocational training bagi para new entrance tersebut. Di sisi lain pemerintah harus mencermati menurunnya kualitas pertumbuhan ekonomi yang akhirnya hanya mampu menyerap sedikit tenaga kerja. DAFTAR RUJUKAN Anonim, (2006), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun 2006-2010, Pemerintah Kota Medan. Badan Pusat Statistik, (Berbagai Tahun), Kota Medan Dalam Angka, Medan
Pendidikan (%) D3 3.33 50 11 3.33 61
(%) 33.33 7.33 40.67
S1 18 28 46
(%) 12.00 18.67 30.67
Total 110 40 150
(%) 73.33 26.67 100.00
Bappenas, Partnership Economic Growth dan Lemabaga Penelitian Smeru, (2003), Kebijakan Pasar Tenaga Kerja dan Hubungan Inudtsrial untuk Memperluas Kesematan Kerja, Laporan Pelaksanaan Lokakarya, Surabaya, 16 Oktober. Elfindri, (2006), Fleksibilitas Pasar Kerja; Apa dan Bagaimana, Makalah yang disampaikan pada Seminar Nasional ISEI “Mengurangi Masalah Pasar Kerja Sebagai Pendorong Iklim Investasi”, Padang, 9-10 Mei. Elfindri dan Bachtiar, Nasri, (2004) Ekonomi Ketenagakerjaan, Andalas University Press, Padang. Islam, Iyanatul dan Nazara, Suahasil (2000), Estimating Employment Elasticity for the Indonesian Economy, Technical Note on the Indonesian Labor Market, International Labor Organization, Jakarta Kompas, (2004), Bursa Lowongan Kerja Diserbu Pelamar, 7 Agustus Mahalli, Kasyful, (2006), Usaha Kecil dan Menengah dan Penyerapan Tenaga Kerja, Makalah yang disampaikan pada Seminar Nasional ISEI “Mengurangi Masalah Pasar Kerja Sebagai Pendorong Iklim Investasi”, Padang, 9-10 Mei
134
WAHANA HIJAU Jurnal Perencanaan & Pengembangan Wilayah, Vol.3, No.3, April 2008
O’Hara-Deveraux, Mary and Robert Johansen (1994) Global Work: Bridging Distance, Culture and Time, Jossey Bass. Peraturan Presiden No 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2005-2009. Solow, Robert M., 1998. What is Labor Market Flexibility? What is it Good For?, Proceedings of The British Academy, Vol. 97.
135
Suryahadi, Asep, et.al, (2001), Wage and Employment Effects of Minimum Wage Policy in the Indonesia Urban Labor Market, Smeru Research Report, Jakarta. W.W Suwarha dan R.Y Said, (2006), Permintaan Tenaga Kerja Indonesia; Telaah Kebijakan Kenaikan Upah Minimum, Makalah yang disampaikan pada Kongres ISEI ke XVI, Manado, 18-20 Juni