BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kalimantan Timur wilayahnya terbagi menjadi 10 bagian yakni Kabupaten Berau, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Mahakam Ulu, Kabupaten Paser, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kota Balikpapan, Kota Samarinda, dan Kota Bontang.1 Perkembangan pariwisata di Kalimantan Timur kian berkembang cukup pesat, hal ini terlihat dari jumlah kunjungan wisatawan yang makin meningkat tiap tahunnya. Tabel 1.12 Jumlah Kunjungan Wisatawan Kalimantan Timur No 1. 2. 3. 4.
Tahun 2008 2009 2010 2011
Wisatawan Asing 20.142 23.768 24.410 25.264
Wisatawan Lokal 808.860 1.131.906 1.174.626 1.253.327
Kalimantan Timur yang merupakan bagian dari Kepulauan Maritim dan pulau terbesar di Indonesia memiliki banyak potensi wisata yang dapat dikembangkan dan kemudian menimbulkan daya tarik. Daya tarik wisata di Kalimantan Timur cukup beragam, baik daya tarik objek wisata alam, budaya, dan minat khusus, di antaranya adalah objek wisata Pulau Derawan, Kebun Raya
1
Sumber: http://www.kaltimprov.go.id/kabkota. Diakses pada Minggu, 9 Maret 2014 pukul 23.30 WIB. 2 Sumber: http://www.antarakaltim.com/print/5514/kunjungan-wisatawan-asing-ke-kaltimmeningkat. Diakses pada Minggu, 9 Januari 2014 pukul 09.00 WIB.
1
2
Samarinda, Taman Nasional Kutai, Kawasan Bukit Bangkirai, Bontang Kuala, Pulau Beras Basah, dan lain – lain. Kota Bontang terletak di bagian timur yang berdekatan dengan Selat Makassar sehingga wilayahnya sebagian besar di dominasi oleh perairan. Selama ini Kota Bontang terkenal sebagai kota industri dan jasa dengan perusahaanperusahaan besar berskala internasional dalam bidang yang berbeda, yaitu Badak NGL (gas alam), Pupuk Kalimantan Timur (pupuk dan amoniak), Indominco Mandiri (batu bara) dan memiliki kawasan industri petrokimia (Kaltim Industrial Estate) yang menjadi tulang punggung perkembangan perekonomian kota ini.3 Namun, di samping keunggulannya dalam sektor industri tersebut, di sektor pariwisata pun Kota Bontang memiliki kawasan berpotensi yang dapat dikembangkan sebagai daya tarik wisata. Menurut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bontang (Disbudpar Kota Bontang (2012a:9)), potensi dan daya tarik wisata Kota Bontang di antaranya adalah Pulau Beras Basah, Pulau Segajah, Pulau Gusung, Hutan Mangrove, Taman Nasional Kutai, Perkampungan Bontang Kuala, Pulau Selangan, Pulau Tihik-tihik, Pulau Melahing, Pulau Selambai, Perkampungan Guntung, Danau Kanaan dan Makam Toraja, Kawasan Berbas Pantai, Hutan Kota, Kawasan wisata Cafe Singapura, Taman Cibodas, Hutan Kota Wanatirta, Pantai Marina Badak, Kawasan Industri PKT dan Kawasan Industri PT Badak. Masing - masing objek wisata memiliki ciri khas sendiri yang kemudian dapat dijadikan produk wisata suatu destinasi maupun objek wisata. Sebagian besar potensi dan daya tarik yang 3
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Bontang. Diakses pada Rabu, 27 Maret 2014 pukul 15.00 WIB.
3
terdapat di Kota Bontang didominasi oleh wisata alam, salah satunya adalah Pulau Beras Basah yang merupakan wisata unggulan Kota Bontang. Kawasan Pulau Beras Basah merupakan kawasan pariwisata yang potensial untuk mendatangkan pengunjung. Hal ini terlihat dari produk yang dimiliki Pulau Beras Basah yang terdiri dari sumber daya, di antaranya keindahan panorama atas air dan bawah laut dengan beragam kegiatannya. Produk wisata Pulau Beras Basah membuat pulau ini mulai ramai pengunjung yang disebut sebagai wisatawan, baik wisatawan lokal maupun luar daerah. Berdasarkan penjabaran di atas, maka menarik jika dilakukan penelitian mengenai analisis komponen daya tarik pada produk wisata Pulau Beras Basah Kota Bontang.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas dapat disarikan rumusan – rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apa saja produk wisata yang dimiliki Pulau Beras Basah? 2. Bagaimana analisis komponen daya tarik wisata atas masing - masing produknya?
4
1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk: 1. Mendeskripsikan produk wisata yang terdapat pada Pulau Beras Basah Kota Bontang sehingga mengetahui dan memudahkan dalam pengenalan objek wisata melalui produk tersebut. 2. Mengetahui komponen atas masing – masing produk pada Pulau Beras Basah.
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharap dapat diambil dari penelitian ini adalah manfaat teoritis dan praktis: 1. Manfaat Teoritis Pengungkapan potensi dan daya tarik yang merupakan komponen produk wisata pada Pulau Beras Basah diharapkan dapat memberikan masukan terhadap pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya pariwisata. Salah satunya adalah ilmu mengenai komponen daya tarik wisata pada suatu objek, atraksi wisata maupun destinasi wisata. 2. Manfaat Praktis Secara praktis, hasil analisis dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan rekomendasi pengambilan kebijakan kepada pemerintah atau pihak swasta atau stakeholder terkait pengembangan destinasi wisata, objek wisata, maupun atraksi wisata dilihat dari komponen daya tariknya.
5
1.5 Tinjauan Pustaka Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan tinjauan pustaka sebagai berikut: a. Laporan Akhir Disbudpar Kota Bontang Tahun 2012 mengenai “Studi Kelayakan (FS) Pengembangan Paket Wisata Bahari Kota Bontang” yang isinya mengulas mengenai gambaran umum Kota Bontang dan karakteristik kepariwisataan Kota Bontang, kondisi perairan dan wisata bahari Kota Bontang, analisis kelayakan destinasi wisata bahari Kota Bontang yaitu kelayakan daya tarik, aksesibilitas, sarana dan prasarana, analisis kelayakan lingkungan dan kelayakan ekonomi/investasi, serta rekomendasi kebijakan dan indikasi program pengembangan paket wisata bahari di Kota Bontang, termasuk Pulau Beras Basah. Hasil laporan ini berupa dorongan untuk pengoptimalan potensi – potensi wisata yang ada di Kota Bontang dengan pembuatan paket wisata yang potensial untuk dikembangkan khususnya wisata bahari serta menggambarkan dan menyiapkan
dokumen
pra
rencana
kelayakan
pengembangan
potensi/sumber daya wisata bahari di Kota Bontang. b. Karya Ilmiah yang ditulis oleh Lariman pada tahun 2011 dengan judul “Keanekaragaman Fylum Echinodermata Di Pulau Beras Basah Kota Bontang Kalimantan Timur”, membahas mengenai keanekaragaman biota laut fylum echinodermata, termasuk jenis spesies serta klasifikasi yang habitat aslinya di pantai Pulau Beras Basah. Hasil dari penelitian dan
6
pengamatan lapangan tersebut berupa daftar pengelompokkan jenis spesies dan klasifikasi yang terdiri dari 4 kelas. c. Skripsi yang ditulis oleh Adek Ayuk Nova Setyarini pada Tahun 2013 dengan judul “Industri Kerajinan Perak Dalam Komponen Daya Tarik Wisata (Studi Kasus Pada Studio 76 Kotagede)”, isinya berupa bahasan mengenai produk yang ditawarkan sebagai daya tarik pada Studio 76 Kotagede melalui analisis komponen daya tarik atas produk tersebut. Skripsi ini menyimpulkan bahwa kerajinan perak Kotagede merupakan kerajinan turun – temurun dan proses pembuatannya masih bersifat tradisional. Ketradisionalan ini lah yang menjadi sebuah daya tarik. d. Skripsi yang ditulis oleh Retno Moortrisari Widyaningrum pada Tahun 2013 dengan judul “Analisis Komponen Daya Tarik Wisata Seni Pertunjukan Tari Di Dalem Kaneman”, isinya berupa bahasan mengenai komponen daya tarik yang terdapat dalam Dalem Kaneman sebagai produk yang ditawarkan melalui sajian seni pertunjukan. Skripsi ini menyimpulkan bahwa dengan mengembangkan nilai – nilai yang terkandung di dalam daya tarik wisata, maka nilai fungsi pariwisata yang ada di dalamnya dapat ikut terangkat. Nilai fungsi tersebut terdiri dari nilai edukasi, nilai ekonomi dan nilai budaya. Dari tinjauan pustaka ini dapat diambil kesimpulan bahwa belum adanya penelitian mengenai analisis komponen daya tarik wisata meliputi potensi dan daya tarik yang terdapat pada Pulau Beras Basah sebagai produknya. Oleh karena itu, tinjuan pustaka ini dapat digunakan penulis sebagai acuan dalam penelitian
7
ini. Skripsi penelitian berjudul “ANALISIS KOMPONEN DAYA TARIK PRODUK
WISATA
PULAU
BERAS
BASAH
KOTA
BONTANG,
KALIMANTAN TIMUR” merupakan karya yang belum pernah ditulis oleh orang lain.
1.6 Landasan Teori Menurut William J. Stanton dalam Swastha dan Irawan (1990:165), produk merupakan suatu sifat yang kompleks baik dapat diraba maupun tidak dapat diraba. Produk tersebut termasuk kemasan, harga, prestise dan pelayanan perusahaan pada pengecer, yang diterima oleh pembeli untuk memuaskan keinginan atau kebutuhannya. Menurut Pitana dan Surya Diarta (2009:128-129), produk wisata mencakup segala sesuatu yang dibeli atau dikonsumsi oleh orang yang disebut pengunjung atau wisatawan. Produk wisata di dalamnya termasuk service untuk memenuhi kepuasan dan kebutuhan wisatawan. Kotler dan Amstrong (2008:267-268) menyatakan, terdapat tiga tingkat produk dan jasa. Suatu jenis produk dapat dibagi menjadi tiga jenis tingkatan, yaitu: 1. Manfaat inti (core costumer value), merupakan tingkatan paling dasar yang menjawab apa yang benar – benar dibeli konsumen. Produk harus mendefinisikan inti, manfaat penyelesaian masalah atau jasa yang dicari oleh konsumen.
8
2. Produk aktual (actual product), merupakan aktualisasi manfaat inti menjadi produk. Produk ini dibangun untuk menjaga manfaat inti dengan konsumen tetap terhubung. 3.
Produk tambahan (augmented product), merupakan tingkatan produk terakhir yang dibangun di sekeliling produk inti dan produk aktual yang menawarkan layanan dan manfaat tambahan bagi konsumen. Tourist potentials atau potensi wisata menurut Damardjati (1992:88) adalah
segala hal dan keadaan baik yang nyata dan dapat diraba, maupun yang tidak teraba, yang digarap, diatur, dan disediakan. Hal tersebut nantinya dapat bermanfaat/dimanfaatkan atau diwujudkan sebagai kemampuan, faktor dan unsur yang diperlukan/menentukan bagi usaha dan pengembangan kepariwisataan, baik itu berupa suasana, kejadian, benda maupun layanan atau jasa – jasa. Menurut Damardjati (1992:88), tourist objects atau objek – objek wisata, pada garis besarnya berwujud objek, barang – barang mati, baik yang diciptakan oleh manusia sebagai hasil seni dan budaya ataupun berupa gejala – gejala alam yang memiliki daya tarik untuk dikunjungi agar dapat disaksikan, dikagumi, dan dinikmati. Sebagai contoh: pemandangan alam yang indah dan mengagumkan, hasil – hasil ciptaan manusia dan lain sebagainya. Menurut Suwantoro (2004:19), daya tarik yang juga disebut objek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata. Berdasarkan UU RI No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan Pasal 1 Ayat 5 menyatakan bahwa daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan
9
alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Menurut Marsono (2012:5) yang berdasar pada UU RI No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan Pasal 1 Ayat 5, daya tarik wisata alam adalah objek wisata dalam bentuk daya tarik keadaan alam baik yang masih alami maupun yang diusahakan/dibudidayakan. Misalnya: pantai, puncak gunung, air terjun, hutan wisata, taman nasional, dan hutan wisata buatan. Daya tarik wisata tirta menurut Marsono (2012:5-6) adalah wilayah perairan yang mengandung daya tarik, sehingga dapat dijadikan tempat rekreasi bagi para wisatawan, sekaligus untuk mengembangkan hobi para wisatawan tersebut. Misalnya: menyelam, memancing, berselancar, dayung, renang, dan arung jeram. Daya tarik jenis ini biasanya dimasukkan dalam kelompok daya tarik wisata alam. Menurut Pendit (1994:45), wisata maritim atau bahari merupakan jenis wisata yang dikaitkan dengan kegiatan olahraga di air, lebih – lebih di danau, bengawan, pantai, teluk atau laut. Contohnya seperti memancing, berlayar, menyelam sambil melakukan pemotretan, kompetisi berselancar, balapan mendayung, berkeliling melihat – lihat taman laut dengan pemandangan indah di bawah permukaan air serta berbagai rekreasi perairan. Berdasarkan UU RI No. 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan Pasal 4 dan 6 dalam Marsono (2008:1-3), jenis wisata diklasifikasikan menjadi: 1. Wisata Alami (Natural Tourism) Jenis wisata yang memanfaatkan potensi alam sebagai objek daya tariknya.
10
2. Wisata Budaya (Cultural Tourism) Jenis wisata yang memanfaatkan potensi hasil buatan manusia sebagai objek daya tariknya. 3. Wisata Minat Khusus (Special Interest Tourism) Jenis wisata yang memanfaatkan potensi khusus sebagai objek daya tariknya. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Analisis komponen merupakan metode menguraikan sebuah unsur atas bagian-bagian yg lebih kecil.4 Keunikan, keindahan, dan nilai berupa keanekaragaman kekayaan alam dan hasil buatan manusia dapat diketahui melalui analisis komponen daya tarik atas masing – masing komponen pada produk Pulau Beras Basah, meliputi: aksesibilitas, suasana, kegiatan wisata, dan fasilitas. Penjelasan analisis komponen daya tarik dituangkan dalam bentuk tabel guna mempermudah dalam pemahaman per komponennya. Hasil komponen daya tarik tersebut terbagi menjadi tiga bagian, yaitu bernilai plus (+) untuk yang memiliki daya tarik, netral (+/-), dan minus (-) untuk yang tidak memiliki daya tarik dalam objek wisata (Marsono, 2011:8).
1.7 Metode Penelitian Pengumpulan data penelitian ini dilakukan melalui metode deskriptif kualitatif. Metode ini disesuaikan dengan jenis penelitian deskriptif yang merupakan penelitian yang bertujuan membuat deskripsi atas suatu fenomena
4
Sumber: http://kbbi.web.id/analisis. Diakses pada Senin, 26 Mei 2014 pukul 12.40 WIB.
11
sosial/alam secara sistematis, faktual dan akurat dengan menggunakan data yang bersifat kualitatif (Wardiyanta, 2006:5). a. Bahan dan Materi Penelitian Bahan atau materi penelitian berupa populasi seluruh produk yang terdiri dari potensi dan daya tarik pada objek wisata di Kota Bontang, baik wisata alam, budaya, dan minat khusus. Sampel adalah produk wisata yang terdapat pada Pulau Beras Basah. Produk tersebut di antaranya terdiri dari: potensi dan daya tarik wisata termasuk fasilitas serta variasi kegiatan wisatanya. b. Alat Alat yang dipakai untuk mengumpulkan data di lapangan adalah kamera, block note, dan voice recorder. Kamera guna dokumentasi kondisi kawasan objek wisata, block note guna mencatat informasi terkait penelitian serta voice recorder guna merekam hasil wawancara dengan narasumber. Komputer sebagai alat pencatat dan pengolah/penganalisis data. c. Prosedur Penelitian Prosedur yang akan dipakai guna mendekati data di lapangan meliputi: studi pustaka, wawancara, observasi langsung, serta menyebar angket. (i)
Studi pustaka melalui bacaan perpustakaan, baik perpustakaan FIB UGM, perpustakaan pusat UGM, maupun perpustakaan Kota Yogyakarta, dan browsing melalui internet.
12
(ii)
Wawancara dengan beberapa pertanyaan kepada pihak pengelola, pedagang maupun penyedia fasilitas wahana air, dan penjual jasa transportasi (nelayan) terkait penelitian yang dilakukan.
(iii)
Observasi langsung pada kawasan pulau terkait seluruh potensi dan daya tarik wisata yang merupakan produk, termasuk kegiatan wisata dan fasilitas pada Pulau Beras Basah. Observasi ini meliputi pengamatan langsung, pengambilan data serta dokumentasi.
(iv)
Penyebaran angket kepada wisatawan guna mendapat data yang diperlukan. Penyebaran dilakukan beberapa kali via online kepada sejumlah wisatawan yang pernah berkunjung ke Pulau Beras Basah. Penyebaran angket dilakukan selama 7 hari dan diperoleh responden sebanyak 45 orang.
d. Analisis Hasil Setelah semua data terkait potensi dan daya tarik serta kegiatan pariwisata pada Pulau Beras Basah terkumpul, kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan analisis komponen daya tarik berdasarkan hasil penyebaran angket. Hasil analisis ini untuk mengetahui dan mengungkapkan potensi dan daya tarik pada Pulau Beras Basah sebagai produk wisata.
1.8 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan Skripsi ini terdiri atas empat bab yang masing – masing dijabarkan sebagai berikut:
13
Bab I
: Pendahuluan yang isinya terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II
: Gambaran umum Pulau Beras Basah sebagai daya tarik wisata yang isinya terdiri dari profil Pulau Beras Basah meliputi sejarah, letak geografis dan letak wilayah, kondisi fisik, mata pencaharian penduduk, aksesibilitas, sarana dan prasarana, serta sistem pengelolaan.
Bab III
: Analisis komponen daya tarik produk wisata Pulau Beras Basah isinya ulasan mengenai produk wisata yang dimiliki yang terdiri dari aksesibilitas, produk yang ditawarkan sebagai daya tarik, souvenir dan akomodasi penginapan. Sub- bab berikutnya ulasan mengenai analisis komponen daya tarik wisata atas masing – asing produknya yang isinya terdiri dari analisis komponen suasana di Pelabuhan Tanjung Laut, analisis komponen suasana perjalanan laut dari Pelabuhan Tanjung Laut menuju Pulau Beras Basah, analisis komponen suasana pantai pada Pulau Beras Basah, serta analisis komponen suasana di daratan pulau.
Bab IV : Penutup yang berisi kesimpulan dan saran.