1. BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Kecenderungan jumlah penduduk yang semakin meningkat dewasa ini diikuti kegiatan kota yang makin berkembang menimbulkan dampak adanya kecenderungan buangan/limbah yang meningkat dan bervariasi. Menurut Kodoatie (2005), jumlah dan laju penduduk perkotaan yang cenderung meningkat mengakibatkan sistem infrastruktur yang ada menjadi tidak memadai, karena penyediaannya lebih rendah dibandingkan dengan perkembangan penduduk. Hasilnya kota menjadi tempat yang tidak nyaman. Untuk mencapai kondisi masyarakat yang hidup sehat dan sejahtera di masa yang akan datang, akan sangat diperlukan adanya lingkungan permukiman yang sehat dan nyaman. Dari aspek persampahan, maka kata sehat akan berarti sebagai kondisi yang akan dapat dicapai bila sampah dapat dikelola secara baik sehingga bersih dari lingkungan permukiman dimana manusia beraktifitas di dalamnya (Permen PU nomor: 21/PRT/M/2006). Permasalahan dalam penanganan sampah terjadi karena ketidakseimbangan antara produksi dengan kemampuan dalam pengelolaannya. Volume sampah terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk, perubahan kualitas hidup dan dinamika kegiatan masyarakat. Berdasarkan data BPS tahun 2000, dari 384 kota yang menimbulkan sampah sebesar 80.235,87 ton setiap hari, penanganan sampah yang diangkut dan dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) adalah sebesar 4,2%, yang dibakar sebesar 1
2
37,6%, yang dibuang ke sungai 4,9% dan tidak tertangani sebesar 53,3% (Wibowo dan Djajawinata, 2002). Beberapa penyebab antara lain pertambahan penduduk dan arus urbanisasi yang pesat telah menyebabkan timbulan sampah pada perkotaan semakin tinggi, kendaraan pengangkut yang jumlah maupun kondisi yang kurang memadai, sistem pengelolaan TPA yang kurang tepat dan tidak ramah lingkungan, dan pendekatan dengan metode reduce, reuse dan recycle (3-R) masih belum diterapkan. Sistem pengelolaan sampah perkotaan yang sudah ada selama ini adalah pengumpulan/pewadahan, pemindahan/pengangkutan, pemusnahan/penggurugan melalui Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya atau Perusahaan Daerah Kebersihan yang mengangkut sampah dari Tempat Penampungan Sementara (TPS) menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Sistem ini dianggap belum optimal, karena kelemahan dalam manajemen operasional dan keterbatasan biaya operasional ditambah dengan langkanya tenaga profesional dalam penanganan sampah merupakan faktor utama permasalahan tersebut. Selain itu, permasalahan yang dihadapi dalam teknis operasional persampahan kota diantaranya: kapasitas peralatan yang belum memadai, pemeliharaan alat yang kurang, sulitnya pembinaan tenaga pelaksana khususnya tenaga harian lepas, sulit memilih metode operasional yang sesuai dengan kondisi daerah, siklus operasi persampahan tidak lengkap/terputus karena berbedanya penanggungjawab, koordinasi sektoral antar birokrasi pemerintah seringkali lemah, manajemen operasional lebih dititikberatkan pada aspek pelaksanaan,
3
pengendalian lemah, dan perencanaan operasional seringkali hanya untuk jangka pendek (Damanhuri dan Padmi, 2005). Pengelolaan sampah secara regional di Kota Bima masih mempunyai banyak kendala, khususnya paradigma penanganannya yang masih konvensional seperti kota-kota lain di Indonesia, yaitu masih terfokus pada kegiatan ”ambilangkut-buang”, sehingga kebutuhan biaya operasional serta lahan TPA tinggi. Berdasarkan RTRW Kota Bima 2011, kondisi TPA yang berlokasi di Kelurahan Oi Fo’o Kota Bima dengan lahan seluas 8 Ha, menggunakan sistem open dumping dan sudah tertimbun seluas 5 Ha. Oleh karena itu, diperlukan sistem pengelolaan sampah yang baik untuk memperpanjang umur operasi TPA Oi Fo’o. Selain aspek teknis, aspek organisasi sangat penting dalam pengelolaan sampah. Organisasi yang baik akan meningkatkan daya guna dan hasil guna dalam pengelolaan sampah. Secara organisasi tugas pokok dan fungsi pengelolaan persampahan di Kota Bima menjadi tanggung jawab Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pamakaman Kota Bima (DKPP). Lembaga ini memang belum optimal dalam melayani persampahan bagi penduduk sejumlah 144.018 jiwa (BPS, 2012). Jangkauan layanan yang harus dilayani juga cukup luas, yaitu 222,25 Km2 yang terbagi dalam 5 Kecamatan dan 38 Kelurahan (RTRW Kota Bima, 2011-2031). Besarnya sampah yang dihasilkan dalam suatu daerah tertentu sebanding dengan jumlah penduduk, jenis aktivitas dan tingkat konsumsi penduduk terhadap barang/material. Volume sampah yang dihasilkan di wilayah Kota Bima adalah 71.175 m3 pada tahun 2011 (DKPP, 2012). Dimana angka tersebut meningkat
4
secara drastis dari tahun sebelumnya yang hanya 59.137 m3 pada tahun 2010. Oleh karena itu, diperlukan tindakan yang cepat dan benar untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti berkeinginan kuat untuk melakukan penelitian guna menemukan solusi terbaik, judul penelitiannya adalah “Sistem Pengelolaan Sampah Perkotaan di Kota Bima”.
1.2. Rumusan Masalah Adapun beberapa permasalahan pada pengelolaan sampah di Kota Bima adalah sebagai berikut: 1. Minimnya sarana pembuangan sampah yang memadai, terutama di kawasan permukiman, sehingga masyarakat Kota Bima banyak memanfaatkan lahanlahan kosong dan sungai sebagai tempat membuang sampah; 2. Belum tersedianya sarana pembuangan sampah secara optimal di tempattempat umum, seperti di kawasan perdagangan dan jasa dan taman kota. Sarana persampahan yang ada pun tidak dipisahkan sesuai dengan jenisnya (misalnya bak untuk sampah organik dan anorganik); 3. Sistem pengelolaan sampah yang belum berjalan lancar dan belum jelas, mulai dari pengangkutan dari permukiman penduduk atau perdagangan dan jasa hingga menuju ke lokasi TPA. (Sumber: RTRW Kota Bima periode 2011-2031) Dari beberapa permasalahan di atas maka pertanyaan penelitian (research question) adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana karakteristik sampah dan sistem pengelolaannya di Kota Bima; 2. Bagaimana pengembangan sistem pengelolaan sampah di Kota Bima.
5
1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui karakteristik sampah dan sistem pengelolaannya di Kota Bima; 2. Menyusun rencana pengembangan sistem pengelolaan sampah di Kota Bima.
1.4. Sasaran Penelitian Adapun yang menjadi sasaran pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi karakteristik sampah dan sistem pengelolaannya di Kota Bima; 2. Menganalisis sistem pengelolaan sampah perkotaan di Kota Bima berdasarkan persepsi masyarakat; 3. Menganalisis sistem pengelolaan sampah perkotaan di Kota Bima berdasarkan standar normatif; 4. Menyusun rencana pengembangan sistem pengelolaan sampah perkotaan di Kota Bima.
1.5. Manfaat Penelitian Manfaat-manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian yang dilaksanakan ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Pemerintah Kota Bima, diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukan dalam melakukan perencanaan sistem pengelolaan sampah perkotaan di Kota Bima;
6
2. Bagi dunia ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini dapat memperkaya konsep pengelolaan sampah perkotaan untuk masa yang akan datang, sehingga untuk penelitian-penelitian selanjutnya dapat dikembangkan lebih jauh lagi, khususnya yang berkaitan dengan sistem pengelolaan sampah nonkonvensional.
1.6. Batasan Masalah Agar penelitian ini lebih terarah dan dapat memberikan hasil yang maksimal maka diberikan beberapa batasan, antara lain: 1. Lokasi penelitian adalah wilayah Kota Bima yang terbagi 5 wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Asakota, Kecamatan Rasanae Barat, Kecamatan Mpunda, Kecamatan Raba, dan Kecamatan Rasanae Timur; 2. Lingkup pembahasan adalah sistem pengelolaan sampah di wilayah Kota Bima meliputi subsistem operasional, subsistem kelembagaan, subsistem peraturan, subsistem pembiayaan dan subsistem peran serta masyarakat.
1.7. Keaslian Penelitian Penelitian sejenis yang pernah dilakukan oleh beberapa peneliti terkait sistem pengelolaan sampah perkotaan, antara lain sebagai berikut: Berdasarkan hasil penelitian (Sugiarto, 2004), dengan judul Sistem Pengelolaan Sampah Berbasis Keinginan Masyarakat Di Kota Bekasi, dimana peneliti mengkaji sistem pengelolaan sampah kota berdasarkan persepsi dan
7
keinginan masyarakat dan hasilnya bahwa persepsi masyarakat tersebut menilai pengelolaan yang dilakukan oleh Pihak pengelola belum optimal. Dalam penelitian (Zebua, 2009) dengan judul Tesis, Sistem Pengelolaan Sampah Perkotaan (studi kasus Kota Gunungsitoli), dimana peneliti melakukan penelitian terkait sistem teknik operasional atau yang lebih khusus adalah sistem pengangkutan sampah. Suryati (2003), judul sistem pengelolaan sampah Kota Bandar Lampung, Penelitian ini terkait aspek pengelolaan, kemampuan kelembagaan dan pembiayaan. Hasil dari penelitian tersebut adalah bahwa pengelolaan sampah yang dilakukan oleh pemerintah setempat sudah baik, namun belum berwawasan lingkungan karena konsep pengelolaannya masih dengan sistem konvensional. Berdasarkan penelitian di beberapa tempat di atas, terdapat perbedaanperbedaan, terutama masalah karakteristik wilayah penelitian, seperti karakteristik sampah, kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat. Sehingga penelitian yang akan dilakukan di Kota Bima, tentu membutuhkan penanganan yang sesuai dengan karakteristik wilayah Kota Bima itu sendiri. Dengan demikian, penelitian tentang Sistem Pengelolaan Sampah Perkotaan di Kota Bima dapat terjamin keaslian penelitiannya.