1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia masih rendah disebabkan banyak faktor. Salah satu penyebabnya adalah belum dimanfaatkannya sarana pelayanan kesehatan secara optimal oleh masyarakat, termasuk posyandu. Posyandu merupakan salah satu wujud pemberdayaan masyarakat yang strategis dalam pembangunan kesehatan dengan tujuan mewujudkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi permasalahan kesehatan. Undang-Undang RI No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, menjelaskan adanya kebijakan tentang upaya pemeliharaan bayi dan anak harus ditujukan untuk mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak. Pemerintah wajib memberikan pelayanan kesehatan kepada bayi dan anak melalui salah satu sarana pelayanan kesehatan, yaitu Posyandu. Sejak dicanangkan pada tahun 1984, pertumbuhan jumlah posyandu bertambah besar dan ternyata juga dibarengi dengan peranannya yang menonjol, khususnya dalam meningkatkan cakupan program. Dapat kita lihat bahwa posyandu membawa kontribusi yang besar pada peningkatan cakupan program, khususnya pada sasaran populasi bayi bawah lima tahun (Balita) dan ibu (Depdagri, 2001).
1
2
Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan untuk dan oleh bersama masyarakat, guna penyelenggaraan pembangunan kesehatan dalam memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2006). Keberadaan
posyandu
telah
memberikan
dampak
positif
terhadap
pembangunan khususnya di bidang kesehatan. Salah satu tujuan menyelenggarakan posyandu adalah mengurangi angka kesakitan dan kematian balita dan ibu serta pengembangan kualitas sumber daya manusia dengan mengoptimalkan potensi tumbuh kembang anak melalui program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) (Depkes RI, 2006). Posyandu yang diprogramkan oleh pemerintah dengan kegiatan lima program prioritas, yaitu KB, Gizi, KIA, imunisasi dan penanggulangan diare merupakan bagian dari pembangunan kesehatan dimana sasarannya adalah untuk mencapai keluarga kecil, bahagia dan sejahtera yang dilaksanakan oleh keluarga, bersama masyarakat dengan bimbingan dari petugas kesehatan setempat untuk kepentingan masyarakat,
maka diharapkan
masyarakat
sendiri
yang aktif
membentuk,
menyelenggarakan, memanfaatkan dan mengembangkan Posyandu sebaik-baiknya (Depkes RI, 2006). Pemanfaatan Posyandu menggunakan prinsip lima meja, yaitu dari pendaftaran, penimbangan bayi dan anak, pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS), penyuluhan gizi (terutama pada anak dengan berat badan jauh dibawah berat badan
3
seharusnya) dan kelainan klinis, ibu hamil, Pemberian Makanan Tambahan (PMT) serta pelayanan tenaga profesional meliputi pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), imunisasi, dan pengobatan seperti pemberian obatobatan, vitamin A, tablet zat besi (Fe) atau pemberian rujukan ke Puskesmas dan Rumah Sakit jika ditemukan kasus-kasus luar biasa (Depkes RI, 2005). Selain dibutuhkan pemanfaatan posyandu sesuai dengan jadwal setiap bulannya, seorang ibu harus mengikuti anjuran-anjuran yang disampaikan oleh petugas puskesmas terutama tentang pemberian gizi pada balita untuk mencegah terjadinya penurunan jumlah balita bawah garis merah (BGM). Hasil Riskesdas (2010) menunjukkan pemanfaatan posyandu di Indonesia cukup baik untuk balita terutama sampai usia 2 tahun dengan integrasi imunisasi. Aktivitas selanjutnya sampai usia 5 tahun, cakupan program atau partisipasi masyarakat sangat bervariasi, mulai dari terendah 10% sampai tertinggi 80%. Pemantauan pertumbuhan yang dilakukan rutin setiap bulan di posyandu, jika diamati partisipasi ibu balita masih sangat rendah berkisar antara 1-5%. Cakupan program perbaikin gizi pada umumnya rendah, banyak posyandu yang tidak berfungsi dan pemantauan pertumbuhan hanya dilakukan sekitar 30% dari jumlah balita yang ada. Menurut Depkes RI (2010), pemanfaatan posyandu di Indonesia berdasarkan program aktivitas posyandu cukup baik untuk balita terutama sampai usia 2 tahun. Aktivitas selanjutnya sampai usia 5 tahun, cakupan program atau partisipasi masyarakat sangat bervariasi, mulai dari terendah 10% sampai tertinggi 80%. Jika
4
diamati pemantauan pertumbuhan yang dilakukan rutin setiap bulan, partisipasinya masih sangat rendah berkisar antara 1-5%. Cakupan program perbaikan gizi pada umumnya rendah, banyak Posyandu yang tidak berfungsi dan pemantauan pertumbuhan hanya dilakukan pada sekitar 30% dari jumlah balita yang ada. Berdasarkan standar pelayanan minimal (SPM) bidang kesehatan untuk Kabupaten/Kota (Depkes RI, 2008) tentang indikator baik tidaknya pemanfaatan posyandu yaitu dengan cakupan kunjungan secara kumulatif mencapai 90% atau lebih dianggap baik. Sedangkan kurang dari 90% dianggap belum baik pemanfaatannya. Pemanfaatan pelayanan kesehatan memiliki tiga faktor yang berperan, yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung, dan faktor kebutuhan (Andersen, 1995). Pemanfaatan pelayananan kesehatan bergantung pada faktor-faktor sosiodemografis, tingkat pendidikan, kepercayaan dan praktek kultural, diskriminasi jender, status perempuan, kondisi lingkungan, sistem politik dan ekonomi, pola penyakit serta sistem pelayanan kesehatan (Shaik, 2004). Pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh masyarakat sangat ditentukan oleh dukungan tokoh masyarakat (TOMA) dan peran kader sebagai motor penggerak. Peran pemerintah, termasuk petugas kesehatan, hanya sebagai fasilitator untuk lebih memberdayakan masyarakat dalam kegiatan posyandu. Kegiatan posyandu dikatakan meningkat jika peran serta masyarakat semakin tinggi yang terwujud dalam cakupan program kesehatan seperti imunisasi, pemantauan tumbuh kembang balita, pemeriksaan ibu hamil, dan KB yang meningkat.
5
Hasil survei pendahuluan yang dilakukan di Desa Laweh Beringin Horas Kecamatan Aceh Tenggara bahwa terdapat balita mengalami penurunan jumlah balita bawah garis merah (BGM)
pada tahun 2014 dan tahun 2015 jauh mengalami
penurunan jumlah balita bawah garis merah (BGM) . Berdasarkan wawancara kepada 10 orang ibu balita diperoleh bahwa sebesar 2 orang (20,0%) kurang mengikuti anjuran posyandu dan sebanyak 8 orang (80,0%) mengikuti anjuran posyandu. Faktor yang menyebabkan balita mengalami penurunan jumlah balita bawah garis merah (BGM)
antara lain adalah terjadi peningkatan kepatuhan ibu balita untuk
melaksanakan anjuran yang disampaikan oleh petugas posyandu. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan kepatuhan ibu pada anjuran posyandu dengan penurunan jumlah balita bawah garis merah (BGM) di Desa Laweh Beringin Horas Kecamatan Aceh Tenggara”.
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah adalah bagaimana hubungan kepatuhan ibu pada anjuran posyandu dengan penurunan jumlah balita bawah garis merah (BGM) di Desa Laweh Beringin Horas Kecamatan Aceh Tenggara.?
6
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan kepatuhan ibu pada anjuran posyandu dengan penurunan jumlah balita bawah garis merah (BGM) di Desa Laweh Beringin Horas Kecamatan Aceh Tenggara. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk melihat kepatuhan ibu pada anjuran posyandu di Desa Laweh Beringin Horas Kecamatan Aceh Tenggara. 2. Untuk melihat penurunan jumlah balita bawah garis merah (BGM) di Desa Laweh Beringin Horas Kecamatan Aceh Tenggara 3. Untuk melihat hubungan kepatuhan ibu pada anjuran posyandu dengan penurunan jumlah balita bawah garis merah (BGM) di Desa Laweh Beringin Horas Kecamatan Aceh Tenggara
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Peneliti Sebagai upaya untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti khususnya tentang posyandu. 1.4.2. Bagi Desa Laweh Beringin Horas Kecamatan Aceh Tenggara Sebagai informasi dalam upaya meningkatkan kepatuhan ibu pada anjuran posyandu dalam mencegah penurunan jumlah balita bawah garis merah (BGM).
7
1.4.3. Bagi Tenaga Kesehatan Bagi tenaga kesehatan agar meningkatkan kualitas pelaksanaan posyandu dan memberikan penyuluhan kepada ibu balita. 1.4.4. Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi peneliti selajutnya sebagai referensi pengembangan ilmu kesehatan masyarakat, khususnya yang terkait dengan posyandu.
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepatuhan Kepatuhan berasal dari kata “patuh” yang berarti taat, suka menuruti, disiplin. Kepatuhan menurut Trostle dalam Simamora (2004), adalah tingkat perilaku penderita dalam mengambil suatu tindakan pengobatan, misalnya dalam menentukan kebiasaan hidup sehat dan ketetapan berobat. Dalam pengobatan, seseorang dikatakan tidak patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat, sehingga dapat mengakibatkan terhalangnya kesembuhan. Menurut Sacket (1985), kepatuhan penderita adalah sejauh mana perilaku penderita sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional kesehatan. Menurut Sarafino (1994), secara umum ketidaktaatan meningkatkan risiko berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang, atau memperburuk kesakitan yang sedang diderita. Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20% jumlah opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktahuan penderita terhadap aturan pengobatan. Faktor yang memengaruhi kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu faktor petugas, faktor obat, dan faktor penderita. Karakteristik petugas yang memengaruhi kepatuhan antara lain jenis petugas, tingkat pengetahuan, lamanya bekerja, frekuensi penyuluhan yang dilakukan. Faktor obat yang memengaruhi kepatuhan adalah pengobatan yang sulit dilakukan tidak menunjukkan ke arah penyembuhan, waktu yang lama, adanya efek samping obat. Faktor penderita yang
8
9
menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur, jenis kelamin, pekerjaan, anggota keluarga,
saudara
atau
teman
khusus.
Faktor-faktor
yang
memengaruhi
ketidakpatuhan dapat digolongkan menjadi 4 (empat) bagian yaitu : 1. Pemahaman tentang instruksi Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang diberikan padanya. Kadang-kadang hal ini disebabkan oleh kegagalan profesional kesehatan dalam memberikan informasi yang lengkap, penggunaan istilah-istilah medis, dan banyak memberikan intruksi yang harus diingat oleh penderita. Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan penderita ditemukan oleh (Niven, 2002), yaitu : a. Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan. b. Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain. c. Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tentang hal-hal yang harus diingat maka akan ada efek “keunggulan”, yaitu mereka berusaha mengingat hal-hal yang pertama kali ditulis. d. Instruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum (non medis) dan hal-hal yang perlu ditekankan. 2. Kualitas interaksi. Kualitas interaksi antara profesional kesehatan dengan penderita merupakan bagian yang penting dalam menentukan derajat kepatuhan. Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan penderita adalah suatu hal penting untuk memberikan umpan balik pada penderita setelah memperoleh informasi tentang
10
diagnosis. Penderita membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini, apa penyebabnya dan apa yang mereka lakukan dengan kondisi seperti itu. 3. Isolasi sosial dan keluarga. Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang program pengobatan yang dapat mereka terima. Keluarga juga memberi dukungan dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit. 4. Keyakinan, sikap, kepribadian Ahli psikologi telah menyelidiki tentang hubungan antara pengukuranpengukuran kepribadian dan kepatuhan. Mereka menemukan bahwa data kepribadian secara benar dibedakan antara orang yang patuh dengan orang yang gagal. Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami depresi, ansietas, sangat memerhatikan kesehatannya, memiliki kekuatan ego yang lebih lemah dan yang kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada dirinya sendiri. Menurut Niven (2002), faktor yang berhubungan dengan ketidaktaatan, secara sejarah, riset tentang ketaatan penderita didasarkan atas pandangan tradisional mengenai penderita sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh. Penderita yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai, dan masalahnya mengidentifikasi kelompok-kelompok penderita yang tidak patuh berdasarkan kelas sosio ekonomi, pendidikan, umur, dan jenis kelamin. Pendidikan penderita dapat meningkatkan
11
kepatuhan, sepanjang bahwa pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku dan kaset oleh penderita secara mandiri. Usaha-usaha ini sedikit berhasil, seorang dapat menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan. Teori-teori yang lebih baru menekankan faktor situasional dan penderita sebagai peserta yang aktif dalam proses pengobatannya. Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai suatu usaha penderita untuk mengendalikan perilakunya, bahkan jika hal tersebut bisa menimbulkan risiko mengenai kesehatannya. Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan : 1. Ciri-ciri kesakitan dan ciri-ciri pengobatan Perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis (karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau risiko yang jelas), sarana mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama, pengobatan yang kompleks, pengobatan dengan efek samping, perilaku yang tidak pantas. Menurut Sarafino (1994), tingkat ketaatan rata-rata minum obat untuk menyembuhkan kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78% untuk kesakitan kronis dengan cara pengobatan jangka panjang tingkat tersebut menurun sampai 54%. 2. Komunikasi antara penderita dan dokter. Berbagai aspek komunikasi antara penderita dengan dokter memengaruhi tingkat ketidakpuasan terhadap informasi aspek hubungan dengan pengawasan emosional yang kurang, dengan dokter, ketidakpuasan terhadap pengobatan yang diberikan.
12
3. Variabel-variabel sosial Hubungan antara dukungan sosial dengan ketaatan telah dipelajari. Secara umum, orang-orang yang merasa mereka menerima penghiburan, perhatian, dan pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis, daripada penderita yang kurang mendapat dukungan sosial. Jelaslah bahwa keluarga memainkan peranan yang sangat penting dalam pengelolaan medis. Misalnya, penggunaan pengaruh normatif pada penderita, yang mugkin mengakibatkan efek yang memudahkan atau menghambat perilaku ketaatan. 4. Ciri-ciri individual Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan. Sebagai contoh : di Amerika serikat, kaum wanita, kaum kulit putih, dan orang tua cenderung mengikuti anjuran dokter (Sarafino, 1994).
2.2. Posyandu 2.2.1. Pengertian Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan dan memberikan kemudahan dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar sehingga mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi yang merupakan tujuan utama dari posyandu.
13
2.2.2. Tujuan Posyandu Tujuan khusus posyandu yaitu meningkatkan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan mendasar (primary health care), meningkatkan peran lintas sektor, dan meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan mendasar (Kemenkes, 2011). 2.2.3. Syarat Berdirinya Posyandu Syarat berdirinya posyandu di suatu daerah meliputi jumlah penduduk, RW paling sedikit terdapat 100 orang balita, terdiri dari 120 Kepala Keluarga (KK), disesuaikan dengan kemampuan petugas dan jarak antara rumah dan jumlah KK dalam suatu tempat (Kemenkes, 2011). 2.2.4. Sasaran Posyandu Sasarannya yaitu seluruh masyarakat terutama bayi, anak balita, ibu melahirkan, ibu nifas dan ibu menyusui, serta Pasangan Usia Subur (PUS). 2.2.5. Kegiatan Posyandu Kegiatan yang dilakukan di posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan pengembangan. Waktu pelaksanaan posyandu, dilaksanakan 1 (satu) bulan kegiatan, dengan waktu buka posyandu minimal satu hari/bulan, sesuai dengan kesepakatan bersama wilayah tersebut. Kegiatan rutin posyandu diselenggarakan dan dimotori oleh kader dengan bimbingan teknis dari puskesmas. Jumlah minimal kader untuk setiap posyandu adalah 5 (lima) orang. Jumlah ini mengacu pada sistem 5 meja (Kemenkes, 2006).
14
Kegiatan yang dilaksanakan pada setiap langkah secara sederhana diuraikan sebagai berikut: 1. Pertama Pendaftaran Kader 2. Kedua Penimbangan bayi, anak balita dan ibu hamil Kader 3. Ketiga Pengisian KMS Kader 4. Keempat Penyuluhan per orangan berdasarkan KMS Kader 5. Kelima Pelayanan kesehatan (pemberian pelayanan imunisasi KB, pengobatan gizi, KIA) Indikator yang digunakan dalam pengukuran pelaksanaan posyandu ini antara lain frekuensi kunjungan (penimbangan) setiap bulan, namun tidak semua posyandu dapat berfungsi setiap bulan sehingga frekuensinya kurang dari 12 kali setahun. Menurut Zulkifli (2003) posyandu dikatakan aktif, apabila frekuensi penimbangan di atas 8 kali setahun. Perkembangan posyandu tidak sama, dengan demikian pembinaan yang dilakukan untuk setiap posyandu juga berbeda (Kemenkes,2011). Untuk mengetahui tingkat perkembangan posyandu, telah dikembangkan metode dan alat telaahan perkembangan posyandu yang dikenal dengan nama Telaah Kemandirian 2.2.6. Tingkatan Perkembangan Posyandu Posyandu yang bertujuan mengetahui tingkat perkembangan posyandu secara umum, dibedakan atas 4 tingkat sebagai berikut : 1.
Posyandu Pratama a. Posyandu yang masih belum mantap kegiatannya
15
b. Kegiatan belum rutin setiap bulan c. kader aktifnya terbatas kurang dari 5 orang 2.
Posyandu Madya a.
Sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali pertahun
b. jumlah kader tugas 5 orang atau lebih c. cakupan program utamanya masih rendah yaitu kurang dari 50% 3.
Posyandu Purnama a. Posyandu yang frekuensinya lebih dari 8x setahun b. Jumlah kader tugas 5 orang atau lebih c. Cakupan 5 program utamanya lebih dari 50% sudah ada program tambahan bahkan mungkin sudah ada dana sehat yang masih sederhana
4.
Posyandu Mandiri a. Sudah dapat melaksanakan kegiatan secara teratur b. Jumlah kader rata-rata 5 orang atau lebih c. Cakupan 5 program utama sudah bagus, ada program tambahan dan dana sehat telah menjangkau lebih dari 50% KK (Kemenkes RI, 2011). Kurang
berfungsinya
posyandu
berdampak
pada
rendahnya
kinerja
disebabkan oleh rendahnya kemampuan kader dan pembinaan dari unsure pemerintah kelurahan dan dinas/instansi/lembaga terkait berdampak pada rendahnya minat masyarakat memanfaatkan posyandu. Upaya revitalisasi posyandu telah dilaksanakan sejak krisis ekonomi timbul agar posyandu dapat melaksanakan fungsi dasarnya, namun kinerja posyandu secara umum masih belum menunjukkan hasil yang optimal.
16
Sehingga, upaya revitalisasi posyandu perlu terus ditingkatkan agar mampu memenuhi
kebutuhan
pelayanan
terhadap
kelompok
sasaran
yang
rentan
(Kemendagri RI, 2001).
2.3. Konsep Balita Bawah Garis Merah 2.3.1. Pengertian Anak balita merupakan kelompok umur yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru merupakan kelompok umur yang paling sering menderita kekurangan gizi. Beberapa kondisi yang menyebabkan balita rawan gizi yaitu anak balita masih dalam periode transisi dari makan bayi ke makanan orang dewasa, anak balita dianggap kelompok umur yang paling belum berguna bagi keluarga, ibu sudah mempunyai anak kecil lagi atau ibu sudah bekerja penuh, dan anak balita masih belum dapat mengurus diri sendiri dengan baik, serta anak balita mulai turun ke tanah sehingga terpapar dengan kondisi yang memungkinkan untuk terinfeksi berbagai macam penyakit (Sediaoetama, 2006). Balita bawah garis merah (BBGM) adalah balita yang ditimbang berat badannya berada pada garis merah atau di bawah garis merah pada KMS. Balita BGM dapat ditemukan di suatu wilayah kerja pada waktu tertentu (Departemen Kesehatan RI, 2006b). Indikator balita dikatakan berada pada bawah garis merah apabila balita tersebut selama 3 bulan tidak naik berat badannya sesuai dengan umurnya pada KMS balita (Bourdin, 2011).
17
2.3.2 Penyebab Balita Bawah Garis Merah Balita BGM merupakan gambaran status gizi balita yang mengalami KEP sedang atau berat. Faktor yang dapat menyebabkan BGM yaitu penyebab langsung (makanan tak seimbang dan penyakit infeksi), penyebab tidak langsung (tidak cukup ketersediaan pangan, pola asuh anak tidak memadai, sanitasi dan air bersih atau pelayanan kesehatan dasar tidak memadai), akar masalah (Krisis ekonomi, politik, dan sosial) dan pokok masalah (Kurang pemberdayaan wanita dan keluarga, kurang pemanfaatan sumber daya masyarakat (Supariasa, 2002).
2.4. Kerangka Konsep
Kepatuhan Ibu Pada Anjuran Posyandu
Penurunan Jumlah Balita BGM
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
2.5. Hipotesis Penelitian 1. Ada hubungan kepatuhan ibu pada anjuran posyandu dengan penurunan jumkah balita bawah garis merah (BGM) di Desa Laweh Beringin Horas Kecamatan Aceh Tenggara
18
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat analitik, penelitian yang diarahkan untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kepatuhan ibu pada anjuran posyandu dengan penurunan jumlah balita bawah garis merah (BGM) di Desa Laweh Beringin Horas Kecamatan Aceh Tenggara.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Laweh Beringin Horas Kecamatan Aceh Tenggara. Adapun alasan pengambilan lokasi penelitian ini disebabkan karena terjadi penurunan jumlah balita bawah garis merah (BGM) 3.2.2. Waktu Penelitian Penelitian ini dimulai dari bulan Januari sampai Mei 2015
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki balita di Desa Laweh Beringin Horas Kecamatan Aceh Tenggara yang berjumlah 54 orang.
18
19
3.3.2. Sampel Besar sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi dijadikan menjadi sampel yang berjumlah 54 orang. 3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Jenis Data a. Data Primer Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. b. Data Sekunder Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengambil data-data dari dokumen atau catatan yang diperoleh dari Desa Laweh Beringin Horas Kecamatan Aceh Tenggara.
3.5. Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1. Variabel Bebas Kepatuhan ibu pada anjuran posyandu adalah sejauh mana perilaku ibu melaksanakan sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh petugas kesehatan dalam anjuran yang dismpaikan saat posyandu. Kategori Kepatuhan Ibu pada Anjuran Posyandu : 0. Patuh : bila ibu mengikuti semua anjuran atau perintah posyandu. 1. Tidak Patuh : bila ibu tidak mengikuti semua anjuran atau perintah posyandu.
20
Pengukuran variabel kepatuhan disusun 10 pertanyaan yang diajukan dengan jawaban ”Ya (bobot nilai 3)”, ”kadang-kadang (bobot nilai 2)”, ” dan tidak (bobot nilai 1)” dan dikategorikan menjadi 2, yaitu: 0.
Ada motivasi, jika responden memperoleh skor > 50% yaitu 8-15
1.
Tidak ada motivasi, jika responden memperoleh skor ≤ 50% yaitu 1-7
3.5.2. Variabel Terikat Penurunan jumlah balita bawah garis merah adalah terjadinya penurunan balita yang mengalami berat badan bawah garis merah. Kategori Pemanfaatan Posyandu : 1. Penurunan : jika jumlah balita mengalami penurunan berat badan bawah garis merah. 2. Tidak turun : jika balita mengalami berat badan bawah garis merah
3.6. Metode Pengukuran Tabel 3.1.
Variabel, Cara, Alat, Skala dan Hasil Ukur
Variabel Variabel Bebas Kepatuhan Variabel Terikat Penurunan Jumlah Balita BGM
Cara dan Alat Ukur
Skala Ukur
Hasil Ukur
Wawancara (kuesioner)
Ordinal
0. Patuh 1. Tidak Patuh
KMS
Ordinal
0. Menurun 1. Tidak Menurun
21
3.7. Metode Analisis Data 3.7.1. Analisis Univariat Analisis data secara univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi responden. Analisa ini digunakan untuk memperoleh gambaran pada masing-masing variabel independen yang meliputi kepatuhan ibu pada anjuran posyandu dan variabel dependen yaitu penurunan jumlah balita bawah garis merah (BGM). 3.7.2. Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk menguji ada tidaknya hubungan kepatuhan ibu pada anjuran posyandu dengan penurunan jumlah balita bawah garis merah (BGM) di Desa Laweh Beringin Horas Kecamatan Aceh Tenggara dengan menggunakan statistik uji chi-square kemudian hasilnya dinarasikan.
22
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Laweh Beringin Horas terletak di Kecamatan Aceh Tenggara. Desa Laweh Beringin Horas ini merupakan salah satu desa yang terletak di daerah dataran tinggi. Secara geografis Desa Laweh Beringin Horas Kecamatan Aceh Tenggara mempunyai luas wilayah 16.441 km2 .
4.2. Karakteristik Responden Karakteristik responden yang diteliti dalam penelitian ini meliputi: umur dan pendidikan. 4.2.1. Distribusi Umur Responden di Desa Laweh Beringin Horas Kecamatan Aceh Tenggara Untuk melihat umur responden di Desa Laweh Beringin Horas Kecamatan Aceh Tenggara dapat dilihat pada tabel 4.1 : Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Umur Responden di Desa Laweh Beringin Horas Kecamatan Aceh Tenggara No Umur 1 < 19 dan > 35 tahun 2 19-35 tahun Jumlah
f 5 49 54
% 9,3 90,7 100
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa umur ibu di Desa Laweh Beringin Horas Kecamatan Aceh Tenggara lebih banyak dengan umur 19-35 tahun
22
23
sebanyak 49 orang (90,7%) dan lebih sedikit dengan umur < 19 dan > 35 tahun sebanyak 5 orang (9,3%). 4.2.2. Distribusi Pendidikan Responden di Desa Laweh Beringin Horas Kecamatan Aceh Tenggara Untuk melihat pendidikan responden di Desa Laweh Beringin Horas Kecamatan Aceh Tenggara dapat dilihat pada tabel 4.2 : Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden di Desa Laweh Beringin Horas Kecamatan Aceh Tenggara No Pendidikan 1 Tinggi : Diploma/S1 2 Dasar : SD/SMP dan Menengah : SMA Jumlah
f 3 51 54
% 5,6 94,4 100
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa pendidikan ibu di Desa Laweh Beringin Horas Kecamatan Aceh Tenggara lebih banyak dengan pendidikan dasar dan menengah sebanyak 51 orang (94,4%) dan lebih sedikit dengan pendidikan tinggi sebanyak 3 orang (5,6%).
4.3. Analisis Univariat 4.3.1. Distribusi Kepatuhan Ibu pada Anjuran Posyandu di Desa Laweh Beringin Horas Kecamatan Aceh Tenggara Untuk melihat kepatuhan ibu pada anjuran posyandu di Desa Laweh Beringin Horas Kecamatan Aceh Tenggara dapat dilihat pada tabel 4.3 :
24
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Kepatuhan Ibu pada Anjuran Posyandu di Desa Laweh Beringin Horas Kecamatan Aceh Tenggara No 1 2
Kepatuhan Ibu pada Anjuran Posyandu Patuh Tidak Patuh Jumlah
f 29 25 54
% 53,7 46,3 100
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kepatuhan ibu pada anjuran posyandu di Desa Laweh Beringin Horas Kecamatan Aceh Tenggara lebih banyak dengan patuh sebanyak 29 orang (53,7%) dan lebih sedikit dengan tidak patuh sebanyak 25 orang (46,3%). 4.3.2. Distribusi Penurunan Jumlah Balita Bawah Garis Merah Untuk melihat penurunan jumlah balita bawah garis merah (BGM) di Desa Laweh Beringin Horas Kecamatan Aceh Tenggara dapat dilihat pada tabel 4.4 : Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Penurunan Jumlah Balita Bawah Garis Merah (BGM) di Desa Laweh Beringin Horas Kecamatan Aceh Tenggara No Penurunan Jumlah Balita BGM 1 Menurun 2 Tidak Menurun Jumlah
f 30 24 54
% 55,6 44,4 100
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa penurunan jumlah balita bawah garis merah (BGM) di Desa Laweh Beringin Horas Kecamatan Aceh Tenggara adalah lebih banyak dengan menurun sebanyak 30 orang (55,6%) dan lebih sedikit dengan tidak menurun sebanyak 24 orang (44,4%).
25
4.4. Analisis Bivariat Analisis bivariat digunakan untuk mengidentifikasi hubungan kepatuhan ibu pada anjuran posyandu dengan penurunan jumlah balita bawah garis merah (BGM) di Desa Laweh Beringin Horas Kecamatan Aceh Tenggara. Berdasarkan hasil analisis bivariat antara variabel hubungan kepatuhan ibu pada anjuran posyandu dengan penurunan jumlah balita bawah garis merah (BGM) di Desa Laweh Beringin Horas Kecamatan Aceh Tenggara dapat dilihat seperti dibawah ini : 4.4.1. Hubungan Kepatuhan Ibu pada Anjuran Posyandu dengan Penurunan Jumlah Balita Bawah Garis Merah (BGM) di Desa Laweh Beringin Horas Kecamatan Aceh Tenggara Untuk melihat hubungan kepatuhan ibu pada anjuran posyandu dengan penurunan jumlah balita bawah garis merah (BGM) di Desa Laweh Beringin Horas Kecamatan Aceh Tenggara dapat dilhat pada Tabel 4.5 : Tabel 4.6. Hubungan Kepatuhan Ibu pada Anjuran Posyandu dengan Penurunan Jumlah Balita Bawah Garis Merah (BGM) di Desa Laweh Beringin Horas Kecamatan Aceh Tenggara No Kepatuhan
1 2
Patuh Tidak Patuh
Penurunan Jumlah Balita Bawah Garis Merah (BGM) Menurun Tidak Menurun n % n % 23 79,3 6 20,7 7 28,0 18 72,0
Total n 26 25
% 100 100
p value 0,000
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 26 orang ibu balita patuh pada anjuran posyandu terdapat mengalami penurunan jumlah balita bawah garis merah sebanyak 23 orang (79,3%) dan tidak mengalami penurunan jumlah balita
26
bawah garis merah sebanyak 6 orang (20,7%). Kemudian dari 25 orang ibu balita tidak patuh pada anjuran posyandu terdapat mengalami penurunan jumlah balita bawah garis merah sebanyak 7 orang (28,0%) dan tidak mengalami penurunan jumlah balita bawah garis merah sebanyak 18 orang (72,0%). Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai < 0,05 maka dapat disimpulkan ada hubungan kepatuhan ibu pada anjuran posyandu dengan penurunan jumlah balita bawah garis merah (BGM) di Desa Laweh Beringin Horas Kecamatan Aceh Tenggara.
27
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Kepatuhan Ibu pada Anjuran Posyandu di Desa Laweh Beringin Horas Kecamatan Aceh Tenggara Untuk melihat kepatuhan ibu pada anjuran posyandu di Desa Laweh Beringin Horas Kecamatan Aceh Tenggara dilihat bahwa kepatuhan ibu pada anjuran posyandu di Desa Laweh Beringin Horas Kecamatan Aceh Tenggara lebih banyak dengan patuh sebanyak 29 orang (53,7%) dan lebih sedikit dengan tidak patuh sebanyak 25 orang (46,3%). Mengacu pada hasil tersebut dapat dijelaskan walaupun kepatuhan lebih banyak dari pada tidak patuh namum masih perlu peningkatan kepatuhan pada ibu untuk mengikuti anjuran-anjuran yang ada pada posyandu. Ibu yang patuh terhadap anjuran-anjuran yang disampaikan oleh petugas posyandu karena ibu menganggap bahwa anjuran-anjuran yang di dapat perlu dilaksanakan dan diterapkan agar anak mengalami penaikan berat badan setiap bulannya. Sedangkan ibu yang tidak mengikuti anjuran dari petugas posyandu disebabkan karena ibu kurang memahami dan perduli atas kesehatan anaknya sehingga anak ibu bisa mengalami berat badan dibawah garis merah. Keadaan ini perlu mendapat perhatian dari petugas posyandu agar ibu yang memiliki balita lebih sadar untuk melaksanakan segala anjuran-anjuran yang diampaikan oleh petugas posyandu. Hal ini sesuai dengan pendapat Blum yang dikutip oleh Notatmodjo (2010) yang menyatakan bahwa tindakan seseorang individu termasuk kemandirian dan 27
28
tanggung jawabnya dalam berperilaku sangat dipengaruhi oleh domain kognitif atau pengetahuan. Pada dasarnya, pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku yang didasari dengan pengetahuan akan lebih baik daripada perilaku yang tidak didasari dengan pengetahuan. Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang adalah pengetahuan. Namun, pembentukan perilaku itu sendiri tidak semata-mata berdasarkan pengetahuan, tetapi masih dipengaruhi oleh banyak faktor yang sangat kompleks. (Notoatmodjo, 2007). Menurut asumsi peneliti bahwa ibu yang patuh terhadap anjuran-anjuran yang disampaikan oleh petugas posyandu karena ibu menganggap bahwa anjuran-anjuran yang di dapat perlu dilaksanakan dan diterapkan agar anak mengalami penaikan berat badan setiap bulannya. Sedangkan ibu yang tidak mengikuti anjuran dari petugas posyandu disebabkan karena ibu kurang memahami dan perduli atas kesehatan anaknya sehingga anak ibu bisa mengalami berat badan dibawah garis merah. Keadaan ini perlu mendapat perhatian dari petugas posyandu agar ibu yang memiliki balita lebih sadar untuk melaksanakan segala anjuran-anjuran yang diampaikan oleh petugas posyandu.
5.2. Penurunan Jumlah Balita Bawah Garis Merah di Desa Laweh Beringin Horas Kecamatan Aceh Tenggara Hasil penelitian menunjukkan bahwa penurunan jumlah balita bawah garis merah (BGM) di Desa Laweh Beringin Horas Kecamatan Aceh Tenggara lebih banyak dengan menurun sebanyak 30 orang (55,6%) dan lebih sedikit dengan tidak menurun sebanyak 24 orang (44,4%). Mengacu pada hasil penelitian ini
29
menunjukkan bahwa jumlah balita dibawah garis merah menurun, artinya terjadi kenaikan berat badan pada beberapa balita di Desa Laweh Beringin Horas Kecamatan Aceh Tenggara. Keadaan ini perlu ditingkatkan lagi agar balita yang ada di Desa Laweh Beringin Horas Kecamatan Aceh Tenggara tidak ada lagi yang mengalami berat bedan dibawah garis merah. Balita yang masih mengalami berat badan dibawah garis merah perlu mendapat perhatian dari orang tua dengan mengikuti anjuran-anjuran dari petugas posyandu sehingga terjadi kenaikan berat badan anaknya. Anak balita merupakan kelompok umur yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru merupakan kelompok umur yang paling sering menderita kekurangan gizi. Beberapa kondisi yang menyebabkan balita rawan gizi yaitu anak balita masih dalam periode transisi dari makan bayi ke makanan orang dewasa, anak balita dianggap kelompok umur yang paling belum berguna bagi keluarga, ibu sudah mempunyai anak kecil lagi atau ibu sudah bekerja penuh, dan anak balita masih belum dapat mengurus diri sendiri dengan baik, serta anak balita mulai turun ke tanah sehingga terpapar dengan kondisi yang memungkinkan untuk terinfeksi berbagai macam penyakit (Sediaoetama, 2006). Menurut asumsi peneliti bahwa balita bawah garis merah (BBGM) adalah balita yang ditimbang berat badannya berada pada garis merah atau di bawah garis merah pada KMS. Indikator balita dikatakan berada pada bawah garis merah apabila
30
balita tersebut selama 3 bulan tidak naik berat badannya sesuai dengan umurnya pada KMS balita.
5.3. Hubungan Kepatuhan Ibu pada Anjuran Posyandu dengan Penurunan Jumlah Balita Bawah Garis Merah (BGM) di Desa Laweh Beringin Horas Kecamatan Aceh Tenggara Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 26 orang ibu balita patuh pada anjuran posyandu terdapat mengalami penurunan jumlah balita bawah garis merah sebanyak 23 orang (79,3%) dan tidak mengalami penurunan jumlah balita bawah garis merah sebanyak 6 orang (20,7%). Kemudian dari 25 orang ibu balita tidak patuh pada anjuran posyandu terdapat mengalami penurunan jumlah balita bawah garis merah sebanyak 7 orang (28,0%) dan tidak mengalami penurunan jumlah balita bawah garis merah sebanyak 18 orang (72,0%). Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai < 0,05 maka dapat disimpulkan ada hubungan kepatuhan ibu pada anjuran posyandu dengan penurunan jumlah balita bawah garis merah (BGM) di Desa Laweh Beringin Horas Kecamatan Aceh Tenggara. Mengacu pada hasil penelitian tersebut dapat dijelaskan semakin tinggi kepatuhan ibu pada anjuran posyandu maka akan semakin menurunkan jumkah balita dibawah garis merah (BGM), dan sebaliknya semakin rendah kepatuhan ibu pada anjuran posyandu maka akan semakin menaikkan jumkah balita dibawah garis merah (BGM). Menurut Niven (2002), faktor yang berhubungan dengan ketidaktaatan, secara sejarah, riset tentang ketaatan penderita didasarkan atas pandangan tradisional
31
mengenai penderita sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh. Penderita yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai, dan masalahnya mengidentifikasi kelompok-kelompok penderita yang tidak patuh berdasarkan kelas sosio ekonomi, pendidikan, umur, dan jenis kelamin. Pendidikan penderita dapat meningkatkan kepatuhan, sepanjang bahwa pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku dan kaset oleh penderita secara mandiri. Usaha-usaha ini sedikit berhasil, seorang dapat menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan. Teori-teori yang lebih baru menekankan faktor situasional dan penderita sebagai peserta yang aktif dalam proses pengobatannya. Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai suatu usaha penderita untuk mengendalikan perilakunya, bahkan jika hal tersebut bisa menimbulkan risiko mengenai kesehatannya.
32
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan 1. Kepatuhan ibu pada anjuran
posyandu di Desa Laweh Beringin Horas
Kecamatan Aceh Tenggara dilihat bahwa kepatuhan ibu pada anjuran posyandu di Desa Laweh Beringin Horas Kecamatan Aceh Tenggara lebih banyak dengan patuh sebanyak 29 orang (53,7%) dan lebih sedikit dengan tidak patuh sebanyak 25 orang (46,3%). 2. Penurunan jumlah balita bawah garis merah (BGM) di Desa Laweh Beringin Horas Kecamatan Aceh Tenggara lebih banyak dengan menurun sebanyak 30 orang (55,6%) dan lebih sedikit dengan tidak menurun sebanyak 24 orang (44,4%). 3. Terdapat hubungan kepatuhan ibu pada anjuran posyandu dengan penurunan jumlah balita bawah garis merah (BGM) di Desa Laweh Beringin Horas Kecamatan Aceh Tenggara
6.2. Saran 1. Kepada ibu di Desa Laweh Beringin Horas Kecamatan Aceh Tenggara perlu meningkatkan kepatuhan untuk megikuti posyandu dengan mengikuti penyuluhan yang diadakan petugas kesehatan dan mencari informasi tentang posyandu. 2. Kepada tenaga yang bertugas dengan pelaksanaan posyandu di Desa Laweh Beringin Horas Kecamatan Aceh Tenggara perlu meningkatkan kerjasama kepada 32
33
kader posyandu sehingga kader posyandu lebih meningkatkan motivasi kepada ibu untuk patuh melaksanakan ajuran pada posyandu.
34
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, 1991, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dalam Pemilihan Kontrasepsi,, Jakarta. Akhmadi, 2006, Penilaian Manfaat Ekonomi dan Dukungan Keluarga, Jakarta. Arum S.N.D, dkk., 2009, Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini, Mitra Cendikia, Jogjakarta. As’ari. (2005). Apa itu dukungan sosial. http://www.masbow.com/2009/08/apa-itudukungan-sosial.html, diperoleh tanggal 7 Mei 2011. Augustin R. I., 2000, Urine Device as Mentod of Contraception. University Hospital of Obstetric and Gynecology University of Medicine Cluj- Napoca. Romania. BKKBN, 2003, Informasi Keadilan dan Kesertaan Gender Dalam KB dan Kesehatan Reproduksi, Jakarta. _______, 2006, Kumpulan Data Program Keluarga Berencana Nasional. Jakarta _______, 2009, Journal of Akseptor KB di Indonesia (Internet). Available from : (http://www.bkkbn.com) (Accessed March 15, 2010). _______, 2011, http://www.bkkbn.go.id/siaranpers/Pages/Pemerintah-Beri-InsentifPemasangan-IUD.aspx : tanggal diakses 31 Oktober 2011. _______ Sumut, 2011, http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2011/10/30/ 63562/pentingnya_kb_tren_positif_warga_sumut/#.TyglfPlAHUg : tanggal diakses 01 Pebruari 2012. Effendy, N., 2003. Dasar - dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Jakarta. Gerungan, W.A., 1986, Psikologi Sosial, Eresco, Bandung. Green LW, Krenter MW., 1991, Health Promotion Planning (An Educational and Environmental Approach). 2nd ed.. Mountain View, Calif: Mayfield Publishing Co. Harymawan, 2007, Dukungan Suami dan Keluarga, http://www.infowikipedia.com, diakses pada tanggal 15 Maret 2011
34
35
Hartanto, H., 2004, Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Pusaka Sinar Harapan, Jakarta. Hasibuan, S.E.R, 2001, Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Pemakaian Metoda Kontrasepsi di Kelurahan Sidorame Barat II Kecamatan Medan Perjuangan Kodya Medan Tahun 2001, Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan. Hidayat A. A., 2007, Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisis Data, Salemba Medika, Jakarta. Hidayati R., 2009, Metode dan Tekhnik Penggunaan Alat Kontrasepsi, Salemba Medika, Jakarta. Hutauruk, A., 2006. Hubungan Karakteristik WUS dan Kualitas Pelayanan KB dengan Utilisasi Pelayanan KB di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2006. Tesis Sekolah Pascasarjana USU. Imbarwati, 2009, Beberapa Faktor Yang Berkaitan Dengan Penggunaan KB IUD Pada Peserta KB Non IUD di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang, Tesis Undip, Semarang. Junita T.P., 2008, Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemakaian Alat Kontrasepsi Pada Istri PUS KB di Kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2008, Tesis, Pasca Sarjana USU. Katc,
K., 2000, Apa itu dukungan Sosial Keluarga? Masbob.com/2009/08/, tanggal diakses 25/01/2012.
http:
//www.
Kemendiknas, 2009, http://www.psp.kemdiknas.go.id/?page=sistem, tanggal diakses 13 Feb 2012, 11 : 50. Koentjaraningrat, 2009, Perspektif Budaya, Rajawali Pers, Jakarta. Lemeshow, S. & David W. H. Jr., 1997, Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan (terjemahan), Gadjahmada University Press, Yogyakarta Magadi, M.A., 2003., Trends and Determinants of Contraceptive Method Choice in Kenya. Studies in Family Planning. Manuaba G. I. B., 2010, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta. Maryatun, 2005, Analisis Faktor-Faktor Pada Ibu yang Berpengaruh terhadap Pemakaian Metode Kontrasepsi IUD di Kabupaten Sukoharjo, Skripsi, Stikes Aisyiyah, Surakarta.
36
Mawarni S., 2008, Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Terhadap Pengenalan Tanda dan Gejala Hipertensi Pada Kehamilan di Klinik Fatimah Ali Marendal Medan Tahun 2008, Karya Tulis Ilmiah STIKes Pal Stabat Meilani N., 2010, Pelayanan Keluarga Berencana (dilengkapi dengan penuntun belajar), Fitramaya, Ygyakarta. Mekar,
D. A., 2007, Peran Suami dalam Penggunaan Alat Kontrasepsi Yang Berwawasan Gender, Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 2, Surabaya.
Meutia, 1997, Pengaruh Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Aseptor KB Terhadap Utilitas Alat Kontrasepsi Implant di Kelurahan Kota Matsum-1 Motamadya Medan, Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan. Notoatmodjo S., 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. ____________ , 2007, Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku, Rineka Cipta, Jakarta. ____________ , 2010, Ilmu Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. Nursalam, 2011, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Pedoman Skrpsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta. Pardosi, T.I., 2005, Analis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kemandirian Akseptor KB Aktif dalam Pemanfaatan Program KB Mandiri di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Kec. Medan Baru Kodya Medan Tahun 2005, Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan. Pastuty R., 2005, Hubungan Demand KB dengan Penggunaan Kontrasepsi. Tesis Pasca Sarjana, Program Studi Ilmu Kesehatan MasyarakatUGM, Yogyakarta. Pendit B. U., dkk, 2006, Ragam Metode Kontrasepsi, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta. Pinem S., 2009, Kesehatan Reproduksi & Kontrasepsi, Trans Info Media, Jakarta. Propil Puskesmas Sibolangit Kabupaten Deli Serdang, 2011. Proverawati A., dkk, 2010, Panduan Memilih Kontrasepsi, Lengkap Dengan Panduan Praktek Pemasangan dan penggunaannya, Nuha Medika, Yogyakarta.
37
Purwoko, 2000, Penerimaan Vasektomi dan Sterilisasi Tuba, Tesis, Fakultas Kedokteran Undip, Semarang Riyanto A., 2009, Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan, Mitra Cendika Press, Yogyakarta. Rizma F., 2012, Budaya yang Berpengaruh Terhadap Pemilihan Alat Kontrasepsi, Fakultas Kedokteran Padjadjaran, Bandung. Riwidikdo, H., 2009, Statistik Kesehatan, Mitra Cendika Press, Yogyakarta. Saifuddin, A.B, 2003, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. ____________, 2006, Buku Pedoman Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta. Sarafino, E.P., 2006, Health Psychology Biopsychosocial Interaction, 5th edition, United States of America, Jhon Wiley & Sons. Sarwono P., 2009, Ilmu Kandungan, YBP-SP, Jakarta. Sastroasmoro S., 2008, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Edisi ke-3, Sagung Seto, Jakarta. Sigit K., 2000, Jumlah Anak dan Keinginan Punya Anak terhadap Penggunaan Kontrasepsi Di Propinsi Jawa Tengah, Tesis, Pascasarjana UGM, Yogyakarta. Siswosudarmo H.R., dkk, 2007, Teknologi Kontrasepsi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Soelaeman, 2007, Ilmu Sosial Budaya Dasar, Rafika Aditima, Jakarta. Suhita, 2005, Apa Itu Dukungan Sosial?. ¶ 3. http://masbow.com. Sukanto, S., 2002, Sosial Budaya Dasar, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Suratun, dkk, 2008, Pelayanan Keluarga Berencana & Pelayanan Kontrasepsi, Trans Info Media, Jakarta Taylor, S.E., 2003, Health Psychology, New York : McGraw-Hill Companies. Inc
38
Wijayanti, T., 2004, Studi Kualitatif Alasan Akseptor Laki-Laki Tidak Memilih MOP sebagai Kontrasepsi Pilihan di Desa Timpik kecamatan Susukan kabupaten Semarang, Program Studi D IV Kebidanan Stikes Ngudi Waluyo, Unggran. Winatri W., 2002, Peran Suami pada Istri Dalam Pemilihan ALat Kontrasepsi di Desa Kepatihantulangan Sidoarjo, Skripsi, ITB, Bandung.
39
Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN KEPATUHAN IBU PADA ANJURAN POSYANDU DENGAN PENURUNAN JUMLAH BALITA BAWAH GARIS MERAH (BGM) DI DESA LAWEH BERINGIN HORAS KECAMATAN ACEH TENGGARA
A. Indentitas Responden 1. Nama : ……………. 2. Umur : ……………. 3. Pendidikan : …………….. 4. Pekerjaan : 1. PNS 2. Pegawai Swasta 3. Wirasasta 4. IRT 5. Petani B. Kepatuhan Berilah tanda (√) pada jawaban yang sesuai menurut saudara pada kolom disamping. SS : Sangat Setuju (3) S : Setuju (2) TS : Tidak Setuju (1) Pernyataan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Apakah ibu menjalankan semua anjuran yang disampaikan oleh petugas posyandu. Apakah ibu menjalankan semua nasehat yang disampaikan oleh petugas posyandu. Apakah ibu memberikan makanan tambahan kepada balita seseuai anjuran petugas posyandu. Apakah ibu memberikan multivitamin kepada balita seseuai anjuran petugas posyandu. Apakah ibu memberikan susu formula kepada balita seseuai anjuran petugas posyandu. Apakah ibu selalu datang setiap ada jadwal posyandu Apakah ibu memberikan snack tambahan sesuai anjuran posyandu Apakah ibu berusaha melaksanakan segala aturan yang disampaikan oleh petugas posyandu
SS
S
TS
40
9.
Apakah ibu memberikan pola makan yang baik kepada anak anda sesuai anjuran petugas posyandu? 10. Apakah ibu memberikan tidur siang kepada anak sesuai anjuran petugas posyandu
C. PENURUNAN JUMLAH BALITA BAWAH GARIS MERAH (BGM) 1.
Lihat KMS balita
41
Lampiran 1 Master Tabel Penelitian
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
UmurK 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1
Didik 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 3 1 2 3 2 2 3 3 2
2 2 3 3 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 2 1 2 2 2 2 2 3
3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 3 1 2 1 3 1 2 3 2 2 3 3 2
4 2 2 1 2 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 2 2 1 3 3 2 2 2 2 2 3 2 1 2 2 2 3 2 2
Kepatuhan 5 6 7 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 2 1 2 2 2 3 1 3 3 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 1 3 2 3 2 2 3 1 2 2 2 1 2 2 3 3 2 2 2 3 3 1 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 1 2 2 3 3 3 1 2 1 2 2 2 1 3 2 2 1 2 2 2 1 3 3 2 3 3 2 2 2 2
8 2 2 1 2 1 3 3 3 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 2 2 3 2 3 3 2 1 2 2 2 1 3 2
9 2 3 2 2 1 2 3 3 2 2 1 3 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 1 3 3 1 2 3 2 2 2 1 2
10 2 2 2 2 2 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 3 1 3 2 3 2 2 2 2 3 1
PTOT 21 26 21 21 18 21 27 24 24 21 21 26 23 21 21 24 20 27 27 21 21 21 20 20 30 15 18 23 19 19 24 25 20
PK 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1
BGM 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1
42
34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
2 2 3 2 2 3 3 1 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2
2 2 3 2 3 2 3 2 3 2 1 2 2 3 3 2 2 2 3 2 3
2 2 3 2 1 2 2 3 3 2 3 2 1 2 2 3 2 2 3 2 2
2 2 2 3 3 2 3 2 3 1 2 2 2 2 2 1 3 2 2 3 2
1 2 2 3 2 3 2 3 1 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2
2 3 2 2 3 2 2 3 3 3 2 2 2 3 2 1 2 3 1 2 2
2 2 2 3 2 2 3 3 3 2 3 2 2 1 2 2 3 2 1 3 2
2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 1 2 3 2 2 2 3 3 3 3
2 2 3 2 3 2 2 2 1 2 3 2 2 3 2 2 2 2 1 2 3
2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 1 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2
19 21 24 23 24 25 25 24 23 24 23 19 19 24 23 19 23 24 23 23 23
1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0
0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0
43
Frequencies Umur Frequency Valid
<19 dan 35 Tahun 19-35 Tahun Total
Percent 9.3 90.7 100.0
5 49 54
Valid Percent 9.3 90.7 100.0
Cumulative Percent 9.3 100.0
Pendidikan Frequency Valid
Tinggi Dasar dan Menengah Total
Percent 5.6 94.4 100.0
3 51 54
Valid Percent 5.6 94.4 100.0
Cumulative Percent 5.6 100.0
k1 Frequency Valid
1 2 3 Total
Percent 2 28 24 54
Valid Percent
3.7 51.9 44.4 100.0
3.7 51.9 44.4 100.0
Cumulative Percent 3.7 55.6 100.0
k2 Frequency Valid
1 2 3 Total
Percent
Valid Percent
2
3.7
3.7
33 19 54
61.1 35.2 100.0
61.1 35.2 100.0
Cumulative Percent 3.7 64.8 100.0
K3 Frequency Valid
1 2 3 Total
Percent
Valid Percent
5
9.3
9.3
34 15 54
63.0 27.8 100.0
63.0 27.8 100.0
Cumulative Percent 9.3 72.2 100.0
44
k4 Frequency Valid
1 2 3 Total
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent 9.3
5
9.3
9.3
35 14 54
64.8 25.9 100.0
64.8 25.9 100.0
74.1 100.0
Valid Percent 13.0 51.9 35.2 100.0
Cumulative Percent 13.0 64.8 100.0
Valid Percent
Cumulative Percent 7.4
k5 Frequency Valid
1 2 3 Total
7 28 19 54
Percent 13.0 51.9 35.2 100.0
k6 Frequency Valid
1 2 3 Total
Percent 4
7.4
7.4
31 19 54
57.4 35.2 100.0
57.4 35.2 100.0
64.8 100.0
Valid Percent 13.0 59.3 27.8 100.0
Cumulative Percent 13.0 72.2 100.0
Valid Percent
Cumulative Percent 9.3 61.1 100.0
k7 Frequency Valid
1 2 3 Total
7 32 15 54
Percent 13.0 59.3 27.8 100.0
k8 Frequency Valid
1 2 3 Total
Percent 5 28 21 54
9.3 51.9 38.9 100.0
9.3 51.9 38.9 100.0
45
k9 Frequency Valid
1 2 3 Total
7 32 15 54
Percent 13.0 59.3 27.8 100.0
Valid Percent 13.0 59.3 27.8 100.0
Cumulative Percent 13.0 72.2 100.0
Valid Percent
Cumulative Percent 9.3
K10 Frequency Valid
1 2 3 Total
Percent 5
9.3
9.3
39 10 54
72.2 18.5 100.0
72.2 18.5 100.0
81.5 100.0
Valid Percent 53.7 46.3 100.0
Cumulative Percent 53.7 100.0
Kepatuhan Frequency Valid
Patuh Tidak Patuh Total
29 25 54
Percent 53.7 46.3 100.0
Penurunan Balita BGM
Valid
Menurun Tidak Menurun Total
Frequency 30 24 54
Percent 55.6 44.4 100.0
Valid Percent 55.6 44.4 100.0
Cumulative Percent 55.6 100.0
46
Crosstabs Kepatuhan * Pemanfaatan Posyandu
Crosstab
Kepatuhan
Patuh
Tidak Patuh Total
Continuity Correction Likelihood Ratio
Count Expected Count % within Kepatuhan Count Expected Count % within Kepatuhan Count Expected Count % within Kepatuhan
Value a 14.316
Pearson Chi-Square b
Penurunan Menurun Tidak Menurun 23 6 16.1 12.9 79.3% 20.7% 7 18 13.9 11.1 28.0% 72.0% 30 24 30.0 24.0 55.6% 44.4%
Chi-Square Tests Asymp. Sig. df (2-sided) 1 .000
12.313
1
.000
14.975
1
.000
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Exact Sig. (2sided)
1
29 29.0 100.0% 25 25.0 100.0% 54 54.0 100.0%
Exact Sig. (1sided)
.000 14.050
Total
.000
54
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.11. b. Computed only for a 2x2 table
.000