BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan tolak ukur keberhasilan pembangunan kesehatan masyarakat, dimana angka kematian bayi di Indonesia masih tinggi yaitu 32/1000 kelahiran hidup dimana target Millennium Development Goals (MDGs) adalah 23/1000 kelahiran hidup. Menurut World Health Organization (WHO), di seluruh dunia lahir sekitar 20 juta bayi berat lahir rendah dan 19 juta diantaranya lahir di negara berkembang dengan angka insiden antara 11% sampai 31% (Kemenkes RI, 2010). Bayi berat lahir rendah (BBLR) sampai saat ini masih menjadi penyebab kematian perinatal terbesar. Kelahiran BBLR masih tinggi di negara berkembang.
Data hasil
Riskesdas 2007 menunjukkan 78,5% kematian neonatal terjadi pada umur 0-6 hari dengan penyebab kematian di antaranya adalah bayi berat lahir rendah sebesar 32,4%. Hasil Riskesdas 2013 prevalensi BBLR di Indonesia sebesar 10,2% , sedangkan di Propinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 12,5% dari kelahiran hidup. Angka kematian bayi di Indonesia sebesar 32/1000 kelahiran hidup dan di Propinsi NTB sebesar 57/1000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2012), dimana dari 1220 kematian bayi, kematian BBLR sebanyak 501 orang (41%) (Dinas Kesehatan Propinsi NTB, 2013). Angka kematian bayi oleh karena BBLR di Kabupaten Lombok Timur cenderung meningkat. Prevalensi
BBLR tahun 2012 sebesar 5,7%
dengan
jumlah kematian sebanyak 157 orang (18%) dari total kasus 869 (Dinas
1
2
Kesehatan Kabupaten Lombok Timur 2012). Prevalensi BBLR tahun 2013 sebesar 5,6%, dengan jumlah kematian
sebanyak 229 orang (26,1%) dari 875
kasus BBLR yang ada (Dinas Kesehatan Lombok Timur, 2013). Kasus BBLR yang dirawat di ruang Neonatal Intensife Care Unit (NICU) Rumah Sakit Umum Daerah dr.R.Soedjono Kabupaten Lombok Timur baik yang lahir di rumah sakit maupun rujukan puskesmas tahun 2012 sebanyak 694 kasus dan meninggal 172 orang (24,7%). Tahun 2013 sebanyak 756 kasus dan meninggal
201 orang
(26,5%), sampai dengan bulan Juni 2014 sebanyak 348 kasus dan meninggal 148 orang (42,5%). Data Riskesdas 2013 menunjukkan penggunaan bahan bakar tidak aman (minyak tanah, arang dan kayu bakar) di Indonesia sebesar 35,9%, di Propinsi NTB sebesar 65% , sedangkan untuk prevalensi merokok umur ≥ 15 tahun di Indonesia sebesar 36,3% dan di Propinsi NTB sebesar 40%. Penggunaan bahan bakar tidak aman (minyak tanah, arang dan kayu bakar) di Kabupaten Lombok Timur sebesar 87,9%. Prevalensi merokok umur ≥ 15 tahun di Kabupaten Lombok Timur sebesar 30,6% dengan merokok di dalam rumah sebanyak 87,4% (Kemenkes RI, 2008). Bayi berat lahir rendah dapat disebabkan oleh faktor ibu, faktor janin, dan faktor lingkungan. Faktor ibu meliputi umur ibu, jarak kelahiran terlalu dekat, status gizi, kehamilan kembar, paritas, status ekonomi, pendidikan, dan pekerjaan ibu . Faktor janin yang memengaruhi BBLR yaitu cacat bawaan dan infeksi dalam rahim. Faktor lingkungan adalah ibu yang tinggal di dataran tinggi, terkena radiasi dan terpapapr zat beracun (Proverawati, 2010). Kejadian BBLR
3
dapat menimbulkan berbagai akibat yang berkaitan dengan peningkatan kualitas bangsa di masa depan, maka perlu upaya untuk menurunkan angka BBLR. Angka kematian bayi merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapatkan perhatian pemerintah. Angka kematian neonatal di Kabupaten Lombok Timur tertinggi di pulau Lombok. Salah satu penyebab tingginya angka kematian neonatal ini adalah BBLR. Prevalensi BBLR di Kabupaten Lombok Timur tahun 2013 sebesar 5,6% dengan angka kematian neonatal sebesar 17/1000 kelahiran hidup. Hal ini didukung oleh kondisi kesehatan ibu dan anak yang ada di Kabupaten Lombok Timur antara lain dari 30.074 ibu hamil terdapat 2664 ibu hamil anemia (8,9%) dan 3379 ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) 11,2%, cakupan kunjungan ke empat ibu hamil 90,2% dari target 95%, sedangkan jumlah balita gizi buruk sebanyak 226 orang (Dinas Kesehatan Lombok Timur, 2013). Upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah antara lain kebijakan kemudahan penjangkauan akses tempat pelayanan dengan
pembangunan pos
kesehatan desa (Poskesdes) dan penempatan bidan di setiap desa, peningkatan kemampuan dan kapasitas petugas dalam hal ini bidan
untuk
penanganan
kegawatdaruratan pada bayi baru lahir baik di tingkat pelayanaan dasar maupun pelayanan rujukan melalui pelatihan Pedoman Penanganan Gawat Darurat Obstetri dan Neonatal (PPGD-ON) dan Penanganan Obstetri Neonatal Esensial Dasar (PONED) serta berbagai intervensi lainnya (Kemenkes RI, 2011). Upaya percepatan penurunan angka kematian bayi telah banyak dilakukan namun
4
angka kematian bayi di Kabupaten Lombok Timur belum menunjukkan penurunan yang signifikan yaitu 25/1000 kelahiran hidup. Berdasarkan tingginya kematian neonatal di Kabupaten Lombok Timur dan banyaknya kasus BBLR yang dirawat di ruang NICU RSUD dr.R.Soedjono serta beberapa hasil penelitian terdahulu peneliti tertarik meneliti jarak kelahiran, riwayat Ante Natal Care, penghasilan, paparan asap rokok, paparan asap kayu bakar, paparan asap obat anti nyamuk bakar, status KEK dan status anemia sebagai faktor risiko terhadap kejadian BBLR di RSUD dr.R.Soedjono, dengan harapan dapat meningkatkan kualitas pelayanan dan
deteksi dini terhadap
kejadian BBLR. 1.2 Rumusan Masalah. Berbagai penelitian telah banyak dilakukan untuk melihat faktor risiko yang menyebabkan terjadinya BBLR.
Berdasarkan latar belakang dan
permasalahan yang ada dapat dibuat sebuah rumusan masalah penelitian dalam bentuk pertanyaan penelitian seperti diuraikan berikut ini. 1. Apakah jarak
kelahiran kurang dari dua tahun
merupakan faktor risiko
terhadap kejadian bayi berat lahir rendah ? 2. Apakah riwayat ante natal care kurang dari empat kali merupakan faktor risiko terhadap kejadian bayi berat lahir rendah ? 3. Apakah penghasilan rendah kurang dari Rp.1.330.000 merupakan faktor risiko terhadap kejadian bayi berat lahir rendah ? 4. Apakah paparan asap rokok merupakan faktor risiko terhadap kejadian bayi berat lahir rendah ?
5
5. Apakah paparan asap kayu bakar merupakan faktor risiko terhadap kejadian bayi berat lahir rendah ? 6. Apakah paparan asap obat anti nyamuk bakar merupakan faktor risiko terhadap kejadian bayi berat lahir rendah ? 7. Apakah status KEK merupakan faktor risiko terhadap kejadian bayi berat lahir rendah ? 8. Apakah status anemia merupakan faktor risiko terhadap kejadian bayi berat lahir rendah ? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1
Tujuan Umum Penelitian ini mempunyai tujuan umum untuk mengetahui faktor risiko
kejadian bayi berat lahir rendah di Rumah Sakit Umum Daerah dr.R.Soedjono Kabupaten Lombok Timur. 1.3.2
Tujuan Khusus
Tujuan khusus pada penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Risiko Jarak kelahiran kurang dari dua tahun terhadap kejadian bayi berat lahir rendah. 2. Risiko riwayat ante natal care kurang dari empat kali terhadap kejadian bayi berat lahir rendah. 3. Risiko penghasilan rendah kurang dari Rp.1.330.000 terhadap kejadian bayi berat lahir rendah. 4. Risiko paparan asap rokok terhadap kejadian bayi berat lahir rendah. 5. Risiko paparan asap kayu bakar terhadap kejadian bayi berat lahir rendah.
6
6. Risiko paparan asap obat anti nyamuk bakar terhadap kejadian bayi berat lahir rendah. 7. Risiko status KEK terhadap kejadian bayi berat lahir rendah. 8. Risiko status anemia terhadap kejadian bayi berat lahir rendah. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Praktis 1. Untuk pemerintah Dapat dijadikan informasi/masukan bagi dinas kesehatan agar petugas kesehatan yang ada khususnya bidan dapat meningkatkan promosi kesehatan tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan dan peningkatan kualitas pelayanan pemeriksaan kehamilan baik di Rumah Sakit Umum dr.R.Soedjono maupun di puskesmas, poskesdes dan posyandu sehingga dapat dilakukan deteksi dini terjadinya BBLR. 2. Untuk masyarakat Masyarakat bisa mendapatkan informasi dari hasil penelitian yang dilakukan, khususnya
ibu hamil agar melakukan pemeriksaan kehamilan
lebih awal dan teratur serta melakukan perawatan kehamilan sehingga kelahiran BBLR dapat dicegah. 1.4.2 Manfaat Akademis Hasil penelitian dapat dimanfaatkan sebagai data dasar penelitian selanjutnya dengan sampel yang lebih besar, dengan rancangan penelitian yang berbeda,
sehingga mendapatkan informasi yang lebih jelas terkait
faktor risiko terhadap kejadian BBLR.