BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelangsungan hidup anak dapat ditunjukkan melalui Angka Kematian Bayi (AKB) dalam suatu negara. Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan banyaknya kematian bayi berusia dibawah satu tahun per 1000 kelahiran hidup pada suatu tahun merupakan salah satu indikator utama derajat
kesehatan
masyarakat.
Angka
kematian
neonatal
(AKN)
merupakan penyumbang terbesar AKB di Indonesia, sebanyak 59,4% kematian bayi dan 47,5% kematian balita terjadi pada usia neonatal (SDKI, 2012). Kematian bayi baru lahir di Indonesia terutama disebabkan oleh prematuritas (32%), asfiksia (30%), infeksi (22%), kelainan kongenital (7%), lain-lain (9%) (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Kematian bayi cukup bulan disebabkan oleh asfiksia lahir, anomali kongenital, trauma lahir, infeksi, makrosomia, pneumonia aspirasi mekonium, hypertension
dan
hipertensi
(Nelson,
paru
2011).
persisten/persistent Makrosomia
pulmonary
digunakan
untuk
menggambarkan janin (neonatus) yang berat lahirnya lebih dari 4000 gram (Cunningham, 2006). Makrosomia adalah bayi baru lahir dengan berat badan >4000 gram (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Semua bayi dengan berat badan 4000 gram atau lebih tanpa memandang umur kehamilan dianggap sebagai makrosomia (Cunningham, 2005).
1
2
Bayi dengan berat antara 4000 sampai dengan 4500 gram memiliki risiko kematian lebih besar dibandingkan bayi baru lahir dengan berat normal (Current, 2007). Meningkatnya risiko kematian bayi dengan makrosomia disebabkan oleh komplikasi yang mungkin akan dialami bayi seperti hipoglikemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, trombositopenia, policitemia, dan sindrom gangguan pernapasan (Perry, 2010). Kematian bayi akibat makrosomia disebabkan oleh komplikasi-komplikasi pada saat keluaran perinatal seperti distosia bahu, Apgar skor rendah, dan asfiksia (Ezegwui, 2011). Bayi yang memiliki berat badan lebih dari sama dengan 4000 gram juga meningkatkan risiko beberapa penyakit ketika dewasa misalnya kanker payudara pada wanita dan diabetes mellitus tipe 2 (Rode, 2007). Angka kejadian makrosomia cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Dari 2-3 dekade terakhir dari berbagai populasi terjadi peningkatan sebanyak 15%-20% wanita melahirkan dengan makrosomia. Proporsi makrosomia tiap populasi bervariasi pada tiap populasi antara 5%-20% (Henriksen, 2008). Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pandan Arang merupakan rumah sakit kelas C milik pemerintah daerah yang berada di daerah Boyolali Jawa Tengah dengan fasilitas pelayanan yang cukup lengkap. Pelayanan kesehatan di rumah sakit tersebut terdiri dari pelayanan rawat jalan dan rawat inap. Ruang perawatan rawat inap terdiri dari VIP, kelas I, kelas II, kelas III. Dalam rumah sakit tersebut terdapat
3
bangsal Perinatologi, yaitu 3 kamar bayi risiko tinggi yang didalamnya terdapat fasilitas penunjang yang lengkap untuk penanganan bayi risiko tinggi. Data yang diperoleh dari RSUD Pandan Arang pada bulan Januari 2015 sampai dengan Desember 2015, angka kejadian bayi baru lahir sebanyak 842 kelahiran. Dari angka kelahiran tersebut terdapat 340 kejadian bayi baru lahir dengan risiko tinggi, dan terdapat 30 (8,82%) kejadian bayi baru lahir dengan makrosomia. Studi Kasus serupa pernah diteliti oleh Tasripin (2012) dengan judul Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Bayi Ny. R dengan Makrosomia di Ruang Perinatologi RSUD Pandan Arang Boyolali. Perbedaan studi kasus ini dengan studi kasus yang pernah dilakukan sebelumnya yaitu waktu, responden dan penyakit yang menyertai kasus tersebut sehingga diharapkan dengan studi kasus ini didapatkan hasil yang berbeda. Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik mengambil studi kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Bayi Ny. D Umur 2 Jam dengan Makrosomia di Perinatologi RSUD Pandan Arang Boyolali”. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat merumuskan masalah “Bagaimana Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny D Umur 2 Jam dengan Makrosomia di Perinatologi RSUD Pandan Arang Boyolali ?“
4
C. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk mempelajari dan memahami asuhan kebidanan pada bayi Ny D umur 2 jam dengan makrosomia di Perinatologi RSUD Pandan Arang Boyolali. 2. Tujuan Khusus Penulis dapat melakukan: a.
Pengumpulan data dasar secara subjektif dan objektif pada bayi baru lahir Ny. D dengan makrosomia.
b.
Interpretasi data klien pada bayi baru lahir Ny. D dengan makrosomia.
c.
Diagnosis potensial dan antisipasi yang harus dilakukan bidan pada bayi baru lahir Ny. D dengan makrosomia.
d.
Kebutuhan / tindakan segera untuk konsultasi, kolaborasi, merujuk bayi baru lahir Ny. D dengan makrosomia.
e.
Rencana asuhan kebidanan untuk bayi baru lahir Ny. D dengan makrosomia.
f.
Pelaksanaan tindakan untuk bayi baru lahir Ny. D dengan makrosomia.
g.
Evaluasi efektivitas asuhan yang diberikan dan memperbaiki tindakan yang dipandang perlu.
h.
Identifikasi kesenjangan antara teori yang ada dengan praktik yang dilaksanakan di perinatologi RSUD Pandan Arang.
5
D. Manfaat Manfaat secara aplikatif penelitian studi kasus ini antara lain: 1. Institusi Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan atau sumber referensi untuk penanganan kasus bayi baru lahir dengan makrosomia di Perinatologi RSUD Pandan Arang Boyolali. 2. Profesi Dapat dimanfaatkan untuk penyempurnaan layanan bagi profesi bidan dalam asuhan kebidanan bayi baru lahir dengan makrosomia. 3. Klien dan masyarakat Agar klien maupun masyarakat dapat mendapatkan pelayanan secara optimal khususnya dalam kasus bayi baru lahir dengan makrosomia.