BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Ukuran keberhasilan suatu pelayanan kesehatan tercermin dari penurunan angka kematian ibu (AKI) dan bayi sampai pada batas angka terendah yang dapat dicapai sesuai dengan kondisi, situasi setempat, dan waktu. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, AKI di Indonesia masih yang tertinggi di ASEAN yang melonjak sangat signifikan pada angka 359 per 100.000 kelahiran hidup atau setiap jam terdapat 2 orang ibu bersalin meninggal karena berbagai sebab (BKKBN, 2013). Jumlah AKI di Jatim pada tahun 2012 yaitu 97,47 per 100.000 turun menjadi 97,39 per 100.000 kelahiran hidup di tahun 2013 ini. (Dinkes Jatim, 2013). Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia menurut WHO tahun 2013 adalah 34 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian bayi baru lahir adalah 19 per 1000 kelahiran hidup. Jika angka kelahiran hidup di Indonesia sekitar 5 juta per tahun dan angka kematian bayi baru lahir adalah 19 per 1000 kelahiran hidup, berarti sama halnya dengan setiap hari 246 bayi meninggal, setiap satu jam 10 bayi Indonesia meninggal, dan setiap enam menit satu bayi Indonesia meninggal. Diantara seluruh kematian neonatus, 75% terjadi pada minggu pertama kehidupan, dan dari jumlah kematian tersebut, 25-45% terjadi dalam 24 jam pertama.
1
2
Masa neonatus merupakan waktu yang sangat rentan pada bayi yang sedang menyempurnakan penyesuaian fisiologis yang diperlukan untuk kehidupan di ekstra uterin. Berdasarkan dari data World Health Organitation (WHO) didapatkan hampir semua (98%) dari lima juta kematian neonatus terjadi di negara berkembang. Lebih dari dua pertiga kematian itu terjadi pada periode perinatal. Menurut Depkes RI infeksi yang tersering terjadi pada neonatus adalah sepsis neonaturum. Angka kematian akibat sepsis neonatorum cukup tinggi (13-50%) dari angka kematian bayi baru lahir. Lebih kurang (2%) janin dapat terinfeksi in utero dan (10%) bayi baru lahir terinfeksi selama persalinan atau dalam bulan pertama kehidupan. Infeksi pada neonatus merupakan sebab yang penting terhadap terjadinya mortalitas selama periode ini. (Depkes RI, 2009) Dalam laporan WHO yang dikutip dari State of the world’s mother 2007 (data tahun 2000-2003) dikemukakan bahwa 36% dari kematian neonatus disebabkan oleh peyakit infeksi, di antaranya sepsis, pneumonia dan diare. Sepsis neonaturum dapat disebabkan oleh berbagai penyebab diantaranya persalinan lama, persalinan prematur, demam maternal dan salah satunya adalah ketuban pecah dini. Ketuban pecah dini merupakan salah satu faktor resiko terjadinya infeksi pada ibu maupun pada neonatus yang sangat besar dan potensiil, oleh karena itu, tatalaksana ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang optimal sehingga dapat menurunkan kejadian persalinan prematuritas dan infeksi
3
dalam rahim (Manuaba, 2012). Bila persalinan tertunda sampai 24 jam kemungkinan terjadi infeksi sangat besar (Depkes RI, 2009). Menurut World Health Organization (WHO), memperkirakan Angka Kematian Ibu tahun 2010 lebih dari 300-400/100.000 kelahiran hidup, yang disebabkan oleh perdarahan 28%, ketuban pecah dini 20%, eklampsia 12%, abortus 13%, partus larna 18%, dan penyebab lainnya 2%. Insidensi ketuban pecah dini berkisar antara 6 – 19% dari seluruh kehamilan (Walsh, 2008). Ketuban pecah dini sering kali menimbulkan konsekuensi yang dapat menimbulkan morbiditas dan mortalitas pada ibu maupun bayi terutama kematian perinatal yang cukup tinggi (Norwitz dan Schorge, 2008). Menurut Dinkes Kabupaten Ponorogo (2013), angka kematian bayi menunjukkan 27 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian neonatus di Ponorogo salah satunya disebabkan oleh infeksi yaitu sebesar (1,46%) dari seluruh penyebab kematian pada neonatus. Prevalensi ketuban pecah dini adalah (5,25%) dari seluruh jumlah persalinan (Dinkes Kabupaten Ponorogo, 2013). Berdasarkan Rekam Medis di Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Ponorogo, dimana angka kejadian ibu dengan ketuban pecah dini aterm mengalami peningkatan dalam tiga tahun terakhir ini. Pada tahun 2012 mencapai angka insiden tertinggi yaitu (20,83%) dari seluruh kehamilan yang ada, sedangkan insiden infeksi neonatus sebesar (1,03%) dari seluruh penyebab morbiditas pada neonatus yang ada di Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Ponorogo
4
Mengingat besarnya komplikasi Ketuban Pecah Dini yang dapat membahayakan ibu dan bayi maka perlu kiranya diteliti lebih lanjut mengenai hubungan lama pecahnya ketuban dengan kejadian infeksi perinatal pada pasien ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Ponorogo yang merupakan rumah sakit rujukan di kabupaten Ponorogo dan data yang menunjukkan prevalensi ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Ponorogo cukup banyak.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat ditarik suatu rumusan masalah yaitu “Adakah hubungan antara lama pecahnya ketuban dengan kejadian infeksi perinatal pada pasien ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Ponorogo tahun 2013?”.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara lama pecahnya ketuban dengan kejadian infeksi perinatal pada pasien ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Ponorogo tahun 2013.
5
1.3.2 Tujuan khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui insiden ibu yang melahirkan dengan ketuban pecah dini <12 jam dan ≥12 jam di Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Ponorogo tahun 2013. 2. Untuk mengetahui insiden kasus infeksi perinatal yang disebabkan oleh ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Ponorogo tahun 2013.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademik 1. Menambah wawasan dan khasanah ilmu pengetahuan kedokteran. 2. Sebagai dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan lama pecahnya ketuban dan infeksi perinatal. 1.4.2 Manfaat klinis Diharapkan dapat menjadi masukan bagi rumah sakit untuk mengetahui antara lama pecahnya ketuban dengan kejadian infeksi perinatal dan mengatasi supaya tidak terjadi komplikasi yang ditimbulkan. 1.4.3 Manfaat bagi Masyarakat Diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang hubungan antara lama pecahnya ketuban dengan kejadian infeksi perinatal pada pasien ketuban pecah dini.