BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua
komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat setinggi - tingginya dapat terwujud. Dalam menentukan derajat kesehatan di Indonesia, terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan antara, lain angka kematian bayi, angka kesakitan bayi, status gizi dan angka harapan hidup (Depkes RI, 2009). Salah satu strategi pembangunan kesehatan nasional untuk mewujudkan semua rakyat sehat adalah menerapkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan yang berarti setiap upaya program harus mempunyai kontribusi positif terhadap terbentuknya lingkungan yang sehat dan perilaku sehat. Sebagai acuan pembangunan kesehatan mengacu kepada konsep “Paradigma Sehat”, yaitu pembangunan kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif) dibandingkan upaya penyembuhan/pengobatan (kuratif)
dan
pemulihan
(rehabilitatif)
secara
menyeluruh,
terpadu,
dan
berkesinambungan. Menurut Undang - undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, paradigma sehat lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitatif. Salah satu upaya tersebut dilaksanakan melalui program imunisasi (Kemenkes RI,2009). Penyakit menular masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di indonesia dan masih sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa ( KLB ). Penyakit campak 1 Universitas Sumatera Utara
2
dikenal juga sebagai morbili atau measles, merupakan penyakit yang sangat menular yang disebabkan karena virus, campak biasanya banyak menyerang kelompok umur anak – anak ( balita dan anak usia sekolah ) karena kondisi tubuhnya yang masih labil sehingga rentan akan suatu penyakit. Penyebab penyakit campak adalah paramyxoviridae jenis morbillivirus yang mudah mati karena panas dan cahaya. Cara penularan penyakit virus adalah penularan dari orang ke orang melalui percikan ludah dan transmisi melalui udara dengan penyebaran droplet, kontak langsung, melalui sekret hidung atau tenggorokan dari orang – orang yang terinfeksi (Depkes RI, 2009). Campak adalah penyakit yang sangat potensial untuk menimbulkan wabah. Penyakit ini dapat dicegah dengan pemberian imunisasi Campak. Tanpa program imunisasi Campak Attack Rate 93,5 per 100.000 jiwa. Kasus Campak dengan gizi buruk akan meningkatkan Case Fatalityn Rate (CFR). Masalah kematian Campak di dunia yang dilaporkan pada tahun 2002 sebanyak 777.000 jiwa. Dari jumlah itu 202.000 diantaranya berasal dari negara ASEAN serta 15% kematian Campak tersebut berasal dari Indonesia (Depkes RI, 2009). Insiden Campak di Benua Eropa berdasarkan data Eurosurveillance pada tahun 2002 yaitu, Germany 5,6 per 100.000 penduduk, Italia 8,79 per 100.000 penduduk, Spanyol 0,20 per 100.000 penduduk dan Denmark 0,60 per 100.000 penduduk Di negara-negara berkembang penyakit Campak merupakan penyakit endemis.Di India insiden Campak tahun 2002 sebanyak 39,1 per 100.000 penduduk, di China terdapat 47,7 per 100.000 penduduk, di Malaysia terdapat 2,27 per 100.000 penduduk (Eurosurveillance, 2003).
Universitas Sumatera Utara
3
Indonesia termasuk salah satu dari 47 negara dengan kasus campak terbesar di dunia. Berdasarkan rekomendasi dari WHO, bagi Negara yang masih banyak di temukan kasus campak, maka diharapkan untuk melaksanakan kampanye campak. Program imunisasi campak di Indonesia dimulai sejak tahun 1982. Dan pada tahun 1991 berhasil dicapai status imunisasi dasar lengkap atau Universal Child Imunization (UCI) secara nasional. Sejak tahun 2000 imunisasi kesempatan kedua diberikan kepada anak sekolah kelas I – VI secara bertahap yang kemudian dilanjutkan dengan pemberian imunisasi campak secara rutin kepada anak sekolah dasar kelas I SD (BIAS). Untuk mempercepat tercapainya perlindungan campak pada anak, sejak tahun 2005 sampai agustus 2007 dilakukan kegiatan crash program campak terhadap anak usia 6 – 59 bulan (Kemenkes RI,2010). Di Indonesia, secara nasional selama tahun 2004 frekuensi Kejadian Luar Biasa (KLB) Campak menempati urutan kedua setelah DBD. KLB Campak Tahun 2004 terjadi sebanyak 97 kali dengan jumlah kasus sebanyak 2.818 dan 44 kematian atau CFR 1,56% (Bambang, 2008). Penyakit Campak sampai tahun 2006 masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di propinsi Sumatera Utara. Selama tahun 2006 terjadi 2.428 kasus Campak. Kasus penyakit Campak banyak diderita anak-anak usia 12 tahun ke bawah. Data profil Kesehatan Propinsi Sumatera Utara tahun 2008, di Kabupaten Langkat terdapat 130 kasus dan mencapai puncaknya pada bulan Agustus hingga daerah tersebut ditetapkan sebagai daerah KLB Campak. Kabupaten Batu Bara terdapat 47 kasus dan diKecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas terdapat 169 kasus Campak (Dinkes Sumut, 2010).
Universitas Sumatera Utara
4
Pada tahun 2005 – 2007 telah dilaksanakan 5 kali kampanye campak di Indonesia. Sejak dilakukan kegiatan ini, Angka kematian penderita campak diharapkan menurun sehingga upaya program pemberantasan campak dari tahap reduksi mulai diarahkan kepada tahap eliminasi dengan penguatan strategi imunisasi dan surveilans berbasis kasus individu (case based) (Dinkes Sumut, 2010). Hal ini pernah dialami di desa Hutaimbaru Kecamatan Barumun, didapatkan 7 penderita campak pada tahun 2012. Jarak puskesmas Tanjung Botung ke Dinas Kesehatan daerah Kabupaten Padang Lawas sekitar 3 km dan jarak Puskesmas Tanjung Botung ke lokasi KLB (desa Hutaimbaru) berjarak 4 km. Akses ke lokasi KLB dapat ditempuh dengan kendaraan roda 2 atau roda 4 dengan lama perjalanan 20 menit karena jalan yang bergelombang dan tidak rata. Lingkungan kurang bersih, berdebu, dan banyak genangan air dilingkungan sekitar rumah penduduk. Lingkungan merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan penyebaran penyakit campak. Visi Indonesia sehat adalah terciptanya lingkungan kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat, terwujutnya perilaku yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, serta mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu tanpa adanya hambatan baik yang bersifat ekonomi maupun non ekonomi, tersedianya pelayanan kesehatan bermutu, dan meningkatnya derajat kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat dapat ditingkatkan secara optimal (Depkes RI, 2009). Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi penyebaran penyakit yaitu kepadatan hunian yaitu misalnya luas ruang tidur 8 m 2 dan tidak dianjurkan lebih dari 2 orang dalam ruang tidur. Ventilasi yaitu dengan luas penghawan alamiah yang
Universitas Sumatera Utara
5
permanen minimal 10 % dari luas lantai, dan pencahayaan alam atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi seluruh ruangan minimal 60 lux, dapat digunakan untuk membaca normal dan tidak menyilaukan. Selain itu cakupan imunisasi campak yang rendah menjadi salah satu faktor terjadinya Campak, imunisasi Campak di berikan pada bayi usia 9 – 11 bulan (Dinkes Sumut, 2010). Wilayah Desa Hutaimbaru yang sulit dijangkau dari puskesmas dikarenakan masyarakat tidak semuanya mempunyai kendaraan, sehingga wilayah ini terkesan terpencil dibanding daerah lainnya. Wilayah Desa Hutaimbaru yang luas dan kepadatan penduduk kecil di tandai jarak antar rumah yang berjauhan dan berkelompok antara 6 – 10 rumah dengan kondisi rumah tidak permanen dan semi permanen, serta masih menggunakan sarana mandi bersama, Kondisi ini mengakibatkan warga masyarakat yang jauh dari posyandu malas berkunjung ke posyandu untuk mengimunisasi anaknya (Dinkes Sumut,2010). Kelompok umur tertinggi yang menderita campak berada pada kelompok 1 – 4 tahun dan 5 – 9 tahun. Sehingga dapat di analisi mengenai cakupan imunisai campak minimal 4 tahun yang lalu ( 2008 kebawah ). Cakupan imuniasi campak di desa Hutaimbaru masih rendah yaitu pada tahun 2009 mencapai 79%, pada tahun 2010 hanya mencapai target 71%, pada tahun 2011 mencapai 77%, 80 % pada tahun 2012 dan tahun 2013 baru mencapai 56 % pertanggal 2 Agustus 2013 (Kemenkes, 2013). 1.2
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah adalah
bagaimana Hubungan Lingkungan rumah dan Status Imunisasi terhadap kejadian
Universitas Sumatera Utara
6
Campak, dilihat dari kondisi lingkungan rumah dan status imunisasi pada balita dan anak usia sekolah yang masih rendah di di desa Hutaimbaru Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas tahun 2013. 1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum Untuk mengetahui adanya hubungan antara lingkungan rumah dan status
imunisasi terhadap kejadian Campak di desa Hutaimbaru Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas tahun 2013. 1.3.2
Tujuan Khusus
1. Mengetahui Kepadatan Hunian, Ventilasi dan Pencahayaan di desa Hutaimbaru Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas tahun 2013. 2. Mengetahui status imunisasi Campak pada balita dan anak usia sekolah di desa Hutaimbaru Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas tahun 2013. 3. Mengetahui kejadian Campak pada balita dan anak usia sekolah di desa Hutaimbaru Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas tahun 2013. 4. Mengetahui hubungan Kepadatan Hunian dengan kejadian penyakit campak pada balita dan anak usia sekolah di desa Hutaimbaru Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas tahun 2013. 5. Mengetahui hubungan Ventilasi dengan kejadian penyakit campak pada balita dan anak usia sekolah di desa Hutaimbaru Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas tahun 2013.
Universitas Sumatera Utara
7
6. Mengetahui hubungan Pencahayaan dengan kejadian penyakit campak pada balita dan anak usia sekolah di desa Hutaimbaru Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas tahun 2013. 7. Mengetahui hubungan Status Imunisasi Campak pada balita dan anak usia sekolah dengan kejadian penyakit Campak di desa Hutaimbaru Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas tahun 2013. 1.4
Manfaat Penelitian
1. Menambah pengetahuan dan kemampuan penulis dalam usaha menerapkan disiplin ilmu di bidang kesehatan masyarakat dalam bentuk tulisan ilmiah. 2. Sebagai bahan tambahan informasi data tentang penderita Campak bagi petugas pemberantasan penyakit menular untuk menyusun rencana kebutuhan tenaga, peralatan dan obat-obatan yang akan diajukan kedinas kesehatan Padang Lawas. 3. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang ingin meneliti lebih lanjut sebagai bahan perbandingan dari hasil penelitian tersebut.
Universitas Sumatera Utara