1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Salah satu program Millennium Development G oals (MDGs) yaitu menurunkan angka kematian bayi dan anak. P ada tahun 2008 angka kematian bayi atau Infant M ortality Rate (IM R) di Indonesia yaitu 31,04/1000 kelahiran hidup. Diharapkan tahun 2015 Indonesia harus mampu menurunkan angka kematian bayi hingga 17/1000 kelahiran hidup, target yang masih sangat jauh untuk kurun waktu yang cukup singkat. Salah satu indikator untuk mencapai Indonesia sehat 2025 adalah menurunkan angka kematian bayi (AKB) dari 32,3/1000 kelahiran hidup pada tahun 2005 menjadi 15,5/1000 kelahiran hidup pada tahun 2025 (DepKes RI, 2009). Angka kematian bayi yang cukup tinggi di dunia dapat dihindari salah satunya dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI). Pemberian ASI semaksimal mungkin merupakan kegiatan yang berperan penting dalam pemeliharaan anak dan persiapan generasi penerus di masa depa n. M enyusui merupakan pemberian terbaik pada kehidupan bayi. Hal ini dapat melindungi bayi dari penyakit diare, infeksi saluran pernafasan dan meyediakan sumber nutrisi yang dibutuhkan bayi untuk tetap sehat dan tumbuh. Jika setiap anak diberikan ASI Eksklusif selama enam bulan pertama hidupnya, setara dengan akan menyelamatkan sekitar 1,5 juta jiwa (UNICEF,2007). 1
2
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 menunjukkan pemberian ASI di Ind onesia saat ini memprihatinkan. P ersentase bayi yang menyusu eksklusif sampai dengan 6 bulan hanya 15,3 persen. Hal ini disebabkan
kesadaran
masyarakat
dalam
mendorong
peningkatan
pemberian ASI masih relatif rendah. Padahal kandungan ASI kaya akan karotenoid dan selenium, sehingga ASI berperan dalam sistem pertahana n tubuh bayi untuk mencegah berbagai penyakit. Setiap tetes ASI juga mengandung mineral dan enzim untuk pencegahan penyakit dan antibodi yang lebih efektif dibandingkan dengan kandungan yang terdapat dalam susu formula (Kementrian Kesehatan, 2010). Berdasarkan
data
(SUSENAS) tahun 2009
S urvey selama
Sosial dan Ekonomi Nasional periode tahun 2007-2008 terjadi
penurunan presentase balita yang mendapatkan AS I yakni dari 94,57% pada 2007 menjadi 93,92% pada 2008, kemudian meningkat kembali menjadi 94,11% pada tahun 2009. M eskipun demikian jumlah tersebut masih belum menunjukkan hasil yang signifikan (BPS, 2010). Rendahnya pemberian ASI merupakan ancaman bagi tumbuh kembang
anak
yang
akan
berpengaruh
pada
pertumbuhan
dan
perkembangan kualitas SDM secara umum. Seperti diketahui bayi yang tidak diberi ASI dan makanan pendamping setelah usia 6 bulan yang teratur, baik dan tepat, dapat mengalami kekurangan gizi. M enurunnya kualitas hidup anak pada usia 3 tahun pertama hidupnya adalah gizi buruk, ibu sering sakit, status kesehatan buruk, kemiskinan, dan diskriminasi
3
gender. Bayi dengan gizi buruk mempunyai resiko 2 kali meninggal dalam 12 bulan pertama hidupnya (UNICEF, 2001). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 tentang tujuan pemberian ASI Eksklusif adalah untuk menjamin pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan ASI Eksklusif sejak dilahirkan sampai dengan berusia 6 bulan dengan memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya. Selain itu juga meningkatkan peran dan dukungan keluarga, masyarakat, pemerintah daerah, dan pemerintah pusat terhadap pemberian ASI Eksklusif. Pemberian
intervensi
terkait
inisiasi
ASI
eksklusif
sangat
dibutuhkan oleh populasi yang beresiko. W orral (2007) menyebutkan bahwa memberikan promosi kesehatan tentang pemberian ASI pada anak dengan kelainan jantung bawaan di Pediatric Cardiac Intensive Care Unit (PCICU) merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan oleh perawat dan petugas kesehatan yang lain. Hal tersebut dikarenakan pada anak yang mendapatkan perawatan di PCICU memiliki resiko yang tinggi terkena penyakit dengan sistem im un yang rendah. Populasi lain yang beresiko adalah pada ibu dengan HIV yang memberikan ASI pada anaknya. Hal ini ditakutkan ibu akan mentransmisikan HIV pada anaknya melalui ASI. Sebuah penelitian di ZEBS (Zambia) oleh Kuhn (2007) menunjukkan bahwa angka kematian penderita HIV pada umur 12 bulan lebih banyak pada anak yang hanya mendapat ASI selama 4 bulan dibandingkan dengan anak yang setelah diketahui sakit, ASI tetap
4
diteruskan.
Hal
direkomendasikan
ini
menunjukkan
oleh
W HO
bahwa
penting
pemberian
untuk
ASI
dilakukan.
yang
Sehingga
dibutuhkan penyadaran dan motivasi dari ibu untuk dapat memb erikan ASI nya secara eksklusif. Bencana merupakan sebuah kondisi yang menganca m individu baik secara fisik maupun kejiwaan. M emberikan ASI pada saat kritis atau situasi bencana merupakan hal yang masih sulit untuk dilakukan. Dalam keadaan darurat, kebutuhan untuk menggunakan ASI pengganti, pasokan air bersih dan
M CK sulit untuk mendapatkan
jaminan dan memiliki
resiko yang tinggi bagi kesehatan (Young et al, 2004). Banyak ibu menolak memberikan ASI pada bayinya dikarenakan persepsi bahwa dalam situasi bencana yang m empengaruhi kondisi psikologis ibu, dikhawatirkan ASI tidak bisa keluar. Sehingga ibu-ibu lebih memilih memberikan
susu formula untuk bayinya. Seperti pada
kejadian gempa bum i di Bantul tahun 2006 lalu bahwa pasca bencana tersebut ditemukan banyak bayi yang menderita dehidrasi dan diarhea akibat sistem imun yang melemah karena sang ibu tidak memberikan ASI eksklusif pada mereka (UNICEF, 2007). Penelitian di Indonesia dilakukan oleh Wardhani (2011) pada ibu korban erupsi M erapi untuk mengetahui tentang status pemberian ASI, jenis makanan yang diberikan pada anak usia 0-2 tahun serta
kondisi
psikologis ibu. Hasil dari penelitian tersebut yaitu sebanyak 77% ibu memberikan ASI eksklusif, 62,3%
memberikan kolostrum, 11,5%
5
memberikan makanan prelakteal dan 62,3% melaksanakan Inisiasi M enyusui Dini. Untuk jenis makanan yang diberikan kepada bayi sangat beragam dari yang lunak sampai padat dengan mayoritas memberikan makanan pendamping ASI berupa susu formula, pisang yang dihaluskan, jus buah, bubur tepung/saring dan bubur nasi. Kondisi psikologis ibu menunjukkan tingkat kecemasan dan emosi ibu yang merasa ASI -nya berkurang lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang merasa ASI-nya lancar. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dalam kondisi bencana ternyata memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemberian ASI eksklusif oleh ibu pada bayinya. Hal ini juga d idukung dengan masih rendahnya pengetahuan ibu mengenai manfaat pemberian ASI dalam situasi bencana dan support system dari suami serta keluarga terdekat (Ahmad, 2011). M engingat m asih sedikitnya
penelitian tentang bagaimana
pengalaman ibu yang memberikan ASI di daerah bencana dan berdasarkan hasil penelitian dari Wardhani (2011) tersebut, maka peneliti akan melakukan penggalian data yang lebih dalam mengenai pengalaman ibu yang menyusui saat terjadi bencana dengan metode in-depth
interview
(wawancara mendalam) untuk mendapatkan data yang lebih detail dan spesifik.
6
B. Rumusan M asalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengambil rumusan masalah: “Bagaimana pengalaman ibu dalam memberikan ASI sebelum, saat, dan setelah terjadi bencana erupsi M erapi 2010?” C. Tujuan 1. Tujuan umum : Untuk mengetahui pengalaman ibu dalam mem berikan ASI sebelum, saat dan setelah terjadi bencana erupsi 2010. 2. Tujuan khusus : Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui pengalaman ibu menyusui sebelum terjadi erupsi b. Untuk mengetahui pengalaman ibu menyusui saat terjadi erup si: -
Untuk mengetahui kesulitan ibu dalam memberikan ASI saat berada di shelter
-
Untuk mengetahui dukungan sosial yang diterima ibu saat terjadi bencana
c. Untuk mengetahui pengalaman ibu menyusui setelah terjadi erupsi d. Untuk mengetahui perbedaan pemberian ASI pada anak yang menjadi korban erupsi dan yang bukan.
7
D. M anfaat Penelitian Penelitian ini mempunyai manfaat antara lain: 1. Bagi peneliti Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang bagaimana pengalaman ibu menyusui sebelum, saat dan setelah terjadi bencana erupsi M erapi tahun 2010. 2. Bagi Partisipan Dapat mempelajari gambaran pengalaman ibu yang menyusui dalam kondisi darurat sehingga dapat melakukan antisipasi yang diperlukan. 3. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan kesehatan Dapat khususnya
dijadikan
ilmu
sebagai
pengetahuan
penambah keperawatan
ilmu
pengetahuan
maternitas
tentang
gambaran pengalaman ibu yang menyusui sebelum saat dan setelah erupsi M erapi 2010.
E. Keaslian Penelitian Sejauh pengamatan dan penelusuran yang dilakukan peneliti, terdapat beberapa penelitian yang berhubungan dengan pengalaman ibu memberikan ASI antara lain: 1. Penelitian Wambach (2009) mengenai Breastfeeding Experiences of Urban Adolescent M others.
Hasil dari penelitian ini yaitu dari 23
responden dengan rentang usia 14-18 tahun menunjukkan bahwa setengah dari mereka saat ini masih memberikan ASI sedangkan
8
setengahnya telah melakukan penyapihan pada 6 bulan usia bayi. Para ibu memilih memberikan ASI sebagian besar karena alasan kesehatan bayinya, kedekatan dan ikatan yang erat antar ibu dan bayinya. Hal positif
dan
negatif,
fasilitas
dan
hambatan
untuk
melanjutkan
memberikan ASI serta jenis dukungan yang diterima selama meyusui diawali saat berada di rumah sakit. Sedangkan bayi yang disapih dipengaruhi oleh persepsi akan ketidakcukupan suplai ASI, nyeri pada puting, permintaan waktu untuk sekolah maupun bekerja serta masalah dengan memompa ASI. Untuk
dapat menyusui selama 6 bulan
dibutuhkan emosi, informasi dan instrumen dukungan yang signifikan dari keluarga. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah sama -sama meneliti tentang pengalaman menyusui. Adapun perbedaan penelitian tersebut de ngan penelitian yang akan dilakukan penulis adalah terletak pada subyeknya. Pada penelitian tersebut subyeknya adalah ibu usia remaja di daerah perkotaan sedangkan penelitian ini dilakukan pada
ibu menyusui di
daerah bencana. 2. Penelitian Hannon et al
(2000)
mengena i African-American and
Latina Adolescent M others’Infant Feeding Decisions and Breastfeeding Practices: A
Qualitative
Study.
Penelitian
ini
bertujuan untuk
mengeksplorasi persepsi dari ibu remaja tentang menyusui dan hal-hal yang mempengaruhi pilihan untuk memberikan ASI. Responden dalam penelitian ini adalah para wanita yang berusia 12 - 19 tahun dengan
9
primipara dan yang telah melahirkan selama 3 bulan terakhir. Hasil dari penelitian ini yaitu para ibu remaja
mengidentifikasi 3 hal yang
berpengaruh terhadap praktek dan keputusannya
dalam memberikan
ASI yaitu (a) persepsi tentang keuntungan memberikan ASI, (b) persepsi tentang masalah dengan memberikan ASI, dan (c) orang yang berpengaruh dalam m emberikan ASI. Dari ketiga hal tersebut ibu remaja
melaporkan bahwa tidak ada satu pengaruh tunggal
dalam
menentukan pemberian makanan pada bayinya. Keputusan dalam memberikan ASI adalah proses yang dinamis. Para ibu remaja mengetahui bahwa ASI menawarkan banyak keuntungan
selain
menjaga kesehatan si anak juga dapat meningkatkan hubungan ikatan antara ibu-anak. Ketakutan akan nyeri dan malu terpapar publik saat menyusui menjadi penghalang bagi ibu untuk memberikan ASI. Para ibu remaja mendiskusikan bahwa memompa ASI menjadi salah satu solusi untuk mengatasi masalah di atas. Ibu para remaja menjadi pengaruh penting selanjutnya dalam memberikan ASI. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang
akan dilakukan oleh penulis
adalah metodenya yakni kualitatif. Adapun perbedaannya terletak pada tujuan. Pada penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui persepsi menyusui
pada ibu remaja sedangkan penulis bertujuan untuk
mengetahui pengalaman menyusui ibu saat terjadi bencana. 3. Penelitian Wardani (2010) mengenai Pola Pemberian Asi O leh Ibu Korban Erupsi Merapi Di Kecamatan C angkringan. Hasil dari
10
penelitian tersebut yaitu sebanyak 77% ibu memberikan ASI eksklusif. Dilihat dari karakteristik respondennya, sebagian besar responden persalinannya ditolong oleh tenaga kesehatan dan hampir semua responden mengikuti kegiatan posyandu. O leh karena itu, responden banyak terpapar informasi terkait pemberian ASI ekslusif. Sebanyak 62,3% responden melakukan Inisiasi M enyusu D ini dan 37,7% tidak melakukan Inisiasi M enyusu Dini. Pada pemberian
kolostrum,
sebanyak 77% responden memberikan kolostrum dan 23% tidak memberikan kolostrum. Pada pemberian makanan prelakteal, sebanyak 11,5% responden memberikan makanan prelakteal dan 88,5% tidak memberikan makanan prelakteal. U ntuk jenis makanan yang diberikan kepada bayi sangat beragam dari yang lunak sampai padat dengan mayoritas memberikan makanan pendamping ASI berupa susu formula, pisang yang dihaluskan, jus buah, bubur tepung/saring dan bubur nasi. Kondisi psikologis ibu menunjukkan tingkat kecemasan dan emosi ibu yang merasa ASI-nya berkurang lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang
merasa ASI-nya lancar. Persamaan penelitian ini dengan
penelitian dari peneliti adalah sama-sama tentang pemberian ASI pada ibu korban bencana erupsi M erapi. Sedangkan perbedaannya terdapat pada jenis penelitian yakni menggunakan kuantitatif dan observasional sedangkan peneliti menggunakan jenis kualitat if. 4. Penelitian Jakobsen et al (2003) mengenai Breastfeeding status as a predictor of mortality
among refugee in an emergency situation in
11
Guinea-Bissau. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bayi yang disapih beresiko mengalami kematian 6 kali lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang diberi ASI atau disusui. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilaksanakan adalah meneliti tentang status pemberian ASI pada daerah bencana. Perbedaannya terletak pada tujuan penelitian dan jenis penelitian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor resiko pada daerah darurat yaitu status menyusui terhadap kematian bayi selama perang di Guinea -Bissau sedangkan penelitian yang akan dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengalaman Ibu menyusui saat terjadi bencana erupsi M erapi di Kecamatan Cangkringan. Rancangan penelitian menggunakan cohort sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan kualitatif . 5. Penelitian Rokhanawati (2009) dengan judul :”Dukungan Sosial Suam i Dan
Perilaku
Pemberian
ASI
Eksklusif
Di
Kabupaten
Bantul
Yogyakarta.” Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa dukungan sosial dari suami memiliki hubungan yang bermakna terhadap perilaku ibu dalam memberikan ASI Eksklusif. Persamaan dengan
penulis yaitu
sama-sama meneliti tentang pemberian ASI. Perbedaannya terletak pada metode penelitian dimana penelitian Rokhanawati menggunakan rancangan unmatched case control-study dengan jenis kualitatif dan kuantitatif sedangkan penelitian penulis menggunakan jenis kualitatif saja.