Bab I PENDAHULUAN Pengertian Pemanenan Hasil Hutan Pemanenan hasil hutan, sering disebut exploitasi hasil hutan. Kata exploitasi berasal dari kata "explicare" yang berarti membuka lipatan. Dengan dibukanya lipatan berarti kelihatan Benda yang ada didalamnya. Selanjutnya exploitasi berarti mengambil dan memanfaatkan. Biasanya yang diexploitasi adalah sumber daya alam, seperti minyak tanah, batu bara, emas dan hasil tambang lainnya. Disini hutan dimasukkan sebagai sumber daya alam. Oleh karena itu mengambil dan memanfaatkan hutan juga bisa disebut mengexploitasi hutan. Sifat sumber daya pada umumnya, setelah diexploitasi terus menerus pasti akan habis, karena terbentuknya membutuhkan waktu yang sangat lama (jutaan tahun). Namun sumber daya hutan mempunyai sifat yang berbeda dengan sumber daya pada umumnya. Dalam waktu yang relatif dekat, hutan yang telah diexploitasi dapat tumbuh kembali dapat mempermuda diri) atau dapat dipermudakan kembali, yang biasanva disebut regenerasi alam dan regenerasi buatan. Karena sifatnya yang demikian maka sumber daya hutan disebut "the natural renewable resources". Hal inilah yang menyebabkan orang kehutanan tidak begitu "sreg" menggunakan kata exploitasi untuk mengambil dan memanfaatkan hasil hutan, dan sebagai gantinya mengambil kata pemungutan atau pemanenan hasil hutan. Pengambilan hasil hutan (kayu) sebenarnya telah lama dilakukan orang. Tetapi pada waktu dulu, pengambilan kayu itu terbatas hanya dipakai sendiri, misalnya untuk pembuatan rumah tinggal, untuk perabotan rumah, untuk pembuatan kapal, untuk pembuatan patung dan sebagainya. Belum secara besar-besaran dan belum bersifat barang perdagangan (komoditas). Barulah setelah keberadaan hutan mulai berkurang, sedangkan permintaan kayu sangat meningkat, maka dapat disebut telah terjadi pemungutan atau pemanenan hasil hutan khususnya kayu (logging), dan sifatnya busines. Perkembangan Industri Pengolahan Kayu Kayu yang merupakan salah satu bentuk hasil hutan pada saat ini sudah menjadi mats dagangan yang sangat penting. Hal ini disebabkan manfaat yang bisa didapatkan dari padanya yang sangat luas. Hampir sepanjang hidupnya manusia membutuhkan kayu; mulai dari bayi hingga sampai sudah meninggalpun masih membutuhkan kayu; misalnya untuk mrmbuat peti mati. Banyak sekali perabot dan peralatan yang terbuat Universitas Gadjah Mada
dari kayu, namun hinnga kini masih sulit dicari penggantinya. Misalnya kertas, hampir seluruh bahan Baku yang digunakan untuk pembuatan kertas masih digunakan kayu. Pada hal kebutuhan akan kertas dunia sangat banyak, dan bahkan dapat dijadikan tingkat kemajuan suatu negara. Jenis industri pengolahan kayu. Kayu sudah dipakai sebagai bahan mentah untuk industri, sudah sejak lama dilakukan orang. Karena perbedaan jenis hutannya (kayu) dan juga adanya perbedaan konsumennya (tingkat kemajuan), maka terdapat perbedaan perkembangan industri Pengolahan kayu dibarat dengan di Indonesia. Dibarat industri pengolahan kayu dimulai dari industri kertas. Hal ini didukung oleh jenis hutannya yang terdiri atas jenis "conifer" yakni suatu jenis kayu yang berserat panjang. Kayu ini sangat potensial untuk bahan baku industri pulp and paper. Jadi untuk industri tersebut sangat banyak tersedia bahan baku (bahan mentahnya). Sementara di Indonesia industri pengolahan kayu yang pertama kali adalah industri penggergajian (saw mill). lndustri ini tidak membutuhkan syarat yang sulit untuk bahan bakunya. Semua jenis kayu bisa digergaji dan laku dijual, karena hampir semua perabot rumah tangga dan perumahan menggunakan produk saw mill ini. Sangat beruntung bahwa di Indonesia jenis hutannya adalah "tropical rain forest- (hutan hujan tropika) yang angat kaya akan jenis hutannya, sehingga banyak jenis kayu keras, kayu lunak. dan ada juga jenis kayu mewah. Hal ini sang mendukung keberadaan industri kayu gergajian ini. Disamping itu tingkat kemajuan penduduk di Indonesia belum seperti dinegara barat, jade belum banyak sekali menggunakan kertas, sebagai penunjang kehidupan sehari-hari. Bahkan didesa pada waktu itu tidak ada kertaspun tidak ada masalah. Berlainan dengan keadaan sekarang dapat dibayangkan apabila tidak ada kertas. Perkembangan selanjutnya adalah industri kayu lapis (plywood). Sebenarnya dibarat keberadaan industri kayu lapis ini lebih dahulu dibanding di Indonesia. Akan tetapi berhubung tidak didukung oleh ketersediaan bahan baku yang cukup banyak dan bervariasi, maka kemudian Indonesia mengambil peranan ini untuk membuat industri kayu lapis. Indonesia yang sangat kaya akan jenis kayu, maka dalam waktu singkat segera bisa merajai pasaran kayu lapis dunia. Bahkan Indonesia bisa memasarkan kayu yang sangat lengka didunia, yakni disebut kayu "mewah" (fancy wood). Indonesia bisa mengeluarkan kayu lapis dengan warna-warna alami, seperti kyning, putih, merah dan bahkan hitam, dimana warna-warna ini untuk produk barat
Universitas Gadjah Mada
harus diberikan, karena tidak punya jenis kayu yang berwarna asli seperti itu. Sadar akan kekalahan pemasaran kayu lapisnya, maka fihak barat kemudian mengadakan kampanye
tingkat
dunia,
dengan
memanfaatkan
kaum
konsevasionis
untuk
menyuarakan "jangan beli kayu tropis Indonesia, karena hutan Indonesia merupakan paru-paru dunia". Karena seruan itu berbau kemanusiaan dan kehidupan, maka serua ini mendapatkan tanggapan yang. gegap gempita, sehingga berkuranglan pasaran kayu lapis dari Indonesia. Dari segi penerimaan pemerintah jelas berkurang banyak, akan tetapi dari segi penyelamatan hutan tropis, maka seruan itu perlu disambut dengan tangan dingin, karena kalau tidak ada seruan itu laju pemusnahan hutan di Indonesia pastilah akan lebih cepat dari sekarang ini. Dengan mengurangnya pasaran kayu lapisnya, maka industri pengolahan kayu mulai melirik keindustri yang sangat banyak diperlukan dunia. lndustri ini adalah industri pulp and paper (industri serat dan kertas). Sayangnya Indonesia tidak didukung oleh ketersediaan bahan baku, hingga sebagai bahan baku inti (jenis kayu berserat panjang), yang dimiliki oleh jenis conifer, Indonesia harus mengimportnya dari barat. Namun mau tidak mau Indonesia harus berbuat demikian, karena pada saat ini kertas sudah tidak dapat dipisahkan lagi dengan kehidupan penduduk Indonesia. Jenis kayu apa raja bisa dijadikan bahan baku industri pulp and paper ini. Dalam prakteknya maka ada Pengusaha hutan yang memanfaatkan hasil tebang habis pada hutan alam untuk mensuplai industri kertas ini, yakni mengambil kayu-kayu yang berdiameter kecil. Walaupun demikian dikarenakan industri kertas ini dikatakan sebagai industri yang "sangat rakus akan bahan baku", maka sementara untuk menghemat hutan alam yang ada maka pemerintah Indonesia menggalakkan Hutan Tanaman industri (HTI), yang jenisnya diutamakan untuk dapat segera mengatasi kekurangan bahan baku ini. yaitu dengan menanam jenisjenis yang cepat tumbuh (quick yielding species), seperti ekaliptus, akasia, sengon dan sejenisnya. Keadaan Hutan di Indonesia Dalam melihat keadaan hutan di Indonesia, maka akan dilihat dart dua segi yakni bagaimana pemanfaatan areal hutan di Indonesia dan yang kedua adalah jenis-jenis hutan ang ada di Indonesia. Pemanfaatan hutan di Indonesia, dapat dibagi menjadi lima macam, yakni : - Hutan lindung, yang digunakan untuk melindungi kawasan dibawahnya dari erosi tanah oleh hujan dan juga untuk mengatur tats air (hidro-orologis)
Universitas Gadjah Mada
- Hutan suaka alam margasatwa, yang digunakan untuk melindungi baik flora maupun fauna langka - Hutan produksi terbatas, yang digunakan untuk produksi, akan tetapi berhubung lokasinya yang agak rawan, maka penebangannya sangat dibatasi - Hutan produksi tetap, yang digunakan untuk diambil kayunya, baik dengan sistem tebang pilih maupun dengan sistem tebang habis dengan disertai permudaannva - Hutan konversi, yang digunakan untuk dicadangkan atau untuk dimanfaatkan selain untuk lahan hutan, misalnya untuk transmigrasi, peternakan, pertanian, perkebunan dan lain-lain. Adapun jenis hutan di Indonesia dapat disampaikan sebagai berikut : - Hutan tropika basah (tropical rain forest), yang hidup didaerah tropika yang musim hujannya lebih tinggi dibandingkan dengan musim kemaraunya dan untuk Indonesia didominasi oleh jenis Dipterocarpaceae, dengan jenis misalnya, meranti, kapur. keruing, bangkirai dan sebagainya - Hutan sekunder, yang sebenarnya bukan merupakan tipe hutan tersendiri, hanya karena jumlahnya yang sangat luas di Indonesia, amka digolongkan kedalam tipe hutan tersendiri - Hutan musim, yang tumbuh didaerah Indonesia yang musim kemataunya sama panjangnya dengan musim penghujannya, bahkan kadang-kadang musim kemaraunya lebih panjang dari musim hujannya - Hutan payau, yang hidup dipinggir pantai, yang sangat dipengaruhi oleh keadaan air pasang surut - Hutan rawa gambut. yang tumbuh didaerah yang selalu tergenang oleh air rawa. biasanya terletak dibelakang hutan payau Luasan hutan di Indonesia dapat dipastika semakin hari semakin berkurang dengan cepat, sehingga sulit untuk menuliskan angka berapa luas hutan di Indonesia berdasarkan peruntukannya maupun berdasarkan jenis yang ada, Seperti diketahui bahwa kalau dahulu berkurangnya luasan hutan di Indonesia lebih banyaj dikarenakan adanya perladangan berpindah (shifting cultivision), maka sekarang ini lebih didominasi oleh kebakaran dan penggunaan perkebunan oleh oknum yang banyak modal. Berkurangnya cadangan kayu tidak disebabkan oleh para HPH saja, akan tetapi juga oleh adanya tebangan liar (illegal logging) yang sangat sulit dihentikan karena banyak sekali fihak yang bermain disitu. Belum lagi oleh parahnya pengurusan hutan oleh pemerintah daerah akibat adanya Otonomi Daerah yang, berlebihan. Universitas Gadjah Mada
Pengelolaan Hutan di Indonesia Di Indonesia hutan adalah milik negara dan dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dengan demikian ditingkat pusat hutan oleh pemerintah pusat diserahkan pengelolaannya kepada Departemen Kehutanan (DEPHUT) Republik Indonesia yang dipimpin oleh seorang Menteri Kehutanan. Dulu sebelum terbentuknya Otonomi Daerah, ditingkat propinsi ada Kantor Wilayah Kejutanan, sebagai wakil menteri untuk tingkat propinsi. Dengan terbentuknya OTDA (Otonomi Daerah) maka Kantor Wilayah dihapus dan sebagai gantinya, ditingkat propinsi ada Kepala Dina Propinsi, dan ditingkat Kabupaten ada Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten yang bertanggungjawab kepada Gubernur (Propinsi) dan kepada Bupati (untuk tingkat II). Kemudian untuk mengelolanya, diberikan juga hak kepada BUMN (Badan Usaha Milik Negara), yang bernama Perhutani (untuk diseluruh Jawa), yakni Perhutani Unit I Jawa Tengah), Perhutani Unit II (Jawa Timur), dan Perhutani Unit III (untuk Jawa Barat). Diluar Jawa, dibentu INHUTANI, yakni Inhutani I untuk Kalimantan Selatan, Inhutani II untuk Kalimantan Timur, Inhutani III untuk Kalimantan Barat, Inhutani IV untuk Sumatera Barat, dan Inhutani V untuk Sumatera Selatan. Samapi sekarang yang tetap eksis mengelola hutan dengan baik tinggal Perhutani, sedangkan Inhutani semakin hari
semakin
tidak
bisa
dipertanggung
jawabkan,
sehingga
mengancam
keberadaannya. Disamping untuk fihak swasta juga diberikan Hak Pengusahaan Hutan (HPH) yang tujuan semulanya adalah hanya bergerak dibidang pembalakan (logging)saja. Akan tetapi karena areal hutannya semakin lama semakin berkurang pada saat ini ada juga HPH yang mulai bergerak dibidang HTI, terutama HPH yang sudah menanamkan modalnya dibidang industri pulp and paper yang dikenal sangat rakes akan bahan baku itu. Kebanyakan HPH hanya ingin memanfaatkab kayunya saja, tanpa sedikitpun menghiraukan kelestarian hutannya, sehingga dalam waktu singkat HPH telah berhasil menyikat habis hutan di Indonesia, sehingga keadaan hutannya menjadi sangat rusak.
Universitas Gadjah Mada