BAB I PENDAHULUAN
1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Potensi UMKM Kota Bandung Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di kota Bandung yang semakin berkembang ternyata membuat jumlah unit usaha tetap stabil dari tahun ke tahunnya. Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat menunjukkan data dari jumlah unit Usaha Mikro,Kecil,Menengah pada periode 2009-2011. Data tersebut dapat dilihat pada tabel 1.1 di bawah ini :
Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun 2009-2011 Tahun
Jumlah Unit Usaha
2009 2010 2011
10.701 10.701 10.701
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat, 2012 (Data Diolah)
Sementara itu, untuk jumlah pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah pada tahun 2009 hingga tahun 2011 terus mengalami peningkatan seiring dengan terus berkembangnya dan ada nya stabilitas jumlah unit usaha pada tahun 2009 hingga 2011. Walaupun peningkatan yang terjadi tidak terlalu signifikan, namun hal ini membuktikan bahwa UMKM di kota Bandung dari tahun ke tahun semakin diminati oleh masyarakat ditandai dengan minat para pelaku usaha untuk terjun di sektor UMKM. Data tersebut dapat dilihat pada tabel 1.2 d ibawah ini :
1
Tabel 1.2 Jumlah Pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Kota Bandung Tahun 2009 – 2011
Tahun
Jumlah Pelaku Usaha
2009 2010 2011
4.121 4.221 4.425
Sumber : Dinas KUMKM kota Bandung, 2012 (data diolah)
Perkembangan dan stabilitas jumlah unit usaha dan peningkatan jumlah pelaku usaha pada tahun 2009 hingga 2011 terbukti sangat berpengaruh besar terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), terlebih lagi sumbangan dari sektor ini dari tahun ke tahun selalu meningkat. Dari tahun 2009-2011, penerimaan PDRB kota Bandung dari sektor UMKM ini sangat besar dan selalu meningkat dari tahun ke tahunnya, peningkatan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ini akan membuat kota Bandung memiliki kontribusi besar terhadap perekonomian Jawa Barat maupun perekonomian secara nasional. Peningkatan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) selaras dengan stabilitas perkembangan UMKM di kota Bandung dari tahun ke tahun. Data PDRB kota Bandung menurut skala usaha dapat dilihat pada tabel 1.3 di bawah ini:
2
Tabel 1.3 PDRB Kota Bandung Menurut Skala Usaha Pada Tahun 2009- 2011 Nilai PDRB (dalam Triliun Tahun
Rupiah)
2009
70.28
2010
82.00
2011
95.61
Sumber : Pusdalisbang Jawa Barat, 2012. (Data Diolah)
Pemerintah kota Bandung membuat kebijakan yang berkaitan dengan industri dan perdagangan dengan membuat dan mengembangkan tujuh kawasan sentra industri perdagangan karena sektor industri sangat membantu terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) kota Bandung. Ke-tujuh sentra industri tersebut antara lain Sentra Industri Dan Perdagangan Rajutan Binongjati, Sentra Perdagangan Kain Cigondewah, Sentra Perdagangan Jeans Cihampelas, Sentra Industri Kaos Suci, Sentra Industri Sepatu Cibaduyut, Sentra Industri Tahu & Tempe Cibuntu dan terakhir Sentra Industri Boneka Sukamulya Sukajadi Kota Bandung, menjadi kawasan industri potensial, menjadi ikon Kota Bandung yang mendorong meningkatnya kota tujuan wisata. (http:// http://jurnalmedia.com/ diakses Senin, 26 Januari 2015). Berikut 7 sentra industri Bandung pada tabel 1.4 :
3
Tabel 1.4 7 Sentra Industri Berpotensi di Bandung Tahun 2012 No
Sentra Industri
1
Sentra Industri Rajut Binong Jati
2
Sentra
Industri
Produk
Pelaku
Tenaga
Kapasitas
Usaha
Kerja
Produksi/Tahun
(unit)
(Orang)
293
2143
852200 Lusin
313
567
-
Tekstil
Cigondewah 3
Sentra Industri Jeans Cihampelas
59
352
-
4
Sentra Industri Sepatu Cibaduyut
577
3008
3114022 Pcs
5
Sentra Industri Sablon Kaos Suci
409
2721
177300 Lusin
6
Sentra Industri Tahu Cibuntu
408
1518
2160,6 Juta Pcs
7
Sentra Industri Boneka Sukamulya
17
212
768940 Lusin
2076
10521
Total
-
Sumber : sentraindustribandung.com Pada tabel 1.4 menunjukkan 7 sentra industri yang berpotensi di Bandung yang terdiri dari jumlah unit usaha, tenaga kerja dan kapasitas produksi per tahun. Pada sentra industri rajut Binong Jati memiliki unit usaha kurang lebih sebanyak 293 unit, memiliki 2143 tenaga kerja dan berkapasitas 852200 lusin untuk setiap produksi per tahun. Sentra industri tekstil Cigondewah memiliki lebih kurang 313 pengusaha tekstil dan memiliki 567 tenaga kerja. Sentra industri Jeans Cihampelas memiliki kurang lebih 59 pengrajin jeans dengan menyerap tenaga kerja sebesar 352 orang. Sentra industri sepatu Cibaduyut memiliki kurang lebih 577 pengusaha sepatu, memiliki 3008 pengrajin sepatu dan memproduksi tiap tahunnya sebesar 3114022 pcs sepatu. Pada sentra industri kaos suci memiliki kurang lebihnya 409 unit usaha, memiliki 2721 pengrajin sablon dan setiap tahunnya memproduksi 177300 lusin. Sentra industri tahu cibuntu memiliki kurang lebih dari 408 pengusaha tahu, memiliki tenaga kerja 1518 orang dan setiap tahunnya memproduksi 2160,6 Juta
4
Pcs tahu. Dan sentra industri boneka Sukamulya mempunyai kurang lebih 17 unit usaha,menyerap tenaga kerja sebesar 212 orang dan menghasilkan 768940 Lusin untuk setiap tahunnya. 1.1.2 Profil Sentra Industri Tahu Cibuntu Terletak di Jalan Babakan Ciparay, kecamatan Bandung Kulon, Bandung. Fokus sentra ini adalah memproduksi tahu. Terdapat kurang lebih 408 produsen tahu (data Dinas KUMKM kota Bandung 2012). Kapasitas produksi per tahunnya sebanyak 2.161 Juta Pcs. Dengan nilai investasi Rp. 13,472 Milyar dan menyerap tenaga pekerja sebanyak 1.518 Orang (data Dinas KUMKM kota Bandung tahun 2012). Adanya persaingan antara produsen tahu yang kini kian ketat, membuat banyak di antara para pedagang keliling yang kini juga beralih menjadi produsen dan memproduksi tahu sendiri dengan menyewa pabrik tahu untuk pembuatannya. Namun, persaingan tersebut masih bisa dibilang sehat. Kegiatan usaha para perajin tahu justru kadang terganggu jika ada kenaikan harga kedelai. Namun, tahu cibuntu tetaplah eksis. Para pedagang batagor, tukang kupat tahu, hingga ibu-ibu masih mengandalkan
tahu
cibuntu
sebagai
bagian
dari
makanan
sehari-hari.
(http://www.bandungtourism.com/ diakses Senin, 26 Januari 2015) Berikut ini adalah beberapa proses kegiatan bisnis di industri Tahu Cibuntu (sumber dari 2 responden pra penelitian) : Pada industri Tahu Cibuntu, ada beberapa proses dalam kegiatan bisnis yang sehari-hari dilakukan oleh para produsen, data dapat dilihat pada chart dibawah ini :
5
Proses permintaan dan penawaran : Tahu cibuntu dipasok ke berbagai pasar dan rumah makan secara rutin. Karena selalu adanya permintaan.
Jalur Distribusi : Distribusi menggunakan transportasi darat ke berbagai tempat menggunakan sepeda motor.
Proses pemasaran :
proses kegiatan bisnis di industri Tahu Cibuntu
Proses penjualan dilakukan secara langsung di tempat pembuatan ataupun tidak langsung melalui perantara.
Proses Produksi : Produksi per tahun rata-rata sebanyak 2juta pcs, sedangkan produksi per hari sesuai permintaan konsumen.
(Sumber wawancara 2 responden pra penelitian)
Gambar 1.1 Proses kegiatan bisnis Tahu Cibuntu
6
Tabel 1.5 Perkembangan Sentra Industri Tahu Cibuntu Bandung No
Potensi
2009
2010
2011
1
Jumlah
unit 1350
1236
1223
usaha 2
Investasi (ribuan)
8.100.000
7.857.000
7.650.000
3
Tenaga Kerja
5400
4475
4355
4
Omzet per hari
276.000
267.000
267.000
Sumber : Dinas KUMKM Kota Bandung (data diolah) Data pada tabel 1.5 diatas menunjukkan bahwa pada periode tahun 2009 hingga 2011 potensi sentra industri tahu cibuntu mengalami penurunan baik dalam unit usaha yaitu menurun dari 1350 menjadi 1236 lalu menjadi 1223, investasi menurun dari 8.100.000 menjadi 7.857.000 lalu menjadi 7.650.000, tenaga kerja menurun dari 5400 menjadi 4475 lalu menjadi 4355, dan omset per hari menurun dari 276.000 menjadi 267.000. 1.2 Latar Belakang Penelitian KTT ASEAN ke-9 yang diadakan di Bali pada tahun 2003, para perwakilan Negara ASEAN menyepakati dibentuknya komunitas ASEAN (ASEAN Community) dalam bidang Keamanan Politik, Ekonomi, dan Sosial Budaya yang dikenal dengan Bali Concord II. Untuk pembentukan ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2015, mereka sepakat agar komunitas diarahkan pada integrasi ekonomi kawasan yang implementasinya mengacu pada AEC Blueprint. Para pemimpin ASEAN sepakat untuk membentuk sebuah pasar tunggal di kawasan Asia Tenggara pada akhir 2015 mendatang. Hal ini dilakukan agar daya saing ASEAN meningkat serta diharapkan bisa menyaingi Cina dan India untuk menarik investasi asing. Penanaman modal asing di wilayah ini sangat dibutuhkan untuk
meningkatkan
lapangan
pekerjaan dan
meningkatkan
kesejahteraan. Dibentuknya pasar tunggal yang terkenal dengan istilah dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) ini nantinya memungkinkan satu negara
7
menjual barang dan jasa dengan mudah ke negara-negara lain di seluruh Asia Tenggara sehingga kompetisi akan semakin ketat. (http://www.bbc.co.uk/. Diakses Senin, 26 Januari 2015) Saat ini kondisi pasar di Indonesia, persaingan tidak hanya dilakukan dengan produk lokal saja namun juga harus bersaing dengan produk-produk luar negeri, karena Indonesia telah menandatangani beberapa perjanjian perdagangan bebas seperti AFTA (Asean Free Trade Area), kemudian ACFTA (Asean-China Free Trade Area) serta Indonesia menghadapi tantangan baru yakni disepakatinya AEC (Asean Economic Community) dengan target mulai tahun 2008 dan implementasi penuh pada tahun 2015. Salah satu dampak ACFTA (Asean-China Free Trade Area) yaitu membanjirnya produk-produk China di Indonesia. Demikian pula dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community) pada tahun 2015, hal ini menjadi peluang dan tantangan produk di Indonesia. Maka dari itu Indonesia harus mampu bersaing baik di pasar nasional maupun Internasional. (https://kpdkaltim.com. Diakses Senin, 26 Januari 2015) Dikaitkan dengan akan dimulainya Masyarakat Ekonomi ASEAN pada akhir tahun 2015 ini yang artinya kegiatan industri akan semakin bebas termasuk para pekerja di bidang UMKM juga akan semakin meningkat, oleh karena itu peningkatan jumlah unit UMKM harus diimbangi dengan kualitas Sumber Daya Manusia yang juga dapat bersaing secara nasional maupun regional. Sehingga diharapkan peran UMKM akan dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap ekonomi nasional dalam menyongsong MEA 2015 ini. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia terus mengalami
perkembangan
pada
periode
2010-2012.
Berdasarkan
data
Departement Keuangan RI dapat dilihat berdasarkan tabel 1.6 dibawah ini :
8
Tabel 1.6 Perkembangan UMKM Indonesia periode 2010-2012
No. 1 2 3 4 5 6
Indikator
Satuan
Jumlah UMKM Pertumbuhan Jumlah UMKM Jumlah Tenaga Kerja UMKM Pertumbuhan Jumlah Tenaga Kerja UMKM Pertumbuhan sumbangan PDB UMKM Nilai Ekspor UMKM
2010
2011
2012
Unit Persen
53. 823.732 2.01
55.206.444 2.57
56.534.520 2.41
Orang
99.401.775
101.722. 458
107.657.509
Persen
3.32
2.33
5.83
Persen
5.77
6.76
9.90
Rp.
175
187
208
Persen
8.41
6.56
11.00
Miliar 7
Pertumbuhan Nilai Ekspor UMKM
Sumber : Badan Pusat Statistik Menurut (Susilo, 2010) indikator daya saing usaha termasuk UMKM, tidak terlepas dari konsep daya saing global suatu negara. World Economic Forum (WEF) menjelaskan, peringkat daya saing global Indonesia tahun 2008 – 2009 adalah 55 dari 134 negara yang disurvei. Survei peringkat daya saing global ini dilakukan setiap tahun. Pada tahun 2007 – 2008 peringkat Indonesia adalah 54, dengan demikian terjadinya penurunan peringkat. Selanjutnya
untuk
tahun
2010 – 2011 peringkat
Indonesia mengalami
kenaikan menjadi 44, setelah periode sebelumnya pada peringkat 54. Di tingkat ASEAN, peringkat Indonesia lebih baik dibanding peringkat Vietnam (59), Filipina (85), dan Kamboja (109). Namun, Indonesia berada di bawah Singapura (3), Malaysia (26), Brunei (28), dan Thailand (38). Usaha kecil dan Menengah merupakan kelompok usaha yang paling dapat bertahan ketika krisis ekonomi melanda negeri ini. Seperti yang dikemukakan oleh Brahmayanti dan Subaedi (2010), bahwa perkembangan jumlah unit usaha kecil menengah yang terus meningkat, tentunya akan dapat membuka lapangan kerja yang besar. Namun demikian usaha kecil ini masih dipandang sebagai usaha yang lemah kinerjanya. Usaha Kecil Menengah (UMKM0 saat ini memliki peran yang 9
sangat besar terhadap pembangunan ekonomi di Indonesia, hal ini terlihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang terus meningkat setiap tahunnya.
Usaha kecil dan Menengah merupakan salah satu bidang yang memberikan kontribusi yang signifikan dalam memacu pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan daya serap UMKM terhadap tenaga kerja yang sangat besar dan dekat dengan rakyat kecil. Hal ini sepenuhnya disadari oleh pemerintah, sehingga UMKM termasuk dalam salah satu fokus program pembangunan yang dicanangkan oleh pemerintah Indonesia. Kebijakan pemerintah terhadap UMKM dituangkan dalam sejumlah Undang-undang dan peraturan pemerintah (Jauhari, 2010). Dengan semakin bertumbuhnya perkembangan UMKM di Kota Bandung dan Jawa Barat mulai tahun 2009 hingga tahun 2015 sekarang ini, membuat para pelaku industri termasuk sentra industri tahu cibuntu harus memikirkan dan merumuskan strategi dalam menghadapi persaingan pada Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 yang akan menyebabkan perubahan kondisi persaingan dan kondisi industri yang berbeda pada setiap kegiatan Usaha di Indonesia ini. Dengan begitu, para pelaku usaha harus menyadari bahwa UMKM merupakan kelompok pelaku ekonomi yang harus melakukan strategi keunggulan daya saing guna menghadapi era perdagangan bebas. UMKM dengan strategi keunggulan daya saing mampu bersaing dengan produk yang akan di datangkan dari negara-negara asing (Trisyah, 2011). Pengembangan dan pertumbuhan UMKM merupakan kunci sukses dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara, salah satu indikator dan karakteristik sukses nya UMKM di negara maju dan berkembang adalah kegiatan usaha nya sangat produktif, efisien, memiliki tingkat daya saing yang tinggi, dan sangat responsif terhadap kebijakan pemerintah (Rahayu dan Priyono, 2013). Untuk meningkatkan daya saing, UMKM di Indonesia harus sepenuhnya didukung oleh pemerintah dengan memberlakukan kebijakan dan pengembangan
10
yang baik. Serta untuk para pelaku UMKM agar dapat meningkatkan pengembangan teknologi dan inovasi untuk bisa bersaing (Susilo, 2010). Menurut Amalia (2011), permasalahan yang dihadapi oleh pengusaha kecil dapat diatasi apabila terjadi keseimbangan antara upaya perbaikan dari sisi internal maupun eksternal. Strategi bisnis yang tepat akan sangat membantu para pengusaha sentra industri tahu cibuntu dalam memajukan serta mengembangkan usahanya. Di dalam era globalisasi ini, untuk meningkatkan daya saing salah satu nya adalah dengan memanfaatkan teknologi informasi untuk melakukan kegiatan pemasaran dan penjualan.
Sentra industri tahu Cibuntu yang didalamnya terdapat beberapa pengusaha kecil tentunya memiliki beberapa permasalahan yang dihadapi dan permasalahan tersebut sangat menghambat kegiatan usaha serta kemajuan perkembangan para pelaku usaha.
Berdasarkan pre-eliminary research yang penulis lakukan di sentra industri tahu Cibuntu, penulis menemukan beberapa permasalahan yang dihadapi oleh para pelaku usaha di sentra industri tahu Cibuntu, diantaranya: 1. Para pelaku usaha kekurangan modal/dana dari pihak swasta sehingga kurang maksimal dalam mengembangkan usahanya. 2. Sentra industri tahu Cibuntu memerlukan koperasi usaha yang aktif, hingga saat ini sentra industri di kelola dan di organisir oleh Organisasi Paguyuban Tahu Tempe Cibuntu Bandung (P2TB). 3. Sentra industri tahu Cibuntu tidak memiliki kawasan kuliner sehingga
kegiatan
usaha
hanya
sebatas
pengolahan
dan
pendistribusian saja. 4. Pembinaan dan Pengelolaan yang kurang diperhatikan oleh Pemerintah daerah maupun Pemerintah pusat.
Fenomena berupa permasalahan yang terjadi pada sentra industri tahu Cibuntu yang telah dipaparkan, ditambah dengan penurunan jumlah unit usaha,
11
penurunan omset seperti yang tertera pada tabel 1.5 yang salah satu faktornya adalah kurangnya permodalan dan pengelolaan dari pihak luar baik pemerintah maupun swasta menjadi kendala bagi sentra industri tahu Cibuntu. Selain itu, sentra industri tahu Cibuntu merupakan salah satu dari 7 sentra industri yang berpotensi di kota Bandung sehingga harus dikembangkan agar memiliki daya saing yang baik. Penjelasan tersebut adalah alasan mengapa penulis memilih untuk melakukan penelitian di sentra industri tahu Cibuntu Bandung.
Berdasarkan fenomena diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Strategi Pengembangan Daya Saing UMKM Indonesia : Studi Kasus Sentra Industri Tahu Cibuntu Bandung”
1.3 Perumusan Masalah 1. Bagaimanakah kondisi lingkungan internal UMKM di sentra industri Tahu Cibuntu? 2. Bagaimanakah kondisi lingkungan eksternal UMKM di sentra industri Tahu Cibuntu? 3. Bagaimanakah pemilihan strategi terbaik UMKM di sentra industri Tahu Cibuntu untuk meningkatkan daya saing menggunakan QSPM Matriks?
1.4 Tujuan Penelitian 1. Mengetahui kondisi lingkungan internal UMKM di sentra industri Tahu Cibuntu. 2. Mengetahui kondisi lingkungan eksternal UMKM di sentra industri Tahu Cibuntu. 3. Mengetahui strategi terbaik UMKM di sentra industri Tahu Cibuntu untuk meningkatkan daya saing dengan menggunakan QSPM Matriks.
12
1.5 Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis Penelitian ini berguna bagi peneliti dalam mengaplikasikan teori dengan kehidupan bisnis yang sesungguhnya di lapangan serta bagi penelitian selanjutnya dapat digunakan sebagai referensi yang berfokus pada pelaksanaan evaluasi strategi bisnis.
2. Kegunaan praktis Penelitian ini dapat berguna bagi sentra industri - sentra industri terkait agar dapat meningkatkan keunggulan bersaing (competitive advantage) dalam menghadapi MEA dan dapat bertahan dalam persaingan yang semakin ketat di masa sekarang dan yang akan datang.
1.6 Sistematika Penulisan Penulisan penelitian ini tersusun atas lima bab yang masing-masing terkait satu dengan yang lainnya dan tersusun secara berurutan seperti berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari tinjauan objek penelitian yang akan menerangkan secara singkat lingkup objek yanag akan diteliti, lalu latar belakang permasalahan yang diangkat sesuai dengan alas an yang mendasari peneliti untuk melakukan penelitian, lalu diikuti dengan perumusan masalah beserta tujuan dari penelitian ini serta sistematika penulisan yang menjabarkan urutan dari penulisan penelitian ini. BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab ini terdiri dari teori-teori serta pembahasan dari hasil penelitian sejenis sebelumnya yang menunjang dan dijadikan landasan oleh peneliti dalam melakukan penelitian. BAB III METODE PENELITIAN
13
Bab ini menjelaskan tentang lokasi penelitian, objek penelitian, operasional variabel, jenis dan sumber data, responden penelitian, metode pengumpulan data, pengujian instrumental penelitian, dan teknis analisis data. BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Bab ini menguraikan data penelitian serta hasil yang didapat dari penelitian kemudian disajikan dalam pembahasan yang menyeluruh sesuai dengan tujan penelitian. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini menyajikan kesimpulan yang diperoleh dari hasil pembahasan di bab sebelumnya yang disesuaikan dengan tujuan awal penelitian serta dilengkapi dengan saran yang disesuaikan dengan kekurangan yang masih ada dalam proses dan hasil dari penelitian.
14