I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Sektor usaha mikro, kecil dan menengah merupakan salah satu penggerak perekonomian nasional yang terbukti tahan terhadap adanya krisis ekonomi. Hal ini dapat dipahami karena UMKM merupakan kegiatan ekonomi rakyat (banyak) dengan skala kecil, dan bukan kegiatan ekonomi yang dikuasai beberapa orang. Beberapa keunggulan UMKM di banding usaha berskala besar seperti dinyatakan Partomo dan Soejoedono (2004)
adalah:
(1)
Inovasi
dalam teknologi
yang telah
dengan
mudah terjadi dalam pengembangan produk, (2) Kemampuan menciptakan kesempatan kerja, (3) Fleksibelitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi pasar yang berubah dengan cepat dibanding dengan perusahaan skala besar yang pada umumnya birokratis, dan (4) Terdapat dinamisme manajerial dan peranan kewirausahaan. UMKM saat ini telah menjadi sumber kehidupan bagi sebagian besar rakyat Indonesia dan mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional Indonesia. Apabila dilihat dari jumlah UMKM mengalami peningkatan sebesar 2,01 persen, yaitu dari 52.764.603 unit pada tahun 2009 menjadi 53.823.732 unit pada tahun 2010. Perkembangan jumlah usaha mikro, kecil, dan menengah dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Perkembangan jumlah pelaku usaha berdasarkan skala UNIT USAHA A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) - Usaha Mikro (UMi) - Usaha Kecil (UK) - Usaha Menengah(UM) B. Usaha Besar (UB)
Satuan (Unit) (Unit) (Unit) (Unit) (Unit)
Tahun 2009 Tahun 2010 52.764.603 53.823.732 52.176.795 546.675 41.133 4.677
53.207.500 573.601 42.631 4.838
Usaha mikro merupakan skala usaha yang jumlahnya paling besar dibandingkan dengan skala usaha lainnya terhadap total usaha yang ada di Indonesia, yaitu sekitar 98,88 persen pada tahun 2009 dan 98,85 persen pada tahun 2010. Pada tahun 2010 kontrubusi UMKM terhadap PDB tercatat sebesar Rp 2.993 triliun. Pada 2010 UMKM sudah mampu
menyerap tenaga kerja lebih dari 90 juta orang, yang membuktikan bahwa penciptaan
lapangan
kerja
terbesar
berasal
dari
usaha
mikro
(http://www.depkop.go.id, 2011). Perkembangan jumlah tenaga kerja menurut skala usaha tahun 2009-2010 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah tenaga kerja menurut skala usaha tahun 2009-2010 TENAGA KERJA A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) - Usaha Mikro (UMi) - Usaha Kecil (UK) - Usaha Menengah(UM) B. Usaha Besar (UB)
Satuan (Orang)
Tahun 2009 Tahun 2010 96.211.332 99.401.775
(Orang) (Orang) (Orang)
90.012.694 3.521.073 2.677.565
93.014.759 3.627.164 2.759.852
(Orang)
2.674.671
2.839.711
Usaha mikro juga memiliki kontribusi terbesar dalam penyerapan tenaga kerja, yaitu sebesar 91,03 persen dari total tenaga kerja pada tahun 2009, begitu juga pada tahun 2010 sebesar 90,98 persen dari total tenaga kerja yang terserap berasal dari usaha mikro. Hal ini menunjukkan bahwa usaha mikro telah berperan besar dalam menciptakan lapangan pekerjaan sehingga dapat mengatasi masalah pengangguran. Kota Bogor merupakan salah satu kota perdagangan yang mendukung pengentasan kemiskinan, pengangguran dan penciptaan lapangan kerja bagi masyarakat. Tahun 2010 jumlah UMKM di Kota Bogor mencapai 32.901 unit, 2193 diantaranya telah masuk ke dalam pembinaan Pemerintah Kota Bogor. Jumlah tenaga kerja yang diserap di sektor UMKM sampai tahun 2010 mencapai 58.429 orang. Sedangkan dari jumlah asset atau investasi capaian UMKM di tahun 2010 berkisar pada angka Rp 575.397.110.000 (http://www.kotabogor.go.id, 2011). Usaha skala mikro menjadi pilihan yang diambil oleh beberapa tempat karena membutuhkan modal yang tidak besar serta menawarkan harga jual produk yang lebih mudah diterima / dijangkau masyarakat. Dari sekian banyak UMKM (Usaha Mikro, Kecil Menengah) di kota Bogor, salah satu bidang yang potensial adalah usaha makanan. Usaha makanan merupakan usaha yang potensial, salah satu alasannya karena kebiasaan masyarakat yang mulai berubah yang menginginkan makanan
yang cepat saji dan praktis daripada membuatnya sendiri. Peluang tersebut tidak disia-siakan oleh para pengusaha yang ada di Kota Bogor. Alasan manusia pasti butuh makan menjadi dasar bagi para pelaku bisnis untuk membuka dan mengembangkan usaha di bidang makanan. Bisnis makanan sebagai bagian dalam rangkaian sistem agribisnis, merupakan salah satu sistem pengolahan yang banyak dikembangkan dan sangat prospektif, karena bagaimanapun, setiap individu memerlukan asupan energi untuk mempertahankan hidupnya. Salah satu usaha mikro yang bergerak dalam bidang usaha makanan jajanan di Kota Bogor adalah usaha surabi. Jajanan ini merupakan jajanan yang popular hampir di seluruh Indonesia, namun belum ada data yang pasti mengenai populasi pengusaha surabi di Indonesia maupun di Bogor. Berdasarkan pengamatan di Kota Bogor pada tahun 2011 terdapat beberapa kedai surabi antara lain, Surabi Djanda, Surabi BNR, Surabi Royale, Paramuda Surabi dan Surabi Duren. Selain kandungan gizi yang terdapat pada makanan, faktor yang paling mendasar adalah rasa dari makanan yang dijual, hal itu yang memicu pengusaha makanan untuk membuat menu baru maupun memodifikasi menu demi menarik minat konsumen. Usaha makanan yang sudah lama berdiri maupun yang baru dibuka berusaha untuk mengenalkan atau menawarkan menu-menu baru agar dapat diterima dengan baik oleh para konsumen baik dari kalangan muda maupun kalangan orang tua. Warung Surabi adalah salah satu usaha kecil menengah yang menggeluti usaha panganan di Kota Bogor. Usaha ini belum lama berdiri sehingga masih membutuhkan banyak masukan. Dalam suatu usaha baik dalam skala kecil maupun besar sebaiknya memiliki studi kelayakan usaha. Studi kelayakan usaha diperlukan untuk melihat sebuah gambaran mengenai layak atau tidak layaknya suatu usaha yang akan dijalankan. Sebelumnya perusahaan ini belum melakukan analisis terhadap kelayakan usahanya, maka penelitian ini dilakukan, agar dapat menjadi masukan bagi perusahaan. 1.2. Perumusan Masalah
Mendirikan usaha ini bisa dilakukan siapapun yang memiliki modal, tetapi untuk menjadikan suatu usaha menjadi sukses bukanlah hal yang mudah. Jika mampu dikelola dengan baik, bisnis pengolahan makanan akan berjalan lancar. Dalam bidang usaha pengolahan makanan terdapat persaingan, persaingan yang ada berupa upaya menarik perhatian konsumen, mempertahankan, atau bahkan persaingan dalam merebut pangsa pasar. Salah satu UKM di bidang pengolahan makanan yang terdapat di Bogor adalah Warung Surabi. Produk yang dihasilkan Warung Surabi adalah surabi yang beraneka rasa. Warung Surabi memulai usahanya pada November 2009 di Jalan Pondok Rumput No 14. Tabel 3. Data penjualan Warung Surabi Bulan Tahun 2010 Tahun 2011
Jan 780
Feb 807
Mar 825
Apr 816
Mei 880
Jun 925
Jul 943
Ags 907
Sep 925
Okt 988
Nov 1.025
Des 1.034
1,075
1,096
1,137
1,148
1,117
1,168
1,210
1,230
1.241
1,158
1,199
1,189
Data penjualan Warung Surabi menunjukkan adanya peningkatan jumlah penjualan. Berdasarkan data pada Tabel 3 pemilik Warung Surabi melihat potensi dalam usaha ini, oleh karena itu pemilik berniat untuk mengembangkan usahanya dengan cara pembukaan cabang baru. Pemilihan lokasi pengembangan usaha memerlukan pertimbangan, karena hal itu bertujuan agar konsumen dapat dengan mudah menjangkau tempat usaha. Berdasarkan wawancara dengan pemilik Warung Surabi, lokasi yang dipilih adalah kampus Pakuan. Lokasi tersebut dianggap strategis karena dekat dengan konsumen. Dari hal yang diuraikan pada latar belakang dapat disusun beberapa pertanyaan berikut : 1. Apakah pengembangan usaha warung surabi layak dilakukan, dilihat dari aspek pasar, aspek teknis dan teknologis, aspek manajemen dan operasional, maupun aspek finansial ? 2. Bagaimana sensitivitas perusahaan terhadap perubahan yang terjadi ?
1.3. Tujuan Penelitian 1. Menganalisis kelayakan pengembangan usaha Warung Surabi dilihat dari aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologis, aspek manajemen dan operasional, serta aspek finansial. 2. Menganalisa sensitivitas perusahaan terhadap perubahan yang terjadi. 1.4. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan di tempat usaha Warung Surabi di Jalan Pondok Rumput No 14, Kecamatan Tanah Sareal, Bogor, dengan ruang lingkup ditekankan pada pengembangan usaha Warung Surabi yang didasarkan pada kelayakan usahanya.