I. PENDAHULUAN
1.I. Latar Belakang Sektor perbankan memiliki peran penting dalam menggerakkan pertumbuhan perekonomian di Indonesia, hal tersebut dikarenakan industri ini menguasai 80 persen aset seluruh sektor keuangan, seperti asuransi, lembaga pembiayaan, dana pensiun, sekuritas dan pegadaian. Oleh karena itu fungsi intermediasi yang dimiliki bank selalu menjadi sorotan dalam menentukan kinerja suatu bank (Infobank, 2008). Pertumbuhan
perbankan
syariah
di
Indonesia
dimulai
sejak
diberlakukannya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 dengan salah satu pokok materinya yaitu “Kemudahan pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan usaha bank, dengan dimungkinkannya bank umum untuk menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional dan sekaligus menjalankan pola pembiayaan dan kegiatan lain berdasarkan prinsip syariah”. Dengan adanya undang-undang ini, perbankan syariah di Indonesia mendapat kesempatan yang lebih luas untuk berkembang dan melakukan kegiatan
usahanya.
Berdasarkan
statistik
Perbankan
Indonesia,
perkembangan Perbankan Syariah dapat dilihat dalam Tabel 1 berikut: Tabel 1. Perkembangan jaringan kantor bank syariah nasional Kelompok Bank 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Jumlah Bank Bank Umum Syariah 2 2 2 2 3 3 3 3 5 (BUS) Unit Usaha Syariah 3 3 6 8 15 19 20 26 27 (UUS) Jumlah Kantor Bank BUS + UUS 62 96 127 253 355 504 531 597 820 _ _ _ _ _ _ _ 456 1195 Office Channeling BPRS 78 81 83 84 88 92 105 114 131 Total 140 177 210 337 443 596 1092 1906 2421 Sumber: www.bi.go.id
2
Bank berdasarkan prinsip syariah atau bank Islam, seperti halnya konvensional,
juga
berfungsi
sebagai
suatu
lembaga
intermediasi
(intermediary institution), yaitu menyerap dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana-dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk fasilitas pembiayaan. Perbedaannya adalah bahwa bank syariah melakukan kegiatan usahanya tidak berdasarkan bunga tetapi berdasarkan prinsip syariah, yaitu prinsip pembagian keuntungan (profit lost sharing principle). Sumber dana terbesar yang dimiliki oleh bank berasal dari dana simpanan masyarakat atau dana pihak ketiga (DPK) yang berupa simpanan tabungan, giro dan deposito (Kasmir dalam Rohaeni 2009). Sumber dana tersebut akan disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan. Berdasarkan statistik perbankan Indonesia di akhir tahun 2007, 76.48 persen dari aset perbankan syariah digunakan untuk pembiayaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemberian pembiayaan merupakan kegiatan usaha yang mendominasi pengalokasian dana bank. Pembiayaan dalam Bank Syariah terbagi menjadi tiga jenis yaitu pembiayaan berdasarkan bagi hasil, pembiayaan jual beli dan pembiayaan berdasarkan sewa operasional. PT. Bank X merupakan bank syariah yang menguasai pangsa pasar paling besar di industri perbankan syariah pada tahun 2009, baik untuk aset (33,84 persen), DPK (38,84 persen), maupun pembiayaan (33,73 persen). Pertumbuhan ketiga komponen tersebut berada di atas pertumbuhan industri perbankan syariah yang sebesar 30 persen. pertumbuhan laba PT. Bank X
Pada
akhir
tahun
2009
mengalami pertumbuhan yang mencapai
48,47persen dari tahun sebelumnya dan fungsi Intermediasi yang dijalankan oleh PT. Bank X pun cukup baik hal tersebut tercermin dari nilai financing to deposit ratio (FDR) yang mencapai 83,07 persen (www.bankx.co.id). Perkembangan perekonomian di Indonesia yang semakin meningkat mengakibatkan persaingan di industri perbankan terutama perbankan syariah semakin kompetitif, dan ini merupakan tantangan sekaligus peluang bagi PT. Bank X . PT. Bank X , harus mampu mempertahankan keunggulan yang dimilikinya dalam industri perbankan syariah, serta memanfaatkan peluang
3
yang ada untuk meningkatkan pangsa pasar. Untuk mempertahankan kondisi tersebut PT. Bank X dituntut untuk meningkatkan pengelolaan bank secara maksimal. Pengelolaan kegiatan bank yang baik dapat dilihat dari proses penghimpunan dana dan penyaluran dana yang dilakukan oleh bank bersangkutan. Proses penyaluran dana yang berarti pemberian pembiayaan akan berjalan dengan lancar apabila bank dapat menghimpun DPK dengan baik. Dan secara langsung hal tersebut akan berdampak pada perkembangan laba yang akan diperoleh pihak bank. Besarnya pembiayaan yang diberikan tergantung dari DPK yang berhasil dihimpun oleh pihak bank. Dari analisis ini dapat diketahui kinerja bank sehingga dapat dijadikan sumber informasi dalam merumuskan strategi perusahaan serta menjadi dasar pengambilan keputusan oleh pihak lain yang berkepentingan terhadap bank tersebut. Bank X KCP merupakan salah satu Kantor Cabang Pembantu (KCP) PT. Bank X yang terletak di kota Bogor. Tujuan didirikannya Bank X KCP adalah dalam rangka meningkatkan pangsa pasar PT. Bank X . Bank X KCP memiliki peran penting dalam mempertahankan keunggulan yang dimiliki bank, diantaranya yaitu membantu kantor cabang dalam memasarkan produk dan jasa bank kepada masyarakat dan membantu kantor cabang dalam memberikan kontribusi laba secara keseluruhan.
1.2. Perumusan Masalah Perubahan perekonomian yang sangat fluktuatif di Indonesia seperti tidak stabilnya nilai tukar rupiah dan indeks harga saham gabungan (IHSG) serta inflasi merupakan tantangan bagi lembaga keuangan dan pelaku ekonomi. Oleh karena itu, Bank Umum Syariah yang merupakan suatu lembaga keuangan berbasis syariah harus mengelola kegiatan bank dengan baik, sehingga fungsi intermediasinya dapat berjalan dengan baik pula. Kegiatan bank yang harus dikelola adalah DPK dan penyaluran dana yaitu pemberian pembiayaan. Baik tidaknya pengelolaan aktivitas bank secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap laba yang akan diperoleh bank. Kemampuan bank dalam memberikan pembiayaan tergantung dari jumlah
4
DPK yang dimiliki bank. Bank harus dapat mengelola DPK dan pemberian pembiayaan dengan baik agar fungsi bank sebagai lembaga intermediasi dapat berjalan dengan baik dan dapat mencapai laba yang telah ditetapkan. Dari uraian tersebut ada beberapa permasalahan yang akan dibahas antara lain : 1. Bagaimana perkembangan dana pihak ketiga, pembiayaan, financing to deposit ratio serta laba Bank X KCP pada tahun 2007-2009 ? 2. Bagaimana komposisi pembiayaan pada Bank X KCP? 3. Bagaimana pengaruh perubahan dana pihak ketiga, pembiayaan serta financing to deposit ratio terhadap laba Bank X KCP?
1.3. Tujuan Penelitian Berkaitan dengan permasalahan di atas, tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis perkembangan dana pihak ketiga, Pembiayaan, dan financing to deposit ratio, serta laba Bank X KCP pada tahun 20072009. 2. Menganalisis komposisi Pembiayaan pada Bank X KCP. 3. Menganalisis pengaruh perubahan dana pihak ketiga, pembiayaan dan financing to deposit ratio terhadap laba Bank X KCP.
1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbang saran positif untuk perusahaan dalam pencapaian laba yang telah ditetapkan. 2. Bagi pembaca untuk menambah wawasan keilmuan serta sebagai salah satu bahan referensi untuk melakukan penelitian lanjutan.
5
1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mengenai analisis pengaruh DPK, pembiayaan, dan nilai FDR bank terhadap laba. Penelitian ini hanya difokuskan pada perkembangan DPK yang terdiri dari tabungan, deposito, dan giro. Perkembangan pembiayaan, dan perkembangan nilai FDR yang diperoleh dari total pembiayaan per total DPK serta pengaruh DPK, pembiayaan dan nilai FDR tersebut terhadap laba bersih PT. Bank X KCP. Sedangkan sumber pendanaan lain yang mempengaruhi laba tidak dimasukkan dalam penelitian. Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data per empat bulan dari tahun 2007 sampai tahun 2009 pada Bank X KCP.