Prosiding SENTIA 2016 – Politeknik Negeri Malang
Volume 8 – ISSN: 2085-2347
PELUANG MENINGATKAN KINERJA DAN DAYA SAING UNIT USAHA SYARIAH (UUS) MELALUI SPIN OFF MENJADI BANK UMUM SYARIAH (BUS) DI INDONESIA Rukmana
[email protected] STIE Ekuitas Bandung
Abstrak Penelitian yang menganalisis potensi, preferensi dan perilaku masyarakat terhadap bank syariah, dapat dihasilkan peta pengembangan bank syariah di seluruh kabupaten/kota di Indonesia, Perlu Adanya Peningkatan Pelayanan, Promosi dan Sosialisasi edukasi perlu di tingkatkan. Untuk meningkatkan daya saing unit usaha syariahnya adalah dengan memberikan keleluasaan untuk mengatur strategi bisnisnya dan lebih fokus melalui spin off. Tahun 2015 jumlah bus sebanyak 12 dapat mengelola aset Rp.213.413 milyar tumbuh pesat, sementara uus yang berjumlah 22 hanya mengelola Rp.82.839 Atau kinerja BUS selama 5 tahun terakhir aset tumbuh rata-rata 301%, sementara UUS dengan waktu yang sama aset tumbuh rata 32%. unit usaha syariah yang melaksanakan spin off mengalami pekembangan yang cukup pesat yaitu BRI Syariah spin off tahun 2009, BNI Syariah dan BJB Syariah spin off tahun 2010, selama menjadi uus kurang lebih 10 tahun aset tumbuh rata-rata per tahun Rp.100 milyar akan tetapi setelah menjadi BUS total aset Rp.6.445 juta atau kurang lebih tumbuh rata Rp.1 tri per tahun. Mekanisme dan proses Proses spin off terstandar. Kata kunci : Spin off, Kinerja UUS, Kinerja BUS.
Jambi, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan. Penelitian-penelitian ini telah memberikan gambaran terhadap potensi pengembangan bank syariah dan perilaku masyarakat (secara individual) terhadap bank syariah di masing-masing provinsi, namun masih bersifat parsial. Dengan memanfaatkan hasil-hasil penelitian tersebut sehingga dapat dihasilkan peta pengembangan bank syariah di seluruh kabupaten/kota di Indonesia. Sementara hasil survey potensi pasar dan prilaku nasabah bank syariah yang dilakukan di 31 kabupaten/kota Jawa Timur pada Agustus 2012 1 melibatkan 620 responden yang diwawancarai dengan panduan kuisioner serta FGD di 4 kota (Jember, malang, kendiri dan Surabaya) dengan tujuan untuk; 1). Mendapat gambaran tentang Potensi Pasar, Karakter dan Perilaku Nasabah, serta Lokasi dan Potensi Wilayah untuk pelayanan syariah, dan 2).Data dan informasi pendukung yang dapat memperluas aspek kajian dan analisis penyusunan blue print dan road map spin off. Hasil penelitian menunjukan bahwa; Nasabah mendukung adanya Bank Syariah, Adanya Potensi untuk meraih nasabah, Tingginya
1. Pendahuluan Perkembangan bank syariah yang sangat pesat menunjukkan keberadaan bank syariah dapat diterima dan disambut dengan baik oleh masyarakat dan menunjukkan besarnya permintaan masyarakat terhadap bank syariah. Namun muncul pandangan lain yang menyatakan bahwa tingginya pertumbuhan bank syariah selama ini lebih karena bank ini masih baru, jika dibandingkan dengan sejarah perbankan konvensional, periode perkembangan bank syariah masih sangat pendek. Seberapa besar pasar yang tersedia sebenarnya belum diketahui. Apakah bank syariah mampu menjadi lembaga perbankan yang besar dan kuat berdampingan dengan bank konvensional masih menjadi tanda tanya. Pandangan ini didasarkan pada porsi kinerja bank syariah yang baru mencapai angka sebesar 4,83 persen dari kinerja perbankan nasional, setelah kurang lebih 23 tahun berdiri (1992-2015). Penelitian yang menganalisis potensi, preferensi dan perilaku masyarakat terhadap bank syariah telah dilaksanakan oleh Bank Indonesia dengan bekerja sama dengan berbagai perguruan tinggi dan lembaga penelitian, Dalam kurun waktu tahun 2000-2004, penelitian yang menganalisis potensi, preferensi dan perilaku masyarakat terhadap bank syariah setidaknya telah dilakukan di 10 provinsi, yaitu di Jawa Barat, Jawa Tengah dan DIY, Jawa Timur, Jakarta-BogorTangerang-Bekasi (Jabotabek), Sumatera Utara,
1
Survey dilakukan oleh PT. Bataza Tazkia, Agustus 2012 di Jawa Timur
H-50
Prosiding SENTIA 2016 – Politeknik Negeri Malang
pengetahuan nasabah atas keberadaan bank syariah tidak diimbangi dengan pemahaman atas produkproduk bank syariah. Perlu Adanya Peningkatan Pelayanan, Promosi dan Sosialisasi edukasi perlu di tingkatkan, Perlu peningkatan pemahaman produk syariah kepada pegawai uus. Perubahan preferensi masyarakat ini harus diimbangi dengan inovasi bank syariah untuk menyesuaikan dengan perubahan kebutuhan dan kondisi ekonomi masyarakat. Salah satu upaya Bank konvensional yang mempunyai unit usaha syariah untuk meningkatkan daya saing unit usaha syariahnya adalah dengan memberikan keleluasaan untuk mengatur strategi bisnisnya dan lebih fokus, sehingga pertumbuhan volume usahanya lebih meningkat dibanding saat ini Jumlah bank umum yang telah membuka Unit Usaha Syariah (UUS) per Desember 2015 sebanyak 22 bank. Sedangkan Bank Umum Syariah (BUS) yang telah hadir berjumlah 12 bank. Jumlah UUS mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini sebagai konsekuensi dari konversi 2 UUS & spin off 2 UUS yang menjadi BUS baru. Pemisahan atau Spin off UUS menjadi BUS dapat ditempuh melalui dua alternatif yaitu: 1) mendirikan BUS baru dan memindahkan aset, 2) melakukan akuisisi BUK dan mengkonversinya menjadi BUS baru hak dan kewajiban UUS kepada BUS yang bersangkutan, atau 3) mengkonversi langsung dari konvensional menjadi syariah (yang berubah adalah kegiatan usahanya) 2. Masing-masing cara mempunyai kelebihan dan kekurangannya, sehingga untuk memilih yang tepat sangat bergantung pada kondisi masing-masing UUS dan Bank induknya. Sebelum proses spin off UUS setiap bank konvensional, perlu dilakukan kajian agar keputusan spin off ini dapat dipertanggung jawabkan serta dilaksanakan dengan proses dan prosedur yang benar. Selain melihat kelayakan, kajian atas spin off juga diperlukan untuk memastikan proses spin off yang akan dilakukan dapat mengantisipasi dan terhindar dari beberapa kemungkinan risiko dan konsekuensi atas spin off seperti: (a) captive market lebih kecil; (b) BEP lebih lama sebagai akibat adanya tambahan investasi & restrukturisasi bisnis; (c) rendahnya kesiapan SDM & infrastruktur; (d) rendahnya pendayagunaan sumberdaya Bank; (e) semakin sulitnya pembukaan jaringan co-location; (f) semakin kecilnya dukungan langsung divisi terkait dari Bank; (g) rendahnya sinergi dengan Bank; (h) fungsi organisasi support harus dibangun dari nol dan (i) menurunnya CAR serta BMPK Bank.
Volume 8 – ISSN: 2085-2347
Tujuan Kajian Secara umum, tujuan kajian ini adalah untuk memberikan gambaran kepada pihak-pihak yang berkepentingan tentang arah pengembangan UUS setelah dilakukan pemisahan menjadi BUS dan prospek bisnisnya. yang lebih inovatif dan variatif dibanding ketika menjadi UUS, sehingga dapat dijadikan acuan dalam mengembangkan kinerja dan penetapan strategi bisnis usahanya yang lebih focus. Cakupan Kajian Untuk menjawab tujuan kajian, cakupan kajian ini meliputi implementasi Strategi dan Skenario Spin off meliputi Strategi Pra Spin off, Pelaksanaan Spin off, Proses Konversi (bila spin off dilakukan melalui akuisisi BUK), Pengadaan dan Pelatihan SDM, Penyusunan Corporate Identity dan lainnya. 2. TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Ekonomi Syariah Ekonomi dalam terminologi syariah termasuk ke dalam kelompok muamalah, dan muamalah termasuk pada bagian syariat yang terkait erat dengan aqidah dan akhlaq (surat Ibrahim: 24-26): Kekhususan ekonomi Islam atau ekonomi syariah terletak pada karakteristik dan wataknya yang sangat berbeda dengan individualisme dan kapitalisme serta berbeda pula dengan sosialisme-komunisme. Secara umum, ekonomi Islam atau ekonomi syariah dibangun atas empat landasan filosofis yaitu: (1) Tauhid (Ilahiyah), (2) keadilan, (3) kebebasan, dan (4) pertanggungjawaban (akhlaq). Pengertian Bank Syariah Pengembangan perbankan yang didasarkan kepada konsep dan prinsip ekonomi Islam merupakan suatu inovasi dalam sistem perbankan internasional. Menurut batasan dalam Peraturan Bank Indonesia nomor 2/8/PBI/2000 pasal 1, Bank Syariah adalah “Bank umum sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan undang-undang nomor 10 tahun 1998, yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, termasuk unit usaha syariah dan kantor cabang bank asing yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah”. Adapun unit usaha syariah adalah unit kerja di kantor pusat bank konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang syariah. Menurut UU No.21 tahun 2008 tentang perbankan syariah, ” Bahwa Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
.
H-51
Prosiding SENTIA 2016 – Politeknik Negeri Malang
Ada beberapa perbedaan mendasar antara bank konvensional dengan bank syariah (Antonio, 2001). Pertama, dari segi akad dan aspek legalitas. Akad yang dilakukan di bank syariah memiliki konsekuensi duniawi dan ukhrawi karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum Islam. Kedua, dari sisi struktur organisasi, Bank Syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank konvensional, namun unsur yang membedakannya adalah keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah yang bertugas mengawasi operasional bank dan produkproduknya agar sesuai dengan garis-garis syariah. Ketiga, berkenaan dengan bisnis dan usaha yang dibiayai. Bisnis dan usaha yang dijalankan oleh para peminjam tidak terlepas dari hukum Islam. Kehalalan usaha merupakan prasyarat penting agar suatu bidang usaha boleh dibiayai oleh perbankan Islam. Keempat, berkaitan dengan lingkungan kerja dan budaya perusahaan (corporate culture). Dalam hal etika, sifat amanah dan shiddiq harus melandasi setiap pribadi karyawan, sehingga tercipta profesionalisme yang berdasarkan Islam. Dalam hal reward and punishment yang berlaku dalam perusahaan diperlukan prinsip keadilan yang sesuai dengan syariah. Perbankan syariah beroperasi atas dasar prinsipprinsip syariah. Prinsip syariah merupakan aturan dasar atau aturan pokok yang berdasarkan hukum Islam. Adapun untuk prinsip-prinsip operasional lain, dapat digunakan oleh bank syariah dalam kegiatan usaha sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta mendapat persetujuan Bank Indonesia dan atau OJK dan Dewan Syariah Nasional.
Volume 8 – ISSN: 2085-2347
Prinsip jual beli meliputi murabahah, salam, dan istishna’. Prinsip murabahah umumnya diterapkan dalam pembiayaan pengadaan barang investasi. Salam adalah pembelian barang yang ditangguhkan dengan pembayaran di muka. Istishna’ menyerupai salam, namun istishna’ pembayarannya dapat dimuka, dicicil atau dibelakang. Skim isthisna’ dalam bank syariah umumnya diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur, industri kecil-menengah, dan konstruksi. b. Prinsip Sewa Beli (Ijarah Wa Iqtina atau Ijarah Muntahiyyah Bittamlik) Ijarah wa iqtina atau ijarah muntahiyyah bittamlik adalah akad sewa menyewa suatu barang antara bank dengan nasabah, dimana nasabah diberi kesempatan untuk membeli obyek sewa pada akhir akad. c. Prinsip Bagi Hasil (Syirkah) Beberapa bentuk produk yang menggunakan prinsip bagi hasil adalah musyarakah, mudharabah mutlaqah, dan mudharabah muqayyadah. Pengaplikasian musyarakah dalam perbankan umumnya untuk pembiayaan usaha dimana nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut. Semua modal dicampur untuk dijadikan modal usaha, dan manajemennya pun dikelola bersama-sama. Dalam pengimplementasian produk mudharabah mutlaqah, jumlah modal yang bersama. Hasil dari pengelolaan modal pembiayaan mudharabah diperhitungkan dengan cara perhitungan dari pendapatan proyek (revenue sharing) dan dari perhitungan keuntungan proyek (profit sharing). Karakteristik mudharabah muqayyadah pada dasarnya sama dengan persyaratan mudharabah mutlaqah.
Prinsip dan Produk Perbankan Syariah Secara umum dikenal dua bentuk utama dalam operasional perbankan syariah, yaitu penghimpunan dana dan penyaluran dana. Tiap bentuk tersebut dapat diuraikan lagi berdasarkan prinsip-prinsip yang mendasarinya.
Studi Terdahulu Berikut dipaparkan hasil penelitian tentang perkembangan dan permasalahan pengembangan perbankan Islam, serta khususnya berkenaan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat dalam penggunaan bank Islam. Dalam hal preferensi terhadap perbankan syariah, motivasi keagamaan merupakan landasan utama interaksi nasabah dari golongan muslim, di atas pertimbangan tingkat jasa yang dapat ditawarkan. Hasil penelitian (Eryanto, 2000)3 menunjukkan bahwa persepsi nasabah merupakan hal yang perlu untuk diperhatikan, karena persepsi masyarakat merupakan suatu faktor penentu dalam memilih bank. Persepsi nasabah terhadap suatu bank sebenarnya merupakan penilaian relatif
a. Penghimpunan Dana Prinsip operasional syariah yang telah diterapkan secara luas dalam penghimpunan dana masyarakat selama ini adalah prinsip Wadi’ah dan Mudharabah. Penyaluran Dana Dalam menyalurkan dana kepada nasabah, secara garis besar terdapat 4 (empat) kelompok prinsip operasional syariah, yaitu prinsip jual beli (bai’), sewa beli (ijarah), bagi hasil (syirkah), dan pembiayaan lainnya. a. Prinsip Jual Beli (Bai’)
H-52
Prosiding SENTIA 2016 – Politeknik Negeri Malang
Volume 8 – ISSN: 2085-2347
nasabah yang meliputi beberapa atribut bank tersebut dibandingkan dengan bank yang lain. Dari hasil analisis diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi nasabah mendukung kepentingan nasabah dalam memilih bank. Oleh sebab itu, untuk masa yang akan datang, bank perlu mengetahui faktorfaktor utama yang mempengaruhi nasabah dalam memilih bank sehingga pihak bank sendiri dapat memperbaiki strategi pemasaran mereka. Apabila memperhatikan unit usaha syariah yang melaksanakan spin off mengalami pekemnbangan yang cukup pesat, BNI syariah ketika menjadi uus total aset selama 8-9 tahun (selama menjadi uus) aset yang terkumpul sebesar Rp.3.989.05 juta sedangkan setelah memisahkan diri selama 6 tahun aset sdh mencapai Rp.23.017,67 juta, Begitupun yang dialami BRI Syariah selama menjadi uus total aset sebesar Rp.3.178,39 juta sementara setelah menjadi BUS terkumpul sebesar Rp.20.568,27 Juta dan Bank Jabar Banten Syariah selama menjadi UUS sebesar Rp.1.051,57 juta selama 10 tahun atau rata-rata per tahun Rp.100 milyar akan tetapi setelah menjadi BUS total aset Rp.6.445 juta atau kurang lebih Rp.1 tri per tahun
Pembahasan A. Perkembangan Industri Perbankan Syariah UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah merupakan penyempurnaan atas undang-undang yang ada khusus mengenai perbankan syariah, dengan demikian bank yang beroperasi menggunakan sitem bagi hasil tambah leluasa, walaupun sebelum keluar undang-undang ini, kegiatan operasional bank syariah ada dalam Peraturan Pemerintah No. 72 tahun 1992 tentang Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil. Setelah diberlakukannya uu No.21 tahun 2008, industri perbankan syariah berkembang sangat pesat. Dari sisi kelembagaan, pada tahun 2008 jaringan perbankan syariah mengalami peningkatan selama 8 tahun terakhir sebesar 16,06% yaitu dari tahun 2008 sebanyak 5 BUS menjadi 12 BUS, namun uus mengalami penurunan sebesar (2,69%) sebagai konsekwensi berdirinya BUS. Secara rinci terlihat pada tabel 2 Tabel 1. Perkembangan Jaringan Kantor & Kinera Perbankan Syariah
B. Proyeksi Industri Perbankan syariah 1. Asumsi-asumsi Penting Asumsi penting yang dibuat dalam penyusunan proyeksi bisnis Bank Umum Syariah baru adalah: Bank menempatkan modal awal minimal sesuai ketentuan (di sarankan ada pada buku 2) termasuk yang ada dan telah disisihkan di Unit Usaha Syariah, bahwa setelah tahun kelima modal BUS harus mencapai Rp.1 Triliun. Penambahan modal dapat dilakukan melalui IPO atau dengan menggandeng partner strategis (Strategic Partner) Bank memberikan peluang bagi Bank umum Syariah untuk membuka kantor layanan syariah di setiap outlet Bank. Bank umum Syariah menggunakan tenaga outsource untuk tenaga non core banking. Bank umum Syariah menggunakan Core Banking System (CBS) dari pihak ketiga (outsource) 2. Inventasi dan belanja modal (disesuaikan dengan keperluan diantara biaya konsultan penyusunan setudy kelayakan, dan lainlain) 3. Volume Usaha (dana pihak ketiga, oleh Bank Umum Syariah pada tahun pertama diproyeksikan sampai tahun kelima dengan menyesuaikan antara kekuatan pasar dan
dilihat dari kinerja UUS lebih lambat di bandingkan dengan BUS tahun 2011 dengan 11 bus dapat mengelola aset sebesar Rp.11.693 milyar sementara uus dengan 24 bus mengelola aset sebesar Rp.28.536 milyar, namun seiring perkembangan waktu di tahun 2015 bus yang 12 dapat mengelola aset Rp.213.413 milyar tumbuh pesat, sementara uus yang berjumlah 22 hanya mengelola Rp.82.839 Atau kinerja BUS selama 5 tahun terakhir aset tumbuh rata-rata 301%, sementara UUS dengan waktu yang sama aset tumbuh rata 32%
H-53
Prosiding SENTIA 2016 – Politeknik Negeri Malang
target minimal harus dicapai Pembiayaan Pada awal, komposisi pembiayaan lebih banyak pada akad Murabahah. Sejalan dengan pemahaman syariah yang semakin baik disertai dengan saling kepercayaan antara nasabah dan Bank umum Syariah maka komposisi mudharabah dan musyarakah semakin besar. Dengan target mencapai FDR & ROA yang sehat & Aset Dengan kinerja tersebut, maka aset Bank Umum Syariah sudah dapat tergambarkan. 4. Proyeksi keuangan ( Pendapatan & Beban, Bank menetapkan tingkat ekspektasi margin dan bagi hasil per tahun, sesuai dengan perhitungan yang menguntungkan selain fee base income Sementara beban yang harus ditanggung oleh Bank Umum Syariah terdiri dari beban dari investasi tidak mengikat dan mengikat) 5. Proyeksi Ratio Keungann (ditargetkan memenuhi ratio sehat sekalipun bertahap).
Volume 8 – ISSN: 2085-2347
umum Syariah melakukan outsources pada pihak ketiga, dengan pertimbangan : (1.Dapat disesuaikan, 2.leluasa & Lebih focus, 3.biaya terkendali, 4.mengikuti trend dan pleksibel) 5. Sarana dan Prasarana Salah satu kebijakan strategis dari Bank Induk terkait dengan sarana dan prasarana adalah dengan cara memanfaatkan sarana dan prasarana atau asetaset Bank Induk yang belum dioptimalkan. D. Implementasi Strategi dan Skenario Spin off meliputi Strategi Pra Spin off, Pelaksanaan Spin off, Proses Konversi (bila spin off dilakukan melalui akuisisi BUK), Pengadaan dan Pelatihan SDM, Penyusunan Corporate Identity dan lainnya. 1. Strategi Pra Spin off Agar proses spin off berjalan efektif dan efisien sesuai dengan sasaran yang ditetapkan, perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut ; (a). Pembentukan tim spin off, b). Penunjukkan konsultan & atau advisor c). Membuat kajian kelayakan spin off, d). Menghitung cost leverage, e). Mengidentifikasi pemenuhan peraturan dll, f). Merancang transfer aset & Liabilities g). Membuat proyeksi bisnis dan keuangan dan h). Rekomendasi hal-hal strategis. 2. Pelaksanaa Spin off Spin off merupakan proses pendirian bank baru, tahapan untuk menjadi bank baru perlu memperoleh ijin sebagaimana ketentuan yang ada yaitu; (1).penyertaan modal, 2). Ijin prinsip, 3). Ijin pendirian PT (bagi yang belum) Fit & propertest pengurus bus dan 4). Ijin usaha 3. Pelaksanaan Spin off ( Pengadaan & Pelatihan SDI/M penyususunan Corporate Identity dan lainnya • Persiapan Pemisahan • Penyusunan Kebijakan & Prosedur Pemisahan • Assesment Test Bagi Karyawan Bank Induk Yang Akan Migrasi • Pemasangan Iklan Pengumuman Ringkasan Rancangan Pemisahan di Media Massa • Sosialisasi Kepada Nasabah terkait Pemisahan dan Migrasi Transfer Aset • Penerbitan Pernyataan Tidak Ada Keberatan dari Kreditur dan Pihak Ketiga • Pelaksanaan RUPS di 2 Bank Terkait Persetujuan Melakukan & Menerima Pemisahan • Penandatanganan Akta Pemisahan dan Akta Persetujuan Melakukan Pemisahan dan Akta Persetujuan Menerima Pemisahan • Sosialisasi kepada Jajaran UUS terkait Kebijakan Migrasi SDM
C. Faktor-faktor Kunci Keberhasilan yang meliputi Komitmen Manajemen: Permodalan, Sumber Daya Manusia, Teknologi dan informasi, dan Sinergi Jaringan. 1. Permodalan dan Keuangan Dana tunai sebagai penyertaan Bank Induk ke Bank umum Syariah dilakukan dengan cara mengalihkan modal yang disisihkan oleh Bank Induk kepada UUS baik dalam bentuk aktiva tetap yang ada maupun setoran tunai sebagaimana PBI No.11/10/PBI/2009. 2. Sasaran Keuangan Salah satu tujuan didirikannya anak perusahaan adalah untuk meningkatkan laba perusahaan. Modal yang disetorkan oleh Bank Induk kepada anak perusahaan (Bank umum Syariah) harus memberikan tingkat pengembalian (return) yang menarik, minimal mendekati apa yang telah dicapai dan ditargetkan oleh Bank Induk selama ini. 3. Marketing, Jaringan dan Komunikasi Untuk menjangkau pasar yang seluas mungkin, kegiatan marketing diawali dengan kegiatan riset marketing secara periodik untuk mengeksplorasi kebutuhan dan harapan masyarakat terhadap produkproduk perbankan syariah, merancang produk yang tepat, melakukan uji coba dan menyusun jaringan yang memungkinkan masyarakat untuk menjadi nasabah atau mitra usaha Bank umum Syariah. 3. SDI dan Struktur Organisasi Sebagai bank umum hasil spin off dari UUS Bank Induk, SDI diutamakan berasal dari SDI yang selama ini mengelola UUS Bank Induk dengan syarat lulus seleksi. Struktur organisasi dirancang agar dapat mengoptimalkan seluruh potensi SDI yang ada serta dapat menyesuaikan atau beradaptasi dengan perubahan kebutuhan bisnis. 4. Sistem Teknologi Informasi Saat ini UUS Bank Induk menggunakan CBS sebagaimana Bank Induk. Setelah spin off, Bank
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan uraian tersebut di atas, berkaitan dengan tujuan kajian ini rencana pemisahan atau spin off Unit Usaha Syariah menjadi Bank Umum
H-54
Prosiding SENTIA 2016 – Politeknik Negeri Malang
Volume 8 – ISSN: 2085-2347
Syariah dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: a. Dengan melakukan pemisahan dari unit usaha syariah menjadi bank umum syariah membuktikan bahwa Potensi pengembangan perbankan syariah masih sangat luas, terutama untuk memenuhi kebutuhan lembaga-lembaga keuangan mikro sebagai salah jaringan yang dapat dimanfaatkan Bank umum Syariah untuk menjangkau pasar. b. Mekanisme dan proses Spin off terstandar dan terukur, walau dalam prosesnya tetap harus ditangani dengan lebih focus c. Setelah masuk dalam RBB bank Induk, maka komitmen dari bank induk kepada bank umum Syariah harus jelas antara lain; permodalam, SDI, Jaringan dan ti d. Rencana pemisahan UUS menjadi bank umum syariah ini hars mendapatkan dukungan penuh dari Bank Induk dalam permodalan dengan menempatkan dana sesuai dengan ketentuan minimal yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan sisanya dari pihak lain sebagai pendamping pendirian BUS. e. Pada umumnya, sumber daya insani (SDI) yang saat ini mengelola unit usaha syariah sangat berminat dan mendukung atas rencana spin off dan siap untuk beralih status dari pegawai Bank Induk menjadi pegawai Bank umum Syariah
Muhammad., Manajamen Bank Syariah, UPP AMPYKPN, Yogyakarta Muhammad Syakir Sula, 2004, Asuransi Syariah, Gema Insani 2004 M. Umer Champra, 2008, Regulasi & Pengawasan Bank Syariah, Bumi Aksara Sofyan S Harahap, Wiroso, Muhammad Yusuf, 2005, Akuntansi Perbankan Syaria, LPFE SPS bank Indonesia & Sistem Informasi OJK, Roadmap 2015-2019 Bank Indonesia Undang-undang perbankan syariah no. 21/2008 & berbagai PBI serta SEBI yang menyangkut dengan syariah. Undang-undang No. 40/2007 tentang perseroan terbatas Veithzal Rivai, dan Arviyan Arifin, 2010, Islamic Banking, Bumi Aksara Zainul Arifin, 2005, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, pustaka Alvabet
Daftar Pustaka Adiwarman A Karim, 2004. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, PT. Raja Grafindo Persada. 2004 Adiwarman A Karim, 2010. Bank Islam, Analisis Fiqih dan Keuangan, PT. Raja Grafindo Persada. 2010 Ahmad Ibrahim Abu Sinn, Manajemen Syariah ; Sebuah kajian Historis dan kontemporer Amir Machmud dan Rukmana., 2010. Bank Syariah : Teori, Kebijakan dan Studi Empiris di Indonesia, Jakarta: Erlangga , Cet. Pertama. Hermawan Kertajaya, Muhammad Suakir Sula, 2006, Syariah Marketing, Mizan 2006 Ikhwan Abidin Basri, 2008, MA Menguak Pemikiran Ekonomi Ulama Klasik, Aqwam Jaih Mubarok, 2004, Perkembangan Fatwa Ekonomi Syariah di Indonesia, Pustaka bani quraisy Muhamad, 2004, Operasional Bank Syariah , UII Press Muhammad,2005, bank syariah ; problem dan prospek perkembangan, Yogyakarta: Graha ilmu, Muhammad Alim, 2007, Pengantar Ilmu Ekonomi, Penerbit Pustaka. Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum, Tazkia Intite
3) PBI No. 9/13/PBI/2007 tanggal 1 November 2007 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum dengan Memperhitungkan Risiko Pasar.
Lampiran 1) SEBI No. 9/32/DPNP tanggal 12 Desember 2007 tentang Kepemilikan Tunggal pada Perbankan Indonesia. 2) PBI No. 9/16/PBI/2007 tanggal 3 Desember 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia No. 7/15/PBI/2005 tentang Jumlah Modal Inti Minimum Bank Umum.
4) SEBI No. 9/24/DPbS tanggal 30 Oktober 2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah. 5) PBI No. 9/12/PBI/2007 tanggal 21 September 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia No. 8/17/PBI/2006 tentang Insentif Dalam Rangka Konsolidasi Perbankan. 6) PBI No. 9/9/PBI/2007 tanggal 18 Juni 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia No. 8/21/PBI/2006 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah. 7) SEBI No. 9/12/DPNP tanggal 30 Mei 2007 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum. 8) PBI No. 9/7/PBI/2007 tanggal 4 Mei 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia No. 8/3/PBI/2006 tentang Perubahan Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional Menjadi Bank Umum Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah dan
H-55
Prosiding SENTIA 2016 – Politeknik Negeri Malang
Pembukaan Kantor Bank Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah oleh Bank Umum Konvensional. 9) SEBI No. 9/11/DPNP tanggal 30 April 2007 tentang Perubahan Atas Surat Edaran No. 7/54/DPNP tanggal 29 November 2005 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum pada Bank Indonesia dalam Rupiah dan Valuta Asing. 10) SEBI No. 8/27/DPNP tanggal 27 November 2006 tentang Prinsip Kehati-hatian dan Laporan dalam rangka Penerapan Manajemen Risiko Secara Konsolidasi bagi Bank yang Melakukan Pengendalian terhadap Perusahaan Anak.
H-56
Volume 8 – ISSN: 2085-2347
Prosiding SENTIA 2016 – Politeknik Negeri Malang
Volume 8 – ISSN: 2085-2347
PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI (studi kasus pada SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) EKUITAS BANDUNG) Sudi Rahayu, Risnawati
[email protected] [email protected] Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan dan lingkungan kerja secara simultan terhadap kinerja pegawai pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Ekuitas Bandung. Penelitian ini dilakukan pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Ekuitas Bandung, objek penelitian dibatasi hanya terhadap variabel kepemimpinan, variabel lingkungan kerja dan variabel kinerja pegawai. Penarikan sampel ini dilakukan dengan metode sensus yaitu dengan menggunakan seluruh anggota populasi sebagai objek yang akan diteliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh kepemimpinan, lingkungan kerja secara simultan memberikan pengaruh yang kuat terhadap kinerja pegawai sebesar 49,1%. Sedangkan secara parsial, pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja pegawai sebesar 41,2% dan pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai sebesar 26,4%. Variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap kinerja pegawai pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Ekuitas Bandung yaitu variabel kepemimpinan. Kata Kunci : Kepemimpinan, Lingkungan Kerja dan Kinerja Pegawai.
kuantitas (jumlah pekerjaan yang harus diselesaikan atau dicapai), faktor kualitas (mutu pekerjaan yang dihasilkan), dan ketepatan waktu (kesesuaian dengan waktu yang telah direncanakan). Kinerja merupakan hasil kerja yang telah dihasilkan oleh pegawai atau perilaku nyata yang ditampilkan sesuai dengan perannya dalam perusahaan.
PENDAHULUAN Organisasi yang selalu berkembang merupakan dambaan baik pemerintah maupun swasta mengharapkan organisasinya tumbuh dan berkembang dengan baik. Dengan perkembangan tersebut diharapkan organisasi mampu bersaing dan berakselerasi dengan kemajuan zaman. Kenyataan menunjukan bahwa organisasi yang tidak mampu berakselerasi dengan kemajuan zaman akan tertinggal untuk kemudian tenggelam tertelan zaman. Tingkat keberhasilan suatu organisasi dapat dilihat dari bagaimana organisasi tersebut mengelola sumber daya yang dimiliki. Organisasi dengan kinerja yang baik, mempunyai efektivitas dalam menangani sumber daya manusianya, menentukan sasaran yang harus dicapai baik secara individu maupun organisasinya. Dalam hal ini kinerja yang dimaksud adalah hasil kerja seseorang atau sekelompok orang yang dapat dilihat secara kualitas dan kuantitas, ketika pegawai menjalankan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya dalam rangka mencapai tujuan perusahaan.
Faktor yang mempengaruhi kinerja diantaranya adanya pengaruh kepemimpinan seperti peran pemimpin dalam membina pegawainya. Namun dalam penerapannya, kemampuan seorang pemimpin untuk memberi keputusan dengan baik tidak hanya dipengaruhi oleh tuntutan dalam dirinya dengan segala potensi yang dimilikinya tapi juga ada beberapa faktor eksternal yang juga akan mengganggu seorang pemimpin dalam memberi keputusan yang tepat di saat yang tepat. Selain faktor kepemimpinan kondisi lingkungan kerjapun akan sangat mempengaruhi kinerja pegawai, dengan lingkungan kerja yang nyaman jelas akan membuat pegawai merasa tenang dan nyaman dalam bekerja sehingga dapat menyelesaikan tugasnya tepat waktu. Lingkungan kerja yang baik akan membantu pegawai dalam mengatasi kejenuhan dan kebosanan dalam bekerja, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kinerja pegawai.
Pada dasarnya kinerja adalah sesuatu yang dilakukan atau tidak dilakukan pegawai, yang dapat mempengaruhi berapa banyak pegawai tersebut memberi kontribusi kepada perusahaan. Kinerja dapat diukur dengan mempertimbangkan faktor
Lingkungan kerja adalah suatu tempat yang diisi oleh orang-orang yang berbeda karakter
H-57
Prosiding SENTIA 2016 – Politeknik Negeri Malang
Volume 8 – ISSN: 2085-2347
dengan satu tujuan dan memiliki suatu target tertentu dalam mencapai kepentingan tertentu pula Dengan adanya uraian kondisi inilah, peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan mengangkat judul “judul “PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) EKUITAS BANDUNG”.
KEGUNAAN PENELITIAN Kegunaan penelitian yang diharapkan oleh penulis sebagai berikut : Kegunaan Teoritis Penelitian ini sebagai pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu Manajemen Sumber Daya Manusia dalam rangka menambah wawasan, pengalaman, terutama tentang pengaruh kepemimpinan dan lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai.
IDENTIFIKASI MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah, dapat kita ketahui bahwa permasalahan sumber daya manusia dalam instansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Ekuitas adalah sebagai berikut: 1. Capaian kinerja pegawai belum mencapai target 2. Kurangnya motivasi pegawai dalam bekerja 3. Lingkungan kerja yang kurang kondusif. 4. Kurangnya komunikasi antara pimpinan dengan pegawai. 5. Kurang tegasnya pimpinan dalam memberikan sanksi. 6. Tidak adanya aturan tentang reward dan punishment.
KAJIAN PUSTAKA Manajemen Sumber Daya Manusia adalah proses pencapaian tujuan organisasi melalui mendapatkan, memeprtahankan, memberhentikan, mengembangkan dan menggunakan/memanfaatkan sumber daya manusia dalam suatu organisasi dengan sebaik-baiknya. (Moekijat, 2010 :4). Manajemen Sumber Daya Manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, pegawai, dan masyarakat (Malayu S.P. Hasibuan, 2010 : 10 ). Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian dari pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan pemberhentian pegawai dengan maksud terwujudnya tujuan perusahaan, individu, pegawai dan masyarakat. (T. Hani Handoko, 2011 : 3)
RUMUSAN MASALAH Dari penjelasan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kepemimpinan yang diterapkan pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Ekuitas. 2. Bagaimana lingkungan kerja pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Ekuitas. 3. Bagaimana kinerja pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Ekuitas. 4. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan dan lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Ekuitas, baik secara parsial maupun simultan.
1.
Pengertian Kepemimpinan
Ada beberapa pendapat yang berbeda mengenai definisi kepemimpinan dari beberapa ahli, diantaranya adalah: Menurut Veithzal Rivai (2009:64), kepemimpinan adalah: “Kepemimpinan adalah kemampuan seorang pemimpin untuk mempengaruhi orang lain dengan cara memancing tumbuhnya perasaan yang positif dalam diri orang-orang yang dipimpinnya untuk mencapai tujuan yang diinginkan”.
TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan Rumusan Masalah Penelitian ini, bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana : 1. Kepemimpinan pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Ekuitas. 2. Lingkungan kerja pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Ekuitas. 3. Bagaimana kinerja pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Ekuitas. 4. Besarnya pengaruh kepemimpinan dan lingkungan kerja terhadap kinerja Pegawai pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Ekuitas, baik secara parsial maupun simultan.
2. Pengertian Lingkungan Kerja lingkungan kerja merupakan suatu kondisi dimana para pegawai bekerja, baik menyangkut aspek fisik, maupun yang menyangkut aspek sosial dalam suatu perusahan atau organisasi yang dapat mempengaruhi pegawai dalam menjalankan tugas dan pekerjaannya sehari – hari. Menurut Sedarmayati (2001:1) Lingkungan kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya di mana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta
H-58
Prosiding SENTIA 2016 – Politeknik Negeri Malang pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok.
Uji reliabilitasnya digunakan metode (Split Half). Item tersebut dibagi menjadi dua kelompok yaitu item ganjil dan kelompok item genap, kemudian masing-masing kelompok skor tiap itemnya dijumlahkan sehingga menghasilkan skor total.
3. Pengertian Kinerja Kinerja pegawai adalah kemampuan yang dicapai dan diinginkan dari perilaku pegawai dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas-tugas pekerjaan yang menjadi tanggung jawab secara individu atau kelompok.
Sebelum uji reliabilitas, terlebih dahulu dicari koefesien korelasi dengan rumus : 𝑟=
𝑛 ∑ 𝐴𝐵 − ∑𝐴∑𝐵
√[𝑛(∑ 𝐴2 ) − (∑ 𝐴)²][𝑛(∑ 𝐵²) − (∑ 𝐵)²] Dimana : A = Variabel nomor ganjil B = Variabel nomor genap(Sugiyono, 2010:110) Setelah koefesien korelasi diketahui, uji reliabilitas dengan menggunakan rumus Spearman Brown sebagai berikut : 2𝑟𝑏 𝑟𝑖 = 1 + 𝑟𝑏 (Sugiyono, 2009) Dimana : ri = Reabilitas internal seluruh instrument
Menurut Mangkunegara ( 2005:9 ), bahwa : “Kinerja pegawai adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.” POPULASI DAN SAMPEL Sugiyono (2010:72) mengatakan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan jumlah populasi pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Ekuitas Bandung sebanyak 63 pegawai.
rb
= Koefesien korelasi pearson product moment antara belahan pertama dan kedua. Batas reliabilitas minimal 0.7.
ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA Analisis regresi linier berganda merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya antara variabel X1 (Kepemimpinan), X2 (Lingkungan Kerja) terhadap Y (Kinerja Pegawai). (Sugiyono, 2010:132).
UJI VALIDITAS Pengujian validitas dari setiap butir digunakan analisis item yaitu mengkorelasikann skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Item yang mempunyai korelasi positif dengan skor total serta korelasi yang tinggi menunjukkan bahwa item tersebut memiliki validitas yang tinggi pula. Syarat minimum yang dianggap memenuhi syarat adalah kalau kurang dari 0.3 maka butir dalam instrument tersebut dinyatakan tidak valid. (Sugiyono, 2010:109). Untuk mencari nilai korelasi digunakan rumus Pearson Product Moment. Uji validitas ini menggunakan rumus sebagai berikut : 𝑟=
Volume 8 – ISSN: 2085-2347
Rumus yang digunakan adalah : 𝑌 = 𝑎 + 𝑏1 𝑋1 + 𝑏2 𝑋2 (Sugiyono, 2010 :132) Dimana : Y = Variabel terikat (Kinerja Pegawai) a = bilangan konstanta b1b2 = Koefesien regresi X1 = variabel bebas (Kepemimpinan) X2 = variabel bebas ( Lingkungan Kerja) Untuk regresi linier dengan dua variabel bebas X1 (Kepemimpinan) dan X2 (Lingkungan Kerja) menggunakan kuadrat terkecil memberikan hasil bahwa koefesien-koefesien a, b1, dan b2 dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
𝑛 (∑ 𝑋1 𝑋𝑡𝑜𝑡 ) − (∑ 𝑋1 )(∑ 𝑋𝑡𝑜𝑡 ) √((𝑛 ∑ 𝑋1 ² − (∑ 𝑋1 )²(𝑛 ∑ 𝑋𝑡𝑜𝑡 ²) − (∑ 𝑋𝑡𝑜𝑡 )²))
(Sugiyono, 2010 :109) Dimana : r = Koefesien korelasi n = Jumlah Sampel ∑ X = Jumlah skor item ∑ Y =Jumlah skor total (seluruh item) X1 = Item pertanyaan 1 Xtot = Total skor Variabel X
∑𝑌 = 𝑛𝑎 + 𝑏1 ∑ 𝑋1 + 𝑏2 ∑𝑋2 ∑𝑋1 𝑌 = 𝑎∑𝑋1 + 𝑏1 ∑ 𝑋1 ² + 𝑏2 ∑𝑋1 𝑋2 ∑𝑋2 𝑌 = 𝑎∑𝑋2 + 𝑏1 ∑ 𝑋2 + 𝑏2 ∑𝑋2 ² Setelah a, b1, b2 didapat, maka akan diperoleh persamaan Y.
UJI RELIABILITAS
ANALISIS KOEFESIEN DETERMINASI
H-59
Prosiding SENTIA 2016 – Politeknik Negeri Malang Variabel
Koefesien determinasi digunakan untuk melihat berapa persentase (%) besarnya pengaruh variabel X1, X2 terhadap Y, yang dinyatakan dalam persentase. Adapun rumus koefesien determinasi adalah sebagai berikut : Kd = R2 x 100 % Dimana : Kd = Koefesien Determinasi R² = Kuadrat koefesien korelasi Kriteria untuk analisis koefesien determinasi adalah : 1. Jika Kd mendekati nol (0), berarti pengaruh variabel indipenden terhadap variabel dependen yaitu lemah. 2. Jika Kd mendekati satu (1), berarti pengaruh variabel indipenden terhadap variabel dependen yaitu kuat.
X1 (kepemimpinan)
X2 (lingkungan kerja)
Korelasi 0,53 0,45 0,63 0,44 0,47 0,43 0,46 0,55 0,53 0,35 0,45 0,55 0,54 0,49 0,49 0,46 0,51 0,52 0,51 0,52
Korelasi 0,50 0,55 0,50 0,50 0,50 0,53 0,49 0,53 0,51
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Sumber : data di olah tahun 2014 Untuk menentukan item valid atau tidak digunakan ketentuan jika nilai korelasi di atas 0.3, maka dapat dikatakan bahwa item tersebut memberikan tingkat kevalidan yang cukup dan sebaliknya jika nilai korelasi dibawah 0.3 maka dikatakan item tersebut kurang valid.
UJI RELIABILITAS Setelah mendapatkan item-item pernyataan dari kuesioner yang valid, selanjutnya dilakukan uji reliabilitas. Uji reliabilitas untuk mengetahui apakah alat pengumpulan data pada dasarnya menunjukkan tingkat ketepatan, keakuratan, kestabilan atau konsistensi alat tersebut dalam mengungkapkan gejala tertentu dari sekelompok individu, dan hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran kembali terhadap gejala yang sama. Uji reliabiltas yang dipakai menggunakan teknik Spearman-Brown dengan ketentuan pernyataan tersebut reliabel adalah jika koefesien reliabilitas positif dan memiliki nilai diatas 0.7. Hasil uji reliabilitas dengan menggunakan program SPSS dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.2. Hasil Reliabilitas Variabel Kepemimpinan (X1) Lingkungan Kerja (X2) Kinerja (Y)
Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Item 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Y (kinerja)
HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS Sebelum data di olah dengan analisis data yang digunakan, maka data terlebih dahulu di uji kesahihan dan keandalannya yaitu dengan melakukan pengujian validitas dan reliabilitas. 1. UJI VALIDITAS Suatu test atau instrument pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi uurnya yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Validitas setiap item pernyataan ditunjukkan dengan nilai koefesien validitas yang dihitung dengan menggunakan korelasi antara item dengan total skor variabel. Berikut ini adalah tabel hasil uji validitas untuk variabel penelitian dengan menggunakan program SPSS sebagai berikut :
Variabel
Volume 8 – ISSN: 2085-2347
r hitung 0,813 0,765
r tabel 0,7 0,7
Keterangan Reliabel Reliabel
0,865
0,7
Reliabel
Sumber : data di olah tahun 2014
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Dengan demikian, data tersebut dinyatakan valid dan reliabel apabila digunakan sebagai alat dalam penelitian ini karena telah memenuhi persyaratan yang telah dtentukan.
ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA Berdasarkan hasil dalam Tabel 4.38 diatas, maka diperoleh suatu persamaan regresi sebagai berikut : Y = -0.453 + 0.721 X1 + 0.605 X2 Dari model regresi yang diperoleh (a) sebesar -0.453 bahwa jika variable kepemimpinan dan lingkungan kerja sama dengan nol atau konstan maka kinerja pegawai menurun sebesar 0,453.
H-60
Prosiding SENTIA 2016 – Politeknik Negeri Malang Koefesien regresi X1 bernilai positif sebesar 0,721 berarti bahwa peningkatan kepemimpinan sebesar satu satuan dan variable lain sama dengan nol atau konstan maka variable kinerja akan meningkat sebesar 0,721. Koefesien regresi X2 bernilai positif sebesar 0.605. Dapat dijelaskan artinya setiap peningkatan lingkungan kerja sebesar satu satuan dan variabel lain konstan, maka variabel kinerja pegawai akan meningkat sebesar 0,605. Jadi semakin baik lingkungan kerja maka akan semakin baik pula kinerja dari para karyawan.
Volume 8 – ISSN: 2085-2347 penilaian responden mengenai lingkungan kerja pegawai yang berada pada interval sebesar 3,0 – 3,8 yang kesemuanya berada pada katagori baik. 3. Kinerja pegawai di STIE Ekuitas dinilai sudah baik. Hal ini di lihat dari skor total penilaian responden mengenai kinerja pegawai yang berada pada interval sebesar 3,0 – 3,5 yang berada pada katagori baik. 4. Koefesien determinasi (R2) sebesar 49,1%. Ini berarti variabel X1 (kepemimpinan), variabel X2 (lingkungan kerja) memberikan pengaruh yang kuat terhadap variabel Y (kinerja), sedangkan sisanya sebesar 50,9% dipengaruhi oleh faktor lainnya yang diabaikan atau tidak diteliti oleh peneliti. Secara parsial kepemimpinan mempunyai pengaruh terhadap kinerja pegawai sebesar 41,2% dan pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai sebesar 26,4%. Artinya kepemimpinan mempunyai pengaruh lebih besar terhadap kinerja dibandingkan dengan lingkungan kerja
KOEFESIEN DETERMINASI (R2) Koefesien determinasi dapat ditentukan dengan rumus : Kd = r2 x 100%. Kd = 0.7012 x 100% Kd = 49,1% Dari hasil perhitungan bahwa koefesien determinasi (R2) sebesar 49,1 %. Ini berarti variabel X1 (kepemimpinan), variabel X2 (lingkungan kerja) memberikan pengaruh yang kuat terhadap variabel Y (kinerja) sebesar 49,1% sedangkan sisanya sebesar 50,9% dipengaruhi oleh faktor lainnya yang diabaikan atau tidak diteliti oleh peneliti. Adapun besar pengaruh masing-masing variabel bebas dalam model regresi dapat dilihat dari perkalian Nilai Beta dengan nilai korelasi Zero Order. Hasil perhitungan pengaruh parsial untuk masing-masing variabel sebagai berikut: ryx1 = 0.666 x 0.618 x 100% = 41,2% ryx2 = 0.468 x 0.565 x 100% = 26,4% Dapat diketahui pengaruh parsial kepemimpinan terhadap kinerja pegawai sebesar 41,2%. Dan pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai sebesar 26,4%.
SARAN Terdapat beberapa saran yang dapat penulis kemukakan berkaitan dengan hasil peneliitan dan pembahasan yang telah disampaikan, diantaranya : 1. Sebaiknya pimpinan lebih meningkatkan kepedulian kepada seluruh pegawai, agar pegawai merasa diperlakukan sama dalam hal pekerjaan dan dalam hal lainnya. Sehingga rasa kebersamaan dan rasa memiliki lembaga/instansi akan tercipta, yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja. 2. Sebaiknya pimpinan dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan pegawainya, dan lebih tanggap dalam menghadapi keluhan yang disampaikan oleh pegawai. Sehingga hubungan kerja antara pegawai dan pimpinan akan terrjalin dengan baik, diharapkan pula dapat mendekatkan hubungan emosional positif antara pimpinan dengan pegawainya, sehingga kinerja dapat 3. Sanksi harus diberikan dengan lebih tegas apabila ada pegawai yang kurang bertanggung jawab terhadap pekerjaannya, sehingga dapat tercipta suasana lingkungan kerja yang baik.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai pengaruh kepemimpinan dan lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Ekuitas Bandung, melalui serangkaian observasi, wawancara dan penyebaran kuesioner, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
DAFTAR PUSTAKA
1. Kepemimpinan di STIE Ekuitas oleh responden dinilai sudah baik., hal ini dilihat dari skor total penilaian responden mengenai kepemimpinan yang berada pada interval sebesar 2,7 – 3,4 yang kesemuanya berada pada katagori baik. 2. Lingkungan kerja pegawai pada di STIE Ekuitas dinilai sudah baik. Hal ini dilihat dari skor total
A Anwar Prabu Mangkunegara. 2006. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Jakarta: Refika Aditama. Dubrin, Andrew J. 2005. Leadership Terjemahan Tri Wibowo. 2006.. Edisi Kedua. Prenada Media. Jakarta.
H-61
Prosiding SENTIA 2016 – Politeknik Negeri Malang Edwin B. Flippo, 2002. Personel Management (Manajemen Personalia), Edisi VII Jilid II, Terjemahan Handoko, T. Tani, 2004. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia,Edisi kedua, Cetakan Keempat belas, Yogyakarta.
Volume 8 – ISSN: 2085-2347 Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Ketujuh, Alfabeta, Bandung. Yukl Gary,2002. Kepemimpinan dalam organisasi. Jakarta : indie Ks Kkelompok Gramedia. Andiyan Junialdi, 2013, penelitian, Pengaruh Deskripsi Pekerjaan dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Bandung.
Gibson, James L, John M. Ivancevich dan James H. Donnelly Jr, 2000. Organizations: Behaviour, Structure and Process, McGrawHill Companies Inc, Boston. Dalam Moekijat,2010. Perilaku Karyawan di Perusahaan. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.
Dea Yuanita Farida, 2011, penelitian . Pengaruh Kepemimpinan dan Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Pegawai Pada Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat.
Hasibuan, Malayu SP, 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi revisi, Bumi Aksara, Jakarta.
Hartanto,2008, Penelitian. Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan di PT. Air Mancur Wonogiri.
Kartini, Kartono, 2006. Pemimpin dan Kepemimpinan, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta Mathis, dan Jackson, 2006, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi pertama, Cetakan Pertama, Yogyakarta : Salemba Empat
Ragil Permanasari, 2013, Pengaruh Motivasi dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja PT Augrah Raharjo Semarang.journal unnes vol 2.
Robbins, Stephen P. 2007. Perilaku Organisasi Jilid 2. Edisi 9. Harbani Pasolong & Sedarmayanti Penerjemah Tim Indeks. Jakarta : PT. Indeks, Gramedia Grup.
Siti Rachmawati, 2011, Pengaruh Kepemimpinan dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Pada Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah.Jurnal-sosioekotekno.org vol 1
Sedarmayanti. 2006. Perilaku Organisasi. Jakarta : PT. Indeks, Gramedia Grup.
Utari Handayani 2008, penelitian, Pengaruh Disiplin kerja dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Pada Divisi Kenegaraan Khusus PT PINDAD (Persero) Bandung
Seltzer & Bass, B.M. and Avolio, B.J. (1990), “Transformational leadership: a response tocritiques”, in
Zwandhika Fernanda, 2013, Pengaruh Lingkungan Kerja dan Program Kesejahteraan terhadap Semangat Kerja Pegawai Pada Hotel Puncak Pass Resort Kabupaten Cianjur
Sugiyono, 2002. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Alfabeta, Bandung. Sugiyono, 2005. Metode Alfabeta, Bandung.
Penelitian
Bisnis,
H-62